BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses Sains. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains adalah ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Dahar (1985) mengatakan bahwa sains mencakup dua hal yaitu sains sebagai produk dan sains sebagai proses. Sains sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains. Sains sebagai proses meliputi keterampilanketerampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan sains atau produk sains. Keterampilan yang dimiliki oleh ilmuwan ini disebut keterampilan-keterampilan proses sains, sedangkan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan itu disebut sikap ilmiah. Menurut Dahar (1985) keterampilan proses terdiri atas tujuh keterampilan yang dibina dan dikembangkan dalam proses belajar mengajar yaitu: mengamati, menggolongkan atau mengklasifikasi, menafsirkan atau interpretasi, meramalkan atau memprediksi, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan. Setiap keterampilan-keterampilan tersebut terbina melalui beberapa sub keterampilan. Adapun sub keterampilan proses dalam keterampilan proses sains dijabarkan lebih jelas pada Tabel 2.1. Keterampilan atau sub keterampilan yang dijabarkan tidak berurutan secara hierarkis, karena keterampilan proses bukanlah langkah-langkah,
8
9
tetapi merupakan sejumlah keterampilan yang perlu dibina dan dikembangkan. Tiap keterampilan tersebut dibina dan dikembangkan menurut kadar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan taraf berpikir siswa pada jenjang sekolah yang bersangkutan. Tabel 2.1. Keterampilan Proses dan Sub Keterampilan Proses Dalam KPS Keterampilan Proses Mengamati
Menggolongkan (mengklasifikasi)
Menafsirkan (interpretasi)
Menerapkan
Sub Keterampilan Proses - Melihat - Mendengar - Merasa/kulit, meraba - Membaui - Mencicipi, mengecap - Menyimak - Mengukur - Membaca - Mencari persamaan, menyamakan - Mencari perbedaan, membedakan - Membandingkan - Mengkontraskan - Mencari dasar penggolongan - Menaksir - Memberi arti, mengartikan - Mempromosikan - Mencari hubungan ruang/waktu - Menemukan pola - Menarik kesimpulan - Menggeneralisasi - Menggunakan (informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, sikap, nilai atau keterampilan dalam situasi baru atau situasi lain) - Menghitung - Menentukan variabel - Mengendalikan variabel - Menghubungkan konsep - Merumuskan pertanyaan penelitian - Menyusun hipotesis - Membuat model
10
Keterampilan Proses Merencanakan penelitian
Sub Keterampilan Proses -
-
Mengkomunikasikan
-
Menentukan alat, bahan dan sumber yang akan digunakan dalam penelitian Menentukan variabel-variabel Menentukan variabel yang harus dibuat tetap dan yang berubah Menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis Menentukan cara dan langkah kerja Menentukan bagaimana mengolah hasil pengamatan untuk mengambil kesimpulan Berdiskusi Mendeklamasikan Mendramakan Bertanya Merenungkan Mengarang Meragakan Mendiskusikan hasil percobaan Menggambarkan data dengan grafik, tabel, dan lain-lain. Mengungkapkan/melaporkan (dalam bentuk lisan, tulisn, gambar, gerak atau penampilan).
