BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Atmosfer Atmosfer adalah lingkungan udara, yakni udara yang meliputi planet bumi ini.
Atmosfir terdiri atas empat zona dengan perbedaan temperatur yang ekstrim sebagai akibat perbedaan penyerapan sinar matahari pada tiap lapisan tersebut (Mulia, 2005). Atmosfer sangat penting bagi kehidupan karena dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung bumi dari pengaruh lingkungan angkasa luar karena atmosfer dapat mengabsorbsi radiasi sehingga makhluk hidup dapat bertahan hidup dan terhindar dari panas dan radiasi (Situmorang, 2007). 2.1.1. Komposisi Atmosfer Komposisi atmosfer dapat digolongkan pada dua bagian, yaitu komponen utama (mayor) dan komponen kecil (minor). Komponen utama atmosfer adalah bagian komposisi udara yang paling besar, yaitu misalnya pada udara kering pada bagian bawah mengandung 78,08% nitrogen, dan 20,95% oksigen. Sedangkan komponen kecil atmosfer adalah komponen udara dalam jumlah sedikit, seperti 0,934% argon. Udara dapat mengandung sebanyak 0,1 - 5% uap air, dan kadar normal adalah berada pada skala 1 – 3 %. Kadar gas mulia pada udara di lapisana atmosfer bagian bawah adalah berupa gas: neon 1,818 x 10-3 %, helium 5,24 x 10-4%, krypton 1,14 x 10-4%, dan xenon 8,7 x 10-6 % (Situmorang, 2007).
7 Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Bagian-bagian Atmosfer Atmosfer terdiri dari beberapa lapisan yaitu troposfer, statosfer, mesosfer dan thermosfer. a.
Lapisan Troposfer Lapisan yang paling dalam disebut juga troposfer yang tebalnya sekitar 17 km
di atas permukaan bumi. Sekitar 99 % dari gas yang non polusi dalam udara kering yang terdapat pada troposfer yang kita hirup, terdiri dari dua jenis gas, yaitu gas nitrogen (78%) dan oksigen (21%). Sisanya adalah gas argon yang kurang dari 1 %, dan karbondioksida sekitar 0,035 %. Udara dalam troposfer juga mengandung uap air yang jumlahnya sekitar 0,01 % di daerah subtropis, dan sekitar 5 % di daerah tropis yang lembab. Temperatur pada puncak troposfer dapat turun sampai dengan 600C (Mulia, 2005). Daerah troposfer ditandai oleh temperatur yang semakin rendah apabila ketinggian bertambah. Dikarenakan semakin jauh jarak dari permukaan bumi, maka panas yang diradiasikan bumi semakin berkurang, Temperatur troposfer diperkirakan akan meningkat ± 1,50C dalam seratus tahun mendatang dikarenakan meningkatnya gas-gas penyebab rumah kaca seperti CO2, CFC, CH3, NO, perfluoro carbon, dan carbon tetra fluorida. Kenaikan temperatur ini akan disertai perubahan cuaca, banjir didaerah pesisir karena naiknya permukaan laut (Soemirat Slamet, 2004). b.
Lapisan Stratosfer Lapisan stratosfer mempunyai ketebalan sekitar 30 km sehingga jarak dari
permukaan bumi sekitar 17 km sampai dengan 48 km di atas permukaan bumi.
Universitas Sumatera Utara
Temperatur antara -20C sampai dengan -60 0C. Dalam lapisan ini terdapat gas ozon (O 3 ) yang dapat menyaring 99% sinar berbahaya dari matahari yaitu radiasi sinar ultraviolet. Fungsi dari filter gas O 3 yang tipis dalam stratosfer ini ialah mencegah intensitas sinar matahari merusak bumi dan isinya, yaitu mencegah kanker kulit, kanker mata dan katarak. Selain itu, lapisan ozon juga mencegah kerusakan tanaman dan hewan air. Dengan menyaring radiasi energi tinggi dari sinar ultraviolet, lapisan ozon juga menyimpan cadangan oksigen (O 2 ) dalam lapisan troposfer sebelum berubah menjadi ozon. Sejumlah kecil ozon yang yang terbentuk dalam lapisan troposfer merupakan hasil buangan gas dari aktivitas manusia. Gas ozon dalam troposfer merusak tanaman, sistem saluran pernapasan manusia dan hewan serta bahan-bahan yang terbuat dari karet. Sehingga dalam kehidupan makhluk hidup sangat bergantung terhadap “ozon yang baik” yang berada di lapisan stratosfer dan sedikit “ozon yang buruk” dalam lapisan troposfer. Sayang sekali aktivitas manusia dapat menurunkan kadar ozon dari stratosfer dan menaikkan kadar ozon dalam troposfer (Darmono, 2001). c.
Lapisan Mesosfer Lapisan Mesosfer merupakan lapisan di atas stratosfer, memiliki ketinggian
sekitar 80 km. Mesosfer memiliki temperatur minimum sampai -800C. Mesosfer adalah lapisan udara ketiga, di mana suhu atmosfer akan berkurang dengan pertambahan ketinggian hingga ke lapisan keempat, termosfer. Udara yang terdapat di sini akan mengakibatkan pergeseran berlaku dengan objek yang datang dari angkasa dan menghasilkan suhu yang tinggi. Kebanyakan meteor yang sampai ke
Universitas Sumatera Utara
bumi biasanya terbakar di lapisan ini. Antara lapisan Mesosfer dengan lapisan atermosfer terdapat lapisan perantara yaitu Mesopause. d.
Lapisan Thermosfer Lapisan thermosfer merupakan lapisan yang berada di atas lapisan mesosfer.
