BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung bertujuan untuk menjamin keterkaitan antara dunia akademik dan dunia bermasyarakat. Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung harus merespon terhadap kuatnya tekanan globalisasi saat ini, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat di Provinsi Lampung (KKN Unila, 2013).
Tabel 1. Jumlah peserta KKN periode Januari 2015 (Sumber, BP-KKN). Fakultas
Peserta Pria
Peserta Wanita
Jumlah
Kedokteran
53
113
166
41
54
95
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
1
0
1
Teknik
159
61
220
Pertanian
261
357
618
Ekonomi dan Bisnis
137
170
307
Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan
158
231
389
Hukum
133
110
243
Total Peserta
943
1096
2039
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
KKN Universitas Lampung dilakukan dua periode dalam satu tahun, Tabel 1 merupakan deskripsi dari jumlah mahasiswa yang mengikuti KKN pada periode I
6
bulan Januari 2015. Pada perode ini, total mahasiswa mencapai 2039 orang dari 8 Fakultas. Periode ke II bulan Juni 2015 peserta KKN menambahkan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
2.2 Sistem Informasi
Sistem informasi adalah sistem dalam organisasi yang mempertemukan kebutuhan transaksi harian, mendukung operasi yang bersifat manajerial, dan kegiatan strategis dari suatu organisasi yang menyediakan pihak luar dengan laporan yang diperlukan. Kualitas dari suatu informasi tergantung dari tiga hal yaitu informasi harus akurat (accurate), tepat pada waktunya (timeliness), dan relevan (relevance) (Jogiyanto, 2001).
Menurut Kristanto (2002), menyatakan bahwa sistem informasi merupakan sistem yang di dalamnya terdapat organisasi yang mempertemukan pengolahan data kebutuhan transaksi harian dan mendukung operasi serta kegiatan strategi dari pihak luar instansi atau organisasi untuk menyediakan data atau laporan-laporan yang dibutuhkan.
2.3 Agile Methods Model Extreme Programing
Pada dekade 90-an diperkenalkan metode baru yang dikenal dengan nama Agile Methods. Metode ini sangat revolusioner perubahannya jika dibandingkan dengan berbagai metode sebelumnya. Agile Methods dikembangkan karena pada metode tradisional terdapat banyak hal yang membuat proses pengembangan tidak dapat berhasil dengan baik sesuai tuntutan user (Widodo dan Subekti, 2006). Salah satu model yang umum digunakan dalam Agile Methods adalah eXtreme Programing
7
(XP). Model ini merupakan metode pengembangan perangkat lunak yang ringan dan dipelopori oleh Kent Beck, Ron Jeffries, dan Ward Cunningham. XP merupakan Agile Methods yang paling banyak digunakan dan menjadi sebuah pendekatan yang sangat terkenal. Sasaran XP adalah tim yang
dibentuk
berukuran antara kecil sampai sedang saja, tidak perlu menggunakan sebuah tim yang besar. Hal ini dimaksudkan untuk menghadapi requirements yang tidak jelas maupun terjadinya perubahan-perubahan requirements yang sangat cepat (Widodo dan Subekti, 2006). Menurut Pressman (2010), terdapat 4 tahapan pada pengembangan perangkat lunak yang menggunakan XP yaitu planning, design, coding, dan testing.
Gambar 1 merupakan penggambaran dari tahapan-tahapan yang ada pada extreme programming.
Gambar 1. Tahapan Extreme Programming (Pressman, 2010)
8
2.4 Context Diagram
Diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks merupakan level tertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari sistem. Yang memberikan gambaran tentang keseluruhan sistem.
2.5 Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram (DFD) adalah sebuh model sistem grafikal yang menampilkan seluruh kebutuhan utama dari sebuah sistem informasi pada satu diagram: input dan output, proses, dan penyimpanan data (data storage). DFD digunakan untuk melihat bagaimana sistem bekerja. DFD dinilai mudah untuk dibaca karena modelnya yang grafikal dan hanya terdapat lima simbol yang digunakan (Satzinger et al, 2010). Berikut adalah simbol-simbol DFD:
Gambar 2. Simbol-simbol data flow diagram (Satzinger et al, 2010)
9
Data flow diagram dapat dibagi kedalam beberapa tingkatan. Tingkatan ini dapat menunjukkan DFD tingkat tinggi atau tingkat rendah dari sistem. Proses DFD tingkat tinggi dapat didekomposisi terpisah menjadi tingkat rendah. DFD tingkat tinggi ditunjukkan dengan adanya satu proses utama yang merepresentasikan proses dalam bentuk abstrak atau secara umum. DFD ini dikenal sebagai diagram konteks. Pada tingkat selanjutnya dapat disebut diagram 0, yang menjelaskan lebih rinci lagi mengenai subproses yang terjadi pada proses utama. Selanjutnya ada diagram 1, yang menjelaskan secara rinci subproses dari diagram 0, begitu seterusnya (Satzinger et al, 2010).
