10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka Dari penelitian ini penyusun menyantumkan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh pihak lain sebagai bahan rujukan dan perbandingan dalam mengembangkan materi yang ada. Beberapa penelitian terdahulu yang memiliki korelasi dengan penelitian yang akan dilakukan anatara lain: Ade Purnomo (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendapatan, Jumlah Nasabah, dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika”.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik dan buku kerja Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika tahun 2004-2008 dan alat analisis yang digunakan adalah menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah variabel pendapatan dan jumlah nasabah berpengaruh secara signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, sedangkan pada variabel tingkat inflasi tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika. Mukhlish Arifin Aziz (2013) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Sewa Modal, Jumlah Nasabah, Harga Emas dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Gadai Golongan C pada PT. Pegadaian
11
cabang Probolinggo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh variabel tingkat sewa modal, jumlah nasabah, harga emas, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit gadai golongan C pada PT Pegadaian cabang Probolinggo. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda dan pengujian asumsi klasik. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat sewa modal tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit gadai golongan C. Jumlah nasabah dan harga mempengaruhi jumlah penyaluran kredit di PT Pegadaian Cabang Probolinggo. Sedangkat tingkat inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyaluran kredit di Pegadaian Cabang Probolinggo khususnya untuk golongan C. Titi Widiarti dan Sinarti (2013) meneliti mengenai “Pengaruh Pendapatan, Jumlah Nasabah dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit pada Perum Pegadaian Cabang Batam periode 2008-2012”, variabel yang di teliti adalah mengenai pendapatan, jumlah nasabah dan tingkat inflasi sebagai variabel dependen dan penyaluran kredit sebagai variabel independen dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) analisis regresi sederhana dan analisis regresi berganda, dalam penelitian ini terdapat beberapa persamaan dengan penelitian penulis yaitu terdapat variabel tingkat inflasi pada variabel dependen dan pada hasil pengujiannya menyatakan bahwa pendapatan Perum Pegadaian Cabang Batam dan jumlah nasabah mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum
12
Pegadaian Cabang Batam, sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Cabang Batam. Mulqi Firaldi (2013) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Finance (NPF), dan Tingkat Inflasi Terhadap Total Pembiayaan kepada Masyarkat oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia”.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Finance (NPF), dan Tingkat Inflasi Terhadap Total Pembiayaan kepada Masyarkat oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia, penelitian mengguanakan data sekunder bulanan yang dikeluarkan BI pada periode januari 2007- oktober 2012. Analisis data dengan menggunakan uji kointegrasi untuk melihat hubungan jangka panjang dan menggunakan model koreksi kesalahan untuk melihat hubungan jangka pendek. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mufqi Firaldi menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga mempunyai pengaruh jangka pendek terhadap total pembiayaan, Non Performing Finance berpengaruh jangka pendek terhadap total pembiayaan, sedangkan tingkat inflasi tidak mempunyai pengaruh terhadap total pembiayaan yang diberikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.
13
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
N o 1
2
Penulis dan Tahun Ade Purnomo (2009)
Mukhlis Arifin Aziz (2013)
Judul
Variabel
Metode
Pesamaan
Perbedaan
Pengaruh Pendapat an, Jumlah Nasabah, dan Tingkat Inflasi terhadap Penyalur an Kredit Perum Pegadaia n Syariah Cabang Dewi Sartika
Dependen: Penyaluran kredit Independen: Pendapatan Pegadaian, Jumlah Nasabah, dan Tingkat Inflasi
Ordina ry Least Square (OLS)
Tingkat Inflasi menjadi variabel Independ en
Independ en: menggun akan harga emas Depende n: menggun akan Penyalur an pembiay aan cicil emas bukan variabel penyalur an kredit
Analisis Pengaruh Tingkat Sewa Modal,
Dependen: Penyaluran kredit pegadaian golongan C
Regresi Linier Bergan da
Variabel independ en: Tingkat inflasi
Hasil
Hasil Pengujian secara individual menunjuk an bahwa variabel pendapata n perum pegadaian , jumlah nasabah, berpengar uh secara positif dan signifikan terhadap penyalura n kredit.vari abel inflasi tidak berpengar uh signifikan terhadap penyalura n kredit. Variabel Tingkat depende sewa n bukan modal penyalur tidak an kredit mempuny
14
Jumlah Nasabah, Harga Emas dan Tingkat Inflasi terhadap Penyalur an Kredit Gadai Golonga n C pada PT. Pegadaia n cabang Probolin ggo.
