BAB II RUANG LINGKUP DAKWAH ISLAMIYAH
2.1 Pengertian dakwah Dakwah adalah kewajiban setiap orang yang mengaku beragama Islam.35 Ini tercermin dalam perintah amar ma’ruf nahi munkar yang harus ditegakkan oleh setiap muslim. Perintah untuk mengerjakan dan mengajak pada kebaikan sekaligus ajakan untuk meninggalkan perilaku yang jelek. Konsep amar ma’ruf nahi munkar mengandung dua implikasi sekaligus; yakni prinsip perjuangan menegakkan kebenaran dalam Islam serta upaya mengaktualisasikan kebenaran Islam tersebut dalam kehidupan sosial, guna menyelamatkan manusia dan lingkungannya dari kerusakan (al-Fasaad).36 Dakwah memiliki pengertian yang luas, dakwah tidak hanya berarti mengajak dan menyeru umat manusia agar memeluk Islam. Dakwah juga berupaya membina masyarakat Islam menjadi masyarakat yang lebih berkualitas (khairu ummah) yang terbina atas dasar tauhid serta ketinggian ajaran Islam. Dakwah sebagai istilah yang memiliki pengertian khusus, yaitu berasal dari kata dalam bahasa Arab “da’a-yad’u-da’watan”, yang berarti seruan, panggilan, ajakan37. Arti kata dakwah seperti ini sering dijumpai atau
35
Abu Zahrah, Dakwah Islamiah, (Terj: Ahmad Subandi, Ahmad Supeno), Bandung Remaja Rosdakarya, 1994, hlm. 22 36 Awaludin Pimay, Paradigma Dakwah Humanis, Op. Cit, hlm 1 37 Aminuddin Sanwar, Pengantar Ilmu Dakwah, Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 1985, hlm. 1
22 dipergunakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an seperti dalam surat al-Baqarah ayat 23:
Artinya: “Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang al-Qur’an yang kami wahyukankepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat saja yang semisal dengan al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”.38 Arti kata “Dakwah” menurut istilah memiliki makna yang beraneka ragam. Ini terjadi karena sudut pandang dari masing-masing ahli berbeda dalam mendefinisikan dakwah. Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian dakwah perlu kiranya ditampilkan beberapa pengertian dakwah oleh para ahli, antara lain: a. A. Hasimy dalam bukunya Dustur Da’wah Menurut Al-Qur’an mengatakan Dakwah adalah Mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariat Islam yang lebih dulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.39 b. Syeikh Ali Makhfud sebagaimana dikutip oleh Moh. Ali Aziz, mengatakan Dakwah adalah “Mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.40 c. Menurut Hamzah Ya’kub, Dakwah adalah Mengajak umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan RasulNya.41 d. Menurut Sayyid Quthub sebagaimana dikutip Awaludin Pimay, mengatakan Dakwah adalah Mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariat Islam yang telah ditetapkan Allah SWT
38
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Op. Cit, hlm. 12 A. Hasimy, Dustur Da’wah Menurut Al-Qur’an, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, hlm. 28 40 Moh. Ali Aziz, Op.cit, hlm. 4 41 Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam, Bandung: Diponegoro, 1981, hlm. 13 39
