BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Interaksi Dalam Perspektif Sosiologi Didalam masyarakat, interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik antara individu dengan undividu lainnya, individu dengan kelompok dan sebaliknya. Interaksi sosial memungkinkan masyarakat berproses sedemikian rupa sehingga membangun suatu pola hubungan. Interaksi sosial dapat pula diandaikan dengan apa yang disebut Weber sebagai tindakan sosial individu yang secara subjektif diarahkan terhadap orang lain, (Jhonson, 1988:214). Masyarakat beserta kebudayaan yang ada didalamnya akan mengalami perubahan. Perubahan ini dianggap sebagai suatu yang wajar sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan kondisi fisik masyarakat. Oleh karena itu, prioritas pembangunan nasional diletakkan pada bidang ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, karena kualitas SDM tersebut sering menjadi titik permasalahan bagi setiap orang, kurang aktifnya seseorang dapat menjadi penghambat dalam melakukan suatu kegiatan. Segala fenomena dan gejala yang terjadi dalam masyarakat begitu luas dimana segala urusan yang menyangkut aspek kehidupan manusia pada hakekatnya merupakan masalah sosial. Pada dasarnya, masalah sosial merupakan kondisi yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat atau kondisi yang tidak dikehendaki, oleh karenanya wajar kalau kemudian selalu mendorong adanya usaha untuk mengubah dan memperbaikinya. Agar lebih berdaya guna, upaya untuk melakukan perubahan dan perbaikan terutama dalam masalah
Universitas Sumatera Utara
pendidikan tersebut perlu dilandasi oleh analisis untuk memperoleh pemahaman tentang kondisi dan latar belakang gejala yang disebut masalah sosial tadi (Soetomo 2008:10). Ada 3 tahap dalam upaya penanganan masalah sosial antara lain: 1. Tahap Identifikasi yaitu; untuk membuka kesadaran dan keyakinan bahwa dalam kehidupan masyarakat terkandung gejala masalah sosial. 2. Tahap Diagnosis yaitu sebagai; upaya untuk mencari dan mempelajari latar belakang masalah, faktor yang terkait dan terutama faktor yang menjadi penyebab atau sumber masalah. 3. Tahap Treatment yaitu; pemecahan masalah sosial yang didasari oleh hasil diagnosis. Sementara itu, nilai sosial muncul sebagai hasil dari konsensus, oleh sebab itu dalam masyarakat yang berbeda dapat memiliki nilai sosial yang berbeda pula. Dalam praktik kehidupan bermasyarakat nilai sosial tersebut akan menjadi pedoman perilaku dan pedoman dalam menunaikan peranan sosial setiap unsur dari sistem. Dengan demikian, pada sisi yang lain nilai sosial akan berperan sebagai instrumen kontrol sosial terhadap perilaku warga masyarakatnya. Demikian halnya dalam pendidikan, semakin tinggi ilmu pengetahuan yang dimiliki maka semakin berkualitas Sumber Daya Manusianya. Dalam arti bahwa pendidikan dapat mengontrol pola pikir yang ingin berkembang. Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1967:75), merumuskan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan orang perorangan, manusia dengan kelompok manusia. Interaksi orang per-orang dengan kelompok manusia dapat diambil sebagai contoh
Universitas Sumatera Utara
misalnya, sebuah perusahaan yang tengah berdiri di lingkungan sosial masyarakat, perusahaan akan melakukan interaksi dengan lingkungan masyarakat supaya masyarakat dapat memahami arti kehadiran perusahaan tersebut di daerah mereka. Dalam interaksi sosial, pada taraf pertama akan terlihat bahwa perusahaan akan berusaha untuk
menguasai lingkungan masyarakat
supaya interaksi sosial
berlangsung dengan seimbang, dimana terjadi pengaruh mempengaruhi antara kedua belah pihak. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak ada mempengaruhi sistem syarafnya, sebagai akibat dari hubungan yang dimaksud (Soekanto, 1990:69), begitu juga sebagaimana hal nya dengan perusahaan yang berdiri di lingkungan masyarakat, Perusahaan tersebut akan melakukan pendekatan atau interaksi dengan para anggota masyarakat misalnya, melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat, ketua adat, maupun para pemuka agama. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat utama, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial secara harafiah dapat diartikan sebagai perilaku yang sama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Arti terpenting dari komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (berwujud pembicaraan, gerak badaniah) terhadap perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang tersebut akan memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan. Pola interaksi senantiasa mengacu pada hubungan yang lebih teratur antara individu-individu, sekaligus juga dengan sendirinya memperlihatkan bahwa gugusan