3
Titi Widiarti dan Sinarti (2013)
Independen: Tingkat sewa modal, jumlah nasabah , harga emas, dan tingkat Inflasi
dan harga emas. Metode yang digunaka n Regresi Linier Bergand a.
melainka n penyalur an pembiay aan cicil emas Variabel Indepen tidak menggun akan tingkat sewa modal dan jumlah nasabah
ai pengaruh yang signifikan terhadap penyalura n kredit, jumlah nasabah mempenga ruhi jumlah penyalura n kredit, harga emas mempenga ruhi penyalura n kredit, dan tingkat inflasi yang terjadi di probolingg o tidak mempenga ruhi jumlah penyalura n kredit. Pengaruh Dependen: Analisi Variabel Tidak Pendapata Pendapat Penyaluran s depende menggun n Perum an, Kredit Regresi n: tingkat akan Pegadaian Jumlah variabel Cabang Independen: sedehan inflasi Nasabah Pendapatan, a dan Metode independ Batam dan jumlah dan Analisi menggun en: jumlah nasabah, akan alat Pendapat nasabah Tingkat s dan tingkat Regresi analisis Inflasi an dan mempuny terhadap inflasi Bergan Regresi jumlah ai Penyalur da. nasabah. pengaruh Linier
15
an Kredit pada Perum Pegadaia n Cabang Batam periode 20082012
4
Mulqi Firaldi (2013)
Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performi ng Finance (NPF), dan Tingkat Inflasi Terhadap Total Pembiay aan kepada Masyark at oleh
Bergand a.
Dependen: Total Pembiayaan Idependen: Danngkan a Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Finance (NPF), dan Tingkat Inflasi.
Variabel independ en menggun akan penyalur an pembiay aan cicil emas.
signifikan terhadap penyalura n kredit ada Perum Pegadaian Cabang Batam, sedangkan tingkat inflasi tidak berpengar uh secara signifikan terhadap penyalura n kredit Perum Pegadaian Cabang Batam. Metode Variabel Variabel Dana uji Independ depende Pihak kointeg en : n Ketiga rasi Tingkat menggun mempuny untuk Inflasi akan ai melihat DPK dan pengaruh hubung NPF jangka an sedangka pendek jangka n terhadap panjang penyusus total dan n pembiayaa menggu menggun n, Non nakan akan Performin model harga g Finance koreksi emas. berpengar Variabel uh jangka kesalah an pendek bukan untuk penyalur terhadap melihat an cicil total hubung pembiayaa emas
16
Bank Pembiay aan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesi a.
an jangka pendek
tetapi total pembiay aan.
n, sedangkan tingkat inflasi tidak mempuny ai pengaruh terhadap total pembiayaa n yang diberikan Bank Pembiayaa n Rakyat Syariah di Indonesia.
