BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Konsep Pembangunan Ekonomi Penjelasan tentang definisi atau pengertian pembangunan ekonomi banyak dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi. Menurut Adam Smith dalam Suryana (2000), pembangunan ekonomi adalah proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Bertambahnya penduduk suatu negara harus diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi permintaan kebutuhan dalam negeri. Menurut Sukirno (2002), pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Di sini ada dua aspek penting yang saling berhubungan erat yaitu pendapatan total atau yang lebih dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk. Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006) pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis dan gradual, tetapi merupakan proses yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Berdasarkan pengertian tersebut pembangunan ekonomi terjadi secara berkelanjutan dari waktu ke waktu dan selalu mengarah positif untuk perbaikan segala sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Industri dan perdagangan akan mewujudkan segala kreatifitas dalam pembangunan ekonomi dengan penggunaan teknologi industri serta dengan adanya perdagangan tercipta kompetisi ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan ekonomi juga merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat dinamis, menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Apapun yang dilakukan, hakikat pembangunan ekonomi itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, bukan merupakan gambaran ekonomi satu saat saja. Dalam Sukirno (2006), pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan. Arti dari pernyataan tersebut adalah pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak hanya diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dalam kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat. Pembangunan
ekonomi
adalah
suatu
proses
yang
bersifat
multidimensional yang melibatkan kepada seluruh perubahan besar baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparitas) dan pengangguran (Todaro, 2008). Arsyad (2010), mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses. Proses yang dimaksud adalah proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.
Universitas Sumatera Utara
Ada
empat
model
pembangunan
(Suryana,
2000)
yaitu
model
pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, penghapusan kemiskinan dan model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan atas model pembangunan tersebut, semua itu bertujuan pada perbaikan kualitas hidup, peningkatan barang dan jasa, penciptaan lapangan kerja baru dengan upah yang layak, dengan harapan tercapainya tingkat hidup minimal untuk setiap rumah tangga. Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasilnya serta pemantapan stabilitas nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara kedaerahan. 2.2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dalam melakukan analisa perkembangan ekonomi di suatu wilayah. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu unsur utama dalam suatu pembangunan ekonomi dan mempunyai implikasi kebijakan yang cukup luas, baik terhadap wilayahnya maupun terhadap wilayah lain. Dalam Teori Klasik Adam Smith menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan penduduk. Jumlah penduduk yang bertambah akan memperluas pangsa pasar, dan perluasan pasar akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Lebih lanjut, spesialisasi
akan
meningkatkatkan
produktivitas
tenaga
kerja
sehingga
meningkatkan upah dan keuntungan. Dengan demikian, proses pertumbuhan akan
Universitas Sumatera Utara
terus berlangsung sampai seluruh sumber daya termanfaatkan. Sementara itu David Ricardo, mengemukakan pandangan yang berbeda dengan Adam Smith. Menurutnya, perkembangan penduduk yang berjalan cepat pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf yang rendah. Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo berawal dari jumlah penduduk rendah dan sumber daya alam yang relatif melimpah. Keynes melihat pertumbuhan dalam kondisi jangka pendek dan menyatakan bahwa pendapatan total merupakan fungsi dari pekerjaan total dari suatu negara. Semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkan, semakin besar pendapatan nasional yang diperoleh, demikian juga sebaliknya. Volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif. Permintaan efektif ditentukan pada titik saat harga permintaan agregat sama dengan harga penawaran agregat. Keynes juga menyatakan untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter serta pengawasan secara langsung. Boediono (1999), pertumbuhan ekonomi dapat didefenisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dan penjelasan bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan. Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2004), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka
Universitas Sumatera Utara
panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks mengemukakan masalah negara terbelakang menyangkut pengembangan sumber-sumber yang tidak atau belum dipergunakan, kendati penggunaanya telah cukup dikenal. Menurut Simon dalam Jhingan (2004) pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk meyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang dibutuhkannya. Pertumbuhan ekonomi dalam Sukirno (2006) sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu dengan PDRB tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dinilai sebagai dampak kebijaksanaan pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektorekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan (Sirojuzilam, 2008). Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor penting (Arsyad, 2010) yaitu: 1. Akumulasi Modal Akumulasi modal adalah semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan),
Universitas Sumatera Utara
peralatan fiskal dan sumber daya manusia (human resources), akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Akumulasi modal akan menambah sumber daya yang telah ada. 2. Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang
pertumbuhan
ekonomi.
