BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Telaah Penelitian Terdahulu 1) Penelitian Evawani Elysa Lubis Penelitian ini berjudul Hambatan-Hambatan Komunikasi Kepemimpinan Regional di Pemerintahan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hambatan-hambatan komunikasi kepemimpinan regional (kepala daerah) yang dilatarbelakangi oleh konflik yang terjadi di Pemerintahan Kabupaten Kampar. Kemudian juga untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan komunikasi organisasi bisa berkembang menjadi suatu konflik dalam suatu struktur yang formal pada tingkat pemerintah daerah. Metode yang digunakan pada studi ini adalah deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data dari para informan. Data-data yang terkumpul diolah secara kualitatif, yaitu dengan memaparkan secara naratif informasi dari masing-masing informan tentang permasalahan yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan konflik terjadi, yaitu pertama dukungan politik yang tidak terlalu kuat terhadap Bupati pada waktu itu, kedua adalah gaya kepemimpinannya, dan ketiga adalah kompetensi komunikasi bupati yang kurang baik (tidak akomodatif, tidak persuasif dan cenderung konfrontatif). Pelaksanaan komunikasi organisasi secara formal di Kabupaten Kampar tidak berjalan lancar, sering terjadi hambatan-hambatan sehingga

menyebabkan

komunikasi

informal

yang

bersifat

selentingan

berkembang dengan baik. Gaya kepemimpinan yang otoriter dan gaya komunikasi

10 tesis

Analisis strategi komunikasi ....

Dani Humardani


11 berupa instruksi dan selalu menyalahkan sering memicu konflik antara Bupati dengan bawahannya. Kompetensi komunikasi yang kurang baik dari bupati juga memperburuk hubungannya dengan bawahan dan berbagai elemen masyarakat. Hal ini tentu saja memperburuk keadaan dan konflik menjadi begitu luas dan sulit mencari solusinya.

2) Penelitian Achmad Sudiro dan Nona F. A. Sumanang Penelitian ini berjudul Pengaruh Komunikasi Yang Efektif Dalam Organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis pengaruh variabelvariabel komunikasi yang efektif yang terdiri dari: penyandian, pengartian, gangguan, keterampilan, sikap, pengetahuan, dan saluran yang dipakai terhadap kepuasan kerja karyawan pada bagian produksi PT. Tirta Investama Pandaan, dan (2) Menganalisis variabel-variabel komunikasi yang efektif yang pengaruhnya dominan terhadap kepuasan kerja karyawan pada bagian produksi PT. Tirta Investama Pandaan. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode sampel random atau sampel acak dari seluruh karyawan produksi PT. Tirta Investama Pandaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Komunikasi yang efektif sangatlah penting bagi perusahaan, mengingat sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat berarti bagi perusahaan. Demi menjaga itu semua, maka perusahaan harus dapat secara terus menerus untuk mengevaluasi dan memperbaiki komunikasinya. Pelaksanaan penelitian pada karyawan produksi PT. Tirta Investama Pandaan terbatas untuk variabel penyandian, pengartian, gangguan, keterampilan, sikap, pengetahuan dan saluran yang dipakai. Penelitian

tesis


Dani Humardani


12 ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi yang efektif dalam organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Tirta Investama Pandaan, selain itu juga untuk mengetahui variabel yang memberi pengaruh paling besar terhadap kepuasan kerja karyawan. Kedua penelitian tersebut menggambarkan bagaimana pentingnya sebuah komunikasi dalam lingkungan organisasi. Penelitian Evawani Elysa Lubis menggambarkan

bagaimana

hambatan-hambatan

berkomunikasi

dapat

menyebabkan berbagai konflik internal. Konflik ini membuat hubungan yang tidak harmonis antara atasan dengan bawahan. Sementara pada penelitian kedua menjelaskan bagaimana pentingnya komunikasi dalam satu lingkup organisasi. Berbeda dari penelitian sebelumnya, maka peneliti kemudian memutuskan untuk melakukan penelitian mengenai strategi komunikasi Direktur Direktorat Sabhara Polda Kalimantan Selatan.

