BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Penelitian Terdahulu Nurmala (2006) yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap
Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta”, hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sutrisno (2001) dengan judul penelitian, “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan publik di Indonesia”, dengan menguji tujuh variabel secara simultan yang diduga mempengaruhi dividend payout ratio (DPR) yaitu : posisi kas, potensi pertumbuhan, size perusahaan, ratio hutang dan modal, profitabilitas, holding, dan DPR. Dari ketujuh variabel independen tersebut diatas, hanya posisi kas dan rasio hutang dengan modal (kelompok perkiraan neraca) saja yang berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan earning yang merupakan proksi dari kelompok rugi – laba berpengaruh kurang signifikan terhadap DPR. Nur
Hidayati (2006)
yang
berjudul
“Analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi dividen kas di Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel solvabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap cash dividend, sedangkan variabel profitabilitas, likuiditas, dan total aktiva tidak berpengaruh terhadap cash dividend..
Universitas Sumatera Utara
B.
Bank
1.
Pengertian Bank Bank merupakan suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan.
Dalam pembicaraan sehari – hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan simpanan giro, tabungan dan deposito. Disamping itu bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan, sebagai tempat untuk menukar uang, dan memindahkan atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran. Kasmir (2003;11) dalam bukunya, mengartikan bank secara sederhana sebagai : “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberrikan jasa bank lainnya”. Kemudian pengertian bank menurut UndangUndang RI nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan adalah : ”Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, serta memberikan jasa bank lainnya.
2.
Jenis – jenis Bank
Universitas Sumatera Utara
Praktek perbankan di Indonesia saat ini yang diatur oleh Undang – undang Perbankan memiliki beberapa jenis bank. Adapun jenis bank dewasa ini dapat ditinjau dari segi fungsinya, segi kepemilikannya, segi status, dan segi cara harga menentukan. 1) Dilihat dari Segi Fungsinya Menurut Undang – undang Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan dengan Undang – undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari dua jenis bank yaitu : a) Bank Umum Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank). b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya disini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitu pula dalam hal jangkauan wilayah operasi, BPR hanya
Universitas Sumatera Utara
dibatasi dalam wilayah – wilayah tertentu saja. Larangan lainnya bagi BPR adalah tidak diperkenankan ikut kliring serta transaksi valuta asing. 2) Dilihat dari Segi Kepemilikannya Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah : a) Bank milik pemerintah Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contohnya antara lain Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Tabungan Negara. b) Bank milik swasta nasional Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula. Contohnya antara lain Bank Muamalat, Bank Central Asia, dan Bank Danamon. c) Bank milik asing Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara. Contohnya antara lain City Bank, dan Standart Chartered Bank. d) Bank milik campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh
Universitas Sumatera Utara
warga negara Indonesia. Contohnya antara lain Mitsubishi Buana Bank, Interpacifik Bank, dan Bank Sakura Swadarma. 3) Dilihat dari Segi Status Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanan. Status bank yang dimaksud adalah : a) Bank devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travelers cheque, pembukuan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi luar negeri lainnya. b) Bank non devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa transaksi yang dilakukannya masih dalam batas – batas negara. 4) Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok :
a) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Universitas Sumatera Utara
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu : 1. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinamnya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. 2. Untuk jasa – jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya – biaya dalam nominal atau persentase tertentu seperti biaya administrasi, sewa, iuran dan biaya – biaya lainnya. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. b) Bank yang berdasarkan prinsip syariah Bank
berdasarkan prinsip
syariah
menerapkan
aturan
perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut : 1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) 2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah) 3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabah) 4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah)
Universitas Sumatera Utara
5. Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtana) C.
