BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Identifikasi Identifikasi menurut Hawadi (2002: 107) adalah suatu prosedur yang dipilih dan yang cocok dengan ciri-ciri yang akan dicari dan selaras dengan program yang mau dikembangkan. Hansen dan Linden (2002: 107) menyatakan bahwa dalam identifikasi, maka proses identifikasi yang dipilih haruslah berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Prosedur identifikasi haruslah berdasarkan hal-hal dan tujuan program yang bisa dipertahankan. Prinsip identifikasi meliputi hal-hal sebagai berikut: (1)
Metode identifikasi haruslah dipilih konsisten dengan defenisi.
(2)
Prosedur identifikasi haruslah bervariasi
(3)
Prosedur untuk identifikasi harus baku dan konsisten.
(4)
Jika
ada
keterbatasan
dalam
lingkungan,
maka
kita
harus
mempertimbangkan apa yang dapat dilakukan dalam lingkungan tertentu (Hawadi, 2002: 108). Menurut Hawadi (2002: 110) proses identifikasi ada dua, yakni pertama, tahap penjaringan dan tahap identifikasi serta
studi kasus.
Pada
tahap
penjaringan digunakan metode yang majemuk seperti melakukan tes. Pada tahap kedua, yang juga disebut dengan tahap identifikasi melibatkan pengetesan individu. Dalam hal ini tahapan terhadap proses identifikasi adalah 1) tahap penjaringan, 2) tahap seleksi untuk identifikasi akhir.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Strategi Ditinjau dari asal-usul katanya, istilah strategi berasal dari kata Yunani strategia (stratos = militer dan ag= memimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi sang jenderal (Tjiptono 2000: 1). Secara luas strategi dapat diartikan sebagai seni (art) menggunakan semua kekuatan untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan (Daoed Yoesoef, 2006). Menurut Andrew (2005), strategi adalah pola keputusan yang menentukan dan mengungkapkan sadaran, maksud atau tujuan dan menghasilkan suatu kebijakan serta merencanakan untuk pencapaian tujuan serta memperinci apa yang ingin dicapai. Strategi merupakan suatu proses yang dalam banyak hal tidak dapat dipisahkan dari struktur, tingkah laku dan kebudayaan dimana ditempat terjadinya proses tersebut. Namun demikian, dari proses tersebut kita dapat memisahkan dua aspek penting yang saling berhubungan erat dalam kehidupan nyata, tetapi dapat dipisah untuk tujuan analisis. Yang pertama adalah perumusan (formulasi) dan yang kedua adalah pelaksanaan (implementasi). Menurut Andrew (2005:19) strategi adalah pola keputusan untuk menentukan dan mengungkapkan sasaran, maksud atau tujuan yang menghasilkan suatu kebijakan dan merencanakan sesuatu untuk pencapaian tujuan-tujuan yang mau dicapai serta membuat rincian apa yang diinginkan. Strategi tidak dapat dipisahkan dari struktur, tingkah laku dan kebudayaan di tempat terjadinya proses tersebut. Namun demikian, proses yang ada memiliki dua aspek penting yang saling berhubungan satu sama lain. Aspek tersebut
Universitas Sumatera Utara
diperlukan untuk tujuan analisis. Aspek yang dimaksud adalah perumusan (formulation), dan pelaksanaan (implementation) (Andrew, 2005: 25). Tahapan demi terwujudnya suatu strategi adalah sebagai berikut: a. Tahap perumusan. Tahap pertama diartikan sebagai keseluruhan keputusan-keputusan kondisional yang menetapkan tindakan-tindakan yang harus dijalankan guna menghadapi setiap keadaan yang mungkin terjadi di masa depan. b. Tahap pemutusan. Tahap ini mencakup pengambilan keputusan terkait dengan semua potensi yang dimiliki. c. Tahap pelaksanaan. Tahapan
ini
mencakup
pelaksanaan
strategi
yang
ada
dengan
menggunakan semua kemampuan yang dimiliki untuk pencapaian tujuan. d. Tahap penilaian. Pada tahapan ini dilakukan penelitian atas apa yang sudah dilakukan pada tahap-tahap selanjutnya
(Http://www.globalisasi.wordpress.com,