Wilayah thermosfer kaya akan ion dan ketinggiannya sampai 1600 km dari permukaan bumi. Pada wilayah ini temperatur sangat tinggi karena adanya energi matahari dan radiasi kosmik (Mulia, 2005). Tabel 2.1 Pembagian Lapisan Atmosfer Menurut Perbedaan Suhu (Soemirat Slamet, 2004) Wilayah Temperatur (0C) Ketinggian (km) Senyawa kimia yang utama Troposfer
15 sampai -56
0 sampai (10-16)
Stratosfer
-56 sampai -2
(10-16) sampai 50 O 3
Mesosfer
-2 sampai – 92
50 sampai 85
O 2 +, NO+
85 sampai 500
O 2 +, O+, NO+
Termosfer -92 sampai 1200
N 2 , O 2 , CO 2 , H 2 O
Sumber: Manahan, Stanley E., 1972, h. 285 2.1.3. Pengaruh Manusia Terhadap Komposisi Atmosfer Perubahan komposisi atmosfer sering dihubungkan dengan aktivitas manusia. Satu hal yang disoroti adalah bahwa perubahan komposisi atmosfer telah berpengaruh terhadap perubahan iklim secara global. Aktivitas manusia seperti emisi partikel dan gas berbahaya ke atmosfer, pembuangan karbondioksida melalui pembakaran bahan bakar fosil, dan kegiatan lainnya telah mengubah komposisi atmosfer yang cendrung memberikan dampak yang negatif. Permasalahan yang paling banyak dibicarakan dari perubahan komposisi atmosfer adalah adanya efek rumah kaca dan rusaknya lapisan ozon pada daerah stratosfer yang disebabkan oleh aktivitas manusia melalui emisi freon. Harus disadari
Universitas Sumatera Utara
bahwa aktivitas manusia melalui pengembangan teknologi, industri dan jasa untuk mencapai kesejahteraan umat manusia harus didukung, dan mungkin akan berkontribusi terhadap peningkatan polutan ke atmosfer (Situmorang, 2007). 2.2. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material. Selain itu pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik di atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya (Mukono, 2005). Pencemaran udara menimbulkan masalah kesehatan di seluruh dunia serta paling sering dihubungkan dengan pabrik, industri, dan dengan udara luar. Bahaya pencemaran udara di dalam rumah terhadap kesehatan ternyata sering kali lebih buruk dibandingkan dengan polusi udara luar, bahkan di sebuah kota industri sekalipun. Tidak dapat dipungkiri bahwa pencemaran udara dapat menyebabkan karat dari cat, bangunan, patung, dan kerusakan tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Juga dapat menyebabkan gangguan pada manusia mulai dari iritasi mata, sakit kepala, asthma, bronchitis, emphysema dan kanker paru. Pencemaran udara terutama merusak paruparu dan saluran pernafasan, walaupun kerusakan dapat terjadi pula pada organ tubuh lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1. Pencemaran Udara Global Akhir-akhir ini banyak dibicarakan sinar infra merah matahari yang terperangkap gas penyerap sinar infra merah. Gas penyerap sinar infra merah yang dinamakan gas rumah kaca (GRK), terutama terdiri dari gas karbon dioksida (CO 2 ), metan (CH 4 ), nitrogen oksida (NO), ozon (O 3 ), dan gas buatan manusia seperti chloro-fluoro carbon (CFC). GRK berkumpul dan membentuk lapisan yang mengitari bumi dengan menyerap sinar infra merah dan menahan panas bumi lepas ke ruang angkasa Para pakar internasional mengadakan banyak pertemuan antara lain Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dan World Climate Programme (WCP) yang dibahas dalam sidang Second World Climate Conference (SWCC) pada bulan Oktober tahun 1990 di Geneva dan dimuat dalam Ministrial Declaration. Pada pertemuan tersebut diinformasikan hasil kajian IPCC bahwa akan terjadi peningkatan suhu udara bumi sebesar 2-5 Celcius dalam kurun waktu 100 tahun pada keadaan laju emisi gas rumah kaca seperti saat ini. Terjadinya pencemaran udara memberikan efek secara global, seperti perubahan suhu udara. Perubahan suhu tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dunia dan permukaan air laut naik (Mukono, 1997). Lebih jelas lagi, efek global pencemaran udara yang dikhawatirkan akan terjadi oleh para pakar adalah: 1.
Perubahan karakterisitik fisik dan kimia dari atmosfer, yang berupa hilangnya keseimbangan radiasi di bumi sehingga dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim.
Universitas Sumatera Utara
2.
Timbulnya efek rumah kaca (ERK)
3.
Kebocoran lapisan ozon di daerah troposfer
4.
Hujan asam dengan segala akibatnya
2.3.
Gas Rumah Kaca (GRK) Gas rumah kaca atau greenhouse gases adalah gas-gas yang menyebabkan
terjadinya efek rumah kaca (ERK). Di dalam atmosfer, disamping terdapat uap air (H 2 O) dan karbondioksida (CO 2 ),terdapat juga gas rumah kaca (GRK) lain yang terpenting yang berkaitan dengan pencemaran dan pemanasan global yaitu metana (CH 4 ), ozon (O3) , (dinitrogen oksida) (N 2 O), dan chlorofluorocarbon (CFC) (Soemarwoto, 2001). 1. Uap air Uap air bersifat tidak terlihat dan harus dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi ketika uap membentuk butir-butir air. Sumber terjadinya uap air ketika terjadinya siklus air yaitu pada proses penguapan air laut, sungai, gletser dan sumber air lainnya. Sebenarnya uap air merupakan penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca. Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar kendali manusia dan dipengaruhi terutama oleh suhu global. Jika bumi menjadi lebih hangat, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini akan meningkatkan efek rumah kaca serta makin mendorong pemanasan global. 2. Karbon dioksida (CO 2 ) Karbon dioksida adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang sedang ditimbun di atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan utama manusia terhadap jumlah karbon dioksida dalam atmosfer berasal dari pembakaran
Universitas Sumatera Utara
bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas bumi. Misalnya pembakaran metana akan menghasilkan karbondioksida dan air. Selain itu, penebangan, pembakaran dan konversi hutan juga meghasilkan emisi CO 2 . Karbondioksida tidak berbau, tidak toksis, dan larut di dalam air. Mengabsorbsi sinar inframerah dari matahari, kemudian memancarkan kembali, uap air akan menangkap bagian dari radiasi yang sedang berjalan. Meningkatnya konsentrasi gas CO 2 tersebut di atmosfer dapat menyebabkan terjadinya kenaikan intensitas efek rumah kaca (ERK) dan pemanasan global. Telah diduga bahwa kenaikan CO 2 atmosfer sebanyak dua kali yaitu dari 0,03% sampai 0,06 % mengakibatkan kenaikan suhu permukaan bumi di dunia sebanyak 4,25oF. Kenaikan suhu ini mengakibatkan bertambahnya pelelehan gunung es dan salju, dan kemungkinan menyebabkan betambahnya kedalaman laut. Tetapi hal ini tidak akan terjadi jika diperhitungkan kebutuhan enersi untuk melelehkan es (Fardiaz, 1992). Penanggulangan
emisi
CO 2
diantaranya
dengan
mengefisiensikan
penggunaan energi seperti dalam industri, transportasi, dan rumah tangga. Penanggulangan lainnya yaitu mengembangkan sumber energy yang tidak menghasilkan CO 2 , mengendalikan pemanfaatan hutan, dan meningkatkan reboisasi (Sunu, 2001). 3. Ozon Ozon adalah gas rumah kaca yang terdapat secara alami di atmosfer (troposfer, stratosfer). Di troposfer, ozon merupakan zat pencemar hasil sampingan yang terbentuk ketika sinar matahari bereaksi dengan gas buang kendaraan bermotor.