B. Kerangka Teori 1. Inflasi a. Pengertian Inflasi Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama satu periode tertentu.1 Sedangkan menurut Rahardja dan Manurung mengatakan bahwa, inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum secara terus menerus.2 Sedangkan menurut Sukirno Inflasi adalah kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar. 1Adiwarman
karim,Ekonomi Makro Islami,Jakarta:Rajawali Pers, 2008, hal.135 Pratama Rahardja, Manurung dan Mandala, Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter: Kajian Kontekstual Indonesia), Jakarta: FEUI, 2004, hal.155 2
17
Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang memburu barang dengan kuantitas yang sedikit.3 Tingkat inflasi adalah perubahan persentase dalam seluruh tingkat harga yang sangat bervariasi sepanjang waktu dan antar negara. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukan pergerakan
harga dari barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat. IHK dalah ukuran dari keseluruhan biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen. Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu. Dalam hal ini merupakan sebuah proses kenaikan harga umum barang-barang secar terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang tersebut dapat naik dengan prsentase yang sama. Mungkin dapat terjadi sebuah kenaikan secara tidak besamaan, karena yang terpenting terdapat kenaikan harga barang umum secara terus menerus selama suatu periode tertentu. Apabila terjadi kenaikan dan hanya terjadi sekali walaupun dengan persentase yang cukup besar, maka hal tersebut tidak disebut sebagai inflasi.4
Sukirno Sadono, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta: PT Radja Grafindo Prakarsa, 2004, hal.333 4 Samuelson dkk,Ilmu Makro Ekonomi, Jakarta: PT. Media Global Edukasi, 2004, hal.305 3
18
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagi faktor antara lain seperti konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas dipasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunya mata uang secara terus menerus (continue). Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi yaitu denga menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Gross Domestic Product (GDP) Deflator. Cara menghitung laju inflasi adalah perubahan persentase dalam indeks harga dari jangka waktu yang sebelumnya. Rumusnya sebagai berikut:
IHKn-IHK(n-1)x 100% Laju Inflasi= IHK(n-1)
Keterangan: Laju Inflasi
= Laju inflasi/deflasi pada bulan ke n.
IHKn
= Indeks harga konsumen pada bulan ke n.
IHK (n-1)
= Indeks harga konsumen pada bulan ke n-1.
19
b. Teori Inflasi 1) Teori Kuantitas Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi dalam perkembanganya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum monetaris (monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan atau ekspektasi masyrakat mengenai kenaikan harga yang menimbulkan inflasi. Inti dari teori ini adalah: a) Inflasi akan terjadi jika ada penambahan volume uang beredar baik uang giral maupun kartal. b) Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan harga di masa depan. 2) Keynesian Model Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya,
sehingga
menyebabkan
permintaan
efektif
masyarakat terhadap barang-barang ( permintaan agregat) melebihi jumlah barang- barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflantory gap. Keterbatasan jumlah
20
persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan (permintaan agregat). Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. 3) Mark-up Model Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara kedua perubahan komponen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut:
Price= Cost+Profit Margin
Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai suatu persentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus tersebut dapat dijabarkan menjadi: Price = Cost + ( a% x Cost ) Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-komponen yang menyusun cost of production dan atau
21
kenaikan pada profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan harga jual komoditi di pasar. 4) Teori Struktural Model Inflasi di Negara Berkembang Banyak studi mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa bukan semata-mata merupakan fenomena moneter tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini disebakan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam dan sebagainya) atau hal-hal yang memiliki
kaitan
dengan
hubungan
luar
negeri,
misalnya