2006). Strategi diperlukan demi untuk pencapaian tujuan dalam melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan. Strategi identifikasi pemberdayaan ibu rumah tangga diperlukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi
masalah-
masalah atau kendala-kendala yang dihadapi sehingga dapat ditemukan
cara
penyelesaiannya dengan menggunakan strategi tertentu. Strategi ini diperlukan demi pencapaian tujuan yang ingin dicapai secara efisien dan efektif.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Pemberdayaan Bidang Ekonomi Pemberdayaan dalam bidang ekonomi pada ibu rumah tangga merupakan salah satu fenomena yang dapat meningkatnya suatu pendapatan masyarakat lemah yang khususnya pada kaum perempuan. Pendapatan ibu rumah tangga pada umumnya berasal dari dua anasir, yaitu dari upah gaji dan dari surplus usaha. Dari anasir upah atau gaji, pada umumnya ibu rumah tangga yang tunadaya hanya menerima upah atau gaji rendah. Rendahnya gaji atau upah yang diterima ibu rumah tangga tunadaya ini disebabkan karena mereka pada umumnya memiliki keterampilan yang terbatas dan sikap mental yang buruk. Rendahnya keterampilan ibu ramah tangga disebabkan karena akses atau kesempatan untuk mendapatkan pelayanan pendidikannya pada umumnya buruk. Oleh sebab itu, pemberdayaan ekonomi yang cukup realistis untuk kaum perempuan.
2.3.1. Pemberdayaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pemberdayaan adalah suatu proses untuk berdaya, memiliki kekuatan, kemampuan dan tenaga untuk menguasai sesuatu. Pemberdayaan merupakan suatu usaha yang ditujukan untuk mensejahterakan masing-masing individu. Dalam GBHN 1999-2004, menetapkan dua arah kebijakan pemberdayaan perempuan yakni pertama meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kebijakan nasional yang diemban oleh lembaga yang mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan
gender. Kedua, meningkatkan kualitas peran dan kemandirian
organisasi perempuan
dengan tetap
mempertahankan
nilai persatuan
dan
Universitas Sumatera Utara
kesatuan, nilai historis perjuangan perempuan dalam melanjutkan pemberdayaan
usaha
perempuan serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat
(Muthali’in, http://www.duniaesai.com 2004). Alasan perlunya pemberdayaan perempuan, yakni: 1. Dalam agama, secara jelas dinyatakan bahwa tidak ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan. 2. Secara psikologis, jiwa perempuan lebih peka dan sensitif ketimbang lakilaki, baik terhadap sesuatu yang baru maupun terhadap berbagai perubahan. 3. Jiwa keibuan sangat identik dengan kemampuan dan kerelaan mendidik, dan pendidikan adalah kunci sebuah perubahan sikap. 4. Kesabaran dan keprihatinan yang dimiliki seorang perempuan jauh lebih tinggi daripada laki-laki. 5. Secara sosiologis, dipahami bahwa ibu atau perempuan adalah orang yang mengerti kondisi dan kebutuhan keluarganya (Harahap, http:www.p2kp, 2007). Pemberdayaan wanita perlu dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Meningkatkan kemampuan wanita nelayan dalam manajemen usaha teknologi tepat guna guna memfasilitasi wanita nelayan mengembangkan usaha. 2. Meningkatkan akses wanita nelayan terhadap sumber daya, modal, pasar dan teknologi. 3. Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian wanita nelayan terhadap kesehatan keluarga dan sanitasi lingkungan. 4. Meningkatkan peranan wanita nelayan sebagai salah satu pengambil keputusan dalam usaha perikanan.
Universitas Sumatera Utara
5. Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian kelembagaan wanita nelayan dengan tetap memperhatikan kelestarian sumber daya alam di kawasan perikanan. 6. Meningkatkan kesejahteraan wanita dan keluarga nelayan (Soenarko, http:// tumootu, net, 2007).
