ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
II.1. Studi Terdahulu Terdapat penelitian yang terkait dengan analisis film, yang berjudul ‘Islam dalam Film Indonesia; Studi Semiotika Terhadap Film-Film Pasca Orde Baru.’ Peneltian yang dilakukan oleh Arsal Amiruddin pada tahun 2010, bertujuan untuk mengetahui praktik regulasi pada representasi Islam dan artikulasi gaya hidup keislaman dalam Film Indonesia Pasca Orde Baru yang menggunakan
pendekatan
semiotika
discourse
kritis
yang
dikembangkan oleh Theo Van Leeuwen, penelitian ini menemukan bahwa, Islam dalam film Indonesia Pasca Orde Baru, senantiasa hadir dalam bentuk masa lampaunya sebagai Mistic Synthesis yang telah muncul dari generasi pertama Islam nusantara. Kelahiran Mistic Synthesis, diikuti oleh sekian banyak praktik regulasi terhadap discourse dalam medan sosial. Dalam tesis yang peneliti angkat mempunyai perbedaan dengan penelitian
terdahulu
yaitu;
ingin
melihat
bagaimana
representasi
pembaharuan Islam dalam film Sang Pencerah yang di latarbelakangi oleh Kyai Ahmad Dahlan sebagi tokoh uatama pendiri organisasi Muhamadiyah yang memiliki konsep tentang Islam reformis dan profresif dalam memberikan kontribusi bagi dunia dakwah Islam yang terkesan monoton, serta juga bagi pendidikan dan politik koroganisasian di masyarakat, sehingga dapat dilihat
9 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
sebagai alterbanitf dakwah yang menjadi penawar untuk meminimkan anggap duni Islam yang dekat dengan mistik seperti temuan dalam penelitian terdahulu II.2. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori II.2.1. Teori Semiotika Kontak sosial merupakan awal dalam upaya berhubungan dengan manusia lain. Proses interaksi sosial tersebut yang akhirnya memerlukan komunikasi sebagai alat untuk berhubungan dengan manusia lainya. Komunikasi merupakan suatu aktivitas yang di dalamnya melibatkan proses interaksi sosial dan hubungan timbal balik antara para pelakunya. Ada yang melihat Proses komunikasi merupakan proses transaksional yaitu proses dua arah. Dalam sebuah transaksi komunikasi tercipta ketergantungan antara komunikator dan komunikan karena dalam komunikasi dibutuhkan umpan balik. Pendekatan ini sering disebut dengan mahzab proses. Namun komunikasi juga dilihat dari pendekatan lain yang disebut pendekatan semiotika yang melihat komunikasi sebagai pembangkitan makna. Ada tujuh tradisi pendekatan yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan komunikasi, salah satunya adalah tradisi semiotika. Dalam tradisi semiotika, komunikasi dijabarkan sebagai produksi dan pertukaran makna. Komunikasi dilihat sebagai pembangkitan makna dan juga pertukaran makna dengan tanda. Secara sistematis tradisi semiotika bertujuan untuk memahami bagaimana cara kerja sebuah kata (Griffin, 2003: 27).
10 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tradisi Semiotika menjembatani studi tentang bahasa, lambanglambang non verbal, serta gambar-gambar dengan penekanan bergeser pula menuju cara tanda itu menghasilkan arti dan cara aplikasinya untuk mengurangi kesalahpahaman (Mangunhardjana, 1975: 53). Tradisi ini bertolak pada tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai fokus utama. Komunikasi dipandang sebagai sebuah pembangkitan makna dalam tanda-tanda. Konsep dasar tradisi semiotika adalah bahwa sebuah tanda menandakan
sesuatu
yang
lain
dari
sesuatu.
Ide
dasar
ini
menghubungkan serangkaian teori yang berhubungan dengan simbol, bahasa, wacana dan perilaku non-verbal. Secara umum studi tentang tanda dikaitkan dengan semiotika (Littlejohn, 2005: 35). Tradisi Semiotika oleh Fiske disebut juga dengan mahzab semiotika. Penjabaran komunikasi dalam karya tulis ini adalah dengan mahzab semiotika. Pengertian komunikasi dengan pendekatan semiotika batasanya dijabarkan sebagai produksi makna dan pertukaran makna Pengkajian tentang komunikasi tidak akan lepas dari pembahasan tentang tanda atau makna, yang mengarah pada pengertian tradisi semiotika. Jhone Fiske berpandangan bahwa dalam studi komunikasi terdapat dua mazhab besar, yaitu mahzab proses dan mahzab semiotika (Fiske, 1987: 8) Mazhab proses melihat komunikasi sebagai sebuah proses transmisi atau pengiriman pesan yang linear, ia tertarik dengan saluran komunikasi, bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan dan
11 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
menerjemahkannya. Sedangkan mahzab semiotika melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna, mazhab ini berkenaan dengan bagaimana pesan atau teks berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan makna yakni berkenaan dengan peran teks dalam kebudayaan kita. Studi yang utama dari mazhab ini adalah semiotika Mazhab semiotika cenderung memusatkan dirinya pada karya komunikasi (Fiske, 2004: 9). Kedua mazhab tersebut juga berbeda dalam pemahaman mereka tentang membentuk sebuah pesan. Pada mazhab proses yang lebih dilihat adalah pada proses transmisinya, di sini pesan sebagai sesuatu yang di salurkan melalui proses komunikasi. Tujuan merupakan suatu faktor yang penting dalam memutuskan apa yang membentuk pesan. Mazhab ini cenderung memperhitungkan tentang kegagalan komunikasi, dan melihat tahap-tahap dalam proses tersebut agar mengetahui dimana letak kegagalan terjadi (Fiske, 2004: 9). Pendekatan semiotika yang diambil dalam tesis ini adalah mengacu pada obyek yang dikaji, yaitu novel. Penilitian bermuara pada pesan dari komunikasi bukan dari proses transmisinya. Titik perhatian bukan pada proses pengiriman pesan dari komunikator ke komunikan, tapi pertukaran makna dan produksi makna. Pesan merupakan suatu konstruksi
tanda
melalui
interaksinya
dengan
penerima
yang
menghasilkan makna. Penekanan bergeser pada teks dan bagaimana teks itu dibaca. Jadi membaca adalah suatu proses menemukan makna yang terjadi
12 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ketika pembaca berinteraksi dengan teks. Pembaca bebas memaknai apa yang dibaca sesuai dengan realitas subjektifnya. Mazhab semiotika menggunakan
istilah-istilah
penandaan
dan
tidak
memandang
kesalahpahaman sebagai bukti yang penting dari kegagalan komunikasi, hal itu terjadi karena adanya perbedaan budaya antara pengirim dan penerima. Gambar 1 Peta tradisi komunikasi dalam paradigma penelitian
(Grifin 2003:33) Berangkat dari tradisi semiotika yang melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna, maka makna-makna yang ada akan dianalisis dengan pendekatan semiotika, sebagai sebuah ilmu yang berhubungan dengan sistem tanda. Banyak literatur tentang semiotika yang percaya bahwa tanda merupakan dasar bagi sebuah komunikasi. Semiotika merupakan suatu studi ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda dalam suatu konteks komunikasi. Teori ini meyakini bahwa dalam sebuah komunikasi ada unsur pembentuk terkecil dari