memburuknya term of trade, utang luar negri dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik. Fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala struktural dalam perekonomian di negara berkembang, sering disebut dengan strucktural bottlenecks.5
5Adwin
S. Atmadja, Inflasi di Indonesia:Sumber-sumber penyebab dan pengendalianya, Surabaya 1999, hal.55
22
c. Penyebab Inflasi Menurut Adiwarman Karim ada beberapa penyebab terjadinya inflasi yaitu terdiri dari: 1) Natural Inflation dan Human Error Inflation. Natural Inflation adalah inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dan mencegahnya. Human Error Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahankesalahan yang dilakukan manusia sendiri. 2) Actual Expected Inflation dan Unexpected Inflation. Pada Expected Inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi, sedangkan pada Unexpected Inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi. 3) Demand Pull dan Cost Push Inflation. Demand Pull diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi permintaan agregatif (AD) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. Cost Push Inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada sisi penawaran agregatif (AS) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. 4) Spiralling Inflation. Inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang sebelumnya itu terjadi
23
sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya. 5) Imported Inflation dan Domestic Inflation. Imported Inflation adalah inflasi dinegara lain yang ikut dialami suatu negara karena harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan internasional. Domestic Inflation adalah inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negaranegara lainya. 6 d. Dampak Inflasi Menurut para ekonom islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena: 1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpanan), fungsi pembayaran dimuka dan fungsi dari unit perhitungan. 2) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save). 3) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja untuk non primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal Propensity to Save). 4) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif
yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam
6
Adiwarman Karim Ekonomi Makro Islami,Jakarta:Rajawali Pers, 2008, hal.138
24
mulia, mata uang asing dengan megorbankan investasi ke arah produktif seperti: pertanian, industri, perdagangan, transportasi, dan lainya.7 Inflasi memiiki dampak negatif dan dampak positif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi tersebut termasuk dalam golongan inflasi ringan justru akan berdampak positif pada perekonomian karena mendorong perekonomian kearah yang lebih baik, yaitu meningkatnya pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan investasi. Namun sebaliknya, pada keadaan inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi yang tidak terkendali (hiperinflation) keadaan perekonomian justru akan menjadi kacau dan perekonomian menjadi lesu, orang menjadi tidak bersemangat dalam menabung dan investasi maupun produksi karena harga meningkat dengan cepat. Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi pada suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit secara pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
7Adiwarman
Karim Ekonomi Makro Islami,Jakarta:Rajawali Pers, 2008, hal.139
25
e. Indikator Inflasi Untuk mengukur tingkat inflasi , Indeks harga yang digunakan adalah
Indeks Harga Konsumen (IHK). Indek Harga Konsumen
(IHK) adalah indeks harga dan barang-barang yang selalu digunakan para konsumen. Akibatnya suatu perekonomian dalam masa inflasi terdapat kecenderungan diantara pemilik modal untuk menggunakan uangnya dalam investasi bersifat spekulatif dan tingkat bunga meningkat sehingga dapat mengurangi investasi. Hal ini dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi dimasa depan. Inflasi diukur dengan menghitung tingkat presentasi perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut diantaranya adalah: 1) Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen. 2) Indeks Biaya Hidup atau Cost of Living Index (COLI). 3) Indeks Harga Produsen (IHP) adalah mengukur
harga
rata-rata
dari
Indeks yang
barang-barang
yang
dibutuhkan produsen untuk kebutuhan proses produksi. IHP sering digunakan umtuk meramalkan IHK dimasa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan
26
biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi. 4) Indeks Harga Komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu. 5) Indeks harga barang-barang modal. 6) Deflator PDB, menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi dan jasa. Ada beberapa macam-macam ukuran inflasi, diantaranya: a) Inflasi ringan
: Dibawah 10%
b) Inflasi sedang
: 10% - 30%
c) Inflasi tinggi
: 30% - 100 %
d) Hyperinflation
: Lebih dari 100%
Laju inflasi tersebut bukan sebagai standar yang secara mutlak dapat mengindikasikan parah ataupun tidaknya inflasi bagi perekonomian di suatu wilayah, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dan golongan masyarakat manakah yang terkena dampak dari inflasi yang telah terjadi.8
Adwin S. Atmadja, Inflasi di Indonesia:Sumber-sumber penyebab dan pengendalianya, Surabaya 1999, hal.58
8
27
2. Harga Emas Emas adalah logam mulia yang terbentuk dari proses magtimatisme atau pengonsentrasian di permukaan bumi berbentuk endapan dari hasil proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Emas merupakan unsur kimia yang dalam tabel periodik memiliki simbol “Au” yang berasal dari bahasa Latin “Aurum” yang berarti “Cahaya fajar”, dan dalam bahasa inggris, emas disebut gold yang merupakan serapan dari bahasa Jerman kuno, yaitu ghel yang berarti “bersinar” atau “kuning”.9 Emas adalah logam padat, lembut, mengkilat dan merupakan salah satu logam yang paling lentur dibandingkan dengan logam murni yang lain. Emas murni memiliki warna kuning cerah dan berkilau sehingga dianggap sangat menarik. Sifat emas tidak mudah bereaksi dengan bahan kimia lainya dan emas memiliki inert yang tinggi sehingga tidak teroksidasi dan berkarat sehingga menyebabkan emas dianggap sebagai “bahan atau logam mulia”.10 Dibandingkan dengan jenis logam lainnya emas memiliki beberapa kelebihan, seperti pendapat dari Jack Weatherford “Dimanapun ingin menyentuhnya,
mengenakanya,
bermain-main
dengannya
dan
juga
memilikinya, karena berbeda dengan tembaga yang berubah menjadi hijau, Sholeh Dipradja, Siapa Bilang Investasi Emas Butuh Modal Gede?, Jakarta: Tangga Pustaka, 2011, hal.5 10Ibid., hal. 6 9
28
besi yang mudah berkarat dan perak yang memudar, emas murni tetaplah murni tidak berubah”. Sifat-sifat alamiah inilah yang menyebabkan nilai atau harga emas menjadi amat bernilai.11 Emas merupakan sejenis logam mulia yang dikenal sepanjang sejarah kehidupan manusia, bukan hanya sekedar untuk perhiasan, emas juga banyak digunakan sebagai alternatif instrumen investasi. Selain itu emas juga menjadi suatu indikator dari tingkat kekayaan individu maupun suatu bangsa. Sejak pertama kali ditemukan hingga saat ini emas memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan. Selain fungsinya yang istimewa sebagai perhiasan dan logam mulia, emas juga memiliki fungsi lain seperti mudah dibentuk sesuai keinginan, warna yang menarik, selain itu emas juga merupakan logam yang memiliki sifat konduktor yang sangat baik dimana penggunaan emas dapat digabungkan dengan jenis logam lainya. Seperti pada industri elektronik, komputer, kedokteran dan penerbangan adalah beberapa contoh sektor yang menggunakan emas dalam produk-produknya. Sementara itu dalam dunia keuangan dan investasi, emas dikenal sebagai aset yang memiliki nilai lebih dan berharga dibandingkan dengan logam lainya, dalam sistem periodik unsur logam emas termasuk dalam golongan logam mulia
11Ibid.,
hal. 7
29
sejenis komoditas yang memiliki nilai instrinsik yang tinggi. Emas sejak lama dipergunakan sebagai aset untuk melindungi nilai suatu kekayaan.12 Harga emas mencerminkan ekpektasi terhadap tingkat inflasi. Emas dicari pada saat-saat tidak menentu, yakni ketika uang kertas perlahanperlahan mulai kehilangan nilainya. Inflasi hanya mengikis nilai uang kertas, tetapi tidak mengurangi harga emas.13 Kondisi naiknya tingkat inflasi yang cenderung tinggi maka menjadi wajar jika harga emas di Indonesia naik cukup pesat. Emas termasuk investasi jenis middle risk investment yang mempunyai beban reisko yang lebih kecil namun dengan keuntungan yang cukup tinggi dibandingkan investasi pada bank dalam bentuk deposito.14 Hal tersebut terjadi karena daya tahan emas yang cukup kuat dalam menghadapi dampak inflasi. Hal ini dibuktikan dari harga emas yang cukup stabil dan cenderung naik dan sangat jarang sekali emas mengalami penurunan harga yang cukup tajam. Ada empat faktor yang menjadi kelebihan dari emas , antara lain: a) Keterbatasan jumlah emas dan merupakan barang tambang yang tidak dapat diperbaharui, dan jumlahnya terbatas didalam
12
Wiliam Tanuwidjaja, Cara Cerdas Investasi Emas, Yogyakarta, Media Pressindo, 2009, hal.40
13Ibid.