2.3.2. Indikator Pemberdayaan Pemberdayaan mencakup dua (2) dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik dan kompetensi partisipatif. Dimensi tersebut meruukan pada: a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individu yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar. b. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.
2.3.3. Strategi Pemberdayaan Proses pemberdayaan pada umumnya dilakukan secara kolektif, tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu antara pekerja sosial dengan klien dalam setting pertolongan. Meskipun pemberdayaan seperti ini dapat meningkatkan rasa percaya diri berkemampuan diri. Pemberdayaan merupakan suatu konsep yang telah melekat agar rakyat berkemampuan sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan. Melalui peran
Universitas Sumatera Utara
tersebut diharapkan muncul kesadaran dari perorangan dan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat untuk meneladaninya. Pemberdayaan sebagi upaya untuk menggerakan roda ekonomi. Konsep pemberdayaan merupakan salah satu upaya yang di lakukan dalam mewujudkan pembangunan masyarakat yang menekankan pada unsur manusia sebagai subjek pembangunan. Pemberdayaan merupakan jawaban atas realita ketidakberdayaan (disempowerment). Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberdayaan mempunyai beberapa aspek yaitu: 1. Dapat memberikan kemampuan secara dasar sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan, dalam memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi kelompok-kelompok masyarakat. 2. Karena adanya upaya pembangunan yang akan memberikan suatu kapasitas dan dapat menggerakan berlangsungnya roda perekonomian. 3. Dengan adanya upaya pemberdayaan dapat mewujudkan pembangunan masyarakat yang menekankan pada unsur manusia sebagai subjek pembangunan. 4. Dengan adanya proses perubahan sosial, maka dapat memberikan pengaruh yang lebih besar memungkinkan orang-orang baik secara lokal maupun nasional. 5. Dengan adanya pemberdayaan maka dapat memberi kekuatan kepada masyarakat lemah.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Tahap-tahap pemberdayaan Ada beberapa tahap pemberdayaan yang menerapkan tidak selalu linier dan kalau melainkan lebih fleksibel. Fase kegiatan ini meliputi: 1. Persiapan. 2. Pengembangan kontak dengan klien. 3. Pengumpulan data. 4. Perencanaan dan analisis. 5. Bekarja dengan kelompok komunitas. 6. Penyadaran diri bersama untuk perubahan yang ingin dicapai. 7. Monitoring dan evaluasi. 8. Kesepakatan bersama.
2.4. Pengertian Ekonomi Istilah ekonomi berasal dari bahasa yunani yaitu “oikos” yang artinya rumah tangga, “nomos” artinya mengatur. Jadi secara harfiah ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana (Fran, 2002). Menurut istilah dalam Kamus Bahasa Indonesia, ekonomi berarti segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakain barang-barang serta kekayaan
seperti
perdagangan,
keuangan,
prindustrian
dan
sebagainya
(KKBI,2002:379). Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomo juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi dapat dikatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup manusia seharihari.