Universitas Sumatera Utara
Molekul ozon juga dapat terbentuk dengan bantuan sinar ultraviolet. Ozon merupakan gas yang tidak stabil, berwarna biru, mudah mengoksidasi, dan bersifat iritan yang kuat terhadap saluran pernafasan. Ozon didapat secara alamiah di stratosfer dan sebagian kecil di dalam troposfer. Ozon didapat dari berbagai sumber seperti peralatan listrik bervoltase tinggi, peralatan sinar rontgen, dan spektograf. Karena ozon bersifat bakterisidal, maka Ozon sering dibuat untuk dipakai sebagai desinfektan. (Soemirat Slamet, 2004). Ozon yang berada di stratosfer adalah ozon yang berakibat baik bagi makhluk hidup di bumi, karena akan berfungsi sebagai filter/ penghambat dari pancaran sinar ultraviolet yang berasal dari matahari. Sedangkan ozon yang yang berada di troposfer mempunyai akibat yang tidak baik bagi makhluk hidup di bumi, karena merupakan gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global (Sunu, 2001). 4. Metan (CH 4 ) Metana adalah gabungan kimia antara unsur formula molekul CH 4 . Metana ini adalah alkae yang sederhana dan merupakan gas alam yang utama. Metana ini cukup melimpah dan pambakarannya cukup bersih, sehingga bias dijadikan bahan bakar dan biasanya dikonversi menjadi methanol. Metana adalah gas rumah kaca lain yang terdapat secara alami. Metana dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik pada kondisi tanpa udara (anaerob). Gas ini juga dihasilkan secara alami pada saat pembusukan biomassa di rawa-rawa sehingga disebut juga gas rawa. Metana mudah terbakar, dan menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil sampingan
Universitas Sumatera Utara
Sebagai sumber metan adalah daerah pertanian, padi-padian dan daerah peternakan. Terjadinya peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan terjadinya peningkatan kegiatan pertanian, peternakan dan industri sehingga pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya peningkatan produksi gas metan pula. Saat ini kadar gas metan di atmosfer diperkirakan sekitar 1,7 ppm (Mukono, 1997). 5. Dinitrogen oksida (NO 2 ) Dinitrogen oksida adalah juga gas rumah kaca yang terdapat secara alami. Dulunya gas ini digunakan sebagai anastesi ringan, yang dapat membuat orang tertawa sehingga juga dikenal sebagai gas gelak. Tidak banyak diketahui secara terinci tentang asal dinitrogen oksida dalam atmosfer. Diduga bahwa sumber utamanya, yang mungkin mencakup sampai 90 persen, merupakan kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Pemakaian pupuk nitrogen meningkatkan jumlah gas ini di atmosfer. Dinitrogen oksida juga dihasilkan dalam jumlah kecil oleh pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, gas bumi) (Rifa, 2010). 6. Cholorofluorocarbon (CFC) Chlorofluorocarbon (CFC) adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat-sifat, misalnya tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan amat stabil sehingga dapat digunakan dalam berbagai peralatan dan mulai digunakan secara luas setelah Perang Dunia II. Chlorofluorocarbon yang paling banyak digunakan mempunyai nama dagang ‘Freon’. Dua jenis chlorofluorocarbon yang umum digunakan adalah CFC R-11 dan CFC R-12. Zat-zat tersebut digunakan dalam proses mengembangkan busa, di dalam
Universitas Sumatera Utara
peralatan pendingin ruangan dan lemari es selain juga sebagai pelarut untuk membersihkan microchip (Mukono, 1997). Tingkat gas rumah kaca utama (dengan kekecualian uap air) cenderung meningkat sebagai akibat peningkatan kegiatan manusia. CO 2 dihasilkan ketika bahan bakar fosil yaitu batubara dan minyak bumi digunakan untuk menghasilkan energi, serta hutan ditebang dan dibakar. Metana dan N 2 O dihasilkan dari kegiatan pertanian dan perubahan penggunaan lahan serta sumber lainnya. Gas buangan kendaraan dan industri menghasilkan gas yang tahan lama seperti CFC, HFC, dan PFC. GRK tersebut telah merubah cara atmosfer menyerap energi, yang hasilnya dikenal sebagai peningkatan efek rumah kaca (Prasetyowati, 2008). Gas rumah kaca bekerja seperti kaca pada rumah kaca. Radiasi matahari yang masuk ke bumi dalam bentuk gelombang pendek menembus atmosfer bumi dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai permukaan bumi. Setelah mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang dipantulkan kembali ke atmosfer. Namun sayangnya, tidak semua gelombang panjang yang dipantulkan kembali oleh bumi dapat menembus atmosfer menuju angkasa luar karena sebagian dihadang dan diserap oleh gas-gas yang berada di atmosfer disebut gas rumah kaca (GRK). Akibatnya radiasi matahari tersebut terperangkap di atmosfer bumi. Karena peristiwa ini berlangsung berulang kali, maka kemudian terjadi akumulasi radiasi matahari di atmosfer bumi yang menyebabkan suhu di bumi menjadi semakin hangat. Peristiwa alam ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK), karena peristiwanya serupa dengan proses yang terjadi di dalam rumah kaca. Jadi peristiwa efek rumah kaca bukanlah
Universitas Sumatera Utara
efek yang ditimbulkan oleh gedung-gedung kaca, seperti yang selama ini sering disalahartikan. Semakin tinggi kadar Gas Rumah Kaca (GRK), makin tinggi Efek Rumah Kaca (ERK) dan makin tinggi pula suhu atmosfer ( Soemarwoto, 2004). Gas rumah kaca terbentuk dalam alam secara langsung maupun sebagai akibat pencemaran. Gas rumah kaca di dalam atmosfer menyerap sinar inframerah yang dipantulkan oleh bumi. Waktu tinggal GRK di dalam atmosfer juga mempengaruhi efektivitasnya dalam menaikkan suhu. Makin panjang waktu tinggal gas rumah kaca di dalam atmosfer, makin efektif pula pengaruhnya terhadap kenaikkan suhu. Waktu terpendek adalah metana (sekitar 10 tahun), dan terpanjang adalah CO 2 (50-200 tahun). Keberadaan gas rumah kaca penting dalam mempertahankan suhu atmosfer yang konstan. Akan tetapi, konsentrasi karbondioksida dan gas rumah kaca lain menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi daripada yang pernah terjadi dalam 160.000 tahun ini. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca ini dapat menyebabkan peningkatan suhu bumi, yang disebut sebagai “Peningkatan Efek Rumah Kaca”. Besarnya peningkatan ini tidak diketahui. Akan tetapi, jika emisi gas-gas rumah kaca saat ini terus berlanjut maka diperkirakan pada tahun 2030 suhu permukaan bumi akan meningkat sampai 30C (rentangnya 1,5-4,5 0C).(Widyastuti, 2006). Gas rumah kaca dari emisi antropogenik berasal dari beberapa sumber dilihat dari beberapa sektor, yaitu a. Sektor energi