Pengertian Dividen Definisi dividen pada beberapa literatur pada dasarnay mengandung inti
yang sama yaitu bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada para pemilik atau pemegang saham perusahaan. Adapun penjelasan mengenai definisi dari dividen pada beberapa literatur diantaranya adalah sebagai berikut : Menurut
Hessel Nogi S. Tangkilisan (2003 ; 227) dalam bukunya,
mengemukakan bahwa :“Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham (pemilik modal sendiri, equity)”. Dan menurut Sutrisno (2003 ; 303), mengemukakan bahwa :“Cash dividend merupakan bagian dari laba yang dibagikankepada pemegang saham. Ada dua jenis dividen, yaitu dividen saham preferen yang dibayarkan secara tetap dalam jumlah tertentu, dan dividen saham biasa yang dibayarkan apabila perusahaan mendapat laba”. Pendapat lainnya menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003 ; 380), mengemukakan bahwa :“Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang”. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan bagian dari laba bersih yang berasal dari aliran kas untuk dibagikan kepada para pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu keputusan penting yang harus diambil oleh manajer keuangan adalah memutuskan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode akan dibagi sebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan. Yang dimaksud dengan kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba, ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang. Manajer keuangan apabila memutuskan untuk membagikan laba yang diperoleh dalam bentuk dividen, maka ketergantungan terhadap sumber dana eksternal menjadi semakin besar. Sebaliknya apabila manajer keuangan memandang bahwa perusahaan telah memiliki financial leverage yang tidak menguntungkan, maka sebaliknya laba yang diperoleh ditahan untuk memperbaiki struktur modal perusahaan. Namun demikian dalam kenyataannya kebijakan dividen tidak sesempit itu, karena menyangkut pula keputusan apakah pembayaran dividen dengan saham atau shock dividend dan pemecahan saham dalam nilai yang lebih kecil atau stock split mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu penentuan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham menjadi sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan untuk mengambil kebijakan dividen yang optimal. Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash dividend yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Berikut ini beberapa bentuk kebijakan dividen menurut Sutrisno (2003 ; 306) adalah : 1) Kebijakan pemberian dividen stabil
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap perlembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Pemberian kebijakan dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan yakni (1) bisa meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko yang kecil, (2) bisa memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, (3) akan menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan. 2) Kebijakan dividen yang meningkat Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang
saham dengan
jumlah
yang
selalu
meningkat
degan
pertumbuhan yang stabil. 3) Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio.
Universitas Sumatera Utara
4) Kebijakan pemberian dividen reguler yang rendah ditambah ekstra Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan umlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu. Dan kebijakan pemberian dividen menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003 ; 345) ada tiga jenis kebijakan dividen, yaitu: 1) Kebijakan dividen rasio pembayaran konstan Kebijakan dividen yang didasarkan dengan persentase tertentu dari pendapatan. Masalah dengan kebijakan ini adalah jika pendapatan perusahaan turun atau rugi pada suatu periode tertentu maka dividen menjadi rendah atau tidak ada. Karena dividen merupakan indikator dari kondisi perusahaan yang akan datang maka mungkin dapat berdampak buruk terhadap harga saham. 2) Kebijakan dividen teratur Kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam setiap periode. Seringkali dividen teratur digunakan dengan memakai target rasio pembayaran. 3) Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra Adalah kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen rendah yang teratur, ditambah dengan dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan. Semakin besar dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham, makin sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi, sehingga tingkat pertumbuhan yang
Universitas Sumatera Utara
diharapkan akan rendah masa mendatang, dan hal ini akan menekan harga saham. Semakin rendah laba ditahan akibatnya akan memperkecil kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba yang pada akhirnya juga akan memperkecil pertumbuhan dividen. Dari uraian tersebut, ternyata kebijakan dividen tersebut menimbulkan dua akibat yang bertentangan, oleh karena itu penentuan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham menjadi sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan untuk mengambil kebijakan dividen yang optimal. Artinya manajer
keuangan
harus
mampu
menentukan
kebijakan
yang
akan
menyeimbangkan dividen saat ini dan tingkat pertumtumbuhan dividen di masa yang akan datang agar memaksimumkan harga saham.
D.