Namun
kemampuan
merangsang
pertumbuhan ekonomi tergantung pada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan mempekerjakan tenaga kerja yang ada secara produktif. 3. Kemajuan Teknologi Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional. 2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Informasi hasil pembangunan ekonomi yang telah dicapai dapat dimanfaatkan sebagai bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan. Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah adalah melalui penyajian angka-angka pendapatan regional (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat didefinisikan sebagai estimasi total produk barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi ke dalam sembilan sektor, sedangkan secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Dikatakan sektor primer apabila outputnya masih merupakan proses tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam. Yang termasuk dalam sektor ini adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder adalah sektor ekonomi yang inputnya berasal dari sektor primer, yang meliputi sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; serta sektor konstruksi. Sedangkan sektor-sektor lainnya seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa dikelompokkan ke dalam sektor tersier. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara keseluruhan disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Penyajian atas dasar harga berlaku menunjukkan besaran nilai tambah bruto masing-masing sektor sesuai dengan keadaan pada tahun yang sedang berjalan. Penilaian terhadap produksi, biaya antara dan nilai tambahnya dilakukan dengan menggunakan harga berlaku pada masing-masing tahun. Penyajian atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga tetap suatu tahun dasar. Semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya antara yang digunakan dan nilai tambah masing-masing sektor dinilai berdasarkan harga pada tahun dasar. Penyajian ini memperlihatkan perkembangan produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga (inflasi/deflasi) sudah dikeluarkan. Angka PDRB yang atas dasar harga konstan menjelaskan laju pertumbuhan ekonomi
Universitas Sumatera Utara
wilayah tersebut. Dalam perhitungan pendapatan nasional, terdapat dua metode yaitu: 1. Metode langsung, yaitu perhitungan nilai tambah dari suatu lapangan usaha/sektor atau subsektor suatu wilayah dengan cara mengalokasikan angka pendapatan nasional. 2. Metode tidak langsung, yaitu metode alokasi pendapatan nasional dengan memperhitungkan nilai tambah sektor/subsektor suatu wilayah dengan cara mengalokasikan angka pendapatan nasional berdasarkan jumlah produksi fisik, nilai produksi fisik, nilai produksi bruto atau neto, tenaga kerja dan alokator tidak langsung. Metode-metode di atas, dilakukan dengan beberapa pendekatan antara lain: 1. Pendekatan Produksi (Production Approach), yaitu menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya tiap sektor/subsektor. 2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yaitu menghitung nilai tambah suatu kegiatan ekonomi dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor-faktor produksi seperti upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto. 3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu menghitung nilai tambah suatu kegiatan ekonomi yang bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi.
Universitas Sumatera Utara
Metode umum perhitungan pendapatan nasional di Indonesia adalah dengan metode langsung dan pendekatan produksi. Perlu diperhatikan bahwa dalam menjumlahkan hasil produksi barang dan jasa, haruslah dicegah perhitungan ganda (double counting). Hal ini penting karena sering terjadi bahan mentah suatu sektor dihasilkan ole sektor lain, sehingga nilai bahan mentah tersebut telah dihitung pada sektor yang menghasilkannya. 2.4. Pembangunan dan Pertumbuhan Daerah Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Munir (2002), peniruan mentah-mentah terhadap pola kebijakan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain. Setiap pembangunan daerah memiliki tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakatnya harus secara bersamasama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah dengan partisipasi masyarakatnya dengan memanfaatkan sumberdayasumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Syafrijal, 2008). Pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal, sarana dan prasarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan
dan
pembiayaan
pembangunan
daerah,
kewirausahaan
Universitas Sumatera Utara