23 menjadi jalan hidup manusia, yang terlebih dahulu telah diyakini dan diikuti oleh juru dakwah itu sendiri.42 e. Menurut Dzikron Abdullah, Dakwah adalah semua usaha untuk menyebarluaskan Islam dan merealisir ajarannya di tengah masyarakat dan kehidupannya, agar mereka memeluk Islam dan mengamalkannya.43 f. Abu Bakar Zakaria seperti dikutip Aminuddin Sanwar mendefinisikan Dakwah sebagai bekerjanya para ulama dan orang-orang yang mempunyai pengetahuan dalam agama, mengajar orang banyak dari orang-orang umum, sesuatu yang membukakan mata mereka kepada urusan-urusan agama mereka menurut kemampuan.44 Walaupun dari beberapa definisi dakwah di atas berbeda redaksinya, tetapi setiap redaksinya memiliki tiga unsur pengertian dasar (pokok, inti) yaitu: 1. Dakwah adalah proses penyampaian agama Islam oleh seseorang kepada orang lain. 2. Dakwah adalah proses penyampaian ajaran Islam, yang berupa amar ma’ruf nahi munkar (ajaran kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran). 3. Usaha tersebut dilakukan secara sadar dengan tujuan terbentuknya suatu individu atau masyarakat yang taat dan mengamalkan sepenuhnya ajaran Islam.45 Dapat dikatakan, dengan merujuk pada tiga unsur di atas dakwah adalah segala bentuk aktivitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain dengan berbagai cara dan sarana yang bijaksana untuk terciptanya individu
42
Awaludin Pimay, Paradigma Dakwah Humanis, Op. Cit, hlm. 19 Dzikron Abdullah, Metodologi Dakwah, Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 1992, hlm. 7 44 Muhammad Thahir Harun, Pengantar Ilmu Dakwah, IAIN Ar-Raniry: Tim Penyusun Text Book Pengantar Ilmu Dakwah, 1985, hlm. 2 45 Moh. Ali Aziz, Op. Cit, hlm. 10 43
24 dan masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan.
2.2 Dasar Hukum Dakwah Dakwah sebagai kewajiban setiap muslim telah banyak dijelasakan oleh Allah dalam Al-Qur’an, dan diperjelas oleh Nabi Muhammad dalam hadits-haditsnya. Dalam Al-Qur’an, di antaranya terdapat pada surat Ali Imran ayat 104:
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung” 46 Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125, Allah juga memerintahkan manusia untuk melakukan dakwah yaitu dengan mengajak umat manusia ke jalan Allah dengan cara yang bijaksana, nasihat yang baik serta berdebat dengan cara yang baik pula.47 Perintah untuk amar ma’ruf nahi munkar, juga terdapat dalam hadits nabi yaitu:
ﻋﻦ اﺑﻰ ﺳﻌﻴﺪ اﻟﺨﺪ رى ر ﺻﻰ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل ﺳﻤﻌﺖ ؤرﺳﻮل اﷲ ﺻﻞ ﻣﻦ راى ﻣﻨﻜﻢ ﻣﻨﻜﺮاﻓﻠﻴﻐﻴﺮﻩ ﺑﻴﺪﻩ ﻓﺎن ﻟﻢ ﻳﺴﺘﻄﻊ:اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮل (ﻓﺒﻠﺴﻨﻪ ﻓﺎن ﻟﻢ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﻓﺒﻘﻠﺒﻪ و ذﻟﻚ اﺿﻌﻒ اﻻﻳﻤﺎن )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ
46
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: P.T. Tanjung Mas Inti, 1992, hlm. 217 47 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, Surabaya: Al -Ikhlas, 1983, hlm. 19
25
Artinya: Dari Abu Sa’id al-Qudri R.A dia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa di antara kamu melihat kemunkaran, maka hendaklah dia mencegah dengan tangannya (dengan kekuatan atau kekuasaan); jika ia tidak sanggup dengan demikian (sebab tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan); maka dengan lidahnya; dan jika (dengan lidahnya tidak sanggup, maka cegahlah dengan hatinya, dan dengan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman.” 48 Selemah-lemahnya keadaan seseorang, setidak-tidaknya ia masih memiliki kewajiban menolak kemunkaran dengan hatinya, kalau ia masih ingin dianggap Allah sebagai orang yang masih memiliki iman. Penolakan kemunkaran dengan hati merupakan benteng penghabisan tempat berdiri. Umat Islam