Faktor – faktor Kebijakan Dividen Keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam setiap periodenya akan
didistribusikan kepada para pemegang saham, dan sebagian lagi akan ditahan untuk diinvestasikan lagi dalam bentuk yang lebih menguntungkan. Oleh karenanya manajemen harus dapat membuat suatu keputusan tentang besarnya keuntungan yang harus dibagikan kepada para pemegang saham, dan berapa yang harus
ditahan untuk
mendanai perkembangan atau
pertumbuhan demi
kelangsungan hidup perusahaannya. Keputusan ini akan mempunyai perngaruh yang menentukan terhadap nilai perusahaan. Dalam menentukan kebijakan dividen tentunya perusahaan ingin mencapai hasil yang terbaik dimana pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Kebijakan dividen yang baik adalah kebijakan dividen yang optimal. Agar
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dapat menciptakan keseimbangan dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang, maka perusahaan harus mempertimbangkan faktor – faktor yang mempengaruhinya. Menurut Hessel Nogi S. Tangkilisan (2003 ; 230-232) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain yaitu posisi solvabilitas perusahaan, posisi likuiditas, dividend payout ratio, pertumbuhan pendapatan perusahaan, stabilitas pendapatan perusahaan, tingkat keuntungan yang diharapkan tinggi, ketersediaan sumber dana dan biaya alternative, kebutuhan untuk melunasi hutang, rencana perluasan, kesempatan ekspansi, preferensi pemegang saham, harapan mengenai kondisi bisnis umumnya, pembatasan yang diberikan kreditur, dan pengawasan terhadap perusahaan. Sedangkan menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003 ; 388-389) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain yaitu peraturan hukum, posisi likuiditas, membayar pinjaman, kontrak pinjaman, pengembangan aktiva, tingkat pengembalian, stabilitas keuntungan, pasar modal, kendali perusahaan, keputusan kebijakan dividen. Adapun faktor – faktor kebijakan dividen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1). Posisi solvabilitas Posisi solvabilitas diukur dengan rasio solvabilitas yang merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank untuk melihat efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut. Ada beberapa jenis rasio solvabilitas, namun dalam penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pengukuran rasio solvabilitas dengan menggunakan primary rasio, yang merupakan rasio untuk mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah memadai. Atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total aset masuk dapat ditutupi oleh capital equity. Rumus untuk mencari primary ratio adalah : Primary Ratio =
EquityCapital x 100% TotalAsset
2). Posisi Likuiditas Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Posisi likuiditas diukur dengan rasio likuiditas yang merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Dengan kata lain dapat membayar kembali pencairan dana deposanya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Semakin besar rasio ini semakin likuid. Ada beberapa jenis rasio likuiditas, namun dalam penelitian ini dilakukan pengukuran rasio likuiditas dengan menggunakan rasio cepat (quick ratio). Rasio cepat (quick ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap para deposan (pemilik simpanan giro, tabungan dan deposito) dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh suatu bank. Rumus untuk mencari quick ratio adalah : Quick Ratio =
CashAsset x 100% TotalDeposit
Universitas Sumatera Utara
Cash assets terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain dan aktiva likuid dalam valuta asing. Sedangkan total deposit terdiri dari giro, tabungan dan deposito berjangka (Kasmir, 2003 ; 268). 3). Tingkat pengembalian (profitabilitas) Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relative untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham. Tingkat pengembalian atas asset (ROA) menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun di tempat lain (Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlin, 2003 ; 389). Rasio laba bersih terhadap total aktiva merupakan bagian dari rasio profitabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Dalam hal ini, rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setengah bunga dan pajak. Rumus untuk mencari rasio laba bersih terhadap total aktiva adalah : ROA =
Lababersih x 100% Totalaktiva
4). Ukuran perusahaan (firm size) Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas, akan memiliki akses yang mudah ke pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga
Universitas Sumatera Utara
perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan diwakili oleh total assest. (Sutrisno, 2001).
Universitas Sumatera Utara