2.1.2. Konsep Pemimpin dan Kepemimpinan Di Instansi publik seperti pemerintah sering terjadi kekacauan dengan mencampuradukkan pengertian "pemimpin" dan "pimpinan". Menurut Rukmana (2007), pejabat sudah pasti pimpinan, tetapi belum tentu dapat berperan sebagai pemimpin. Dari berbagai literatur tentang kepemimpinan dapat dipahami bahwa pemimpin

(leader)

kepemimpinan

adalah

(leadership).

orang

yang

Sedangkan

melakukan pimpinan

atau

adalah

menjalankan mencerminkan

kedudukan seseorang atau sekelompok orang pada hierarki tertentu dalam suatu organisasi formal maupun informal. Pimpinan organisasi tentu saja mempunyai bawahan, yang karena kedudukannya sebagai pimpinan yaitu mempunyai

tesis


Dani Humardani


13 kekuasaan formal (autority) dan tanggung jawab (akuntablitas). Syafi'ie (2003), mengatakan bahwa pemimpin adalah orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan komunikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Rukmana (2007), menyebut pemimpin (leader) sebagai orang yang melakukan atau menjalankan kepemimpinan (leadership). Dari berabagai definisi pemimpin tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam rangka pencapaian tujuan tertentu. Jadi seseorang dapat dikatakan

pemimpin apabila ia dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan tindakantindakan atau kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu meskipun tidak ada ikatan yang formal dalam organisasi. Gibson dkk (1997), mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan individu suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi dalam mencapai tujuan. Definisi Gibson mengisyaratkan bahwa kepemimpinan melibatkan penggunaan pengaruh dan semua hubungan dapat melibatkan kepemimpinan. Stoner (1996), mengatakan kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok. Sedangkan yang melihat kepemimpinan sebagai proses yaitu Keating (1986), dengan mengatakan bahwa kepemimpinan adalah merupakan suatu proses atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Yuki (1994), mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sebagai proses mempengaruhi, dalam hal ini mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa bagi para pengikut, pilihan dari sasaran-sasaran bagi

tesis


Dani Humardani


14 kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari aktivitas-aktivitas kerja untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerja sama dan teamwork, serta perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang yang berada di luar kelompok atau organisasi. Kouzes & Posner (2004), mengatakan kepemimpinan adalah "kemampuan untuk memberikan pengaruh yang konstruktif kepada orang lain untuk melakukan satu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah dicanangkan". Jadi kepemimpinan merupakan aspek yang paling nyata dari kegiatan manajemen. Stogdill (1974), mencoba memetakan definisi kepemimpinan, sebagai berikut: (1) Kepemimpinan sebagai proses kelompok, (2) Kepemimpinan sebagai kepribadian yang berakibat, (3) Kepemimpinan sebagai seni menciptakan kesepakatan, (4) Kepemimpinan sebagai kemampuan mempengaruhi, (5) Kepemimpinan sebagai tindakan perilaku, (6) Kepemimpinan sebagai bentuk bujukan,

(7)

Kepemimpinan

sebagai

suatu

hubungan

kekuasaan,

(8)

Kepemimpinan sebagai sarana pencapaian tujuan. (9) Kepemimpinan sebagai hasil

interaksi,

(10)