13 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
sebuah komunikasi yaitu tanda. Tanda-tanda sengaja dibentuk menjadi sistem tanda sehingga dapat dibaca dan dimaknai. Oleh karena itu, komunikasi dalam hal ini adalah proses memproduksi dan menafsir makna. Semiotika menjadi alat bantu untuk memahami ada apa didalam sebuah pesan (Littlejohn, 2005: 101). Semiotika juga dapat dipahami sebagai semiologi, hal ini berhubungan dengan perkembangan semiotika pertamakali di kaji di Eropa, oleh Ferdinand de Saussure ahli linguistik yang menyebut semiotika sebagai semiologi. Tokoh lain yang juga mengembangakan semiotika adalah Charles Sanders Peirce, seorang filsuf dari Amerika. Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Kedua tokoh tersebut mengembangkan semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain secara langsung (Stokes, 2006: 11). Menurut Saussure, tanda bahasa terdiri dari beberapa unsur yaitu penanda dan petanda atau yang menandai dan yang ditandai. Tanda adalah kombinasi dari penanda dan petanda (Griffin, 2003:356). Penanda adalah adalah aspek material sedangkan petanda adalah aspek mental. Aspek material itu adalah bunyi, gambar, atau coretan yang bermakna sedang aspek mental adalah pikiran dan konsep. Petanda bukanlah
14 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
benda tetapi representasi mental dari benda. Petanda dari kata “kucing” misalnya, bukan binatang kucing tetapi imajenasi mental tentang kucing tersebut. Artinya selama tanda itu membawa makna maka akan ada konsep atau aspek mental dibelakangnya. Kajian semiologi yang digagas oleh Saussure erat berhubungan dengan ilmu linguistik atau tata bahasa. Saussure juga mengemukakan konsep tentang oposisi binner, yaitu membagi dunia dalam dua kategori yang saling berlawanan, misalnya tua-muda, hidup-mati, kaya-miskin. Penjelasanya adalah orang akan kesulitan mendifinisikan konsep “hidup” bila tidak ada konsep “mati”, maka tanda dapat bermakna bila ada relasi. Oposisi binner adalah sebuah sistem dari dua kategori yang berelasi (Fiske, 1987: 161). Sementara itu Charles Sanders Peirce mempunyai pandangan bahwa manusia hanya dapat berkomunikasi dengan sarana tanda. Tanda adalah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda mempunyai tiga unsur yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ketiga unsur makna tersebut adalah tanda, interpretant dan objek. Hubungan dari ketiga unsur makna tersebut dimodelkan Peirce sebagai segitiga makna (triangle meaning),
15 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Gambar 2 segitiga makna (triangle meaning) Tanda
Interpretant
Obyek (Hoed.2011:58)
Tanda akan selalu menuju ke sesuatu yang lain, oleh Peirce disebut objek. Tanda baru dapat berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak benak penerima tanda melalui interpretant yaitu pemahaman yang muncul dalam diri manusia (Stokes, 2006: 13). Salah satu pengikut Saussure adalah Roland Barthes, Barthes mengembangkan semiologi saussure lebih mendalam. Pemikiranya dalam semiotika yang terkenal adalah tentang signifikasi dua tahap yaitu konsep denotasi dan konotasi. Denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam kerangka Barthes konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebut sebagai “mitos”, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Kendati demikian, kandungan makna mitologis tidaklah dinilai sebagai sesuatu yang salah (‘mitos’ diperlawankan dengan ‘kebenaran’);
16 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
cukuplah dikatakan bahwa praktik penandaan seringkali memproduksi mitos. Produksi mitos dalam teks membantu pembaca untuk menggambarkan situasi sosial budaya, dan juga politik yang ada disekelilingnya. Bagaimanapun mitos juga mempunyai dimensi tambahan yang disebut naturalisasi. Melaluinya sistem makna menjadi masuk akal dan diterima apa adanya pada suatu masa, dan mungkin tidak untuk masa yang lainBarthes tidak sebatas memahami proses penandaan, dia juga melihat aspek lain dari penandaan dengan mitos. Mitos tidak dipahami sebagai pengertian klasiknya yang sering dipahami dengan “sesuatu yang keliru”, tetapi lebih diletakkan dalam proses penandaan itu sendiri. Barthes percaya bahwa setiap ideologi tanda adalah hasil dari dua sistem tanda yang saling berhubungan; denotasikonotasi (Griffin, 2003: 359). Selanjutnya Barthes menggunakan teori penanda-petanda yang dikembangkan menjadi teori tentang metabahasa dan konotasi. Istilah penanda menjadi ekspresi (E) dan petanda menjadi isi (C). Namun Barthes mengatakan bahwa antara E dan C harus ada relasi (R) tertentu, sehingga membentuk tanda Konsep relasi ini membuat teori tentang tanda lebih mungkin berkembang karena relasi ditetapkan oleh pemakai tanda. Menurut Barthes, ekspresi dapat berkembang dan membentuk tanda baru, sehingga ada lebih dari satu dengan isi yang sama (Mangunhardjana, 1975: 59) Setiap tanda selalu memperoleh pemaknaan awal yang dikenal dengan
17 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
dengan istilah denotasi dan oleh Barthes disebut sistem primer. Kemudian pengembangannya disebut sistem sekunder. Sistem sekunder ke arah ekspresi disebut metabahasa. Sistem sekunder ke arah isi disebut konotasi yaitu pengembangan isi sebuah ekspresi. Tanda konotatif tidak hanya memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Tambahan ini merupakan sumbangan Barthes yang amat berharga atas penyempurnaannya terhadap semiologi Sausure, yang hanya berhenti pada penandaan pada lapis pertama atau pada tataran denotatif semata. Dengan membuka wilayah pemaknaan konotatif ini, pembaca teks dapat memahami penggunaan gaya bahasa kiasan dan metafora yang itu tidak mungkin dapat dilakukan pada level denotatif. Konsep konotasi ini tentunya didasari tidak hanya oleh paham kognisi, melainkan juga oleh paham pragmatik yakni pemakai tanda dan situasi pemahamannya. Inti teori Barthes dalam semiologi adalah gagasan dua tatanan pertandaan. Tatanan yang pertama adalah denotasi seperti landasan kerja Saussure yang menggambarkan relasi antara petanda dan penanda. Denotasi mengacu pada hal-hal umum, makna jelas tentang tanda (Fiske, 2004: 118). Tatanan yang kedua adalah konotasi, inilah makna lain yang ada dalam sebuah tanda dengan penafsiran yang lebih mendalam melalui nilainilai kultural. Salah satu konsep penting yang dilontarkan Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca. Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktivan pembaca agar dapat berfungsi.