Sholeh Dipradja, Siapa Bilang Investasi Emas Butuh Modal Gede?, Jakarta: Tangga Pustaka, 2011, hal.20 14
30
bumi serta emas terbentuk dari proses yang cukup sulit dan lama. b) Tidak terikat oleh suku bunga seperti sebagaimana pada uang kertas. c) Kemampuan emas atas daya beli terkini, dalam arti lain emas mampu beradaptasi terhadap inflasi yang terus membuat barang dan jasa menjadi mahal. Sejak tahun 1968, yang menjadi patokan harga emas seluruh dunia adalah harga emas berdasarkan standar pasar emas London. Sistem ini dinamakan London Gold Fixing (LGF). LGF adalah suatu prosedur dimana harga emas ditentukan dua kali sehari setiap hari kerja dipasar London oleh lima anggota Pasar London Gold Fixing. Kelima anggota tersebut adalah : 1) Bank of Nova Scottia 2) Barclays Capital 3) Deutsche Bank 4) HSBC 5) Societe Generale Proses penentuan harga adalah melalui lelang diantara kelima anggota tersebut. Pada awal periode perdagangan, presiden London Gold Fixing Ltd akan mengumumkan suatu harga tertentu. Kemudian kelima anggota tersebut akan mengumumkan harga kepada dealer. Dealer tersebut yang akan
31
berhubungan langsung dengan para pembeli dari emas yang diperdagangkan. Posisi akhir harga yang ditawarkan oleh setiap dealer kapada anggota LGF Ltd merupakan posisi bersih dari hasil akumulasi permintaan dan penawaran klien mereka.15 Dari proses tersebut harga emas akan terbentuk. Apabila permintaan lebih banyak dari penawaran secara otomatis harga akan naik, dan apabila permintaan lebih rendah dari penawaran harga akan mengalami penurunan. Ketika harga sudah pasti, maka presiden akan mengakhiri rapat dan mengatakan “There are no flags, and we are fixed”. Proses penentuan harga emas dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pukul 10.30 (Harga Emas Gold A.M) dan pukul 15.00 (Harga Emas Gold P.M). Harga emas ditentukan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat, Poundsterling Inggris dan Euro. Pada umumnya Gold P.M dianggap sebagai harga penutupan pada hari perdagangan dan seringkali digunakan sebagai patokan harga emas seluruh dunia. 3. Jual beli a. Definisi Jual beli Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jual beli adalah persetujuan saling mengikat antara penjual dan pembeli sebagai pihak
Sholeh Dipraja, Siapa Bilang Investasi Emas Butuh Modal Gede?, Jakarta: Tangga Pustaka, 2011,hal12 15
32
yang menyerahkan barang yang dijual. 16Jual beli atau perdagangan dalam istilah fiqh disebut al-ba’i, dan menurut etimologi berati menjual atau mengganti. Adapun indikator dari jual beli suatu barang atau produk adalah: 1) Peluang harga jual beli suatu barang atau produk yang terus meningkat. 2) Terdapat banyak pembeli dan penjual dari suatu barang atau produk ,sehingga jumlah barang yang dibeli atau jumlah barang yang dijual selalu ada di pasar. 3) Jual beli tidak tergantung pada musim, sehingga transaksi dapat dilakukan kapan saja pada sepanjang tahunnya. 4) Tidak adanya penyusutan yang signifikan terhadap suatu barang atau produk yang menjadi risiko dalam jual beli. 5) Tidak adanya kemudahan dalam transaksi jual beli, karena kualitas dan kuantitas suatu barang atau produk mudah diukur tingkat/kadar akurasinya.17 Jual beli dalam pembiayaan cicil emas ini termasuk dalam jual beli emas secara tidak tunai, jual beli emas secara tidak tunai diperbolehkan dalam
16
Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia,Jakarta:Balai Pustaka,1999,hal.423 Gunawan,Kartini,Muljadi,jual beli,Jakarta:PT.Grasindo Persada,2004,hal7
17Widjaja
33
aturan jual beli islam, hal tersebut di jelaskan dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor: 77/DSN-MUI/V/2010. Adapun Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor: 77/DSNMUI/V/2010 tentang jual beli emas secara tidak tunai menjelaskan bahwa pada cicil emas itu diperbolehkan selama emas tidak menjadi alat tukar (uang), baik melalui jual beli biasa maupun jual beli murabahah. Dalam transaksi ini ada tiga batasan dan ketentuan sebagai berikut: 1) Harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu perjanjian meskipun ada perpanjangan waktu setelah jatuh tempo. 2) Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai boleh dijadikan jaminan (rahn) 3) Emas yang dijadikan jaminan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 tidak boleh dijual belikan atau dijadikan objek akad lain yang menyebabkan perpindahan kepemilikan. Dalil Al-Qur’an yang digunakan fatwa diatas merujuk pada dalil diperbolehkannya jual beli, yaitu pada surat Al-Baqarah ayat 275;
34
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat, sesungguhanya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusanya (terserah)kepada Allah orang yang kembali (megambil riba, Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal didalamnya”. (Qs. Al-Baqarah : 275) 4. Pembiayaan BSM Cicil Emas Produk Pembiayaan BSM Cicil Emas adalah fasilitas pembiayaan yang disediakan Bank Syariah Mandiri (BSM) untuk membantu nasabah untuk membiayai pembelian atau kepemilikan emas berupa lantakan (batangan) dengan cara mudah melalui pembayaran angsuran atau cicilan.18 Jenis emas yang dibiayai dalam pembiayaan ini adalah emas lantakan minimal pembelian 10 gram dengan ketentuan jaminan sebagai berikut: 18www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/emas/bsm-cicil-emas/
Februari 2017 pukul 16.32 wib
di akses pada 2
35
1) jaminan adalah barang yang menjadi objek pembiayaan yaitu emas 2) jaminan tidak dapat ditukar dengan jaminan lain 3) Pengikatan jaminan dilakukan selama masa pembiayaan 4) Fisik jaminan disimpan di Bank Emas dikenal sebagai salah satu instrumen investasi yang dapat memproteksi harta kekayaan untuk jangka panjang, adanya produk cicil emas pada Bank Syariah Mandiri bertujuan memudahkan masyarakat dalam hal investasi dan kepemilikan emas. Ada beberapa keunggulan dari produk cicil emas BSM yaitu: 1) Aman: Emas yang dibeli akan diasuransikan. 2) Menguntungkan: Tarif yang di tawarkan tergolong murah. 3) Layanan
Profesional:
Bank
Syariah
Mandiri
merupakan
Perusahaan yang berkualitas dan terpercaya. 4) Mudah: Pembelian emas dengan cara diangsur atau dicicil. 5) Likuid: Barang dapat di uangkan dengan melalui gadai apabila dalam keadaan terdesak. Ada beberapa persyaratan
yang harus dilakukan dalam transaksi
pembiayaan cicil emas di Bank Syariah Mandiri, antara lain: 1) WNI Cakap umur
36
2) Pegawai dengan usia minmal 21 tahun dan maksimal 55 tahun 3) Pensiunan maksimal 70 tahun pada saat pembiayaan jatuh tempo 4) Profesional dan swasta maksimal berusia 60 tahun 5) Menyerahkan kartu KTP Pada pembiayaan BSM Cicil Emas maksimal jangka waktu yang ditawarkan adalah 5 tahun dan minimal 2 tahun masa angsuran. Jumlah maksimal pembiayaan BSM Cicil Emas sebesar 150.000.000,00 (Seratus lima puluh juta rupiah). Jumlah harga dan jumlah angsuran akan ditentukan ketika pelaksanaan akad pembiayaan, akad yang digunakan dalam pembiayaan BSM Cicil Emas adalah menggunakan akad murabahah (jual beli) dan akad Rahn (gadai) sebagai pengikat jaminan.19 Tabel 2.1 Tabel Simulasi Angsuran Cicil Emas (dalam Ribu Rupiah)