Kepemimpinan

sebagai

pemisahan

peranan,

(11)

bahasa

Latin

kepemimpinan sebagai awal struktur. 2.1.3. Pengertian Komunikasi Secara

etimologis,

kata

komunikasi

berasal

dari

communication, dari kata yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Kemudian kata communist berarti milik bersama atau berlaku dimana-mana,

tesis


Dani Humardani


15 sehingga kata communist opinion mempunyai arti pendapat umum atau pendapat mayoritas (Liliweri, 1991:3). Adapun dalam literatur ilmiah ditemukan sangat banyak definisi komunikasi oleh para ahli. Diantaranya adalah definisi Harold D. Laswell (Liliweri, 1991:7) yang mendefinisikan komunikasi yaitu "who says what ini which channel to whom with what effect". Kemudian definisi Hovland (1948) mengatakan bahwa "Communication as the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbol) to modify the behavior of the other individuals (communicant)". Sedangkan Hick dan Gullett (1996 : 322) mengemukakan : "Communication is the transfer and understanding from one person to another”. Dari beberapa definisi tersebut, Effendy (1992:5) menyimpulkan bahwa komunikasi adalah: "proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media". Dalam kegiatan komunikasi sedikitnya harus terdapat tiga komponen, yaitu komunikator sebagai penyebar pesan, pesan yang disampaikan, dan komunikan sebagai penerima pesan. Berhasil tidaknya kegiatan komunikasi sangat tergantung pada ketiga komponen tersebut. Di dalam proses komunikasi yang diharapkan adalah adanya jalinan pengertian kedua belah-pihak, sehingga apa yang dikomunikasikan dapat dimengerti. Susanto (1974:97) mengemukakan bahwa "Setiap pesan yang dilancarkan oleh komunikator kepada komunikan bertujuan mempengaruhi ke arah pemikiran yang diinginkan komunikator".

tesis


Dani Humardani


16 Selanjutnya Rich (dalam Mulyana, 2004 : 3) mengatakan bahwa: Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respon pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik bentuk verbal (kata-kata) atau bentuk nonverbal (nonkatakata), tanpa harus memastikan terlebih dulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol yang sama. Suasana yang memberikan efek yang positif dalam komunikasi organisasi adalah suasana yang bersih dari prasangka-prasangka yang subjektif. Bila sebaliknya, maka jelas komunikasinya tidak akan berhasil. Sejalan dengan pendapat itu Effendy (dalam Siswanto:2006) mengemukakan sebagai berikut: "Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil membina pengertian, yang berhasil menyampaikan pesan, yang membuat komunikan memberi tanggapan yang dikehendaki oleh komunikator. Dalam komunikasi, efektif suatu pesan dapat berlaku pada komunikan, dan pengertian yang ada padanya benar-benar sama dengan pengertian yang terdapat pada komunikator." Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang didukung oleh informasi yang benar, jelas, tepat sasaran dan tepat waktu serta berhasil membina suatu pengertian, sehingga melahirkan suatu tanggapan yang dikehendaki komunikator.

2.1.4. Fungsi Komunikasi Widjaja (1997:9) mengemukakan bahwa komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta, dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut: 1. Informasi: pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat

tesis


Dani Humardani


17 dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat. 2. Sosialisasi (pemasyarakatan): penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat. 3. Motivasi: menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang dikejar. 4. Perbedaan dan diskusi: menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama di tingkat nasional dan lokal. 5. Pendidikan: pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentuk watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. 6. Memajukan kebudayaan: penyebaran hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horison seseorang, membangunkan imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetikanya.

tesis


Dani Humardani


18 7. Hiburan: penyebaluasan sinyal, simbol, suara dan image dari drama, tari, kesenian, kesusasteraan, musik, olahraga, permainan dan lain-lain untuk rekreasi, kesenangan kelompok dan individu. 8. Integrasi: menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain. Jadi, komunikasi berfungsi untuk menghubungkan manusia dalam lingkungannya. Manusia dalam berkelompok antara satu dengan yang lainselalu melakukan kegiatan komunikasi. Jadi, fungsi dari komunikasi ini sangat penting bagi manusia.