Universitas Sumatera Utara
Pemanfaatan bahan bakar fosil seperti minyak bumi,batu bara dan gas secara berlebihan dalam berbagai kegiatan merupakan penyebab utama dilepaskannya emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Pembangkitan listrik, penggunaan alat-alat elektronik seperti AC, TV, komputer, penggunaan kendaraan bermotor dan kegiatan industri merupakan contoh kegiatan manusia yang meningkatkan emisi GRK di atmosfer. b. Sektor kehutanan Kegiatan pengrusakan hutan, penebangan hutan, perubahan kawasan hutan menjadi bukan hutan, menyebabkan lepasnya sejumlah emisi GRK yang sebelumnya disimpan di dalam pohon. c. Sektor pertanian dan peternakan Dari sektor pertanian, emisi GRK terutama metana dihasilkan dari sawah yang tergenang, pemanfaatan pupuk, pembakaran padang sabana, dan pembusukan sisasisa pertanian. Dan dari sektor peternakan, emisi GRK berupa gas metana (CH4) dilepaskan dari kotoran ternak yang membusuk. GRK berupa metana juga dihasilkan dari sampah (Trismidianto, dkk, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Gambar Lampiran 1. Penyebab Gas Rumah Kaca Sumber : putraprabu.wordpress.com
2.3.1. Efek Rumah Kaca (ERK) Efek rumah kaca pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824, sebagai ahli fisika dan matematika dari Perancis. Penemuan Fourier ini diteruskan oleh seorang fisikawan Swedia yang bernama Svante Arrhenius pada tahun 1894. Efek rumah kaca merupakan sebuah proses dimana atmosfer memanaskan sebuah planet, seperti mars, Venus, Saturnus, Titan dan bumi. Efek rumah kaca dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu, efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi dan efek rumah kaca yang meningkat akibat aktivitas manusia (Susanta, 2008). Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15
0
C (590F), bumi sebenarnya telah lebih panas 330C (590F) dari
Universitas Sumatera Utara
temperatur semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -180C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global (Rusbiantoro, 2008). Efek rumah kaca atau greenhouse effect merupakan pangalaman para petani di daerah beriklim sedang yang menanam seperti sayur-sayuran, biji-bijian, buahbuahan di dalam rumah kaca. Pada siang hari sinar matahari menembus kaca, dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar inframerah. Oleh karena itu, udara di dalam rumah kaca suhunya naik dan panas yang dihasilkan terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak tercampur dengan udara di luar rumah kaca. Akibatnya, suhu di dalam ruangan rumah rumah kaca lebih tinggi dari pada suhu di luarnya dan hal tersebut dikatakan sebagai efek rumah kaca. Sebagian besar bahan polutan akan terkumpul di bagian bawah atmosfer (yang disebut sebagai troposfer) dan dapat menganggu keseimbangan radiasi, yang berakibat terganggunya absorbsi radiasi gelombamg panjang dari bumi oleh atmosfer. Bahan polutan yang mengganggu keseimbangan tersebut adalah karbondioksida (CO2), Freon (CFC), ozon (O3), metan (CH4), dan nitrogen oksida (NO). Dari polutan gas tersebut yang paling besar memberikan kontribusi untuk terjadinya Efek Rumah Kaca (ERK) adalah gas CO2 (55%), dan CFC yaitu sebesar 25%. (Mukono, 1997). Efek rumah kaca dapat pula dialami dalam mobil yang diparkir di udara terbuka yang panas dengan jendela tertutup. Dari pancaran sinar matahari yang
Universitas Sumatera Utara
sampai ke bumi setelah melalui penyerapan berbagai sinar di atmosfer sebagian radiasi tersebut dipantulkan dan diserap oleh bumi. Radiasi yang diserap dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang bergelombang panjang. Sinar inframerah tersebut di atmosfer akan diserap oleh gas-gas rumah kaca seperti uap air dan CO 2 , sehingga tidak terlepas ke luar angkasa dan menyebabkan panas terperangkap di troposfer dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu di bumi dan lapisan troposfer. Hal tersebutlah yang mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca di bumi (Sunu, 2001).
Gambar Lampiran 2. Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca. Sumber : putraprabu.wordpress.com
Universitas Sumatera Utara
2.4.
Refrigeran
2.4.1. Pengertian Refrigeran Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda atau udara yang didinginkan dan membawanya kemudian membuangnya ke udara sekeliling di luar benda/ruangan yang didinginkan (Awaluddin, 2006). Refrigeran yang umum digunakan adalah yang termasuk kedalam keluarga chlorinated fluorocarbons (CFCs) disebut juga Freons): R-11, R-12, R-21, R-22 dan R-502. 2.4.2. Jenis-Jenis Refrigeran Refrigeran dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu A. Refrigeran Sintetik Refrigeran sintetik tidak terdapat di alam dan dibuat oleh manusia dari unsurunsur kimia. Refrigeran sintetik dikenal dengan sebutan CFC (chlorofluorocarbon), HCFC (hydrochloro-fluorocarbon), dan HFC (hydrofluorocarbon). a.
Refrigeran CFC (chlor-fluor-carbon) Refrigeran ini terdiri dari unsur chlor (Cl), Fluor (F) dan carbon (C).
Contoh dari refrigeran ini adalah R-11 (CFC-11), R-12 (CFC-12). Karena tidak mengandung hidrogen CFC adalah senyawa yang sangat stabil dan tidak mudah bereaksi dengan zat lain meskipun terlepas ke atmosfir. Dan karena mengandung chlor CFC merusak ozon di atmosfer (stratosfer) jauh di atas muka bumi. Zat ini memiliki nilai potensi merusak ozon yang tinggi (Ozon Depletion PotensialODP = 1).
Universitas Sumatera Utara
b.