Universitas Sumatera Utara
tindakan-tindakan yang dilakukan tidak dengan asal sembarangan saja. Individu mengikuti kebiasaan yang teratur ini dalam rangka menyederhanakan dan memudahkan kehidupan sosialnya. Pada kenyataannya, interaksi yang berpola itu meliputi pula hal-hal seperti norma-norma, status-status dan tujuan. Selanjutnya meliputi pula kewajiban timbal balik, status timbal balik, tujuan dan makna yang secara timbal balik berarti antara dua atau lebih aktor di dalam kontak yang bersamaan. Dengan demikian suatu interaksi dikatakan berpola apabila telah memenuhi beberapa kriteria sebagaimana di uraikan di bawah ini; 1. Pengulangan tindakan. Pengulangan yang di lakukan misalnya ucapan selamat atau sapaan setiap kali berjumpa dengan seorang kenalan. 2. Hubungan yang saling berbalasan. Hubungan yang berbalasan di perlihatkan dalam kerangka pemenuhan kewajiban masing-masing. Perusahaan misalnya, berdiri dalam lingkungan masyarakat yang masih adat istiadat, maka untuk menjaga hubungan yang baik antara pihak perusahaan dan anggota masyarakat keduanya harus menjaga ketertiban, serta menghargai adat istiadat yang berlaku, dan tidak lain adalah adanya hubungan interaksi yang baik antara perusahaan dengan anggota masyarakat setempat. 3. Norma yang mengatur hubungan itu. Perry (1983:69) menyatakan bahwa interaksi sosial tidaklah dibangun melalui kebiasaan yang kaku, akan tetapi tidak pula dibangun melalui tindakan yang
Universitas Sumatera Utara
asal sembarang saja. Ada cukup banyak pola-pola dan pengulangan-pengulangan yang dapat diamati. Melalui pola-pola itu memungkinkan melakukan prediksi prilaku sosial dalam situasi seperti biasanya. Banyak pola interaksi yang sudah cukup mapan sejak dahulu. Individu-indidu mengikuti keteraruran ini dalam rangka menyederhanakan dan memudahkan kehidupan sosialnya. Pastilah membingungkan bagi individu bila ia harus memutuskan tindakan apa yang harus ia lakukan pada situasi yang dihadapinya setiap hari. Sebenarnya lebih mudah baginya mengikuti pola yang telah tersedia. Pada kenyataan banyak pola-pola yang dikuatkan oleh peraturan-peraturan. Aturan-aturan itu memiliki kuasa legitimasi yang sah untuk mengatur pola-pola hubungan. Selanjutnya Perry mengatakan pada masyarakat yang masih tradisional dan homogen banyak interaksi yang berlangsung dalam struktur yang hampir sangat kaku. Akan tetapi pada masyarakat yang semakin kompleks banyak di temukan pola interaksi yang sudah tidak mapan lagi. Dalam pandangan para sosiolog, pendidikan merupakan proses yang melibatkan segala kemampuan individu dalam tahapan sosialisasi, kemudian dapat menentukan dan menjadi patokan apakah seseorang dapat mengikuti dan mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Para ahli pendidikan melihat bahwa fenomena pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar dalam setiap masyarakat. Masalah lain sebagaimana dikemukakan Dody Hermawan Priatmoko (dalam skripsi ayu) (Priatmoko, 2003:3) adalah rendahnya mutu pendidikan. Indikator rendahnya mutu pendidikan nasional dapat dilihat dari data UNESCO tahun 2000
Universitas Sumatera Utara
tentang peringkat indeks Pengembangan Manusia (Human Development indeks), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan., kesehatan dan penghasilan per kepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.
2.2. Pemberdayaan Pendidikan Untuk memperoleh kemajuan dan kelestarian masa depan, diperlukan kualitas keberdayaan, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan moral, kecerdasan spritual, dan keterampilan-keterampilan mega, yang akan dapat diwujudkan melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan adalah suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju kepribadian
mandiri
untuk
membangun
dirinya
sendiri
dan
masyarakat.