2.2. Managerial Communication Theory Managerial communication theory adalah komunikasi yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam kegiatan merencanakan, mengorganisasikan dan mengawasi sumber daya yang ada dalam kepemimpinannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagaimana dikatakan Smeltzer, et all. dalam Siswanto (2006) bahwa "Managerial communication is used by manager in planning, organizing, and controlling of the human resource as is to reach given goal". Pemahaman manajerial dalam konteks ini ialah semua tugas, dan kewenangan dari pimpinan untuk mengelola, mengurus, menggerakkan dan mengarahkan semua aktivitas bawahan dalam penyelesaian setiap pekerjaan. Hal

tesis


Dani Humardani


19 itu dilakukan melalui berbagai instruksi, perintah, petunjuk dan kebijakankebijakan yang harus dijalankan. Komunikasi pimpinan merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan organisasi. Begitupun dalam organisasi pemerintahan, harus tercipta komunikasi antara pimpinan dan bawahan yang efektif. Hal itu penting dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai. Apabila kinerja pegawai bagus, maka kinerja pemerintahan secara keseluruhan akan berhasil dan merupakan indikator kesuksesan pimpinan. Untuk menciptakan komunikasi yang berhasil, seorang pemimpin harus memperhatikan bagaimana melakukan komunikasi yang efektif. Krech et.al. dalam Adi (1995:13) menyatakan bahwa keefektifan komunikasi banyak ditentukan oleh kredibilitas komunikator, daya tarik komunikator, dan afiliasi komunikator pada kelompoknya. Sedangkan Effendy (1992 : 134) mengatakan bahwa dalam proses kepemimpinan, keyakinan organisme tergantung pada kredibilitas komunikator dan daya tarik komunikator. Pendapat lainnya dari para ahli mengatakan bahwa dalam mengkaji tentang komunikasi pimpinan, harus memperhatikan dimensi-dimensi dari komunikasi pimpinan yang meliputi proses komunikasinya, strategi perencanaan komunikasinya dan juga bagaimana gaya komunikasinya. Seperti dikatakan Smeltzer et al. dalam Siswanto (2006:17) bahwa : "Manager requires an integrated system in this leadership process consisting of how it is in process, strategy of communication plan, and determining leader communication mode”.

tesis


Dani Humardani


20 Berdasarkan pendapat Effendy dan Smeltzer tersebut terlihat bahwa strategi komunikasi merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam mengkaji komunikasi pada seorang pemimpin. 2.2.1. Strategi Komunikasi Kepemimpinan Berhasil-tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan. Strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan, tetapi juga menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Pengertian strategi komunikasi dikemukakan Effendy (2000 : 33) yaitu bahwa: Strategi komunikasi adalah perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi komunikasi perlu disusun secara luwes sehingga taktik operasional komunikasi dapat segera disesuaikan dengan faktor-faktor yang berpengaruh. Selanjutnya Pace, Peterson dan Burnett (dalam Effendy, 1989 : 35) menyatakan bahwa tujuan dari strategi komunikasi adalah sebagai berikut: to secure understanding, to establish motive action, and to motive action. Menyadari pentingnya perumusan strategi komunikasi yang tepat, Smeltzer et al. dalam Siswanto (2006:19) menetapkan empat komponen yang dapat menentukan keberhasilan strategi komunikasi, yaitu terdiri dari : The Specific content of the message; The message's channel; The time the communication takes place; The environment in which it occurs a). The Specific content of the message (Strategi Pemilihan Isi Pesan) Strategi isi pesan yaitu strategi pimpinan sebagai komunikator memilih simbol-simbol untuk mengungkapkan pemikirannya. Smeltzer et al. dalam