Berdasarkan Tabel 2.1 di atas ditunjukkan bahwa salah satu keterampilan proses sains yang perlu dikembangkan dalam proses belajar mengajar adalah keterampilan mengkomunikasikan. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Istilah komunikasi berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama yaitu sama
11
makna. Artinya di dalam komunikasi harus ada kesamaan makna mengenai hal yang dipercakapkan/dikomunikasikan agar proses komunikasi dapat berlangsung. Pada hakekatnya proses belajar mengajar merupakan proses berkomunikasi karena pada proses tersebut ada kegiatan belajar yang dilakukan siswa dan ada kegiatan mengajar yang dilakukan guru, keduanya berlangsung bersamaan sehingga terjadi interaksi komunikasi antara siswa dengan guru. Dalam berkomuniksi diperlukan adanya komponen-komponen komunikasi. Menurut Effendy (2004) komponen-komponen tersebut diataranya: a. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan b. Pesan, yaitu isi komunikasi c. Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan d. Media, yaitu sarana atau saluran yang mendukung pesan agar tersampaikan e. Efek, yaitu dampak sebagai pengaruh dari pesan. Pada proses pembelajaran yang biasa menjadi komunikator adalah guru sedangkan siswa berperan sebagai komunikan. Akan tetapi, agar pembelajaran berlangsung aktif maka siswa maupun guru dituntut untuk menjadi komunikator dan komunikan sekaligus. Hal ini dimaksudkan agar komunikasi yang berlangsung dalam pembelajaran tersebut bersifat dua arah atau bahkan multiarah sehingga komunikasi tersebut merupakan komunikasi yang efektif. Keterampilan berkomunikasi merupakan salah satu keterampilan proses sains yang harus dimiliki siswa, karena komunikasi tidak hanya digunakan dalam kegiatan belajar di sekolah tapi juga dalam seluruh kegiatan manusia. Menurut Semiawan et al
12
(1990) keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan untuk menyampaikan hasil percobaan baik secara lisan maupun tulisan, keterampilan menyampaikan dan menjelaskan gagasan/hasil penemuannya kepada orang lain yang mencakup kemampuan membuat grafik, diagram, bagan, tabel, gambar, karangan dan laporan, juga dapat mendiskusikannya. Adapun Menurut Widodo (dalam Nurhayati, 2001) keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dan menyampaikan informasi kepada masyarakat, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan berkomunikasi, seseorang dapat menyatakan dan mendukung identitas diri, membangun kontak sosial dengan orang di sekitarnya, mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang diinginkannya (Scheidel dalam Mulyana, 2007). Terkait
proses belajar mengajar di sekolah, guru dapat mengembangkan
keterampilan berkomunikasi siswa salah satunya dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, Rustaman et al (2003) mengemukakan bahwa berkomunikasi juga dapat dilakukan melalui tulisan, gambar, (grafik, bagan), membaca dan berbicara (diskusi, presentasi). Oleh karena itu guru hendaknya merencanakan agar dalam kegiatan belajar mengajarnya terdapat kesempatan untuk mengembangkan hal-hal tersebut.
13
B. Jenis Keterampilan Berkomunikasi Setiap jenis keterampilan proses sains mempunyai indikator dan ruang lingkup masing-masing, begitu pun dengan keterampilan berkomunikasi. Menurut Dahar (1985), seperti yang telah disebutkan sebelumnya, indikator keterampilan berkomunikasi siswa diantaranya yaitu siswa dapat bertanya, mendeklamasikan, berdikusi, mengarang, melaporkan hasil percobaan secara sistematis dan jelas, dapat menjelaskan dan mendiskusikan hasil percobaan serta dapat menggambarkan hasil pengamatan dalam bentuk grafik, tabel atau diagram. Sejalan dengan itu, menurut Semiawan et al (1990) keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan untuk menyampaikan hasil penemuan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan yang dapat berupa penyusunan laporan, pembuatan paper, penyusunan karangan, pembuatan gambar, tabel, diagram dan grafik. Berdasarkan hal tersebut di atas, keterampilan berkomunikasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu keterampilan berkomunikasi secara lisan dan keterampilan berkomunikasi secara tulisan. Keterampilan berkomunikasi secara lisan meliputi keterampilan bertanya, mendeklamasikan, serta berdiskusi, menjelaskan dan mendiskusikan hasil percobaan, sedangkan keterampilan berkomunikasi secara tulisan meliputi kemampuan menyusun laporan, mengarang dan membuat gambar, tabel, diagram maupun grafik. Jenis keterampilan berkomunikasi yang akan diuaraikan selanjutnya adalah keterampilan berkomunikasi melalui lisan yang meliputi keterampilan mengajukan pertanyaan dan keterampilan mendiskusikan hasil percobaan, dan keterampilan