memiliki kewajiban untuk menyeru manusia kepada jalan Allah. Hal ini berdasarkan pada hadits Nabi yang menyatakan “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat”.49 Telah jelas bahwa hukum dakwah adalah wajib, yang masih terjadi perbedaan adalah apakah kewajiban dakwah dibebankan kepada setiap individu muslim (fardhu’ain) atau kewajiban itu hanya dibebankan kepada sekelompok orang saja dari umat Islam secara keseluruhan (fardhu kifayah). Perbedaan mengenai hukum berdakwah ini, disebabkan perbedaan cara pemahaman terhadap dalil-dalil naqli (Al-Qur’an dan Hadits), selain itu juga disebabkan perbedaan pengetahuan dan kemampuan setiap individu. Menurut Ahmad Hasyimi, sesungguhnya dakwah itu bukan tugas kelompok khusus sehingga orang lain terbebas dari tanggung jawab sebagaiman setiap muslim dibebankan tugas shalat, zakat, bersikap benar dan 48
Muslim Al Qusyairi, Shohih Muslim, (Terj: Razak Lathief, Rais Lathief ), Jakarta: Pustaka Al Husna, 1980 49 Hamka, Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984, hlm. 23-24
26 jujur. Setiap muslim juga diwajibkan memindahkan keimanan di dalam hati yang kosong, menuntun orang yang bingung untuk kembali kejalan Allah yang lurus.50 Sehingga kewajiban dakwah kejalan Allah tidak hanya diwajibkan kepada orang-orang tertentu saja, melainkan kepada seluruh umat muslim. Memang diakui, setiap orang memiliki kemampuan dan ketrampilan yang berbeda tetapi hal ini hendaknya tidak menghalangi untuk melakukan tugas dakwah. Lebih jauh M. Natsir menegaskan bahwa kewajiban dakwah tidak terbatas pada ulama atau kaum cendikiawan semata. Bagaimana suatu masyarakat akan mendapat kemajuan apabila anggotanya yang memiliki ilmu sedikit atau banyak ilmu agama maupun ilmu dunia tidak bersedia mengembangkan apa yang ada pada mereka untuk sesamanya.51 Suatu ilmu yang bermanfaat, yang ma’ruf, yang baik, patut dan pantas untuk disampaikan kepada orang lain. Pada dasarnya setiap kebaikan memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang, tinggal bagaimana masyarkat sekitarnya merespon dan memupuk potensi yang telah ada tersebut. Sedangkan golongan yang mengatakan bahwa dakwah hanya wajib kifayah, yang berarti hanya wajib bagi sekelompok orang saja, bersandar pada ayat yang sama yaitu surat Ali-Imran ayat 104, tetapi dengan penafsiran yang berbeda. Muhammad Al-Ghozali seperti dikutip Moh. Ali Aziz berkata, kaum muslim haruslah membagi kegiatan untuk sempurnanya risalah dakwah ini, seperti halnya kerajaan lebah yang membagi-bagi tugasnya untuk bergotong 50 51
A. Hasymi, Op.Cit, hlm. 161-162 M.Natsir, Fiqhud Dakwah, Semarang: Ramadhani, 1984, hlm. 111
27 royong. Kenyataannya kita sekarang berada pada suatu zaman di mana spesialisasi ilmu pengetahuan menjadi ciri khasnya. Pada masa ini ilmu pengetahuan telah berkembang dengan pesatnya, pantaslah sekelompok ulama mengkhususkan diri dengan mempelajari dakwah Islam saja. Mereka yang menghabiskan usianya untuk maksud inilah yang disebut (du’ah illallah) juru dakwah kejalan Allah.52 Setelah melihat pendapat dari kedua golongan, masing-masing memiliki argumentasi yang cukup kuat. Walaupun berdasar pada ayat yang sama tetapi dengan penafsiran yang berbeda. Dengan sudut pandang yang lain, dapat dikatakan dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim yang harus dilakukan, akan tetapi harus melihat kapasitas kemampuannya.