tesis


Dani Humardani


21 Siswanto (2006:19) mengklasifikasikan isi pesan tersebut kedalam dua, yakni pertama The importance of the message, is it important enough for both parties. With a message of sufficiently importance for the receiver not only for the leader as communicator - receiver most likely will consider the message and attempt to comprehend it. Di sini dijelaskan bahwa pentingnya sebuah pesan apakah dirasakan oleh komunikator dan komunikan. Dengan pesan yang penting bagi penerima, dan tidak hanya untuk pemimpin maka kemungkinan besar penerima akan mempertimbangkan pesan tersebut dan mencoba untuk memahaminya. Kedua, How about the clearance of' the conveyed message. Whit clear message, the receivers of message easily understands what is really we mean. Also, with clear message, chance of message misinterpretation could be avoided. Jelasnya pesan juga harus diperhatikan, dengan pesan yang jelas penerima akan lebih mudah memahami apa yang sebenarnya dimaksud oleh pimpinan. Selain itu pesan yang jelas akan meminimalkan salah penafsiran. Dengan demikian dua hal yang menjadi titik penting dalam menentukan isi pesan adalah Pentingnya pesan untuk kedua belah pihak, dan kejelasan pesan untuk diterima komunikan. b). The messages channel (Strategi Pemilihan Media) Strategi pemilihan media adalah "the strategy of a leader in selecting a method to be used to convey message from management to employees ". (Smeltzer et al., dalam Siswanto (2006:20). Media komunikasi pada saat ini telah berkembang dengan pesat, mulai dari yang tradisional sampai dengan yang sangat modern, seperti: surat, papan pengumuman, telepon, poster, e-mail maupun

tesis


Dani Humardani


22 dengan media komunikasi tatap muka langsung. Menurut Effendy (1989 : 42), untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, tergantung dari tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan. Pemilihan media sebagaimana dicetuskan oleh Daft dan Lengel pada tahun 1984 (Suri 2014: 7) dalam teori Media Richness atau kekayaan media merupakan

sesuatu

yang penting untuk

diperhatikan.

Media

Richness

didefinisikan sebagai kapasitas pengangkutan informasi yang mungkin atau respons-respons umpan balik pada suatu medium, yang meliputi komunikasi nonverbal, ragam isyarat, informasi ekuivikal, proksimitas fisik, dan status (Daft dan Lengel 1994 dalam Suri 2014:7). Daft dan Lengel mengemukakan bahwa media yang lebih kaya, lebih cocok untuk informasi yang samar-samar, pesan non rutin, sementara media yang lebih miskin lebih baik cocok untuk pesan tegas, pesan rutin yang dapat langsung dipahami. Media yang disebut media kaya adalah face to face. Media tersebut cocok untuk menyampaikan pesan penting, pesan yang dikhawatirkan menimbulkan keambiguan, yang membutuhkan pemahaman yang lebih dalam. Seperti kegiatan negosiasi, lobi, permohonan maaf, dan wawancara kerja. Semakin kaya media, maka semakin efektif dalam menyampaikan pesan.

c). The time the communication takes place (Strategi Waktu) Strategi waktu yaitu strategi pimpinan dalam memilih jumlah waktu dalam sebuah proses komunikasi. Untuk menghemat jumlah waktu agar efektif, pimpinan harus menyiasatinya dengan menciptakan pesan yang jelas dan

tesis


Dani Humardani


23 sesingkat mungkin supaya dapat langsung dimengerti oleh penerima pesan. Strategi komunikasi ini melibatkan integrasi dari keempat komponen di atas, namun pada kenyataannya beberapa faktor akan lebih menonjol bila dalam situasi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, Wofford dalam Smeltzer, et all dalam Siswanto (2006: 21) menampilkan enam strategi dalam situasi yang berbeda, yaitu : "The controlling strategy, the equalitarian strategy, the structuring strategy, the dynamic strategy, the relinquishing strategy, and the withdrawal strategy".

1. The Controlling Strategy (Strategi Kontrol) Pimpinan dalam strategi ini selalu mengontrol segalanya agar sesuai dengan keinginannya, bahkan pimpinan selalu memaksakan pikiran dan keinginannya. Komunikasi yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah, tanpa feedback yang memerlukan penjelasan lebih lanjut. Dengan strategi ini, hanya pikiran dan ide dari pimpinan saja yang selalu disetujui, dan dengan

kekuasaan

yang

dimilikinya,

komunikator

akan

mampu

menentukan apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan oleh komunikan. Strategi ini sangat efektif dalam keadaan darurat ketika faktor waktu sangat penting. Dengan kekuasaan yang dimiliki seorang pimpinan, ia dapat mengontrol keterlibatan orang lain yang dapat menghambat aktivitasnya. Strategi ini juga efektif untuk pegawai yang baru dan yang belum berpengalaman. Juga yang masih memerlukan bimbingan dan instruksi dalam penyelesaian tugasnya.