18 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Barthes secara lugas mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. sistem ke dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif. Tanda konotatif tidak hanya memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Tambahan ini merupakan sumbangan Barthes yang amat berharga atas penyempurnaannya terhadap semiologi Sausure, yang hanya berhenti pada penandaan pada lapis pertama atau pada tataran denotatif semata. Dengan membuka wilayah pemaknaan konotatif ini, ‘pembaca’ teks dapat memahami penggunaan gaya bahasa kiasan dan metafora yang itu tidak mungkin dapat dilakukan pada level denotatif. Secara tegas dibedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama. Konotasi menggambarkan interaksi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi pengguna dan nilai kulturalnya (Fiske,2004: 119). II.2.2. Unsur-unsur Pembentuk Film Menurut Himawan Pratista, ada dua unsur pembentuk film yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsut tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film.masingmasing unsure tersebut tidak akan dapat membentuk film jika hanya berdiri sendiri. Bisa kita katakan bahwa unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur sinematik atau juga sering diistilahkan gaya sineatik
19 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film. Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok yakni, mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara. Gambar 3 unsur pembentuk film
Film
Unsur naratif
Unsur Sinematik
Mise-en-scene Sinematografi Editing Suara
( Himawan,2008:2)
Gambar 1 tersebut menunjukkan bahwa film terbentuk atas dua unsur; pertama, naratif; berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap cerita pastinya memiliki unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu. Seluruh elelmen tersebut saing berinteraksi dan berkesinambungan sehingga membentuk jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan, yang mana jalinan peristiwa itu terikat oleh sebuah aturan yang disebut kausalitas. (http://www.averroes.or.id) Kedua, unsur sinematik yakni merupakan aspek teknis dalam sebuah produksi film. Berikut empat unsur yang terdapat dalam sinematik:
20 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
1. Mise-en-scene (segala hal yang didepan kamera) memiliki empat elemen pokok yaitu; setting atau latar, tata cahaya, kostum, dan make-up Serta acting dan pergerakan pemain. 2. Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil. 3. Editing merupakan transisi sebuah gambar (shot) ke gambar lainnya. Suara adalah segala sesuatu dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran Himawan berpendapat dalam bukunya, jenis film dapat dibagi mejadi 3, yaitu: 1. Film Dokumenter Kunci utama dari film dokumenter adalah penyajian fakta. Film jenis ini berhubungan dengan orang-orang, tokoh peristiwa dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atu kejadian anmun merekam peristiwa yang sungguhsungguh terjadi atau otentik. Film ini juga tidak menampilkan sosok protagonis atau antagonis dalam menyampaikan suatu alur kejadian. Dalam penyampaian, film dokumenter menggunakan beberapa metode; dengan merekam langsung pada saat peristiwa benar-benar sedang terjadi; film dokumenter juga dapat merekonstruksi ulang sebuah peristiwa yang telah terjadi. Memang memerlukan persiapan sebagaimana film fiksi, namun pada film dokumenter jenis ini, sineas tidak dapat mengontrol acting serta pergerakan para
21 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
pemainnya. 2. Film Fiksi Film fiksi pada umumnya terikat dengan plot. Dari sisi cerita , film fiksi sering menggunakan cerita rekaan diluar kejadian nyata serta memiliki konsep pengadegangan yang telah dirancang sejak awal. Cerita biasanya melibatkan tokoh protagonis dan antagonis, konflik, penutupan serta pola pengembangan cerita yang jelas. Dalam proses produksi, film fiksi memilikki kompleksitas lebih tinggi dari pada film dokumenter, baik dalam hal peralatan, persiapan teknis, pemain. Meski dengan persiapan rumit namun film fiksi lebih banyak diangkat oleh para sineas. 3. Film Eksperimental Film jenis ini merupakan film yang berbeda dari kedua jenis film sebelumnya. Para sineas film eksperimental pada umumnya bekerja diluar industri film utama(mainstream) dan bekerja pada studio independen atau perorangan. Mereka umumnya terlibat penuh dalam seluruh produksi filmnya mulai awal hingga akhirfilm eksperimental tidak memiliki plot namun berstruktur. Strukturnya sangat dipengaruhi oleh insting subyektif sineas seperti gagasan, ide, emmosi, serta pengalaman batin mereka. Film ini juga tidak bercerita tentang apapun, bahkan mereka menetang kausalitas. Umumnya film ini berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami. Karena mereka menggunakan simbol-simbol personal yang mereka
22 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ciptakan sendiri (http://www.averroes.or.id) Film merupakan salah satu bentuk komunikasi massa (Effendy, 2004 :20). Sebagai bagian dari bentuk komunikasi media massa, film memiliki tingkat efektifitas yang bisa dibilang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena cara penyampaiannya yang estetik, dipenuhi unsur hiburan, bahkan masuk ke dalam sisi emosional manusia. Sehingga orang merasa senang dan enjoy mengikuti alur cerita. Jenis dan klasifikasi pun sangat beragam, menjadikan film sebagai tontonan lintas generasi. Sosiolog Norman Denzim mengatakan bahwa tayangan minum-minuman di film AS ikut mempengaruhi romantisme menyesatkan tentang alkoholisme dalam kesadaran publik. Menjadikan para pemimpin politik mengekspresikan keprihatinan karena menurut mereka film telah menggerogoti moral muda dan memuja pada perilaku menyeleweng. (Vivian, 2008:160). “Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis structural (semiotika). Seperti dikemukakan oleh Van Zoest, film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan” (Sobur, 2006:128). Sobur juga menjelaskan melalui pendapat yang dikemukakan Graeme Turner, bahwa film sebagai representasi realitas masyarakat berbeda dengan film sekedar refleksi dari realitas. “Sebagai refleksi dari realitas, film sekedar ‘memindah’ realitas ke layar tanpa mengubah reallitas itu. Sementara itu sebagai representasi dari realitas, film membentuk dan ‘menghadirkan kembali’
23 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideology dari kebudayaannya”. (Sobur:2006, 128). Dalam hal ini film sebagai bentuk media massa memiliki ide dasar mengenai tujuan media dalam masyarakat (McQuail:1987, 70): 1. Informasi a. Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia. b. Menunjukkan hubungan kekuasaan c. Memudahkan inovasi, adptasi dan kemajuan. 2. Korelasi a. Menjelaskan,
menafsirkan,
mengomentari
peristiwa
dan
informasi. b. Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan. c. Melakukan sosialisasi. d. Mengkoordinasi beberapa kegiatan. e. Membentuk kesepakatan. f. Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatif. 3. Kesinambungan a. Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru. b. Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai 4. Hiburan
24 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
a. Menyediakan hiburan, penglihatan , perhatian dan sarana relaksasi. b. Meredakan ketegangan sosial. 5. Mobilisasi a. Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan dan kadang kala juga dalam bidang agama, seni dan budaya. II.2.4. Representasi Ada beberapa definisi representasi, berikut beberapa devinisi representasi: 1. Menurut Yasraf Piliang (1999) Semiotika struktural dapat dilihat sebagai sebuah bentuk representasi, dalam pengertian sebuah tanda merepresentasikan suatu realitas, yang menjadi rujukan atau referensinya. Sebuah tanda bunga misalnya, mewakili sesuatu di dalam realitas, sehingga hubungan tanda dengan realitas lebih bersifat mewakili. 2. Menurut Jhon Fiske (2004) Repressentasi adalah sesuatu yang merujuk pada proses yang dengannya relaitas disampaikan dalam komunikasi , via kata-kata, bunyi, citra atau kombinasinya 3. Menurut Stuart Hall (1997) Representasi yaitu konsep tentang ‘sesuatu’ yang ada di kepala kita masin-
25 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
masing (peta konseptual). Representasi mental ini berbentuk sesuatu yang abstrak. Diuraikan juga bahwa ada tiga pendekatan tentang representasi yang menjelaskan bagaimana produksi makna hingga penggunaan dalam konstruksi sosial bagi Hall, diantaranya: 1. Pendekatan reflektif: bahasa berfungsi sebagai cermin, yang merefleksikan makna yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada di dunia. Dalam pendekatan reflektif, sebuah makna bergantung pada sebuah objek, orang, ide, atau peristiwa di dalam dunia nyata. Bahasa pun berfungsi seperti cermin yaitu untuk memantulkan arti sebenarnya seperti yang telah ada di dunia. Misalnya, bunga mawar adalah bunga mawar. Namun, tanda visual membawa sebuah hubungan kepada bentuk dan tekstur dari objek yang direpresentasikan. Tetapi, gambar visual dua dimensi dari bunga adalah tanda-tidak semestinya dibingungkan dengan tanaman yang sebenarnya dengan duri dan bunga-bunga yang bertubuh di taman. Harus diingat bahwa ada banyak kata-kata, suara dan gambar yang mana kita mengerti dengan jelas tetapi fiksi atau fantasi menunjuk kepada dunia yang diimajinasikan. Tentu saja, kita dapat menggunakan kata ‘bunga mawar’ dalam arti sebenarny, tanaman nyata yang tumbuh di taman. Tetapi ini Karena kita mengetahui kode yang terhubung denga konsep khusus dari sebuah kata atau gambar. Tetapi kita tidak bisa memikirkan atau mengucapkan atau menggambarkan denga bunga mawar sesungguhnya.