(kewiraswastaan), kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas (Adisamita, 2008). Pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari segi pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilakukan di daerah. Pembangunan sektoral disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah. Kedua, dari segi pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Ketiga, pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahan. Tujuan pembangunan daerah hanya dapat dicapai apabila pemerintahan daerah dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu pembangunan daerah merupakan suatu usaha mengembangkan dan memperkuat pemerintahan daerah dalam rangka semakin mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab (Sjafrizal, 2008). Program pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak boleh bertentangan dengan program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Jadi pada hakikatnya perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh tiap daerah merupakan pelengkap perencanaan pembangunan yang dilaksankan oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk mendistribusikan proyek-proyek ke berbagai daerah dengan tujuan memberikan sumbangan yang optimal kepada usaha pemerintah untuk membangun. Ada 2 kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan daerah (Kuncoro, 2004) yaitu: a. Tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi
kebutuhan
daerah
dalam
proses
pembangunan
Universitas Sumatera Utara
perekonomiannya. b. Kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda-beda. Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah peningkatan variabel ekonomi dari suatu subsistem spasial suatu wilayah dan juga dapat diartikan sebagai peningkatan kemakmuran suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi wilayah menganalisis suatu wilayah sebagai suatu sistem ekonomi terbuka yang berhubungan dengan wilayah-wilayah lain melalui arus perpindahan faktor-faktor produksi dan pertukaran komoditas. Pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu daerah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di daerah tersebut (Tarigan, 2005). Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat dalam era otonomi daerah. Hal ini dikarenakan dalam otonomi daerah masingmasing daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya, guna meningkatkan kemakmuran masyarakatnya. Oleh karena itu, pembahasan tentang struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan sangat penting artinya bagi pemerintah daerah dalam menentukan upaya-upaya yang dapat dilakukan bagi mendorong pertumbuhan ekonomi di daerahnya (Sjafrizal, 2008). Perhitungan pendapatan daerah pada awalnya dibuat pada harga berlaku, namun agar dapat melihat dari kurun waktu ke waktu berikutnya harus dinyatakan dengan nilai riil, artinya dinyatakan dalam nilai konstan. Pendapatan daerah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi), yang berarti secara kasar
Universitas Sumatera Utara
dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu daerah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di daerah tersebut oleh seberapa besar terjadinya transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar daerah atau mendapat aliran dari luar daerah (Septa, 2007). 2.5. Sektor Unggulan dan Kriteria Sektor Unggulan Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini telah berperan kepada perkembangan perekonomian suatu wilayah, karena mempunyai keunggulan-keunggulan. Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah (Sambodo dalam Gufron, 2008). Menurut Ambardi dan Socia (2002), kriteria komoditas unggulan yang bisa menjadi motor penggerak pembangunan suatu daerah, diantaranya: 1. Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan perekonomian. Artinya, komoditas unggulan dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan, maupun pengeluaran. 2. Komoditas unggulan mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang kuat, baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas lainnya. 3. Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan, maupun aspek-aspek lainnya. 4. Komoditas unggulan daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain, baik dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasokan bahan baku (jika bahan baku di daerah sendiri tidak mencukupi atau tidak tersedia sama sekali).
Universitas Sumatera Utara
5. Komoditas unggulan memiliki status teknologi yang terus meningkat, terutama melalui inovasi teknologi. 6. Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya. 7. Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari fase kelahiran, pertumbuhan, puncak hingga penurunan. Di saat komoditas unggulan yang satu memasuki tahap penurunan, maka komoditas unggulan lainnya harus mampu menggantikannya. 8. Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal. 9. Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan. Misalnya, dukungan keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif/disinsentif, dan lain-lain. 10. Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumber daya dan lingkungan. 2.6. Teori Basis Ekonomi Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini membagi sektor produksi atau jenis kegiatan ekonomi yang terdapat dalam suatu wilayah atas kegiatan ekonomi basis (dasar) dan kegiatan ekonomi service (pelayanan) atau lebih sering disebut kegiatan ekonomi nonbasis. Pada dasarnya, kegiatan yang hasilnya dijual ke luar daerah (atau mendatangkan dari luar daerah) disebut kegiatan basis. Sedangkan kegiatan nonbasis adalah kegiatan yang melayani kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri, baik pembeli maupun asal uangnya dari daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah.