tesis


Dani Humardani


24 2. The Equalitarian Strategy (Strategi Keseimbangan) Strategi ini identik dengan komunikasi dua arah dimana arus komunikasi antara komunikan dengan komunikator diperbolehkan. Keputusan pimpinan biasanya didasarkan atas persetujuan bersama (hasil konsensus). Hasilnya, iklim pengertian bersama (mutual understanding) dan hubungan personal akan terjalin dengan baik. Strategi ini sangat efektif bagi pimpinan yang berkeinginan menekankan faktor team work dan penyelesaian masalah organisasi, mempererat kedekatan dan saling pengertian dengan para anggotanya. Namun strategi ini akan sangat tidak efektif bila para pengikutnya itu masih kurang pengalaman, kurang pengetahuan atau tidak kompeten, apalagi bila berada dalam situasi darurat yang melibatkan jumlah anggota kelompok yang sangat besar. Dengan jumlah anggota yang sedikit, strategi ini juga sesuai, karena diskusi untuk menghasilkan keputusan bersama dapat dilangsungkan.

3. Structuring Strategy (Strategi Struktur), Strategi ini digunakan oleh pimpinan yang berorientasi kepada proses

komunikasi

menyusun

kerangka

dalam

mengorganisasikan,

kerjanya.

Dengan

menjadualkan,

strategi

ini,

dan

pimpinan

mempengaruhi pengikutnya dengan cara mengurangi standar dan prosedur kerjanya untuk disesuaikan dengan situasi yang dihadapi. Pimpinan menggunakan komunikasi dalam menjelaskan atau membangun struktur pedoman kerjanya.

tesis


Dani Humardani


25 Strategi ini sangat efektif dalam situasi dimana, penjelasan (struktur) kerja diperlukan ketika pegawai akan menyelesaikan tugasnya, mencapai tujuan, dan mendukung pegawai dalam menjelaskan apa yang harus mereka kerjakan.

4. Dynamic Strategy (Strategi Dinamis). Pimpinan yang menggunakan strategi ini sangat terbuka dan selalu berbicara langsung kepada isi pesan yang sangat pragmatis dan berorientasi tugas. Komunikasinya tidak dalam dan filosofis, tetapi berorientasi kepada penyelesaian beban kerja. Namun pendekatan ini tidak layak digunakan untuk penyelesaian pekerjaan jangka panjang. Pendekatan ini sangat sesuai untuk pimpinan yang bekerja dalam situasi yang dinamis, selalu menghadapi krisis, banyak melibatkan orang, dan sangat kompeten dalam mengatasi masalah pekerjaannya. Apabila digunakan dengan benar, strategi ini akan dapat menstimulasikan pengikut untuk bekerja dengan baik bahkan membangun rasa percaya diri akan kemampuan dirinya. Inti strategi ini adalah pegawai yang kompeten dalam lingkungan yang membangun.

5. The Relinquishing Strategy (Strategi Pelepasan) Apabila menerapkan strategi ini, maka seorang pimpinan akan mengikuti keinginan orang lain. Pimpinan akan patuh kepada anggotanya dan bersedia menerima saran dan pendapatnya. Strategi ini sering

tesis


Dani Humardani


26 digunakan

apabila

tujuan

dari

komunikasinya

adalah

melakukan

penyuluhan. Strategi ini sangat berguna bila pimpinan tertarik untuk melakukan diskusi karena memiliki pengetahuan yang lebih tinggi atau bila ia mencoba menyerahkan tanggung jawab atas suatu proyek. Strategi ini akan berjalan dengan baik, apabila orang lain bersedia menerima tanggung jawab tersebut.