2.5. Pengertian Desa Kata desa berasal dari bahasa sansekerta yakni desa, dusun yang berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal atau tanah leluhur yang merujuk pada suatu kesatuan hidup, dengan kesatuan norma serta memiliki batas yang jelas. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (1993:200), disebut bahwa desa adalah: 1. Kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan kampung, atau dusun. 2. Udik atau dusun (dalam arti daerah pedalaman sebagai lawan kota). 3. Tempat, tanah dan daerah. Inayahullah (Ibrahim 2003:182) mengemukakan bahwa desa suatu kesatuan hukum, dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa dan mengadakan pemerintahan sendiri, desa terjadi bukan hanya dari satu tempat kediaman masyarakat saja Roucek (Ibrahim, 2003:182) mendefinisikan desa sebagai bentuk yang diteruskan antara penduduknya dengan lembaga mereka diwilayah setempat dimana mereka tinggal, yaitu diladang-ladang, berserak dan dikampung biasanya menjadi pusut segala aktivitaas mereka bersama. Menurut pasal 1 UU No.5 tahun 1995, desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat, termasuk didalamnya
kesatuan
masyarakat
hukum
yang
mempunyai
organisasi
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Masyarakat di daerah pedesaan berhubungan satu sama lain dengan kunjung mengunjungi, pinjam meminjam alat-alat perlengkapan, bertukar saja, tolong menolong atau ikut serta dalam aktivitas-aktivitas sosial. Dalam pengertian yang sama desa didefinisikan sebagai satu daerah hukum yang ada sejak beberapa turunan dan mempunyai ikatan sosial yang hidup serta tinggal menetap disuatu daerah tertentu dengan adat-istiadat yang dijadikan landasan hukum dan mempunyai seorang pimpinan formil yaitu kepada desa (Poernomo,2004:28). Dipandang dari sudut statistik, pedesaan adalah tempat-tempat dengan jumlah penduduk kurang dari 2.500 orang, kecuali bila disebut
lainnya.
Dipandang dari kajian psikologis, pedesaan adalah daerah-daearh dimana pergaulannya ditandai oleh derajat intensitas yang tinggi, sedangkan kota adalah tempat-tempat dimana hubungan sesama individu sangat impersonal (longgar bersikap acuh). Dari pengertian di atas dapat dilihat beberapa hal yang terkait dengan desa yakni adanya kehidupan bersama, ada wilayah, ada pemerintah, juga memiliki budaya yang khas dengan basis utama ekonomi adalah pertanian. Pada umum ini belum secara khusus mampu menjelaskan
tentang desa dengan lebih rinci,
apabila dengan menjelaskan jenis desa. Sebagai masyarakat terbuka tentunya desa-desa
tidak
dapat
begitu
saja
diuraikan
tanpa
melihat
sejarah
pembentukkannya.
Universitas Sumatera Utara
2.5.1. Masyarakat Desa Masyarakat merupakan hasil dari suatu periode perubahan budaya dan akumulasi budaya. Jadi masyarakat bukan sekedar jumlah penduduk saja melainkan sebagai suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka suatu menampilkan suatu realita tertentu yang mempunyai ciri-ciri tersendiri, dimana dari hubungan antar mereka ini terbentuk suatu kumpulan manusia yang kemudian menghasilkan suatu kebudayaan. Masyarakat merupakan sekumpulan orang yang hidup bersama-sama dan menghasilkan kebudayaan atau disebut juga sekelompok orang yang mempunyai kebudayaan yang sama atau setidaknya mempunyai sebuah kebudayaan bersama yang dapat dibedakan dari apa yang dimiliki oleh sekelompok lainnya dan yang tinggal di suatu daerah wilayah tertentu mempunyai perasaan akan adanya persatuan di antara anggota-anggota dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan yang berbeda dari yang lainnya. (Wisadirana, 2004: 2)
2.5.2. Ibu Rumah Tangga Kata keluarga berasal dari bahasa Sansekerta yakni kula yang berarti famili dan warga yang berarti anggota. Jadi, keluarga adalah anggota famili yang dalam hal ini terdiri dari ibu (isteri), bapak (suami) dan anak. Dalam sebuah rumah tangga, biasanya ada peran-peran yang diletakkan pada anggotanya. Seperti seorang suami berperan sebagai kepala rumah tangga, sedangkan isteri berperan sebagai ibu rumah tangga. (Munti, 1999: 4). Seorang ibu, sebagai bagian dari keluarga, mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam upaya menciptakan keluarga yang sehat dan
Universitas Sumatera Utara
sejahtera
serta
harmonis
dalam
kehidupan
suatu
keluarga.