14
berkomunikasi melalui tulisan yang meliputi keterampilan membuat tabel, keterampilan membuat diagram dan keterampilan menyusun laporan. 1. Keterampilan Berkomunikasi Melalui Lisan a. Keterampilan Mengajukan Pertanyaan Untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam suatu proses belajar mengajar, diperlukan adanya komunikasi yang efektif, yakni komunikasi yang berjalan tidak hanya satu arah yaitu hanya guru yang menyampaikan pengetahuan, melainkan komunikasi dua arah dan multi arah yang melibatkan serta mengikutsertakan seluruh siswa dalam memperoleh pengetahuan. Keterlibatan siswa dalam suatu proses pembelajaran dapat ditunjukkan dari sikap responsif siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sikap responsif tersebut salah satunya berupa pengajuan pertanyaan yang dilakukan siswa. Keterampilan dalam mengajukan pertanyaan merupakan hal yang penting dan perlu dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Jika seorang siswa bertanya, artinya siswa tersebut sedang berpikir atau memikirkan sesuatu. Menurut Arifin et al (2003), bertanya merupakan indikator berpikir seseorang. Dengan demikian, untuk mencapai bentuk belajar yang memungkinkan siswa aktif dalam berpikir, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Pertanyaan yang diajukan seorang siswa kepada guru atau siswa kepada siswa lain memiliki beberapa fungsi, diantaranya melatih keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat, melatih siswa untuk menyusun kata-kata, menumbuhkan
15
semangat demokrasi di kelas, menimbulkan minat dan motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, memacu untuk diskusi, dan membuat suasana kelas lebih komunikatif dan dinamis. b. Keterampilan Mendiskusikan Hasil Percobaan Bentuk lain respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar selain mengajukan pertanyaan adalah menyampaikan pendapat. Penyampaian pendapat siswa salah satunya biasa dilakukan saat bediskusi. Menurut Mulyasa (2005) diskusi merupakan proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan pengertian diskusi yang dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) bahwa diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Melalui diskusi dalam pembelajaran, memungkinkan peserta didik untuk •
Berbagi informasi dan pengalaman dalam pemecahan suatu masalah,
•
Meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting dalam pembelajran,
•
Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan,
•
Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi,
•
Membina kerjasama yang sehat dalam kelompok yang bertanggung jawab. Dalam suatu pembelajaran dengan metode praktikum, kegiatan diskusi salah
satuya dapat berlangsung setelah praktikum dilakukan, tujuannya antara lain untuk membahas hasil praktikum/percobaan yang telah dilakukan dan merumuskan kesimpulan. Oleh karena itu siswa dituntut untuk dapat mengkomunikasikan
16
informasi, gagasan dan fakta yang diperolehnya dari kegiatan praktikum yang telah dilakukannya sehingga dengan mendiskusikan hasil percobaan, keterampilan berkomunikasi siswa dapat dikembangkan.
2. Keterampilan Berkomunikasi Melalui Tulisan a. Keterampilan Membuat Tabel Tabel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) adalah daftar berisi ikhtisar sejumlah (besar) data informasi, biasanya berupa kata-kata dan bilangan yang tersusun secara bersistem, urut ke bawah dalam lajur dan deret tertentu dengan garis pembatas sehingga dapat dengan mudah disimak. Sejalan dengan itu, Mulyadiana (2000) menyebutkan bahwa tabel dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menampilkan sejumlah data yang saling berkaitan dalam bentuk kolom dan baris. Pembuatan tabel bertujuan untuk mengorganisasikan sejumlah informasi dengan cara yang lebih efisien dan praktis sehingga memudahkan pembaca untuk memperoleh informasi. Menurut Locatis dan Atkinson (dalam Mulyadiana, 2000) tabel digunakan untuk membagi dan membandingkan data dengan membuat daftar variabel-variabel sepanjang horizontal dan vertikal, soal dan simbol atau angka-angka berada dalam bentuk baris dan kolom. Tabel yang fungsional menurut Koentjaraningrat (1997) dapat dibuat dengan terlebih dahulu (1) merumuskan tujuan dari tabel serta sifat-sifat dari data yang hendak dikemukakan di dalamnya, (2) memperhatikan efisiensi dari tabel dengan pengisian hanya dengan satu tema pokok di dalamnya. Menurut Koentjaraningrat
17