2.3 Fungsi dan Tujuan Dakwah Sebagai sebuah ajaran yang sempurna dan diturunkan untuk mengatur kehidupan manusia, agama Islam memiliki ide dan missi untuk kesejahteraan umat manusia di dunia dan akhirat. Ide tersebut tidak akan berarti, apabila tidak diimplementasikan dengan tindakan nyata dalam kehidupan ini. Oleh karena itu dakwah merupakan aktivitas yang memiliki peran strategis dalam seluruh ajaran Islam. Dengan dakwah ajaran Islam dapat dipelajari, dihayati dan diamalkan oleh manusia, sebaliknya tanpa adanya aktivitas dakwah terputuslah siklus penyebaran nilai-nilai Islam. Pada akhirnya Islam akan lenyap dari permukaan bumi.
52
Moh Ali Aziz, Op.Cit, hlm. 44
28 Ajaran Islam menghendaki terciptanya individu yang mantap dalam aqidah, ibadah maupun akhlaknya, sehingga dari situ nantinya diharapkan lahir masyarakat yang ideal yang berada di bawah naungan Allah SWT. Di sinilah dakwah diperlukan untuk membina mental dan spiritual manusia agar sesuai dengan ajaran Allah, seperti yang telah disampaikan oleh utusanutusan-Nya. Dari uraian di atas, dapat disebutkan fungsi dakwah adalah: a.
Dakwah berfungsi untuk menyebarkan Islam kepada manusia sebagai individu dan masyarakat sehingga mereka merasakan Islam benar-benar sebagai rahmatan lil’alamiin bagi seluruh makhluk Allah.
b. Dakwah berfungsi untuk melestarikan nilai-nilai Islam dari generasi kegenerasi kaum muslimin berikutnya sehingga kelangsungan ajaran Islam beserta pemeluknya dari generasi kegenerasi berikutnya tidak terputus. c.
Dakwah berfungsi Korektif, artinya meluruskan akhlak yang bengkok, mencegah kemunkaran dan mengeluarkan manusia dari kegelapan rohani.53 Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan yang hendak
dicapai. Secara umum tujuan dakwah dapat dirumuskan dalam tiga bentuk: 1.
Membangun masyarakat Islam, sebagaimana para Rasul yang memulai dakwahnya di kalangan masyarakat Jahiliyah. Para Rasul mnegajak menusia untuk memeluk agama Allah SWT, menyampaikan wahyu
53
Moh. Ali Aziz, Op.Cit, hlm. 60
29 Allah kepada kaumnya, dan memperingatkan mereka dari syirik kepada Allah. 2.
Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang terkena “musibah” berupa penyimpangan dan nampak dalamnya kemungkran-kemungkaran, serta diabaikannya kewajiban-kewajiban oleh masyarakat.
3.