26 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2. Pendekatan
intensional:
kita
menggunakan
bahasa
untuk
mengkomunikasikan sesuatu sesuai denga cara pandang kita terhadap sesuatu. Pendekatan makna yang kedua dalam representasi mendebat kasus sebaliknya. Pendekatan ini mengatakan bahwa sang pembicara, penulis, siapapun yang mengungkapkan pengertiannya yang unik kedalam dunia melalui bahasa. Sekali lagi, ada beberapa poin untuk argumentsi ini semenjak kita semua sebagai individu juga menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan hal-hal yang spesial atau unik bagi kita dengan cara pandang kita terhadap dunia. Bagaimanapun juga, sebagai teori umum dari representasi melalui bahasa, pendekatan ini cukup rapuh. Kita tidak bisa menjadi satu-satunya sumber makna dalam bahasa, sejak itu kita dapat diartikan bahwa kita dapat mengekspresikan diri dalam seluruh bahasa privat. Namun, esensi dari bahasa adalah komunikasi, yang mana tergantung kepada pembangian kode-kode linguistik. Makna pribadi kita sebagaimana pun pribadinya bagi kita, harus masuk kedalam kode-kode, aturan-aturan dan adat bahasa untuk dibagikan dan dimengerti. Ini artinya bahasa pribadi kita harus berkompromi dengan semua makna lain yang telah terkandung dalam bahasa dimana penggunaan sistem bahasa kita tidak dapat dielakkan lagi akan berubah menjadi sebuah aksi. 3. Pendekatan Konsruktivis: kita percaya bahwa kita mengkonstruksi makna lewat bahasa yang kita pakai. Ini adalah pendekatan ketiga untuk mengenali publik, karakter sosial dari bahasa. Hal ini membenarkan bahwa tidak ada sesuatu yang didalam diri mereka sendiri termasuk pengguna bahasa secara
27 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
individu dapat memastikan makna dalam bahasa. Sesuatu ini berarti: kita mengkonstruksi makna, menggunakan system representasional-konsep dan tanda. Bertolak dari pendekatan ini, kita tidak perlu bingung dengan dunia secara materi, dimana benda-benda dan orang-orang ada, dan simbol praktis serta proses yang melalui representasi, makna dan bahasa diopersikan. Konstruktivis
tidak
menolak
keberadaan
materi
dunia.
Namun
bagaimanapun juga, bukan materi dunia yang memberi makna tetapi adalah sistem
bahasa
atau
sistem
apapun
yang
kita
gunakan
untuk
merepresentasikan konsep kita. Tentu saja, tanda mungkin dimensi material. Sistem representasional terdiri dari suara nyata yang kita buat dengan nada vokal kita, gambar yang kita buat pada kertas peka cahaya melalui kamera foto, coretan-coretan yang kita buat pada kanvas, dorongan digital yang ditransmisikan secara elektronik. Representasi adalah praktek, sebuah jenis kerja yang menggunakan objek material dan efek. Tetapi makna tidak hanya tergantung pada kualitas material tanda, tetapi kepada fungsi simbolik. Hal ini dikarenakan suara-suara atau kata-kata khusus mewakili atau menyimbolkan atau merepresentasikan konsep yang dapat berfungsi sebagai tanda dan pemberi makna. (Hall, 1997: 145)
II.2.5. Kode-kode Televisi John Fiske ‘Television codes’ adalah teori yang dikemukakan oleh John Fiske atau biasa yang disebut dengan kode-kode yang digunakan dalam dunia pertelevisian. Menurut Fiske kode adalah
28 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Codes are links between producers, texts, and audiences, and are the agents ofintertextuality through which texts interrelate in a network of meanings that constitutesour cultural world (Fiske 1987:3)
Kode yang muncul atau yang digunakan dalam acara televisi tersebut saling berhubungan sehingga terbentuk sebuah makna. Menurut teori ini pula, sebuah relitas tidak muncul begitu saja melalui kode-kode yang timbul, namun juga diolah melalui penginderaan serta referensi yang telah dimiliki oleh pemirsa televisi, sehingga sebuah kode akan dipersepsi secara berbeda oleh orang yang berbeda pula. Dalam kode-kode televisi yang diungkapkan dalam teori John Fiske, bahwa peristiwa yang ditayangkan dalam dunia televisi telah dienkode oleh kode-kode sosial. Kode-kode sosiaal tersebut tergambar dari pembawaan diri kita masing-masing (cara berpakaian, bersikap, dan sebagainya). Faktor-faktor yang mampu mempengaruhi cara kita berdandan antara lain nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntutan lingkungan, nilai kenyamanan, tujuan pencitraan. Adapun konsep kode-kode sosial John Fiske adalah
29 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Gambar 4 Kode Sosial John Fiske
Level one: REALITY Appearance, dress, make-up, environment, behavior, speech, gesture, expression, sound,etc. these are encoded electronically by technical codes such as those of:
Level two: REPRESENTATION camera, lighting, editing, music, sound which transmit the conventional representational codes, which shape the representations of, for example: narrative, conflict, character, action, dialogue, setting, casting, etc.
Level three: IDEOLOGY Which are organized into coherence and social acceptability by the ideological codes,such as those of: individualism, patriarchy, race, class, materialism, capitalism, etc.
(Fiske.1987:4) a. Level Reality: Kode yang tercakup dalam level ini adalah penampilan, kostum, riasan, lingkungan, tingkah laku, cara berbicara, bahasa atau gerak tubuh, ekspresi, suara dll b. Level Representation: Di level kedua ini kode yang termasuk di dalamnya
adalah
seputar
kode
kode teknik,
seperti
pencahayaan, editing, musik, dan suara. Di mana
kamera, level ini
mentransmisikan kode-kode konvensional.
30 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
c. Level Ideologi: Level ini adalah hasil dari level realita dan level representasi yang terorganisir atau terkategorikan kepada penerimaan dan hubungan sosial oleh kode-kode ideologi, seperti individualisme, patriarki, ras, kelas, materialisme, kapitalisme, dll. Penonton berada pada posisi sosial yang mana penggabungan antara kode-kode visual, sosial, dan ideologi menjadi satu untuk membuatnya menjadi berhubungan, penyatuan rasa. Ideologi tidak hanya memproduksi budaya namun juga memproduksi kesadaran kita akan diri. Ideologi beroperasi secara implisit untuk kemudian memproduksi realitas. Ideologi ada dalam segala aspek kehidupan. Ideologi terinternalisasi dalam kehidupan kita sehingga kita tidak sadar akan kehadirannya. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu secara umum atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan untama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif.