Tanpa
mengesampingkan fungsi dan peranan anggota keluarga yang lainnya, seorang ibu dengan sifat-sifat kelembutan dan kesabarannya serta ketersediaan waktu yang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan seorang ayah, menjadikannya lebih mempunyai peranan yang mewarnai terbentuknya fungsi-fungsi keluarga. Fungsifungsi keluarga dimaksud, adalah yang menyangkut fungsi keagamaan, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosial dan pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi pemeliharaan lingkungan yang keseluruhan fungsi fungsi dimaksud erat kaitannya dan berhubungan dengan masyarakat, bangsa dan negara. Perempuan sebagai sumber daya manusia, mempunyai beragam fungsi. Fungsi pertama kaum perempuan adalah sebagai ibu dan istri dalam rumah tangga atau sering disebut sebagai ibu rumah tangga. Sebagai ibu rumah tangga ia menduduki posisi yang sangat menentukan suasana kehidupan keluarga yang merupakan unit terkecil dari pada masyarakat. Kesejahteraan suatu masyarakat bahkan kesejahteraan suatu bangsa berbanding lurus dengan kesejahteraan unit terkecilnya. Kesejahteraan keluarga antara lain tergantung pada kemauan dan kemampuan kaum perempuan dalam berperan sesuai fungsinya sebagai ibu rumah tangga. Dengan demikian, ibu rumah tangga merupakan suatu profesi yang amat menentukan bahkan merupakan motor penggerak kesejahteraan keluarga.
Fungsi lainnya dari kaum perempuan Indonesia adalah sebagai sumber potensi bangsa, apalagi bila di lihat dari segi jumlahnya. Jika kuantitas dan kualitas produktifitasnya dapat dikembangkan, niscaya pada gilirannya akan dapat berperan untuk lebih memacu laju pembangunan nasional.
Universitas Sumatera Utara
Di samping itu, kaum perempuan juga berfungsi sebagai sumber tenaga kerja. Dengan fungsi ini kaum perempuan dapat berbuat banyak hal tanpa meninggalkan norma agama dan norma budaya Indonesia. Dalam hubungan dengan ini kadar profesionalisme pada akhirnya akan merupakan taruhan terakhir. Perempuan yang juga merupakan salah satu tugas pokok bangsa adalah mendorong semakin meningkatnya peranan perempuan dalam keserasian dan keselarasan antar fungsi-fungsinya. Kita menginginkan kaum perempuan tidak hanya sebagai ibu rumah tangga yang dapat bekerja dengan baik, serta sebagai sumber potensi bangsa dan sumber tenaga kerja yang baik, tetapi yang kita inginkan dari kaum perempuan Indonesia adalah menjadikannya mandiri dan manunggal dengan kaum laki-laki, bahu membahu meneruskan perjuangan dalam bentuk pengabdian nyata dengan mengisi kemerdekaan ini dengan pembangunan. Dalam kemandirian dan kemanunggalan itu kaum perempuan perlu senantiasa memelihara keserasian dan keselarasan fungsi-fungsinya.
Dengan memberatkan fungsi sebagai ibu rumah tangga, membawa akibat tertinggalnya kaum perempuan dalam berbagai aspek yang semestinya ia bisa peroleh sebagai anggota masyarakat atau sebagai warga negara yang mempunyai kedudukan, martabat, hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki. Sebaliknya lebih memberatkan fungsi-fungsi
lainnya,
membawa
akibat ketidak sejahteraan keluarga dengan segala dampaknya: seperti tumbuh dan berkembangnya berbagai masalah kesejahteraan anak dan keluarga.
Wanita seperti yang dikatakan Ki Hadjar Dewantoro bahwa wanita itu dalam pergandaan menurut kodrati dinamakan “pemangku keturunan”. Seperti
Universitas Sumatera Utara
halnya dengan suami, wanita mempunyai kedudukan yang sama (tinggi) nilainya sama-sama kawulo atau abdi yang mempunyai kedudukan sebagai warga negara.
Seorang wanita adalah pemerlihara rumah tangga, dan juga sebagai pengasuhan terhadap anak-anaknya mulai bayi itu dikandungnya sampai usia dewasa, bahkan sampai pada waktu kawinnya, sampai beranak cucu dan tak kunjung habisnya. Ibu dalam rumah tangga memegang peranan yang penting terutama dalam rangka membimbing dan mendidik anak-anak.