Refrigeran HCFC (Hydro-Chlor-Fluor-Carbon) Refrigeran ini terdiri dari unsur Hydrogen (H), chlor (Cl), fluor (F) dan
carbon (C). Meskipun mengandung khlor (Cl), yang merusak lapisan ozon, zat ini juga mengandung hydrogen (H), yang membuat zat ini menjadi kurang stabil jika berada di atmosfer, sehingga sebagian besar akan terurai pada lapisan atmosfer bawah dan hanya sedikit yang mencapai lapisan ozon. Oleh sebab itu HCFC memiliki ODP yang rendah. Contoh refrigeran ini adalah R22 (HCFC-22). c.
Refrigeran HFC (Hydro-Fluoro-Carbon) Refrigeran ini tidak memiliki unsur chlor. Oleh sebab itu refrigeran ini
tidak merusak lapisan ozon dan nilai ODP nya sama dengan nol. Contoh dari refrigeran ini adalah R-134a (HFC -134a), R-152a (HFC-152a), R-123 (HFC123) (Kementian Lingkungan Hidup, 2006). B. Refrigeran Alami Refrigeran alami adalah refrigeran yang dapat ditemui di alam, namun demikian masih diperlukan pabrik untuk penambangan dan pemurniannya. Contoh refrigeran
alami
yang
sering
digunakan adalah HC (hidrokarbon),
CO 2
(karbondioksida), air (H 2 O), udara dan ammonia (NH 3 ). Jenis refrigeran ini tidak mengandung chlor oleh sebab itu refrigeran ini tidak merusak lapisan ozon (ODP/ Ozone Depleting Potential=0) (Kementrian Lingkungan Hidup, 2006). Tabel 2.2. Beberapa Refrigeran dan Nilai ODP/ Ozone Depleting Potential Refrigeran Nilai ODP R-11 1 R-12 1
Universitas Sumatera Utara
R-22 R134-a Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup, 2006
0,056 0
Ozone Depleting Potential (ODP) adalah kemampuan zat-zat perusak ozon/ ODS (Ozone Depleting Substances) untuk merusak lapisan ozon secara umum. Nilai ODP dari beberapa bahan ODS biasanya dibandingkan relatif terhadap dampak kerusakan yang ditimbulkan CFC. Semakin besar nilai ODP bahan-bahan tersebut semakin berpotensi untuk merusak lapisan ozon.
Tabel 2.3. Pengelompokkan mesin refrigeran berdasarkan aplikasinya Jenis Mesin Refrigeran Contoh Refrigerasi Domestik (rumah tangga) Lemari es, dispenser air Refrigerasi Komersial Pendingin minuman botol, box es krim, lemari pendingin supermarket ukuran kecil Refrigerasi Industri Pabrik es, cold storage, mesin pendingin untuk industri proses Refrigerasi Transport Refrigerated truck, train and containers Pengkondisian Udara Domestik dan AC window, split, dan package Komersial Chiller Water cooled and air cooled chillers Mobile Air Condition AC mobil Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup, 2006 Dalam memilih tabung refrigeran maka kita harus memeriksa warna tabung. Tabung jenis refrigeran menurut standard internasional harus diberi warna yang khas. Tabel 2.4. Jenis warna untuk tabung tiap jenis refrigeran Jenis Refrigeran Warna R-11 Orange R-12 Putih R-134a Biru langit muda R-22 Hijau muda Hidrokarbon pengganti R-12 (HCR-12) Putih, mengikuti refrigerant yang digantikannya Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup, 2006
Universitas Sumatera Utara
Dalam memilih CFC/Freon maka perlu diperiksa identitas refrigeran pada tabung. Pada tabung atau kardus pembungkus seharusnya terdapat keterangan yang meliputi : a. Merek b. Jenis refrigerant, nomor CAS, nomor UN c. Nama dan alamat pabrik pembuat d. Keterangan keamanan Namun demikian karena adanya pembatasan impor merek dan jenis refrigerant yang tertulis pada tabung biasanya tidak sama dengan refrigeran di dalam tabung. R-12 dan R-134a yang beredar di Indonesia saat ini sebagian besar tidak mempunyai merek dan pabrik pembuat yang jelas. Banyak ditemui tabung-tabung yang bertuliskan sebagai R-134a, tetapi setelah diteliti ternyata berisi 95 – 100% R12.(Kementrian Lingkungan Hidup, 2006). Refrigeran 134a yang asli mempunyai nomor seri produksi yang unik pada setiap kardus dan tabungnya. Tabung refrigeran palsu pada umumnya mempunyai nomor seri yang sama untuk setiap tabung. 2.4.3. CFC (Chlorofluorocarbon) 2.4.4. Pengertian CFC (Chlorofluorocarbon) Chlorofluorocarbon (CFC) merupakan salah satu jenis refrigeran sintetik. Chlorofluorocarbon (CFC) adalah segolongan zat kimia yang merusak lapisan ozon di stratosfer (ozon depleting substances, ODS). Nama dagang dari CFC adalah Freon.
Universitas Sumatera Utara
CFC mulai diproduksi pada tahun 1920 dan digunakan di industri sejak tahun 1930. Chlorofluorocarbon berupa gas yang tidak beracun, tidak mudah bereaksi dengan zat lain, tidak korosif, tidak terbakar dan tidak meledak sehingga merupakan gas yang sangat ideal untuk industri. Penggunaan dan produksinya meningkat dengan pesat. Tetapi kemudian diketahui, Chlorofluorocarbon merupakan zat perusak lapisan ozon stratosferik. (Soemarwoto, 2004). CFC merupakan molekul yang mengandung klorin, fluorin dan karbon, mempunyai kontribusi sebesar 25%. Gas CFC merupakan gas buatan manusia. CFC sering juga disebut sebagai klorofluorometan (CFM), dan pabrik Du Pont menamakannya Freon. Jika molekulnya hanya mengandung fluorin, klorin dan karbon disebut fully hydrogenated (CFC), sedangkan jika mengandung hidrogen, klorin, fluorin dan karbon disebut sebagai hidroklorofluorocarbon (HCFC). (Mukono, 1997). 2.4.5. Jenis-Jenis CFC dan penggunaanya Beberapa jenis CFC yang umum digunakan yaitu 1.
CFC-11, yaitu digunakan pada bidang pendingin Chiller Sentrifugal, sebagai pengembang busa dan pelarut.
2.
CFC-12, digunakan untuk pendingin lemari es rumah tangga, dispenser air, pendingin minuman botol, display cabinet di supermarket, cold storage, AC mobil, chiller dan pengembang busa.