II.2.6. Konstruksi Realitas Sosial. Kontruksi realitas sosial dipahami bahwa dunia sosial adalah produk manusia, ia adalah konstruksi manusia itu sendiri dan bukan merupakan sesuatu yang diberi atau terjadi begitu saja dengan sendirinya
31 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
tanpa melalui proses. Bagi kaum konstruksionis realitas itu bersifat subjektif, dalam film tentu saja realitas hadir, karena dihadirkan oleh realitas subjektif sutradara namun realitas subjektif tersebut sebenarnya diciptakan oleh realitas dalam kelompok dominan. Dalam pandangan konstruksionis media dilihat sebagai subjek yang mengkostruksi realita lengkap dengan pandangan, bias dan kepemihakanya (Eriyanto, 2002: 23). Istilah konstruksi sosial atas realitas diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman, yaitu menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terusmenerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. Asal mula konstruksi sosial adalah dari filsafat konstruksivisme, dimulai dari gagasan konstruktif kognitif (Bungin, 2006: 189). Teori-teori dalam pergerakan ini terletak pada gagasan bahwa realita adalah bukan sebuah kumpulan tujuan dari rencana-rencana di luar kita tetapi hal itu dikonstruksikan melalui sebuah proses interaksi. Berger berpendapat bahwa ada tiga tahap dalam sebuah proses atau tahapan yang mengkondisikan kontruksi realitas sosial, yaitu Externalisasi, objektivikasi, dan internalisasi (Eriyanto, 2002: 14). Tahap Pertama adalah externalisasai; yaitu usaha manusia mengekspresikan diri terhadap dunia. Setelah lahir ke dunia, manusia terus berkembang membentuk dunianya, misalnya penciptaan rok untuk dikenakan oleh seorang wanita.
32 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tahap kedua adalah objektivikasi, yaitu hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi tersebut. Hasil tersebut menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi penghasil itu sendiri, misalnya rok banyak digunakan oleh kaum hawa. Tahap ketiga adalah internalisas,; yaitu penyerapan kembali realitas objektif kedalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif indifidu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Realitas objektif akan mendikte kembali manusia, misalnya lelaki akan merasa aneh ketika memakai rok karena konstruksi realitas sosial bahwa rok adalah pakaian yang diciptakan untuk wanita. Jelasnya adalah bahwa realitas masyarakat adalah produk dari manusia, dan sebaliknya realitas manusia adalah produk dari realitas masyarakat. Seseorang baru dianggap mempunyai identitas sejauh ia tinggal dalam masyarakatnya (Eriyanto, 2002: 14). II.2.7. Media Sebagai Resistensi Ideologi. Salah satu unsur komunikasi yang utama dari penelitian ini adalah media, mengingat objek dari penelitian adalah film sebagai salah satu hasil dari komunikasi massa. Oleh karena itu pengkajian komunikasi bertolak dari kajian media dan pesan-pesan yang terkandung dari media massa tersebut. Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa (Bungin, 2006: 71). Karakter komunikasi massa adalah sifatnya yang massif atau
33 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
banyaknya khalayak yang dituju. Media massa sering disebut alat yang efektif untuk menjangkau khalayak yang banyak tersebut. Maka penguasaan akan media sangat penting dalam upaya menyebarkan makna-makna dalam masyarakat yang heterogen. Pada kenyataannya media massa banyak dipakai oleh kekuatankekuatan dominan untuk menanamkan pengaruhnya. Lihat saja bagaimana pemerintahan orde baru yang dianggap pintar menggunakan media massa sehingga mampu berkuasa selama 32 tahun, atau media massa Amerika membingkai pemberitaan tentang timur tengah dengan heroisme militernya. Namun demikian media massa juga menyimpan peluang untuk digunakan sebagai media perlawanan atau media resisten kaum minor yang terpinggirkan. Oleh karena itu memahami politik pemaknaan dalam sebuah media adalah poin penting dalam mengkaji media. Dalam teori komunikasi kritis, media massa dianggap mempunyai kekuatan untuk menyebarkan ideologi. Media memainkan peran yang penting dalam penciptan dan penguatan citra tertentu tantang dunia. Ada proses memberi status pada penciptaan makna dan mencuatkan tentang penjelasan makna dominan. Stuart berpendapat bahwa dunia harus diciptakan untuk dimakanai (Stuart Hall, 1997: 272). Media massa mempunyai kekuatan untuk menyebarkan ideologi dominan dan mempunyai potensi untuk saluran perlawanan ideologi resisten. Dengan demikian media massa menjadi ajang pertarungan
34 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ideologi. Perang modern bukan dengan mengangkat senjata tetapi melalui pertarungan ideologi dengan media massa, oleh karena itu penguasaan atas media menjadi modal yang penting dalam upaya penyebaran ideologi. Stuart Hall percaya bahwa media massa mempunyai fungsi kuat untuk mengontrol dominasi (Griffin, 2003: 367). Dalam pandangan teori kritis Istilah ideologi lebih sering mengacu pada hubungan antara informasi dan kekuatan sosial dalam skala besar dan dalam konteks ekonomi politik. Manipulasi yang terus menerus oleh informasi dan gambaran publik akan mengonstruksi sebuah ideologi dominan yang kuat yang akan menjaga kepentingan-kepentingan kultural dan material penciptanya. Gagasan-gagasan yang dominan dalam masyarakat adalah gagasan yang dirumuskan oleh kelas penguasa untuk mengamankan kekuasaan (Strinati, 2007:149). Antonio Gramsci memberi pandangan penting tentang kekuasaan dan ideologi yaitu hegemoni. Hegemoni merupakan proses dominasi, dimana satu satuan ide menumbangkan atau mengkooptasi ide-ide lainnya. Ini merupakan proses dimana satu kelompok dalam masyarakat memaksakan kepemimpinan terhadap kelompok masyarakat lainnya (Littlejohn, 2005: 319). Proses hegemoni bisa terjadi dengan banyak cara dan banyak kondisi. Hegemoni bisa hadir dari produk-poduk budaya populer seperti film, musik, dan sebagainya. Intinya , hegemoni terjadi ketika peristiwa
35 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
atau teks diinterpretasikan sedemikian rupa sehingga menonjolkan kepentingan satu kelompok terhadap kelompok lainnya. Hegemoni adalah penguasaan atas ideologi itu sendiri, bentuk ekspresi, cara penerapan, dan mekanisme yang dijalankan melalui kepatuhan para korban kepenguasaan (McQuail,1987: 65). Hegemoni dapat menjadi legimitasi pembenaran atas suatu realita yang ada tanpa disadari dan common sense. Oleh karena itu hegemoni sifatnya samar tapi lebih punya kekuatan mempengaruhi daripada dominasi karena dominasi menyebarkan kepentingan melalui kekerasan. Kondisi dominasi kemudian berkembang menjadi hegemoni kesadaran individu (Bungin, 2006: 192). Luis Altuhuser seorang filsuf asal Perancis mengajukan konsep tentang ideologi, yaitu konsep Represive State Apparatus (RSA) dan Ideologycal State Apparatus (ISA). Keduanya merupakan konsep penting yang berguna dalam kajian ideologi. Represive State Apparatus hadir dari aparat negara seperti militer. Dalam RSA, ideologi di transfer melalui kekerasan. Sedangkan Ideological State Aparatus (ISA) menjalankan fungsinya dengan ideologi. Penyebaran ideologi bukan dengan kekerasan tetapi
dengan
penguasaan
gagasan
melalui
institusi
kebudayaan
(Littlejohn, 2005: 318). Stuart Hall seorang yang menaruh perhatian terhadap kajian budaya dalam media berpendapat bahwa budaya dalam komunikasi massa
36 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