2.6 Entity Relationship Diagram (ERD) Entity Relationship Diagram (ERD) adalah model yang digunakan untuk mendefinisikan kebutuhan penyimpanan data (data storage) pada pengembangan sistem dengan pendekatan tradisional. Kebutuhan data storage tersebut termasuk entitas data, atributnya, dan hubungan antara entitas data (Satzinger et al, 2010). Menurut (Satzinger et al 2010), pada ERD terdapat beberapa simbol yang digunakan. Tabel 2, adalah hasil kutipan simbol-simbol ERD: Tabel 2. Simbol-simbol Entity Relationship Diagram (ERD) Simbol
Keterangan Entitas data (Entity) Garis lurus untuk penghubung antar entitas data
10
Kardinalitas simbol hubungan antar entitas Hubungan tepat satu ke nol atau lebih. Hubungan satu atau nol ke satu atau lebih
2.7 Pengujian Perangkat Lunak
Pengujian perangkat lunak adalah proses menjalankan dan mengevaluasi sebuah perangkat lunak secara manual maupun otomatis untuk menguji apakah perangkat lunak sudah memenuhi persyaratan atau belum (Clune, 2011). Singkat kata, Pengujian adalah aktivitas untuk menemukan dan menentukan perbedaan antara hasil yang diharapkan dengan hasil sebenarnya.
2.8 Teknik Pengujian Perangkat Lunak Ada dua macam pendekatan kasus uji yaitu white box dan black box Pendekatan white box adalah pengujian untuk memperlihatkan cara kerja dari produk secara rinci sesuai dengan spesifikasinya (Jiang, 2012). Jalur logika perangkat lunak akan dites dengan menyediakan kasus uji yang akan mengerjakan kumpulan kondisi dan pengulangan secara spesifik. Sehingga melalui penggunaan metode ini akan dapat memperoleh kasus uji yang menjamin bahwa semua jalur independen pada suatu model telah digunakan minimal satu kali, penggunaan keputusan logis pada sisi benar dan salah, pengeksekusian semua loop dalam
11
batasan dan batas operasional perekayasa, serta penggunaan struktur data internal guna menjamin sesuaiitasnya (Pressman, 2010).
Pendekatan black box merupakan pendekatan pengujian untuk mengetahui apakah semua fungsi perangkat lunak telah berjalan semestinya sesuai dengan kebutuhan fungsional yang telah didefinisikan (Jiang, 2012). Kasus uji ini bertujuan untuk menunjukkan fungsi perangkat lunak tentang cara beroperasinya. Teknik pengujian ini berfokus pada domain informasi dari perangkat lunak, yaitu melakukan kasus uji dengan mempartisi domain input dan output program. Metode black box memungkinkan perekayasa perangkat lunak mendapatkan serangkaian kondisi input yang sepenuhnya menggunakan semua persyaratan fungsional untuk suatu program. Pengujian ini berusaha menemukan kesalahan dalam kategori fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang, kesalahan interface, kesalahan dalam struktur data atau akses basis data eksternal, kesalahan kinerja, dan inisialisasi dan kesalahan terminal (Pressman,2010). Teknik pengujian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas pengujian fungsional dan pengujian non fungsional. Adapun pengujian fungsional menggunakan metode black box yaitu Equivalence Partitioning dan pengujian non fungsional menggunakan angket yang penyusunan bentuk jawaban dari pertanyaan menggunakan skala Likert.
2.9 Equivalence Partitioning Equivalence Partitioning (EP) merupakan metode pengujian black box yang membagi domain masukan dari program kedalam kelas-kelas sehingga test case dapat diperoleh. Equivalence Partitioning berusaha untuk mendefinisikan kasus uji yang menemukan sejumlah jenis kesalahan, dan mengurangi jumlah kasus uji
12
yang harus dibuat. Kasus uji yang didesain untuk Equivalence Partitioning berdasarkan pada evaluasi dari kelas ekuivalensi untuk kondisi masukan yang menggambarkan kumpulan keadaan yang sesuai atau tidak. Kondisi masukan dapat berupa spesifikasi nilai numerik, kisaran nilai, kumpulan nilai yang berhubungan, atau kondisi boolean. Kesetaraan kelas dapat didefinisikan menurut panduan berikut (Pressman, 2001): 1. Jika masukan kondisi menentukan kisaran, satu sah dan dua diartikan tidak sesuai kesetaraan kelas. 2. Jika masukan membutuhkan nilai, kondisi tertentu satu sah dan dua tidak sesuai kesetaraan kelas diartikan. 3. Jika masukan kondisi menentukan anggota dari set, satu sah dan satu tidak sesuai kesetaraan kelas diartikan. 4. Jika kondisi yang input, Boolean satu sah dan satu tidak sesuai kelas diartikan.
2.10
Skala Likert
Menurut Likert dalam buku Azwar S (2011, p. 139), sikap dapat diukur dengan metode rating yang dijumlahkan (Method of Summated Ratings). Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi response bagai dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala setiap pernyataan tidak ditentukan oleh derajat favourablenya masing-masing akan tetapi ditentukan oleh distribusi respons setuju dan tidak setuju dari sekelompok responden yang bertindak sebagai kelompok uji coba (pilot study) (Azwar, 2011).
13
Skala Likert, yaitu skala yang berisi lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan sebagai berikut: 1 = Tidak Baik; 2 = Kurang Baik; 3 = Cukup Baik; 4 = Baik; 5 = Sangat Baik. Selanjutnya, penentuan kategori interval tinggi, sedang, atau rendah digunakan rumus sebagai berikut: 𝐼=
𝑁𝑇 − 𝑁𝑅 𝐾
Keterangan: I
= Interval;
NT
= Total nilai tertinggi;
NR
= Total nilai terendah;
K
= Kategori jawaban (Yitnosumarto, 2006).