pada penyusunan tabel ada beberapa unsur tabel yang harus diperhatikan. Unsurunsur tersebut yaitu judul tabel, kolom, baris, judul kolom, anak kolom dan anak baris. Anak kolom dan anak baris ditujukan untuk lebih merinci data yang terdapat pada kolom atau baris. Sementara itu, Nawawi (1993) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa langkah dalam penyusunan atau pembuatan tabel dari suatu teks atau kumpulan-kumpulan data percobaan yaitu : 1. Membuat baris dan kolom sesuai dengan macam dan jumlah variabel 2. Setiap kolom secara vertikal menunjukkan klasifikasi tertentu dari data yang dicantumkan di bawah kalimat yang menyatakan maksud kolom tersebut. 3. Setiap baris secara horizontal menunjukkan klasifikasi tertentu dari data yang dicantumkan ke bawah kalimat yang menyatakan maksud baris tersebut. 4. Klasifikasi data dinyatakan dengan kalimat singkat dalam bentuk simbol-simbol. 5. Memberi judul tabel. Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk membuat tabel yang fungsional, perlu diperhatikan unsur- unsur yang terdapat dalam tabel diantaranya judul tabel, kerangka tabel, serta variabel data. Judul tabel yang biasaya diletakkan di atas tabel, ditulis dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui gambaran data dan maksud pembuatan tabel. Koentjaraningrat (1997) menyebutkan bahwa judul tabel harus merumuskan secara singkat, padat, tetapi jelas, pokok yang terkandung dalam tabel itu. Dalam pembuatan kerangka tabel perlu dilakukan terlebih dahulu pengelompokkan data-data yang termasuk ke dalam satu tema pokok sehingga tabel
18
menjadi efisien. Penulisan variabel data bertujuan untuk memberi keterangan tentang jumlah kesatuan data yang terdapat dalam baris dan kolom (Masyitoh, 2008). b. Keterampilan Membuat Diagram Diagram atau bagan merupakan salah satu media komunikasi grafis yang sering digunakan tidak hanya dalam dunia ilmiah, tetapi juga dalam dunia pendidikan. Menurut Koentjaraningrat (1997), diagram atau bagan termasuk alat komunikasi visual yang secara langsung berbicara kepada komunikannya secara visual, singkat dan jelas. Menurutnya, penyampaian suatu data dalam bentuk bagan biasanya akan lebih efektif dan menarik perhatian dibandingkan dalam bentuk penjelasan tertulis ataupun dalam deretan angka. Ilmu psikologi menunjukkan bahwa pada umumnya orang lebih cepat mempelajari dan lebih mengingat sesuatu, bila bahannya disajikan secara visual yang singkat dan jelas. Hal yang paling utama dan perlu diperhatikan dalam pembuatan diagram adalah mengenai berita atau pesan yang akan disampaikan melalui bagan itu. Adapun bentuk dan warna tidak diutamakan apalagi jika bentuk dan warna bagan tersebut akan mengurangi efektifitas pemberitaan bagan. Inti berita dari suatu bagan dapat dilihat dari judul bagan tersebut. Oleh karena itu, suatu bagan perlu memiliki judul yang singkat tetapi merangkum pokok berita, karena sebuah bagan yang efektif, seharusnya dapat menyampaikan berita tertentu secara lengkap tanpa penjelasan tambahan.
19
c. Keterampilan menyusun Laporan Kemampuan menyusun laporan praktikum merupakan kemampuan penting yang perlu dikembangkan melalui kegiatan laboratorium. Alasannya ialah pertama, kegiatan menyusun laporan kegiatan laboratorium dapat menjadi wahana bagi siswa untuk belajar mengarang. Kedua, kemampuan membuat laporan yang baik seyogyanya dimiliki ”pelajar kimia” sebab kegiatan mandiri bagi para pakar kimia perlu dilaporkan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah, agar hasil penelitian mandirinya itu diketahui dan dibahas lebih lanjut oleh orang lain, sampai akhirnya menjadi informasi penting bagi pengembangan ilmu kimia. Ketiga, kemampuan menyusun laporan termasuk keterampilan proses berkomunikasi, salah satu keterampilan proses yang perlu dikembangkan pada diri siswa (Firman, 2000). Terdapat beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan laporan. Aspek –aspek ini yang kemudian akan dinilai dari suatu laporan. Di sekolah, pada umumnya laporan dinilai dari aspek isi, susunan, dan penggunaan bahasa. Aspek isi mencakup kesesuaian teori dengan masalah yang diselidiki, kebenaran teori yang disajikan, kelengkapan data observasi, kebenaran cara melakukan perhitungan, dan ketepatan merumuskan kesimpulan. Aspek susunan materi laporan meliputi kerapihan tulisan, kelogisan sistematika laporan, kejelasan penyajian data melalui tabel dan grafik, kesesuaian tata cara penulisan daftar pustaka dengan aturan, dan sebagainya. Aspek penggunaan bahasa, mencakup pemakaian ejaaan, kelugasan gaya bahasa, kejelasan bahasa dan lainnya.