menjadi sentral penelitian karena media dianggap sebagai alat yang berkuasa dari ideologi yang dominan. Bahkan, media mempunyai potensi untuk meningkatkan kesadaran penduduk tentang isu-isu kelas, kekuasaan dan dominasi. Dalam sebuah media ada peluang untuk menngunakan media sebagai alat perlawanan terhadap kelas dominan. Media merupakan alat untuk mencipta, membantah, memproduksi dan merubah budaya (Littlejohn, 2005: 324) Perkembangan teknologi menjadikan media sebagai lahan baru dalam pertarungan modern antar ideologi. Resistensi muncul ketika ada kelas yang lebih mendominasi. Penggunaan media massa untuk saluran perlawanan adalah konsep yang dikembangkan oleh pemikiran kajian budaya disamping melihat media sebagai alat untuk penyebaran ideologi kelas dominan. Jelasnya media massa mempunyai peran yang vital dalam penyebaran ideologi, dan menjadi medan pertarungan baru penyebaran ideologi. II.2.8. Film Sebagai Media Alternatif Dakwah Media merupakan hasil perkembangan ilmu dan teknologi, sebagai bentuk penguasaan manusia terhadap sunnatullah yang menguasai alam. Eksistensinya dalam kehidupan manusia memiliki implikasi sosial, yang juga berkaitan dengan sunnatullah yang menguasai kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Justru itu hukum-hukum Tuhan yang berkaitan dengan media dan terutama media massa, harus dipahami dan dikuasai, agar kehadiran media massa
bermanfaat
bagi
manusia
dalam
menopang
kebudayaan
dan
37 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
peradabannya. Justru itu media sangat penting dan memliki urgensi bagi dakwah, terutama media massa yang dapat menjangkau khalayak yang banyak (massa) dengan cepat. Eksistesi media dalam berkomunikasi, tidak lain dari upaya manusia untuk melakukan perpanjangan dari telinga dan mata, dalam menjawab tantangan alam. Dengan kata lain, media antarpersona, media massa dan media interaktif pada hakikatnya adalah perpanjangan alat indera manusia yang dikenal sebagai teori perpanjangan alat indera (sense extension theory) yang diperkenalkan oleh McLuhan, 1964. Bahkan ia menyebut bahwa media adalah pesan (the medium is the message). Artinya, medium saja sudah menjadi pesan sehingga yang memengaruhi publik, bukan saja isi pesan yang disalurkan oleh media, tetapi juga jenis media komunikasi yang dipergunakan. Pandangan ini akan bermakna bahwa jenis media yang dipilih sebagai media dakwah akan merupakan pesan dakwah, yang memiliki dampak dalam memengaruhi khalayak. Media berasal dari bahasa Latin medium yang berarti perantara, pengantaratau tengah. Dalam pengertian tunggal dipakai istilah medium, sedangkan dalam pengertian jamak dipakai istilah media. Kemudian istilah media itu digunakan dalam bahasa Inggris dan diserap ke dalam bahasa Indonesia, dengan makna antara lain: alat komunikasi, atau perantara, atau penghubung. Pada hakikatnya media adalah segala sesuatu yang merupakan saluran dengan mana seseorang menyatakan gagasan, isi jiwa atau kesadarannya.
38 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Dengan kata lain media adalah alat untuk menyalurkan gagasan manusia, dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu eksistensi dan urgensi media dalam bermasyarakat menjadi penting bagi dakwah dalam menopang budaya dan peradaban manusia modern. Media dibagi oleh Arifin (2003:92) ke dalam tiga bentuk. Pertama media yang menyalurkan ucapan (spoken words), termasuk juga yang berbentuk bunyi, yang sejak dahulu sudah dikenal dan dimanfaatkan sebagai medium yang utama, dan karena hanya dapat ditangkap oleh telinga, maka dinamakan juga auditive media (media auditif atau media dengar). Media yang termasuk dalam kategori ini, antara lain gendang, kentongan (alarm block), telepon dan radio. Ke dua media yang menyalurkan tulisan (printed writing), dan karena hanya dapat ditangkap oleh mata maka disebut juga visual media (media visual atau media pandang). Media yang masuk dalam golongan ini, antara lain prasasti, selebaran, pamflet, poster, brosur, baliho, spanduk, surat kabar, majalah dan buku. Ke tiga, media yang menyalurkan gambar hidup, dan karena dapat ditangkap oleh mata dan telinga sekaligus, maka disebut audio visual media (media audio visual atau media dengar pandang). Media yang termasuk dalam bentuk ini hanya film dan televisi. Dalam proses pelaksanaan dakwah, media massa memiliki posisi dan peran "mediasi" yaitu penyampai (transmitters) berbagai pesan dakwah amr maruf, dan nahy munkar) dari pihak-pihak di luar dirinya, sekaligus sebagai pengirim (sender) pesan-dakwah yang dibuat (constructed) oleh para wartawannya kepada khalayak (audience). Bahkan media massa patut dipakai
39 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
oleh para dai atau mubalig untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada khalayak yang besar jumlahnya dan sekaligus menyerap berbagai informasi yang disiarkan oleh media massa. Selain itu media massa dapat juga digunakan oleh para wartawan memproduksi berbagai pesan dakwah (amr maruf, dan nahy munkar). Eksistensi dan urgensi media massa dalam dakwah, sangat penting dalam upaya membentuk citra diri para dai atau mubalig dan citra ummat Islam, untuk memperoleh dukungan publik. Media massa memiliki kekuatan dalam dampak sosial yang ditimbulkan langsung atau tidak langsung. Hal ini akan dibahas secara khusus. Dakwah dengan menggunakan media massa yaitu surat kabar, film, radio, dan televisi, termasuk juga dalam lingkup "komunikasi massa" dalam perspektif sosiologi, karena memiliki ciri-ciri dasar, yaitu bersifat umum, terbuka dan aktual. Sifatnya yang umum, terbuka dan aktual itu, membuat komunikasi massa selalu bersentuhan secara fungsional dengan kehidupan sosial dan politik. Dakwah memerlukan media massa yaitu pers, film, radio, atau televisi, untuk menjangkau sebanyak-banyaknya khalayak yang ber-nama massa dalam waktu yang singkat. Bagaimanapun juga kemajuan ilmu dan teknologi komunikasi, akan bermanfaat bagi pelaksanaan dakwah dalam abad ini. Justru itu para dai atau mubalig perlu memahami karakteristik pers, film, radio dan televisi, dalam kapasitas atau kemampuannya sebagai media massa yang dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah atau sebagai "alat perjuangan" bagi para
40 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
dai atau mubalig dalam menyeru kepada amr maruf, dan nahy munkar. Setiap jenis media massa (pers, film, radio dan televisi) itu memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing dalam kapasitasnya sebagai media komunikasi atau media dakwah. Pers digolongkan sebagai media cetak, sedangkan radio, film dan televisi dikategorikan sebagai media elektronik. Perkembangan semua jenis media massa itu secara teknis didukung oleh perkembangan ilmu dan teknologi, yang sekarang ini telah mencapai teknologi digital. Hal ini lebih akan memudahkan dan mempercepat penyebaran pesan dakwah kepada penerima (mad'u). Penggunaan salah satu diantara semua jenis media yang tersedia itu untuk kepentingan dakwah sangat tergantung kepada kemampuan para dai atau mubalig, dengan memerhatikan juga kebutuhan atau kemampuan khalayak menerima dalam mencerna pesan-pesan dakwah yang akan disampaikan. Jadi pemilahan dan pemilikan atas jenis media massa oleh dai atau mubalig didasarkan kepada kemampuannya, serta kebutuhan dan kepentingan serta lokasi publik atau penerima (mad'u) yang dijadikan sasaran dakwah. Apalagi setiap
media
memi-liki
keunggulan
dan
kelemahan
masing-masing
(Arifin.2011:92). Sebagai media komunikasi massa, film dapat menjadi media dakwah yang efektif dengan pendekatan seni budaya, yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi. Pesan dakwah dapat diekspresikan dalam bentuk cerita dan disajikan dalam film kepada khalayak dengan daya pengaruh yang besar. Film sebagai media yang bersifat audio-visual, memang lebih banyak
41 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