Tugas pokok wanita sebagai ibu adalah pemelihara rumah tangga, pengatur, berusaha dengan sepenuh hati agar keluarga sebagai sendi masyarakat akan berdiri tegak, megah, aman tenteram dan sejahtera, hidup berdampingan dengan dan di dalam masyarakat yang ramai. Sebagai ibu, ia menciptakan suasana persahabatan, kekeluargaaan dengan keluarga-keluarga lain dalam lingkungan dimana ia hidup.
2.6. Kerangka Pemikiran Peneliti menyusun kerangka pemikiran dalam melakukan penelitian sebagai suatu landasan yang menunjukan dari sudut mana masalah diteliti dan untuk mendukung pemecahan masalah yang ada secara sistematis. Belakangan ini, nilai-nilai budaya dan ajaran agama mengenai pembagian peran ibu rumah tangga dipertanyakan kembali, karena ada pergeseran-pergeseran peran yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Berdasarkan data-data yang ada, perempuan di dalam masyarakat tertentu telah berperan sebagai kepala rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
Peran ganda wanita adalah suatu realitas keinginan namun kesempatan dalam kehidupan sehari-hari tampaknya masih memendam masalah yang dalam wacana atau konteks formal tidak terungkap, namun kalau diamati dalam hubungan informa faktor yang kurang menguntungkan masih sering muncul kepermukaan. Faktor kurang menguntungkan yang dimaksud dalam hal ini adalah persepsi suami dan lingkungan sosial yang kurang mendukung peningkatan peran wanita khususnya di sektor publik (Jurnal Penelitian Sosial, 2003: 20). Penelitian mengenai strategi kehidupan perempuan sebagai kepala rumah tangga, menunjukkan ada bermacam-macam penyebab perempuan menjadi kepala rumah tangga. Diantaranya adalah faktor perceraian, sehingga perempuan harus menanggung biaya hidupnya sendiri atau bersama anaknya, atau perempuan tersebut merantau tanpa suami, atau perempuan itu ditinggal merantau oleh suaminya dan berumah tangga sendiri. Hal ini berlaku pula untuk rumah tangga dengan kehadiran suami, namun dikarenakan lemah secara fisik atau mental, sehingga tidak mampu mengelola rumah tangga. Sebagai seorang kepala rumah tangga, kaum perempuan tersebut melakukan berbagai cara untuk mempertahankan hidup keluarganya. Bagi perempuan muda yang masih harus menanggung anak balita atau jumlah anak yang biasanya banyak, misalnya, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menitipkan anaknya pada orang tuanya atau kerabat lainnya yang lebih berada. Hal ini terpaksa dilakukan, karena mereka sendiri masih harus mencari nafkah, dan jenis pekerjaan yang digelutinya tidak mungkin dilakukan sambil mengasuh anak. Kemungkinan lain adalah, karena nafkah yang diperolehnya kurang atau tidak mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Sementara itu, bagi perempuan
Universitas Sumatera Utara
kepala rumah tangga yang tua, biasanya di samping harus mencari nafkah, ia juga melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, mencuci, menyapu, mengepel, berbelanja dan sebagainya. Pekerjaan rumah tangga ini banyak menyita waktu, terutama kalau mereka tidak memperoleh bantuan dari anak, kerabat atau seorang pembantu. Tanggung jawab mengurus rumah tangga ini harus tetap ia lakukan, karena norma yang berlaku menetapkan perempuan untuk melakukan hal tersebut. Pada dasarnya tujuan peningkatan peran wanita ada dua, yakni tujuan umum yang mencakup peningkatan kedudukan dan peranan sebagai mitra sejajar pria dalam pembangunan bidan kesejahteraan sosial, meningkatkan kesejahteraan sosial wanita dan keluarga, mengaktifkan organisasi wanita dan penghasilan wanita. Sedangkan tujuan khusus mencakup peningkatan jumlah, mutu,