3.
CFC-22, digunakan pada AC rumah tangga dan komersial, chiller, dan cold storage.
Universitas Sumatera Utara
Sejak tahun 1975, jumlah CFC yang memasuki atmosfer diperkirakan sebanyak 650.000 – 750.000 ton per tahun. Unsur aktif yang mengurangi lapisan ozon adalah atom khlorin yang merupakan hasil penguraian CFC yang mengabsorbsi UV berenersi tinggi (Mukono, 1997).
2.4.6. Reaksi Pelepasan CFC di atmosfer Kejadian bocornya CFC ke udara sangat mungkin terjadi, misalnya kebocoran pada Air Conditioner. CFC terbebas ke udara dan bergerak ke lapisan stratosfer. Dalam lapisan stratosfer di bawah pengaruh radiasi sinar ultraviolet berenergi tinggi, bahan tersebut terurai dan membebaskan atom klor. Klor akan mempercepat pemecahan ozon menjadi gas oksigen (O 2 ). Diperkirakan satu atom klor akan dapat mengurai 100.000 molekul O 3 . CFC yang sangat stabil dan tidak mudah bereaksi dengan zat apapun, menyebabkan zat ini mampu naik sampai ke lapisan stratosfer. Pada lapisan ini terdapat radiasi sinar ultra ungu dengan intensitas tinggi yang berasal dari matahari. Radiasi yang kuat ini mampu memutuskan ikatan atom-atom khlor pada CFC (Darmono, 2001). Atom khlor (Cl) yang terputus akan menjadi radikal bebas yang sangat reaktif, dan akan bereaksi dengan ozon yang banyak terdapat di stratosfer. Reaksi ini menyebabkan ozon rusak dan terurai menjadi molekul khlorin monoksida (ClO) dan molekul oksigen (O 2 ).
Universitas Sumatera Utara
Molekul khlorine monoksida (ClO) masih bersifat radikal dan bereaksi dengan atom oksigen (O) yang seharusnya dapat ,membentuk ozon dengan molekul oksigen (O 2 ). Reaksi ini mengakibatkan tercegahnya pembentukan ozon (O 3 ). Hasil reaksi adalah molekul oksigen (O 2 ) dan atom khlor (Cl).
Reaksinya yaitu CFC12 (CCl2 F2 ) + UV Cl + O 3
ClO + O2,
ClO + O
Cl + O 2
Cl + CClF 2 ,
Atom khlor ini menjadi radikal lagi dan kembali akan merusak ozon yang lain. Reaksi ini terjadi berulang-ulang sehinnga 1 atom klhor dapat merusak puluhan ribu molekul ozon. Di samping itu, puluhan ribu ozon juga gagal terbentuk sebagai akibat berikatannya atom oksigen (O) oleh khlorin monoksida (ClO). Karena banyaknya molekul CFC yang terlepas ke atrmosfer, maka jumlah ozon semakin lama semakin berkurang dan timbul lubang ozon khusunya di daerah kutub dan utamanya di kutub selatan (Kementrian Lingkungan Hidup, 2006). Reaksi berantai ini dikenal sebagai ‘rantai ClOx’. Rantai ClOx ini dapat diputuskan sementara apabila terjadi reaksi kompetitif dengan lain molekul seperti NO 2 dan terbentuk chlorin nitrat. Senyawa ini terbentuk di malam hari, berfungsi sebagai reservoir Cl untuk beberapa jam atau dua-tiga hari. Reservoir lain yang penting adalah HCl. Esok harinya sinar UV akan mengahancurkan senyawa-senyawa reservoir ini; Cl dilepas yang kemudian masuk kembali ke dalam rantai ClOx.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian lapisan ozon akan terus menerus mengalami perusakan (Soemirat Slamet, 2004).
Gambar Lampiran 3. Reaksi Perusakan Ozon Oleh Klorin pada CFC Sumber : www.acehpedia.org 2.4.7. Pemanfaatan Air Conditioner pada mobil Air Conditioner adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur atau mengkondisikan kualitas udara yang meliputi sirkulasi udara, mengatur kelembaban udara, mengatur kebersihan udara dan untuk memurnikan udara (purification). Apabila di dalam ruangan temperatur tinggi, maka panas yang di ambil agar temperatur turun disebut pendinginan. Sebaliknya ketika temperatur di dalam ruangan rendah, maka panasyang di ambil agar temperatur naik disebut pemanasan (Awaluddin, 2006).
Sistem penyejuk udara atau AC sudah menjadi kebutuhan yang tergolong penting bagi penumpang, baik bagi penumpang mobil angkutan umum maupun pribadi. Dengan menggunakan AC di samping memperoleh kenyamanan, keamanan
Universitas Sumatera Utara
penumpang pun akan lebih terjamin karena pintu dan jendela mobil harus ditutup pada saat AC dihidupkan. Itulah sebabnya pemasangan AC pada mobil-mobil sekarang ini semakin banyak. Hal ini juga telah membuka lapangan kerja baru di bidang servis dan reparasi AC mobil (Anonimous, 2008). Fungsi AC (Air Conditioner) pada mobil adalah sebagai berikut: 1. Memberikan udara sejuk di dalam ruangan mobil. 2. Menghindari udara kotor masuk ke dalam ruangan mobil. 3. Menghilangkan kondensasi pada kaca mobil dengan cepat terutama saat hujan dan udara lembab/pengembunan. Ketika sistem Air Conditioner pada mobil tak lagi sejuk, umumnya pemilik mobil langsung ke bengkel AC untuk mengecek AC mobil-nya agar bisa kembali sejuk kesedia kala. Perawatan AC mobil sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sampai 1 tahun sekali namun hal ini tergantung juga dari pemakaian dan interior mobil yang digunakan. Walaupun AC mobil masih dingin, service AC mobil minimal tetap dilakukan setiap 1 tahun sekali. Service yang dilakukan yaitu pemeriksaan kebocoran AC, pembersihan
evaporator, ganti oli compressor, penggantian Freon dan
pemeriksaan filter dryer. Untuk jenis CFC yang digunakan pada AC mobil yaitu pada mobil keluaran tahun 1996, sudah seharusnya menggunakan freon R134a. Freon R12 yang biasa digunakan pada mobil keluaran sebelum 1995 ini memang lebih murah dibanding R134a, namun efeknya dapat merusak komponen AC mobil dan tidak ramah lingkungan (KLH, 2006).
Universitas Sumatera Utara
2.5.