disajikan dalam bentuk hiburan dengan cerita yang menarik. Film media dakwah memiliki keunggulan dan kelemahan masingmasing. Film sebagai media massa yang melakukan "mediasi" atau sebagai saluran dalam dakwah, masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan yang terletak dari sifat-sifat media itu secara teknis. Pesan dakwah dapat diekspresikan dalam bentuk cerita dan disajikan dalam film kepada khalayak dengan daya pengaruh yang besar. Kelemahan dari film sebagai media komunikasi terutama karena besarnya hambatan geografis karena harus ditonton atau dilihat di sebuah tempat tertentu sehingga khalayaknya harus menyediakan waktu tersendiri untuk pergi ke tempat yang disediakan (bioskop atau lapangan terbuka). Itulah sebabnya khalayak yang dapat dijangkau oleh film jauh lebih terbatas daripada radio, surat kabar, majalah, dan televisi. Di samping kelemahan tersebut di atas, film memiliki ke-unggulan terutama karena film dapat dinikmati oleh semua kalangan dari khalayak yang berpendidikan tinggi sampai kepada yang buta huruf. Demikian juga film memiliki daya persuasif yang tinggi, terutama karena menyajikan gambar yang hidup (bergerak dan bersuara). Gambar hidup yang disajikan oleh film itu mempunyai kecenderungan umum yang unik dalam keunggulan daya efektifnya terhadap penonton. Kebanyakan persoalan atau hal yang bersifat abstrak, dan samar-samar serta sulit, dapat disuguhkan oleh film kepada khalayak secara lebih baik dan efisien. Demikian juga film menyuguhkan pesan dengan menghidupkan atau dapat
42 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
mengurangi jumlah besar keraguan. Apa yang disuguhkan oleh film itu lebih mudah diingat. Dengan demikian dapat dipahami bahwa film mempunyai kekuatan memengaruhi yang sangat besar, dan sumber dari kekuatannya itu ialah pada emosi dari khalayak. Hal ini disebabkan oleh karena khalayak lebih mudah untuk menerima dan mengerti isi film, daripada membaca surat kabar dan majalah. Namun aktualitas film sangat rendah dalam menghidangkan atau menyajikan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini diambil alih oleh televisi dan radio. Justru itu penyajian dakwah dalam film, memang harus disajikan dalam bentuk cerita yang menarik. Film yang berisi pesan dakwah, biasanya dikenal dengan sebutan film dakwah. Sebutan itu kemudian dapat disebut sebagai citra media.
II.2.9. Sejarah Kyai Ahmad Dahlan Sebagai Tokoh Pembaruan Islam Muhammad Darwis (Nama Kecil Kyai Haji Ahmad Dahlan) dilahirkan dari kedua orang tuanya, yaitu KH. Abu Bakar (seorang ulama dan Khatib terkemuka di Mesjid Besar Kesultanan Yogyakarta) dan Nyai Abu Bakar (puteri dari H. Ibrahim yang menjabat sebagai penghulu kesultanan juga). Ia merupakan anak ke-empat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhanya saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Dalam silsilah ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantara Wali Songo, yang merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan
43 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Islam di Tanah Jawa. Adapun silsilahnya ialah Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan) bin KH. Abu Bakar bin KH. Muhammad Sulaiman bin Kiyai Murtadla bin Kiyai Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom) bin Maulana Muhammad Fadlul'llah (Prapen) bin Maulana 'Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim (Anshory, 2010: 37-38). Muhammad Darwis dididik dalam lingkungan pesantren sejak kecil yang mengajarinya pengetahuan agama dan bahasa Arab. Ia menunaikan ibadah haji ketika berusia 15 tahun (1883-1888), lalu dilanjutkan dengan menuntut ilmu agama dan bahasa arab di Makkah selama lima tahun. Di sinilah ia berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia Islam, seperti Muhammad Abduh, al-Afghani, Rasyid Ridha, dan ibn Taimiyah (Anshory, 2010:51-52). Buah pemikiran tokoh-tokoh Islam ini mempunyai pengaruh yang besar pada Darwis. Jiwa dan pemikirannya penuh disemangati oleh aliran pembaharuan ini yang kelak kemudian hari menampilkan corak keagamaan yang
sama,
yaitu
melalui
Muhammadiyah,
yang
bertujuan
untuk
memperbaharui pemahaman keagamaan (ke-Islaman) di sebagian besar dunia Islam saat itu yang masih bersifat ortodoks (kolot). Ortodoksi ini dipandang menimbulkan
kebekuan
ajaran
Islam,
serta
stagnasi
dan
dekadensi
(keterbelakangan) ummat Islam. Oleh karena itu, pemahaman keagamaan yang statis ini harus dirubah dan diperbaharui, dengan gerakan pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada al-Qur'an dan al-Hadits.
44 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Dilihat dari masa kelahirannya, Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam yang dilahirkan di masa kebangkitan nasional bangsa Indonesia. Karena itu, Muhammadiyah membawa sifat-sifat sebagai perintis. Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang dilahirkan sebagai manifestasi dari kehendak dan tuntutan zamannya. Zaman di mana kehidupan agama Islam menunjukkan kepudaran dan kesuraman. Demikian pula umat Islam yang hidup dalam kekolotan dan kebekuan. Karena itu kelahiran Muhammadiyah bertugas menghilangkan suasana yang penuh kesuraman dan kepudaran yang melingkupi kehidupan agama Islam di Indonesia. Untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah diperlukan pengorbanan yang besar dan kemauan yang ulet serta tahan uji. Banyak dukungan disampaikan kepada Sang Pembaharu, namun ada pula yang menentang dan berusaha menggagalkannya. Kiai Ahmad Dahlan menerima cercaan dan celaan serta rintangan dari umat Islam termasuk kalangan keluarga. Mereka menyayangkan mengapa Kiai Ahmad Dahlan telah menyia-nyiakan kesempatan dalam pembinaan jenjang kepangkatan di kemudian hari. Kekhawatiran pihak keluarga muncul karena Kiai Ahmad Dahlan termasuk abdi dalern Kesultanan Yogyakarta di bidang keagamaan. Andaikata ia tekun dengan pekerjaan dan menaati kebijaksanaan atasannya, tentu ada harapan akan mengalami masa depan yang indah dan mantap. Kenyataannya Kiai Ahmad Dahlan justru mengadakan berbagai kegiatan bahkan mendirikan organisasi yang belum tentu sesuai dengan kehendak pihak atasannya. Gagasan-gagasan baru itu menyebar melalui pendidikan, dengan berdirinya beberapa sekolah berorientasi modern oleh kaum reformis Islam. Organisasi sosial modern
45 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
yangmenjalankan pendidikan mulai berkembang sejak 1910 dan seterusnya. Di antara organisasi-organisasi itu terdapat Persyarikatan Ulama, Persatuan Islam, dan Muhammadiyah. Di antara tiga organisasi ini, Muhammadiyah adalah salah satu organisasi sosial Islam yang paling penting di Indonesia dalam waktu sebelum perang, mungkin sampai dewasa ini. Ini disebabkan organisasi tersebut telah mempertahankan kedudukannya yang penting dalam masyarakat Indonesia secara sosial dan politik sepanjang kurun Orde Lama dan Orde Baru, sementara organisasi modern lain gagal mempertahankan eksistensinya. Ketidaktahuan tentang ajaran Islam yang benar dan murni sebagaimana diajarkan dalam AI-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad Saw, telah menimbulkan kepercayaan dan kultus yang mengidolakan seseorang, kebiasaan takhayul, dan adat istiadat yang tidak masuk akal di kalangan penduduk Indonesia pada umumnya dan kaum muslimin pada khususnya, yang menyebabkan mereka bukan hanya terbelakang tetapi juga dalam kondisi terlemah secara sosial, ekonomi, dan politik di bawah penindasan kolonialisme Belanda. Lembagalembaga pendidikan Islam waktu itu terlalu tidak memadai untuk memenuhi perkembangan modern, disebabkan karena sikap mental yang mengisolasi diri di pihak kaum muslimin sendiri sebagai akibat dad rasa rendah diri dan metode pendidikan tradisional yang usang.