20
C. Metode Praktikum Metode praktikum adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Djamarah, 2000). Kegiatan praktikum merupakan komponen penting dalam proses belajar mengajar kimia. Menurut Firman (2000), selain karena ilmu kimia sebagai ”experimental science”, kegiatan praktikum dapat dipakai untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses, membangkitkan minat belajar, serta memberikan bukti-bukti bagi kebenaran teori. Sejalan dengan Firman, Woolnough & Allsop (dalam Rustaman, 2003), mengemukakan empat alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum IPA. Pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar. Belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi, siswa yang termotivasi untuk belajar akan bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan
dasar
melakukan
untuk
eksperimen.
Dengan
kegiatan
praktikum,
siswa
dilatih
mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur sedrhana atau canggih, menggunakan dan menangani alat secara aman, merancang, melakukan, dan menginterpretasikan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Cara terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai saintis. Di dalam kegiatan praktikum, siswa bagaikan seorang saintis yang sedang melakukan eksperimen. Keempat, praktikum menunjang materi pelajaran. Pentingnya kegiatan praktikum juga dikemukakan oleh
21
Kirschner (dalam Masyitoh, 2008). Kirschner mengemukakan alasan dasar dari kegiatan praktikum sebagai berikut: a. Praktikum dapat berfungsi untuk mengembangkan keterampilan khusus b. Praktikum merupakan sarana yang tepat untuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan akademis c. Praktikum dapat memberikan pengalaman bagi siswa dalam mengamati suatu fenomena dan penerapannya Keterlibatan siswa secara langsung dalam proses penemuan atau pembuktian teori dalam suatu praktikum akan menyebabkan pengetahuan yang diperolehnya bertahan lebih lama. Penggunaan metode praktikum dalam suatu pembelajaran memberikan beberapa keuntungan. Arifin et al (2003) mengemukakan keuntungan penggunaan metode praktikum sebagai berikut: 1. Dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa 2. Siswa dapat mengamati proses 3. Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri 4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah 5. Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien Menurut Rustaman et al (2003) selain memberikan keuntungan, metode praktikum juga memiliki kekurangan yaitu menuntut berbagai peralatan yang terkadang tidak mudah diperoleh. Oleh karena itu, meskipun praktikum memiliki peran, kedudukan, serta fungsi yang sangat penting, tetapi metode praktikum masih jarang digunakan
22
dalam pembelajaran kimia. Selain itu, alasan jarang digunakannya praktikum dalam pembelajaran kimia adalah karena sulitnya bahan, lamanya waktu praktikum dan dibutuhkannya biaya yang besar. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan suatu pengembangan prosedur praktikum berbasis material lokal yang dibuat sedemikian rupa sehingga praktikum ini mudah dilakukan, menggunakan alat dan bahan yang mudah diperoleh, murah, dapat dilakukan dimana saja, baik di sekolah maupun di luar sekolah dan tentunya aman dalam pelaksanaannya.