Konsekuensinya, proses pendidikan harus mampu menyentuh dan mengendalikan berbagai aspek perkembangan manusia. Pendidikan merupakan proses yang bersifat individual, sehingga strategi upaya pendidikan harus dilengkapi dengan strategi khusus yang lebih intensif dan menyentuh kehidupan secara individual. Pendidikan memang dapat menentukan corak kehidupan dan pertumbuhan seseorang. John Dewey dalam Democracy and Educatian mejelaskan bahwa pendidikan memiliki dimensi sosial. Untuk setting Indonesia, pendidikan sebagai proses pemberdayaan masih amat relevan. Sebagai bangsa, kita masih harus berjuang untuk memberdayakan diri. Pemberdayaan masyarakat melalui proses pendidikan misalnya dapat dikatakan melalui keinginan seseorang untuk memperoleh pendidikan dan keinginannya untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Untuk kondisi diatas diperlukan pemberdayaan-pemberdayaan diri untuk meningkatkan kualitas SDM yang berkualitas dengan cara peningkatan mutu pendidikan, karena pendidikan dapat memberikan efek kepada seseorang untuk dapat menerima faktor pendorong akibat perubahan yang ditimbulkannya. Dengan demikian arti dari pendidikan itu sendiri adalah suatu usaha atau kegiatan agar dapat mengubah perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) manusia yang sedang dididik sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pendidikannya menurut pola atau rencana yang telah ditentukan. A.G Kartasapoetra (Rosyada 2004). Dengan kata lain, pendidikan mempunyai peranan yang menentukan, sebab pendidikan merupakan kunci kemajuan sosial dalam jangka panjang karena hanya melalui pendidikan (termasuk pendidikan mental) perubahan masyarakat akan dapat berlangsung tanpa mengorbankan martabat manusia tetapi justru sebaliknya manusia sebagai manusia. Bersama dengan itu di awal abad ke-21 ini, prestasi pendidikan di Indonesia tertinggal jauh di bawah negara-negara Asia lainnya. Bahkan jika dilihat indeks sumber daya manusia, yang salah satu indikatornya adalah sektor pendidikan, posisi indonesia kian menurun dari tahun ketahun. Padahal Indonesia kini sudah menjadi bagian dari masyarakat dunia yang sudah tidak bisa dihindari. Indonesia kini menjadi bagian dari kompetisi masyarakat dunia. Lemahnya SDM hasil pendidikan juga mengakibatkan lambannya Indonesia bangkit dari keterpurukan sektor ekonomi yang merosot secara signifikan di tahun 1998 (Rosyada, 2004:2). Menurut Dali Santun Naga dalam Seminar Pendidikan Indonesia paling sedikit dalam waktu setengah abad terakhir ini, setiap kali ada berita tentang pendidikan di koran, maka hampir pasti bahwa isinya bukanlah berita baik untuk
Universitas Sumatera Utara
pendidikan. Demikian pula dengan artikel, hampir semua artikel tentang pendidikan berisikan berbagai kekurangan di bidang pendidikan. Tidak mustahil bahwa berbagai kekurangan di dalam pendidikan. Pendidikan terdiri dari tiga bagian yakni pendidikan informal, pendidikan nonformal, dan pendidikan formal. Penanggung jawab pendidikan informal adalah orang tua dan keluarga di rumah, mereka perlu mendidik anak mereka agar menjadi anggota masyarakat yang berbudi. Sedangkan penanggung jawab pendidikan non formal adalah masyarakat kursus dan sejenisnya, mereka perlu mendidik peserta didik sehingga memiliki keterampilan yang memadai, dan penanggung jawab pendidikan formal adalah sekolah dan perguruan tinggi. Sekalipun peranaan pendidikan informal dan nonformal adalah penting namun sorotan berita artikel tentang kekurangan di bidang pendidikan kebanyakan tertuju ke pendidikan formal. Menurut Daoed Joesoef dalam seminar pendidikan yang dulunya menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef memperkenalkan suatu gagasan pendidikan. Menurut beliau, sekolah adalah pusat kebudayaan sedangkan perguruan tinggi adalah masyarakat ilmiah (Civitas Academia). Sekalipun memerlukan penyesuaian di sana sini, tampaknya gagasan ini masih tetap relevan pada zaman sekarang. Sekolah membudayakan peserta didik serta perguruan tinggi mengilmiahkan mereka. Dengan gagasan demikian tanggung jawab pembudayaan dan pengilmiahan peserta didik terletak di sekolah dan perguruan tinggi. Pada tahun 1918, Amerika Serikat telah menetapkan asas pokok bagi sekolah menengah
mereka.