II.2.10. Film di Indonesia. Film menurut Undang-undang. Dalam Undang-undang No.33 Tahun 2009 Tentang Perfilman, dirumuskan, "Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat
46 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan." Dengan demikian film dipandang selain sebagai karya seni budaya dan sebagai peranata sosial (social institution), film juga merupakan media komunikasi massa, karena dapat dipertunjukkan kepada orang banyak, dengan membawa sejumlah pesan yang berisi gagasan vital kepada publik (khalayak), dengan daya pengaruh yang besar. Film sebagai karya seni sering diartikan hasil cipta karya seni yang memiliki kelengkapan dari beberapa unsur seni untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual. Dalam hal ini unsur seni yang terdapat dan menunjang sebuah karya fim adalah: Seni Rupa, Seni Fotografi, Seni Arsitektur , Seni Tari, Seni Puisi Sastra, Seni Teater, Seni Musik, Kemudian ditambah lagi dengan : Seni Pantomin dan Novel. Kesemuannya merupakan pemahaman dari sebuah karya film yang terpadu dan biasa kita lihat. Selain hal tersebut fungsi film adalah sebagai salah satu nilai yang dapat memuaskan kebutuhan kita sebagai manusia. Khususnya sebagai pemenuhan kebutuhan psikologi dan spiritual dalam kehidupannya. Kumpulan gambar yang artistik dan bercerita sering menghibur melalui pesan-pesan yang disampaikan oleh sebuah film. Kekuatan sebuah film yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut terdiri dari unsur-unsur:Unsur cerita, Unsur Visual, Unsur penyutradaraan, Unsur Editing , Unsur Acting, Unsur Tata Artistik, Unsur Suara, Unsur Musik. Kebutuhan manusia akan hiburan melalui sebuah gambar yang bergerak lama kelamaan mulai menarik minat masyarakat luas pada umumnya. Disini
47 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
mulai terletak adannya sebuah organize yang akan mengatur atau menyuplai hal tersebut. Dan masuknya film sebagai dunia industri berawal dari sini. Sebuah karya film mulai diperjualbelikan atau dengan kata lain mulai ada value yang harus dikeluarkan oleh masyarakat, mulai ada peraturan-peraturan tentang segala hal yang berkaitan dengan film. Film sebagai suatu industri berarti mulai memperhatikan segi-segi ekonomi dalam penciptaan, penyaluran (pendistribusian) dan penikmatannya. Film sebagai sebuah karya seni sering diartikan sebagai sebuah karya seni yang selalu mengedepankan masalah art. Pandangan tentang ke-2 film tersebut harus kita jadikan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Dan sampai sekarang memang dunia hiburan film merupakan suatu industri hiburan yang mendapat pengakuan dari masyarakat luas sebagai salah satu industri harus dapat memenui kebutuhan masyarakat. Film di Indonesia sendiri mengalami kejayaannya pada era 70-80an atau tepatnya sebelum masuknya broadcast-broadcast TV pada tahun 1988 (RCTI). Masyarakat sangat antusias dalam menanggapi film-film yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan bobot dari film tersebut yang memang dapat memenuhi kebutuhan psikologi dan spiritual dari masyarakat Indonesia. Ada pandangan bahwa film-film pada jaman 70-80an dapat mewakili masyarakat pada masa itu. Segi cerita, kualitas acting (unsur-unsur film lainnya) memiliki kualiatas yang bagus. Masyarakat sering menggangap film pada jaman itu dari segi mutu baik bahkan ada yang mengatakan sangat baik. Intinya masyarakat masih menghargai film itu sendiri baik sebagai sebuah
48 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
industri maupun sebagai nilai artistik. Dan setelah masa itu kita sering mendengar bahwa film di Indonesia mengalami “mati suri”. Hal ini terlihat dari lesunya industri perfilman kita pada waktu ini (90-2000an). Apresite masyarakat terhadap film Indonesia turun dengan drastis, masyarakat mulai tidak mengahargai film itu sendiri. Hal ini mungkin terkait dengan unsure-unsur yang terdapat dalam film itu sendir yang tidak baik mulai dari unsure cerita, acting dan lainnya yang dianggap terlalu mengedepankan segi komersilnya saja tanpa memperhatikan segi artnya. Dengan berbagai kelebihan yang terdapat dalam film menjadikan pesanpesan yang ingin disampaikan melalui media ini dapat menyentuh penonton tanpa mereka merasa digurui. Kelebihan yang terdapat dalam film sebagai media komunikasi massa diantaranya adalah film merupakan bayangan kenyataan hidup sehari-hari, film dapat lebih tajam memainkan sisi emosi pemirsa Di awal millenium baru ini tampaknya mulai ada gairah baru dalam industri film Indonesia terutama film yang mengusung tema Dakwah. Seperti halnya film Kiamat Sudah Dekat, Kun Fa Yakun, Perempuan Berkalung Sorban, Ketika Cinta Bertasbih, Hingga film Ayat-ayat Cinta yang begitu fenomenal akhir-akhir ini semakin memberikan peluang bagi para sineas (http://tourismindonesiaonline.com). Kenyataan ini cukup memberi harapan bagi para sineas-sineas dakwah, karena tidak hanya film yang beremakan horor, percintaan remaja atau komedi berbalut seksualitas yang bisa diterima masyarakat umum, namun film yang bernuansakan islam pun laku untuk diangkat. Maka hal tersebut bisa menjadi
49 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
suatu modal besar bagi para sineas dakwah dalam mengtransformasikan nilai keislaman pada media ini. Seperti yang dilakukan oleh Muhamadiyah yang menyempaikan pesan dakwahnya melalui film yang peluncurannya bertepatan dengan peringatan satu abad berdirinya organisasi tersebut.
50 Tesis
REPRESENTASI KYAI AHMAD .....
FARIS