Dampak Penggunaan CFC
2.5.1. Dampak terhadap lingkungan CFC
berkontribusi
memberikan
dampak
terhadap
lingkungan
yaitu
menyebabkan pemanasan global dan terjadinya penipisan lapisan ozon. 2.5.1.1.
Pemanasan Global
Radiasi matahari yang masuk ke bumi dalam bentuk gelombang pendek menembus atmosfer bumi dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai permukaan bumi. Setelah mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang dipantulkan kembali ke atmosfer. Namun sayangnya, tidak semua gelombang panjang yang dipantulkan kembali oleh bumi dapat menembus atmosfer menuju angkasa luar karena sebagian dihadang dan diserap oleh gas-gas yang berada di atmosfer disebut gas rumah kaca (GRK). Akibatnya radiasi matahari tersebut terperangkap di atmosfer bumi. Karena peristiwa ini berlangsung berulang kali, maka kemudian terjadi akumulasi radiasi matahari di atmosfer bumi yang menyebabkan suhu di bumi menjadi semakin hangat. Peristiwa alam ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK), karena peristiwanya serupa dengan proses yang terjadi di dalam rumah kaca. Jadi peristiwa efek rumah kaca bukanlah efek yang ditimbulkan oleh gedung-gedung kaca, seperti yang selama ini sering disalahartikan. Meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer akibat aktivitas manusia di berbagai belahan dunia, menyebabkan meningkatnya radiasi yang terperangkap di atmosfer. Makin tinggi kadar gas rumah kaca, makin tinggi efek rumah kaca dan
Universitas Sumatera Utara
makin tinggi pula suhu atmosfer. Akibatnya, suhu rata-rata di seluruh permukaan bumi meningkat. Peristiwa ini disebut pemanasan global. Kenaikan suhu atmosfer juga menaikkan suhu permukaan laut. Karena kenaikan suhu, memuailah air laut. Pemuaian air laut berakibat naiknya volume air laut yang mengakibatkan naiknya permukaan laut. Efek kenaikan volume air laut oleh pemuaian diperbesar oleh mencairnya es abadi di pegunungan serta di daerah arktik dan antarktik. Kenaikan permukaan laut berakibat tergenangnya daerah pantai yang tidak berlereng. Kenaikan permukaan laut akan mempertinggi abrasi pantai, merusak pemukiman, tambak, daerah pertanian, jalan dan bangunan lain di tepi pantai yang landai. Pemanasan global juga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan organisme hidup meningkat termasuk organisme pembawa penyakit, misalnya nyamuk. Dampaknya ialah kenaikan kejadian ledakan penyakit, seperti demam berdarah, dan meluasnya penyebaran penyakit malaria. Demikian pula pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit ternak dan tanaman dipacu sehingga kerugian yang disebabkan oleh organism itu akan meningkat. (Soemarwoto, 2004). 2.5.1.2.Penipisan Lapisan Ozon Perusakan lapisan ozon salah satunya disebabkan oleh Chlorofluorocarbon sehingga terjadilah apa yang disebut dengan lubang ozon. Kerusakan lapisan ozon disebabkan karena bereaksi dengan radikal chlor. Radikal chlor berasal dari senyawa CFC (Chlorofluorocarbon) yang banyak digunakan sebagai bahan pendingin AC. Dengan menipinya lapisan ozon, makin banyak UV bergelombang pendek yang sampai ke bumi. Lapisan ozon adalah lapisan pelindung atmosfer bumi yang
Universitas Sumatera Utara
berfungsi sebagai pelindung terhadap sinar UV yang datang berlebihan dari sinar matahari. Sinar UV yang tidak difilter oleh lapisan ozon akan berbahaya bagi manusia. Selain itu sinar UV yang tidak difilter oleh lapisan ozon, sesampainya di atmosfer permukaan bumi akan menjadi panas yang mengakibatkan kenaikan suhu bumi dan akan berakibat pada naiknya permukaan air laut yang menyebabkan beberapa kota di tepi pantai tenggelam karena mencairnya es di kutub. (Wardhana, 2004) Dampaknya terhadap kesehatan ialah bertambahnya jumlah penderita kanker kulit, penyakit mata katarak dan penurunan kekebalan tubuh. Penyakit mata katarak dapat menyebabkan kebutaan. Penurunan kekebalan tubuh akan mempertinggi penyakit infeksi. Karena di negara kita penyakit infeksi masih dominan, dampak lubang ozon adalah penting. Dampak terhadap kesehatan ini menurunkan kinerja sumber daya manusia. Sinar UV bergelombang pendek juga menurunkan produksi pertanian, peternakan dan perikanan (Soemarwoto, 2004). Perjanjian Internasional untuk Perlindungan Lapisan Ozon Atas prakarsa Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) masyarakat internasional yang diwakili oleh pemerintah masing-masing Negara anggota, menyepakati beberapa hal untuk mengurangi atau mencegah meluasnya lubang ozon. Kesepakatan tersebut dikenal dengan nama Protokol Montreal. Kesepakatan yang terus diperbaharui setiap dua tahun sekali ini secara garis besar antara lain yaitu 1. Negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, dan Negara-negara di Eropa wajib menghentikan produksi CFC mulai tahun 1996.
Universitas Sumatera Utara
2. Negara-negara berkembang diperbolehkan memproduksi CFC sampai tahun 2010 dengan kapasitas produksi dikurangi. 3. Mengeliminasi CFC dengan bahan yang tidak merusak ozon. 4. Perlu dilakukan usaha mencegah terlepasnya CFC ke atmosfer 5. Perlu dilakukan sosialisasi tentang bahaya rusaknya lapisan ozon serta cara-cara pencegahannya. (Kementerian Lingkungan Hidup, 2006). 2.6.
Pengendalian Pemakaian CFC
2.6.1. Pemakaian CFC yang aman Tidak ada ketetapan jumlah pemakaian CFC yang aman. Namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari pemilik di bidang pengendalian pencemaran udara Badan Lingkungan Hidup, maka nilai yang diperoleh untuk pemakaian CFC yang aman
dalam 2 tahun berkisar 1,5 – 2 kg kendaraan yang memanfaatkan Air
Conditioner (AC). Karena penyebab utama rusaknya lapisan ozon adalah Chlorofluorocarbon (CFC), maka perlu dilakukan penanggulangan penggunaan CFC/Freon dalam kehidupan sehari-hari khusunya yang berhubungan dengan AC mobil yaitu : a. Bengkel mobil untuk pengisian Freon harus dapat mendaur ulang Freon dari mobil yang ber-AC. Daur ulang dapat dilakukan dengan menggunakan mesin recovery, recycle, dan recharging. b.