D. Tinjauan Materi Titrasi Asam Basa Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu larutan. Dalam titrasi, zat yang akan ditentukan konsentrasinya dititrasi oleh larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan disertai dengan penambahan indikator. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan tepat disebut dengan larutan baku atau larutan standar, sedangkan indikator adalah zat yang memberikan perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi. Berdasarkan pengertian titrasi di atas, titrasi asam-basa merupakan metode penentuan kadar larutan asam dengan zat pentitrasi suatu larutan basa atau penentuan kadar larutan basa dengan zat pentitrasi suatu larutan asam. Reaksi yang terjadi dalam suatu titrasi asam-basa adalah reaksi penetralan. Ion-ion H3O+/H+ dengan jumlah mol tertentu dalam larutan asam akan dinetralkan oleh ion-ion OH- dengan jumlah mol yang sama dari suatu larutan basa. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
23
H3O+ (aq) + OH- (aq) → 2H2O (l) Ketika sejumlah mol asam tepat bereaksi dengan sejumlah mol basa atau mol ekivalen asam sama dengan mol ekivalen basa, ini dinamakan titik ekivalen reaksi. Pada kenyataannya titik ekivalen tidak dapat diamati, sedangkan yang dapat diamati adalah titik akhir titrasi yaitu keadaan saat indikator menunjukkan perubahan warna. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi yang tinggi, maka diusahakan titik akhir titrasi sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Oleh karena itu, diperlukan adanya indikator yang sesuai, yang dapat mengalami perubahan warna di sekitar titik ekivalen. Dalam proses titrasi asam basa terjadi perubahan pH selama penambahan asam atau basa ke dalam titrat. pH suatu larutan asam perlahan-lahan akan naik ketika larutan tersebut ditetesi dengan larutan basa. Sebaliknya, pH suatu larutan basa akan turun ketika larutan tersebut ditetesi dengan larutan asam. Perubahan pH selama penambahan asam atau basa ini dapat digambarkan dalam bentuk kurva titrasi. Bentuk kurva titrasi bergantung pada kekuatan asam (Ka) dan kekuatan basa (Kb) yang direaksikan. Ada empat jenis titrasi berdasarkan kekuatan asam dan basa yaitu titrasi asam kuat dengan basa kuat, titrasi asam lemah dengan basa kuat, titrasi basa lemah dengan asam kuat, serta titrasi asam lemah dengan basa lemah. Contoh titrasi asam kuat dengan basa kuat adalah penentuan kadar asam klorida selaku asam kuat menggunakan natrium hidroksida selaku basa kuat.
24
Pada titrasi asam kuat dengan basa kuat, baik asam maupun basa akan terionisasi sempurna. Kurva titrasi yang dibentuk oleh titrasi asam kuat dengan basa kuat ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Titik ekivalen
Volume NaOH yang ditambahkan (mL)
Gambar 2.1 Kurva Titrasi Asam kuat-Basa Kuat Pada Gambar 2.1 ditunjukkan bahwa pada awalnya kenaikan perubahan pH sangat lamban, tapi ketika mendekati titik ekivalen perubahannya sangat drastis. Hal ini disebabkan karena pada awal titrasi, terdapat sejumlah besar H+ dalam larutan, dan penambahan sejumlah OH- menghasilkan perubahan kecil dalam pH. Namun demikian, mendekati titik ekivalen konsentrasi H+ relatif sedikit, sehingga penambahan sejumlah kecil OH- menghasilkan perubahan sangat besar terhadap pH. Berbeda dengan titrasi asam kuat dengan basa kuat, pada titrasi asam lemah dengan basa kuat, perhitungan kurva pH untuk titrasi asam lemah dengan basa kuat melibatkan penyangga dan hidrolisis. Contoh titrasi asam lemah oleh basa kuat, adalah penentuan kadar asam asetat selaku asam lemah menggunakan NaOH atau
25
dikenal juga sebagai soda api selaku basa kuat. Adapun bentuk persamaan reaksinya adalah sebagai berikut: CH3COOH (aq) + NaOH(aq)
→
CH3COONa(aq) + H2O(l)
Kurva titrasi yang dibentuk oleh titrasi asam lemah dengan basa kuat ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Kurva Titrasi Asam Lemah-Basa Kuat Pada Gambar 2.2 ditunjukkan bahwa kurva pada titrasi asam lemah dengan basa kuat berbeda dengan kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat (Gambar 2.1). Di sekitar awal titrasi asam lemah, pH meningkat relatif cepat tetapi mereda seiring dengan terbentuknya larutan penyangga yang mengandung asam asetat dan natrium asetat. Setelah melewati titik ekivalen (ketika terjadi kelebihan natrium hidroksida) kurva sama seperti pada bagian akhir gambar HCl-NaOH. Berbeda dengan kurva titrasi untuk asam kuat yang menunjukkan pH 7 pada titik ekivalen, pada kurva
26
titrasi asam lemah pH pada titik ekivalen lebih besar dari 7. Hal ini disebabkan oleh kebasaan dari basa konjugat asam lemah. Dalam suatu proses titrasi, ketika titik ekivalen terjadi jumlah mol asam yang bereaksi sama dengan jumlah mol basa. Dari proses titrasi asam asetat dengan basa NaOH, akan diketahui berapa banyak volume basa NaOH yang habis terpakai hingga titik akhir titrasi tercapai. Dengan mengetahui volum NaOH rata-rata hasil percobaan maka konsentrasi asam asetat dapat ditentukan.