Universitas Sumatera Utara
Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi pendapatan basis, Richardson (1978). Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan, yang selanjutnya menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan nonbasis. Sebaliknya berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas nonbasis. Dalam model basis ekonomi dinyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah keuntungan kompetitif yang berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Berdasarkan teori ini perekonomian suatu wilayah dibagi menjadi dua yaitu sektor basis dan sektor nonbasis. Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif yang cukup tinggi, sehingga mampu mengekspor barang dan jasa ke luar batas-batas perekonomian wilayah yang bersangkutan. Sedangkan sektor nonbasis merupakan kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian wilayah tersebut. Sektor nonbasis ini berfungsi sebagai sektor penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008). Teori basis ekonomi dalam Arsyad (2010) merupakan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk kemudian di ekspor, sehingga akan
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. Asumsi tersebut memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor. Pengertian basis ekonomi di suatu wilayah tidak bersifat statis melainkan dinamis, maksudnya pada tahun tertentu mungkin saja sektor basis tersebut bisa beralih ke sektor lain. Sektor basis bisa mengalami kemajuan atau kemunduran. Penyebab kemajuan sektor basis adalah perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah, perkembangan teknologi, dan adanya perkembangan prasarana ekonomi dan sosial. Sedangkan penyebab kemunduran sektor basis adalah perubahan permintaan dari luar daerah dan kehabisan cadangan sumber daya. Untuk menganalisis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim adalah LQ (Location Quotient). Pada LQ dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan. Dalam teknik LQ berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Teknik LQ mempunyai dua kelebihan yaitu sebagai berikut: 1. Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak langsung (barang antara). 2. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk mengetahui kecenderungan.
Universitas Sumatera Utara
Kelebihan analisisLQ yang lainnya adalah dapat menjadi menarik apabila dilakukan dalam bentuk time series/tren, artinya dianalisis selama kurun waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi tertentu dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan (Tarigan, 2005). 2.7. Model Gravitasi Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya daya tarik suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut (Tarigan, 2007). Misalnya, ada dua kota (kota X dan Y) yang berdekatan, ingin diketahui berapa besar interaksi yang terjadi antara dua kota tersebut, interaksi itu ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah besarnya kedua kota tersebut, dapat diukur dari jumlah penduduk, banyaknya lapangan kerja, total pendapatan, jumlah atau luas bangunan, banyaknya fasilitas kepentingan umum, dan lain-lain. Kemudahan dalam mendapatkan data membuat ukuran jumlah penduduk lebih sering digunakan sebagai alat ukur. Ukuran jumlah penduduk bukanlah arbiter karena jumlah penduduk juga terkait langsung dengan berbagai ukuran lain yang dikemukakan di atas. Faktor kedua yang mempengaruhi interaksi adalah jarak antara kota X dan Y. jarak mempengaruhi orang untuk bepergian karena menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga dan biaya.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Penelitian Terdahulu Reniwati (2013) melakukan studi tentang Analisis Sektor-sektor Ekonomi di Sulawesi Selatan Periode 2007-2011, menggunakan metode analisisshift share. Hasilstudi menunjukkan bahwa sektor yang berkembangng pesat adalah sektor listrik, gas dan air bersih; sektor konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor angkutan dan komunikasi; sektor keuangan dan persewaan; serta sektor jasa-jasa. Nurfatimah (2013) melakukan studi tentang Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, menggunakan metode Location Quotient (LQ), Sift Share dan Gravitasi. Hasil studi menunjukkan terjadi penyebaran sektor-sektor ekonomi yang basis di Provinsi Bali dan pemerataan pembangunan daerah Bali. Pembangunan di Bali tidak dikhususkan untuk satu sektor di setiap kabupaten/kota tetapi terbagi-bagi untuk saling memenuhi kebutuhan tiaptiap daerah. Hasil dari analisis gravitasi dengan nilai indeks terbesar menunjukkan keterkaitan atau daya tarik menarik potensi ekonomi antara Kota Denpasar dengan kabupaten lain di sekitarnya paling kuat adalah pertama dengan Kabupaten Klungkung, kedua interaksi dengan Kabupaten Tabanan, ketiga interaksi dengan Kabupaten Badung, keempat interaksi dengan Kabupaten Gianyar, kelima interaksi dengan Kabupaten Bangli, keenam interaksi dengan Kabupaten Buleleng, ketujuh interaksi dengan Kabupaten Karangasem, dan kedelapan interaksi dengan Kabupaten Jembrana. Keterkaitan dengan Kota Denpasar ini paling besar karena kedua daerah tersebut mempunyai jarak yang cukup dekat sehingga interaksi keduanya paling kuat. Interaksi dengan daerah ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan jarak antara kedua daerah.