Mobil yang menggunakan Freon untuk AC yang mudah bocor harus diganti atau dihentikan.
c.
Para teknisi sebaiknya memahami Memahami bahaya yang timbul akibat rusaknya lapisan ozon.
Universitas Sumatera Utara
d.
Berusaha mencegah terlepasnya CFC ke udara pada setiap tindakan servis
e.
Mengetahui jenis-jenis refrigeran baru pengganti CFC dan penggunaannya.
f.
Mengetahui cara-cara penanganan refrigeran CFC dan refrigeran baru pada saat servis dan retrofit (penggantian refrigeran).
2.6.2. Pengganti CFC pada AC mobil Pada tahun 1985-1988 setelah ditemukannya fenomena perusakan lapisan ozon yang salah satunya disebabkan oleh penggunaan freon (refrigeran) R12 pada sistem AC mobil maka berkembang cara untuk mengatur penggunaan dan jadwal produksinya sehingga semaksimal mungkin tidak lagi menggunakan freon R12 pada mobil-mobil yang diproduksi sejak 1989. Targetnya adalah tahun 2000 lalu semua produksi otomotif tidak lagi diperbolehkan menggunakan Freon R12 pada produksi barunya. Salah
satu
cara pengendalian
dari pamakaian
CFC
yaitu
dengan
mengeliminasi produk CFC dengan bahan-bahan yang mempunyai efek rumah kaca lebih kecil. Refrigeran yang biasa digunakan pada AC mobil adalah R12 (CFC-12) merusak lapisan ozon, maka perlu digunakan refrigeran pengganti CFC yang tidak merusak ozon. Pemakaian refrigeran/CFC yang aman yaitu jenis Refrigeran HCFC (Hydro-Chlor-Fluor-Carbon) dan Refrigeran HFC (Hydro-Fluoro-Carbon). HCFC mempunyai nilai ODP ( nilai perusak ozon ) rendah karena satu atom khlorin diganti atom hidrogen, sehingga total berat relatif khlor berkurang. HCFC bersifat tidak stabil sehingga sebelum sampai ke lapisan ozon telah terurai lebih dahulu. (Satrawijaya, 2000 ).
Universitas Sumatera Utara
Freon pengganti R12 (CFC-12) yaitu R134a (HFC- 134a) dengan tetap memiliki sifat yang sama dengan CFC-12 yaitu antara lain: a.
Merupakan senyawa kimia utama yang stabil untuk membawa panas dan tidak mudah terbakar.
b.
Memiliki karakteristik tidak berbau, tidak berwarna dan tidak bersifat korosif juga tidak beracun. Pada Freon R134a dibuat agar semaksimal mungkin tidak menipiskan lapisan ozon (Anonimuos, 2010). HFC 134a tidak mempunyai sifat perusak ozone dan juga tidak mengandung
racun (karena tidak mengandung clor). HFC 134a jika dilepaskan ke udara maka secara cepat akan menguap dengan menyerap panas dari udara sekitarnya. Jika dilihat dari segi kualitas pendinginan yang dicapai, jenis HFC-134a (R-134a) ini minimal memiliki sifat pendinginan yang sama bahkan lebih baik dari Freon CFC-12 karena sifat fisika dan termodinamika refrigerant jenis Hydrofluorocarbon (HFC-134a) lebih baik dari Chlorofluorocarbon (CFC-12). Selain itu, sifat derajat kelarutan air HFC-134a ini cukup tinggi bila dibandingkan R-12 (Anonimuos, 2010).
2.7. Perilaku 2.7.1. Pengertian Perilaku Pengertian perilaku dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh karena itu dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, sebab mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Maka yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara
Universitas Sumatera Utara
lain bekerja, berjalan, berbicara, tertawa, menangis, membaca, menulis, kuliah dan sebagainya. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yakni aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar/dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif dan aktif. Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai hasil bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan (Sarwono, 2004) Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai bantangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktivitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung ataupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
2.7.2. Bentuk-Bentuk Perilaku Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dai luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoadmodjo, 2003): 1. Perilaku tertutup (covert behavior) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behavior atau unoservable behavior. 2. Perilaku terbuka (overt behavior) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata, atau praktek. Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat
Universitas Sumatera Utara
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni (Notoadmodjo,2003): 1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. 2.7.3. Domain Perilaku Pada dasarnya perilaku adalah keseluruhan pemahaman dan aktivitas seseorang yang bersama antara factor eksternal dan internal. Bloom (1908) mengembangkan 3 tingkat ranah/domain perilaku sebagai berikut : 2.7.3.1. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan. Terdapat 6 tingkatan pengetahuan yaitu a. Tahu (know)
Universitas Sumatera Utara
Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis diartikan kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu Untuk mengukur pengetahuan ini dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
Universitas Sumatera Utara
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas (Notoadmodjo, 2003). 2.7.3.2. Sikap (Attitude) Sikap adalah suatu respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Seperti halnya pengetahuan, sikap mempunyai 6 tingkatan yaitu : a.
Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).
b.
Menanggapi (responding) Menanggapi artinya memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c.
Menghargai (valving) Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan mengajak orang lain merespons.
d.
Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi tingkatannya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, maka dia harus berani mengambil resiko. Ciri-ciri sikap yaitu (Gerungan, 2004) :
1.
Sikap tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.
Universitas Sumatera Utara
2.
Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari sehingga sikap dapat berubah dalam diri seseorang.
3.
Sikap tidak dapat berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek.
4.
Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang membedakannya dari pengetahuan yang dimiliki orang. Sikap dapat merupakan suatu pandangan tetapi dalam hal ini masih berbeda
dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan tentang suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap objek itu. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak, sebagaimana pada sikap. Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap terhadap objek tersebut apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu. (Gerungan, 2004). 2.7.3.3. Tindakan atau Praktek (Practice) Tindakan adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan agar sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah adanya fasilitas. Tingkatan-tingkatan daripada tindakan (practice) yaitu : 1.
Persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
2.
Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.
Universitas Sumatera Utara
3.
Mekanisme yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.
4.
Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Kerangka Konsep Penelitian
A. Karakteristik responden : - Umur - Pendidikan - Lama Usaha - Lama Jam kerja B. Sumber Informasi : - Majalah - Televisi - Koran - Radio - Keluarga - Teman C. Perilaku Pemilik Bengkel AC mobil tentang pemakaian Chlorofluorocarbon (CFC) sebagai polutan gas rumah kaca : - Pengetahuan - Sikap - Tindakan
Universitas Sumatera Utara