6.

The Withdrawal Strategy (Strategi Penarikan) Strategi terakhir yaitu penarikan, digunakan oleh pimpinan yang berusaha menghindari suatu persoalan penting. Strategi ini meliputi perubahan topik yang cepat, menyepelekan subjek, bertindak seolah-olah tidak mendengarkan suatu pernyataan, atau bahkan menghindari seseorang. Karena penarikan dapat memecahkan sedikit masalah, maka hanya dalam sejumlah situasi yang terbatas saja strategi ini menjadi efektif. Apabila seseorang yang tidak berhak meminta informasi yang dapat dipercaya, maka penarikan diri menjadi suatu solusi. Juga, apabila emosi menunjukkan tinggi dan sedikit sekali nilai yang dicapai pada waktu itu, maka strategi penarikan dapat menjadi efektif Meskipun penarikan diri tidak akan memecahkan suatu masalah atau memperbaiki suatu kondisi dalam jangka panjang, namun seorang pimpinan yang cerdik dapat menggunakan strategi ini setiap saat.

d) The environment in which it occurs (Strategi Lingkungan)

tesis


Dani Humardani


27 Strategi lingkungan yaitu strategi pimpinan dalam memilih situasi dan kondisi dimana komunikasi itu terjadi. Lingkungan yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini adalah keadaan formal atau nonformal serta suasana keakraban. Untuk menentukan bagaimana, strategi pimpinan dalam memilih lingkungan dimana komunikasi itu terjadi, Smeltzer et al. (1991 : 48) menyatakan : 1. Apakah melibatkan situasi formal/informal Situasi yang tercipta akan berefek pada penyampaian umpan balik. Dalam suasana formal, seseorang akan merasa enggan untuk menyampaikan pertanyaan dan ketidaksetujuannya. Sedangkan dalam suasana informal khususnya pada saat briefing yang sangat membutuhkan banyak masukan. 2. Bagaimana suasana tercipta. Suasana yang akrab memungkinkan penerima pesan merasa lebih relaks, sehingga khalayak, penerima pesan akan lebih mudah mengekspresikan perasaannya. Suasana yang tercipta erat kaitannya dengan jarak yang tercipta antara komunikator dengan komunikan

2.2.2. Hambatan-Hambatan Komunikasi Ketika berkomunikasi seringkali terjadi hambatan atau 'kemacetan'. Para ahli sering mendefinisikan hal tersebut dengan 'distorsi'. Sehingga orang sebelum berkomunikasi perlu mengenali

hambatan-hambatan itu dan bagaimana

meminimalkannya. Effendy (1992:11-16) menjelaskan tentang hambatanhambatan dalam berkomunikasi yaitu hambatan sosio-antro-psikologis, hambatan semantis, hambatan mekanis, dan hambatan ekologis.

tesis


Dani Humardani


28 Hambatan sosio-antro-psikologis adalah hambatan sosiologis, antropologis dan psikologis. Hambatan sosiologis adalah hambatan yang muncul dari manusia sebagai makhluk sosial. Hambatan antropologis adalah hambatan yang muncul dari perbedaan latar belakang suku, agama, ras, golongan dan kebangsaan pada orang yang berkomunikasi. Hambatan psikologis adalah hambatan yang bersumber dari kondisi kejiwaan dari orang yang berkomunikasi seperti perasaan sedih, bingung, marah, kecewa dan juga karena adanya prasangka (prejudice). Prasangka adalah kesimpulan yang tidak didasarkan rasio sehingga dapat membutakan terhadap realitas. Hambatan semantis adalah hambatan yang berkaitan dengan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Sedangkan hambatan mekanis adalah hambatan komunikasi yang disebabkan oleh penggunaan media-media komunikasi. Dan terakhir hambatan ekologis, yaitu hambatan yang terjadi karena situasi atau lingkungan dimana berlangsungnya proses komunikasi. Sedangkan menurut Ron Ludlow dan Fergus Panton dalam Siswanto (2006:15) hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah: Status effect, Semantic Problems, Perceptual distortion, Cultural Differences, Physical Distractions, Poor choice of communication channels, No Feedback. a. Status effect Adanya perbedaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia. Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.