Berat LM (Gram)
Harga Beli Emas
10
5,332
1,066
4,265
25
13,225
2,651
50
26,445
100 200
19Ibid.,
Uang Muka (20%)
Pembiayaan (80%) 12 bln
Ansuran per Bulan 24 bln
36 bln
48 bln
60 bln
391
213
154
125
108
10,064
972
529
383
311
269
5,289
21,156
1,939
1,056
764
621
537
5,284
10,568
42,272
3,875
2,110
1,528
1,241
1,073
132,000
264,000
105,600
9,681
5,271
3,817
3,102
2,681
37
Sumber: Bank Syariah Mandiri, 2017 Produk Pembiayaan Cicil Emas termasuk kedalam pembiayaan consume Bank Syariah Mandiri, dalam produk jual beli emas BSM meluncurkan dua produk yaitu produk BSM Cicil Emas dan BSM Gadai Emas, meskipun termasuk dalam produk yang sejenis yaitu dalam bidang jual beli emas, namun keduanya adalah dua produk berbeda namun saling melengkapi. Dimana produk BSM Cicil emas memfasilitasi pembelian emas batangan atau lantakan secara angsur atau cicil dengan barang atau emas batangan atau emas yang sedang dalam masa angsuran dijadikan sebagai jaminan selama masa angsuran pembiayaan dengan akad murabahah sebagai akad jual beli dan akad rahn sebagai pengikat jaminan. Sedangkan BSM Gadai Emas adalah produk BSM yang memfasilitasi penggadaian emas dalam bentuk lantakan atau batangan maupun perhiasan dimulai dari emas 16 hingga 24 karat bagi nasabah yang membutuhkan pinjaman dana dengan emas yang nasabah miliki sebagai agunan, dengan menggunakan akad rahn dalam skim gadai dan ijarah untuk skim sewa pemeliharaan jaminan. C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya yang merupakan gambaran sistematis dari kinerja kerangka teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan.
38
Dalam rumusan masalah penelitian telah ditetapkan akan dikaji Pengaruh Tingkat Inflasi dan Harga Emas terhadap Penyaluran Pembiayaan Cicil Emasa pada Bank Mandiri Syariah Kantor Cabang Banjarnegara periode 2014-2016.
Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi dan Harga Emas terhadap Penyaluran Pembiayaan BSM Cicil Emas Di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Banjarnegara. (Periode 2014-2016)
Inflasi
Harga Emas
(X1)
(X2)
Penyaluran Pembiayaan BSM Cicil Emas (Y)
Regresi Linier Berganda
Uji Hipotesis • • •
Uji T Uji Adj R Square Uji F
Uji Asumsi Klasik • • • •
Uji Normalitas Uji Multikolenieritas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi
39
Hasil dan Kesimpulan
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran D. Hipotesis Penelitian Adapun perumusan hipotesa penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh tingkat inflasi terhadap penyaluran pembiayaan BSM cicil emas. Ha: Diduga terdapat pengaruh tingkat inflasi terhadap penyaluran pembiayaan BSM cicil emas. 2. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh harga emas terhadap penyaluran pembiayaan BSM cicil emas. Ha: Diduga terdapat pengaruh harga emas terhadap penyaluran pembiayaan BSM cicil emas. 3. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh tingkat inflasi dan harga emas secara simultan terhadap penyaluran pembiayaan BSM cicil emas. Ha: Diduga terdapat pengaruh tingkat inflasi dan harga emas secara simultan terhadap penyaluran pembiayaan BSM cicil emas.
40