dan
penyebaran pemimpin wanita yang mampu melaksanakan usaha kesejahteraan sosial, serta meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap wanita dalam bidang usaha ekonomis produktif sebagai upaya mencegah urbanisasi dari desa ke kota ( Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial, 2003: 35). Masalah lainnya adalah terkait dengan aspek-aspek perbedaan gender. Konstruksi sosial perbedaan peran gender telah memberikan pengertian yang mendasar bagi laki-lak dan perempuan. Ternyata dalam proses kehidupan bermasyarakat, telah terjadi ketimpangan dan ketidakadilan gender. 1. Ketidakadilan gender dalam hubungan kerja. Perempuan dan laki-laki sama-sama mempunyai peran dalam produksi benda atau jasa, di sektor publik dari tingkat lingkungan sampai pemerintahan. Tetapi tugas –tugas
Universitas Sumatera Utara
yang berhubungan dengan fungsi reproduksi masyarakat, pekerjaanpekerjaan domestik hampir selalu menjadi tanggungjawab perempuan. 2. Ketidakadilan gender dalam hubungan dengan sumber alam dan manfaatnya. Perbedaan gender sangat mencolok. Pemakaian sumber alam dan manfaat serta pengawasannya diterapkan menurut istilah gender yang telah terkonstruksi secara sosial. Dalam beberapa masyarakat, perempuan tidak boleh memiliki tanah. 3. Ketidakadilan gender dalam kaitannya dengan hak azasi. Dalam pembicaraan hak azasi, tidak otomatis hak azasi perempuan termasuk di dalamnya.
Kenyataan
ini
membuktikan
bahwa perempuan tidak
mempunyai hak pribadi, meskipun untuk menentukan hak reproduksinya sendiri. 4. Ketidakadilan gender dalam kaitannya dengan kebudayaan dan agama. Perempuan mengalami diskriminasi di segala lingkungan. Pelaksanaan dan
praktek
beragama
maupun
kebudayaan
merupakan
sumber
ketidakadilan gender dan diskriminasi hak azasi perempuan (Murniati, 2004 : 98).
Universitas Sumatera Utara
Untuk lebih memperjelas kerangka pemikiran, maka dapat digambarkan pada bagan dibawah ini: Pemerintah Daerah Kabupaten Simeulue
Program Pemberdayaan Ekonomi Ibu Rumah Tangga
Pemberdayaan Ekonomi mempunyai beberapa aspek: 1. Berkemampuan 2. Berperan aktif dalam Pembangunan 3. Perubahan Sosial 4. Berfungsi Sosial 5. Berpartisipasi dalam masyarakat
Hasil yang diperoleh Ibu Rumah Tangga
2.7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional -
Defenisi konsep Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak secara kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (singarimbun, 1989: 33). Untuk menfokuskan penilitian ini penulis memberikan batasan konsep yang diangkat dalam penelitian ini yaitu: 1. Identifikasi strategi adalah suatu proses pemahaman masyarakat terhadap apa yang mau dicapai. 2. Pemberdayaan adalah menjadi individu, kelompok maupun komunitas berusaha mengontrol kehidupa masa depan sesuai keinginan mereka.
Universitas Sumatera Utara
3. Ibu rumah tanggah adalah perempuan (ibu) yang menjalankan rumah tanggah dalam keluarga. -
Definisi operasional
Definisi operasional
merupakan unsur
penelitian
yang
memberitahukan
bagaimana cara mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989: 34). Yang menjadi indikator-indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi strategi indikator: -
Sikap adalah hasrat menjadi peserta dalam pelaksanaan program.
-
Partisipasi adalah keterlibatan dan pemanfaatan masyarakat terhadap program.
2. Pemberdayaan bidang ekonomi dengan indikator: -
Bentuk pemberdayaan
-
Sistem informasi
-
Bentuk bantuan yang diberikan
-
Tujuan pemberdayaan.
Universitas Sumatera Utara