tesis


Dani Humardani


29 b. Semantic Problems Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Demi

kelancaran

komunikasi

seorang

komunikator

harus

benar-benar

memperhatikan gangguan semantis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan

dalam

penulisan

dapat

menimbulkan

salah

pengertian

(misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain. c. Perceptual distortions Perceptual distortions dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya. d. Cultural Differences Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup. e. Physical Distractions

tesis


Dani Humardani


30 Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas. f. Poor choice of communication channels Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas. g. No Feed back Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.

tesis


Dani Humardani


31 2.2.3. Kerangka Berfikir

Polisi di Tengah Perkembangan Masyarakat yang Dinamis Direktur Sabhara

Hambatan-hambatan komunikasi (Ron Ludlow and Fergus Panton)

Strategi Komunikasi Pimpinan Smeltzer et al. (1991 : 44)

Stackholder - Internal - Eksternal - Public

Feedback

Feedback

Pelayanan Prima Kepolisian Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Keberadaan polisi di tengah masyarakat di era yang semakin maju ini semakin penting dalam hubungan yang harmonis. Polisi menjalankan perannya sebagai pelindung dan pelayan masyarakat. Untuk itu, polisi harus mampu memberikan layanan prima bagi masyarakatnya. Pencapaian layanan prima kepolisian harus dimulai dari pembenahan internal kepolisian itu sendiri. Dalam hal ini, pemimpin adalah orang yang memiliki peran penting dalam pencapaian tujuan. Pemimpin Direktorat Sabhara (Dit

Sabhara)

adalah

Direktur

Sabhara.

Pemimpin

haruslah

memiliki

kepemimpinan agar mampu menggerakan seluruh bawahannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif dan efisien. Gibson dkk (1997), mengatakan

tesis


Dani Humardani


32 bahwa kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan individu suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi dalam mencapai tujuan. Dalam kaitan menggerakkan individu-individu untuk mencapai tujuan, maka faktor komunikasi adalah faktor yang sangat penting. Effendy (1992:5) menyatakan bahwa komunikasi adalah: "proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media". Untuk dapat sukses mencapai tujuan organisasi maka komunikasi efektif harus ada di dalamnya. Komunikasi dimulai dari lingkungan paling intim yakni Internal kepolisian, eksternal, hingga komunikasi publik. Berhasil-tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan. Strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan, tetapi juga menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Menyadari pentingnya perumusan strategi komunikasi yang tepat, Smeltzer et al. dalam Siswanto (2006:19) menetapkan empat komponen yang dapat menentukan keberhasilan strategi komunikasi, yaitu terdiri dari : The Specific content of the message; The message's channel; The time the communication takes place; The environment in which it occurs Komunikasi sering juga terjadi hambatan atau kemacetan. Para ahli sering mendefinisikan hal tersebut sebagai ‘distorsi’. Hambatan komunikasi dapat mengganggu jalannya komunikasi sehingga dalam menjalankan strategi komunikasi, perlu memahami terlebih dahulu hambatan yang mungkin terjadi. Menurut Ron Ludlow dan Fergus Panton dalam Siswanto (2006:15) hambatan-

tesis


Dani Humardani


33 hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah: Status effect, Semantic Problems, Perceptual distortion, Cultural Differences, Physical Distractions, Poor choice of communication channels, No Feedback. Berbagai inovasi yang dihadirkan oleh Pemimpin Dit. Sabhara atau Direktur Sabhara meningkatkan kinerja Sabhara dalam beberapa tahun terakhir. Hubungan yang baik antara direktur dan bawahan rupanya dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Hal itulah yang menyebabkan kenapa penelitian ini menarik untuk dilakukan.

tesis


Dani Humardani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

Recommend Documents