Dikenal
sebagai
The
Six
Cardinal
Principles
of
SecondaryEducation, asas pokok ini mencakup (a) health, (b) command of
Universitas Sumatera Utara
fundamental processes, (c) worthy home membership, (d) vocation, (e) civic education, dan (f) ethical character. Ada baiknya juga kalau tujuh asas pokok ini menjadi pelengkap di dalam pendidikan. Pendidikan kesehatan, proses dasar, warga rumah, vokasi, budi pekerti, dan etika berguna bagi kehidupan para siswa. Peserta didik beranjak dari sekolah ke perguruan tinggi sehingga tanggung jawab ini adalah tanggung jawab kolektif di antara sekolah dan perguruan tinggi. Keterpurukan dan ketertinggalan ini sangat meresahkan banyak orang sehingga muncullah gagasan-gagasan untuk memperbaikinya melalui penetapan standar nasional pendidikan serta sejumlah visi dan misi untuk mendongkrak mutu pendidikan. Beban pemenuhan standar dan dongkrak mutu ini jatuh ke pundak sekolah dan perguruan tinggi. Tanggung jawab spesifik di sekolah dan di perguruan tinggi saling berjalinan satu dan lainnya, hasil didik perguruan tinggi sesungguhnya dimulai dari hasil didik di sekolah dan di lanjutkan di perguruan tinggi. Jika perguruan tinggi diharapkan dapat menciptakan daya saing bangsa dengan mutu pendidikan yang bertaraf Internasional, maka hal ini perlu dilakukan melalui sinergi di antara sekolah dan perguruan tinggi. Format daya saing bangsa Indonesia sudah harus dimulai dari sekolah dan di lanjutkan di perguruan tinggi. Ini berarti pula bahwa sekolah dan perguruan tinggi memiliki tanggung jawab bersama untuk menuju ke harapan demikian. Secara spesifik, lulusan sekolah yang masuk ke perguruan tinggi diharapkan sudah membawa cukup bekal untuk menapaki jalan ke sasaran yang di dambakan bersama berupaya daya saing bangsa itu. Bekal paling utama adalah budaya belajar
Universitas Sumatera Utara
atau kebiasaan belajar. Penguasaan pengetahuan ilmiah memerlukan ketekunan belajar yang berkelanjutan. Sekolah diharapkan menciptakan budaya belajar sehingga budaya belajar ini dapat dilanjutkan di perguruan tinggi. Selain ketekunan belajar, budaya belajar mencakup pula usaha untuk berpikir, untuk mencari bahan bacaan dan membacanya, serta usaha untuk bertanya dan menjawab pertanyaan itu dengan memanfaatkan berbagai sumber pengetahuan.
2.3. Coorporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia Schermerhon (1993), mendefinisikan CSR sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal. CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi meeka dan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraannya (Nuryana, 2005). Sebagaimana dinyatakan (Porter dan Kramer 2002), memang tujuan ekonomi dan sosial sering sebagai hal yang terpisah dan bertentangan, merupakan sebuah pandangan yang keliru. Perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari masyarakat sekitarnya. Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung pada keadaan lokasi dimana perusahaan itu beroperasi. Oleh karena itu, piramida CSR yang dikembangkan (lihat Archie B. Caroll, 2002), harus dipahami sebagai satu kesatuan. Sebab, CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines yaitu profit, people dan planet (3P).
Universitas Sumatera Utara
•
Profit, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
•
People, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia.
•
Planet, Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan keberagaman hayati. Manusia pada dasarnya memiliki berbagai kebutuhan, baik itu yang menyangkut kehidupan pribadinya maupun menyangkut kehidupan sosial, adanya kebutuhan tersebut mendorong manusia untuk melakukan aktivitas. Setiap perusahaan juga memiliki kebutuhan dan melakukan berbagai usaha
untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sebuah perusahaan membutuhkan suatu usaha tidak hanya dalam rangka menciptakan keuntungan atau profit, tetapi juga memiliki kebutuhan akan kepercayaan (trust), kebutuhan akan kepercayaan tersebut dapat di peroleh dengan melakukan hubungan sosial atau hubungan yang bersifat timbal balik antara organisasi perusahaan dan lingkungan internal maupun eksternal. Pemenuhan kebutuhan perusahaan yang bersifat sosial tersebut, dalam sosiologi merupakan suatu kajian yang dapat di hubungkan dengan konsep tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam tanggung jawab sosial perusahaan mempunyai titik penekanan pusat perhatian pada tiga hal, yaitu: •
Tanggung jawab sosial perusahaan diartikan hanya sebagai suatu hubungan antara eika pribadi dan etika umum perusahaan. Maksudnya adalah sampai sejauh mana seorang manajer mengepalai perusahaannya.
Universitas Sumatera Utara
•
Tanggung jawab sosial perusahaan di artikan sebagai tanggung jawab yang di jalankan majikan terhadap karyawannya berdasarkan kekuasaan dan kekaryaannya.