Ningsih (2010) melakukan studi tentang Analisis Komoditi Unggulan
Universitas Sumatera Utara
Sektor Pertanian Kabupaten Sukoharjo Sebelum dan Selama Otonomi Daerah dengan menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ). Hasil studi menunjukkan pada masa sebelum otonomi daerah dapat diketahui komoditi yang teridentifikasi sebagai komoditi basis yaitu subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan. Sedangkan selama pelaksanaan otonomi daerah, komoditi yang teridentifikasi sebagai komoditi basis yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan dan subsektor peternakan. Novrilasari (2008) melakukan studi dengan judul Analisis Sektor Unggulan dalam Meningkatkan Perekonomian dan Pembangunan Wilayah Kabupaten Kuantan Singingi, menggunakan alat analisis Klassen Typologi dan Location Quotient. Hasil dari analisis Klassen Typologi dengan pendekatan sektoral, menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan poenggalian menduduki kuadran I yaitu sektor maju dan tumbuh cepat. Disusul oleh sektor pertanian pada kuadran II yaitu sektor maju tetapi tertekan. Hasil perhitungan LQ diseluruh sektor perekonomian berdarkan indikator pendapatan terdapat dua sektor yang menjadi basis perekonomian Kabupaten Singingi yang dapat diprioritaskan menjadi sektor unggulan pada tahun 2002-2006 yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian.
Universitas Sumatera Utara
2.9. Kerangka Konseptual Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (KSN) perkotaan Mebidangro telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011. Terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 62 Tahun 2011 ini dinilai cukup bagus, dan patut disyukuri karena diharapkan dapat mempercepat perbaikan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat pada kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo khususnya dan Provinsi Sumatera Utara pada umumnya. Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi tiap daerah merupakan fenomena yang umum dijumpai, terutama di negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dari laju pertumbuhan pendapatan daerah yang bersangkutan sebagai upaya mencapai pembangunan daerah. Salah satu indikator mengetahui pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi daerah. Pertumbuhan pendapatan suatu daerah ditentukan dengan bagaimana daerah yang bersangkutan berperan sebagai eksportir bagi daerah sekitarnya. Menurut teori basis ekonomi kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi kegiatan basis dan nonbasis. Kemudian mengetahui sektor potensial daerah untuk dikembangkan dan interaksi daya tarik potensi ekonomi antar kabupaten dengan kota. Digunakan alat analisis seperti Location Quetient (LQ), Shift Share, Tipologi Klassen, Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Overlay dan Model Gravitasi dalam penelitian ini dengan tujuan mengetahui potensi dari pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di kawasan Mebidangro Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Perpres N. 62 Tahun 2011 PDRB kabupaten/kota Kawasan Mebidangro
Pengembangan Interaksi Pengembangan Interaksi Ekonomi Antar Daerah di Ekonomi Antar Daerah Kawasan Mebidangrodi Kawasan Mebidangro
Sektor Unggulan Sektor Unggulan kabupaten/kota di Kawasan kabupaten/kota di Kawasan Mebidangro Mebidangro Tipologi Klassen,LQ, MRP, dan Overlay:
• • • •
Model Gravitasi: Interaksi Kuat Interaksi Lemah Model Gravitasi: Interaksi Kuat Interaksi Lemah
• •
Sektor Unggulan Sektor nonunggulan
• • • •
Shift Share: Sektor keunggulan kompetitif dan spesialisasi Sektor keunggulan kompetitif Sektor spesialisasi Sektor ketidakunggulan kompetitif dan non spesialisasi
Daerah Interaksi Terkuat Sebagai Prioritas Daerah Kerjasama
Sektor Prioritas untuk dikembangkan
Potensi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro Sumatera Utara Gambar 2.1. Kerangka konseptual penelitian
Universitas Sumatera Utara