•
Tanggung jawab sosial adalah istilah yang di gunakan untuk menentukan tanggung jawab kepemimpinan usahawan sehubungan dengan budaya masyarakat (Drucker, 1978:346). Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR memang relatif baru di negeri
ini dan banyak yang mengartikan nya secara sempit, yakni tanggung jawab sosial perusahaan terhadap kehidupan social. Akibatnya, ketika sebuah perusahaan menggelar kegiatan sosial, misalnyamendatangi panti asuhan, hal seperti itulah yang dianggap sebagai bentuk-bentuk implementasi CSR. Ada juga yang memakai CSR secara lebih luas, yakni tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pendidikan, kesehatan atau bahkan terhadap bencana alam. Kesadaran terhadap pentingnya CSR telah menjadi isu global seiring dengan semakin maraknya kepedulian perusahaan. Selain merupakan wujud penerapan prinsip Good Coorporate Goverments (GCG), CSR berperan mendukung pencapaian Millenium Goals Development. Salah satunya adalah mengurangi angka kemiskinan dan buta huruf dari sekitar 1,3 miliar pada saat ini menjadi setengahnya pada 2015 (Tabloit Impresario, No.IX.2006).
Universitas Sumatera Utara
2.3.1. Latar Belakang Pentingnya CSR Penggunaan istilah Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) akhir-akhir ini semakin populer dengan semakin meningkatnya praktek tanggung jawab sosial perusahaan, diskusi-diskusi global, regional dan nasional tentang CSR. Istilah CSR yang mulai dikenal sejak tahun 1970-an, saat ini menjadi salah satu bentuk inovasi bagi hubungan perusahaan dengan masyarakat dan konsumen. CSR kini banyak diterapkan baik oleh perusahaan multi-nasional maupun perusahaan nasional atau lokal. CSR adalah tentang nilai dan standar yang berkaitan dengan beroperasinya sebuah perusahaan dalam suatu masyarakat. CSR berakar dari etika dan prinsip-prinsip yang berlaku di Perusahaan dan di masyarakat. Etika yang dianut merupakan bagian dari budaya (corporate culture), dan etika yang dianut masyarakat merupakan bagian dari budaya masyarakat. Suatu perusahaan seharusnya tidak hanya mencari keuntungan sebanyak mungkin, tetapi juga mempunyai etika dalam bertindak menggunakan sumber daya manusia dan lingkungan guna turut mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pengukuran kinerja yang semata dicermati dari komponen keuangan dan keuntungan (finance) tidak akan mampu membesarkan dan melestarikan, karena seringkali berhadapan dengan konflik pekerja, konflik dengan masyarakat sekitar dan semakin jauh dari prinsip pengelolaan lingkungan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Sebagai sebuah inovasi sosial baru dalam kehidupan bersama antara perusahaan dengan masyarakat, pemahaman tentang CSR oleh masyarakat perlu ditingkatkan dengan mengingat bahwa CSR memiliki potensi besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Defenisi Konsep Dalam penelitian kualitatif atau ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian, maka diberikan batasanbatasan makna dan arti konsep yang dipakai yaitu : •
Persepsi adalah pandangan positif atau negatif terhadap suatu fenomena atau peristiwa, atau sikap yang diberikan oleh sejumlah individu untuk menilai sesuatu hal.
•
Mengembangkan / Pengembangan Adalah proses, cara, tindakan, atau perbuatan yang memberdayakan.
•
Masyarakat Adalah sistem sosial yang swasembada, melebihi masa hidup individu normal, dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya (Talcott Parson, 1968). Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua anggota masyarakat lingkungan luar (eksternal) organisasi perusahaan yang secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh tujuan perusahaan.
•
Pendidikan Adalah tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Ki Hajar
Universitas Sumatera Utara
Dewantara), oleh karenanya pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam perubahan sosial dalam masyarakat. •
Perusahaan Perusahaan yang dimaksud disini adalah sebuah organisasi industri masyarakat yang tujuannya untuk memberikan perubahan positif dengan cara mengembangkan masyarakat kearah yang lebih maju, yaitu memberikan bantuan dan sumbangan kepada masyarakat yang sifatnya jangka panjang dan terutama dibidang pendidikan. Dalam hal ini adalah PT Dairi Prima Mineral Sopokomil Parongil Kab Dairi.
•
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Tanggung jawab sosial perusahaan adalah suatu kewajiban moral yang seharusnya di laksanakan sebagai konsekuensi dari komitmen baik secara nyata maupun tidak. Sedangkan tanggung jawab sosial adalah suatu kewajiban moral dari perusahaan yang harus dilaksanakan kepada masyarakat maupun tenaga kerjanya serta lingkungannya, sebagai suatu perwujudan dari kode etik bermasyarakat.
•
Interaksi Sosial Adalah Hubungan dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok maupun orang dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat kerja sama, tetapi bisa juga berbentuk tindakan persaingan, pertikaian, dan sejenisnya.
Universitas Sumatera Utara