Memelihara keberlangsungan dakwah di kalangan masyarakat yang telah berpegang pada kebenaran, yaitu dengan pengajaran secara terusmenerus, tadzkir (pengingatan), tazkiyah (penyucian jiwa), dan ta’lim (pendidikan).54
2.4 Unsur-unsur Dakwah Yang dimaksud Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang selalu ada dalam dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur- unsur dakwah tersebut antara lain: 1. Da’i (Pelaku Dakwah) Yaitu orang yang melakukan dakwah baik dengan lisan, tulisan ataupun perbuatan, baik secara individu, kelompok ataupun berbentuk lembaga (organisasi). Kewajiban dakwah (Amar Ma’ruf Nahi Munkar) berlaku atas setiap muslim yang mukallaf (yang telah berlaku hukum-hukum agama atas dirinya) dan memiliki kemampuan.55
54
Jum’ah Amin Abdul ‘Aziz, Fiqih Dakwah, (Terj: Abdus Salam Masykur), Cet. III, Surakarta: Era Intermedia, 2000, hlm. 30 55 Al-Ghazali, Amr Ma’ruf Nahi Munkar, Op.Cit. hlm.35
30
2. Mad’u (Penerima Dakwah) Yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau penerima pesan dakwah, baik individu maupun kelompok. 3. Maddah (Materi Dakwah) Maddah (Materi Dakwah) merupakan isi pesan atau materi yang disampaikan oleh da’i kepada mad’u. Telah jelas bahwa materi dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri yang secara umum meliputi aqidah, akhlak, dan syariah. Secara garis besar materi dakwah dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Aqidah, meliputi; a. Iman kepada Allah b. Iman kepada Malaikat Allah c. Iman kepada Kitab-kitab Allah d. Iman kepada Rasul-rasul Allah e. Iman kepada hari akhir f. Iman kepada qadha dan qadhar 2. Syari’ah, meliputi: a. Ibadah (dalam arti khusus); 1. Thaharah 2. Sholat 3. Zakat 4. Shaum 5. Haji
31 b. Muamalah (dalam arti luas) meliputi: 1. Al-Qununul Khas (hukum perdata); a. Muamalah (hukum niaga) b. Munakahat (hukum nikah) c. Waratsah (hukum waris), dan lain sebagainya. 2. Al-Qanunul’am (hukum publik); a. Hinayah (hukum pidana) b. Khilafah (hukum negara) c. Jihad (hukum perang dan damai), dan lain-lain. 3. Akhlak, meliputi: a. Akhlak terhadap Khalik b. Akhlak terhadap makhluk, yang meliputi: Akhlak terhadap manusia: 1. Diri sendiri 2. Tetangga 3. Masyarakat Lainnya Akhlak terhadap selain manusia 1. Flora 2. Fauna, dan lain sebagainya56 4. Wasilah (Media Dakwah) Yaitu alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah, yang dapat berupa lisan, tulisan, lukisan audiovisual ataupun akhlak. Dari segi
56
Endang Syaifuddin Anshari, Wawasan Islam, Jakarta: Rajawali, 1986, hlm.194
32 media penyampaian pesan, media dakwah dibagi menjadi tiga golongan. Pertama Spoken Word, Yaitu media dakwah yang berbentuk ucapan atau bunyi yang dapat ditangkap dengan Indra telinga. Kedua Printed Writing, yaitu media dakwah yang berupa tulisan, gambar, lukisan dan media lain yang dapat diterima dengan indra penglihatan. Ketiga, The Audio Visual, yaitu media dakwah yang berbentuk gambar hidup yang dapat didengar sekaligus dapat dilihat seperti televisi, film, video, dan sebagainya.57 Dalam bagian ini hanya akan dibahas media dakwah yang berkaitan dengan skripsi yang penulis kerjakan, yaitu dakwah dengan menggunakan media tulisan. Media dakwah, seperti halnya penulisan buku-buku, artikelartikel dalam majalah atau suratkabar (pers), termasuk media yang efektif untuk berdakwah, apalagi apabila dicetak dalam berbagai bahasa. Sehingga dengan demikian Islam dapat disampaikan kepada orang yang ingin mengetahui tentang Islam tetapi tidak mengetahui bahasa Arab.58 Pada era informasi seperti saat ini posisi media masa khususnya pers memiliki peran yang sangat signifikan dalam memberikan pemahaman pada masyarakat tentang fenomena yang sedang berkembang. Selain fungsi pers sebagai pembentuk opini publik, juga bisa menjadi media penyampai informasi dakwah yang efektif. Hanya saja untuk saat ini pers dakwah memang belum optimal menjalankan perannya, walaupun sudah banyak pers dakwah yang lahir tetapi kesan eksklusif masih lekat pada tampilannya (Hidayah, Sabili, Hidayatullah, 57
Moh. Ali Aziz, Op. Cit, hlm. 121 Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Terj: Asywadi Syukur), Media Dakwah, 1984, hlm. 4 58
33 Tarbawi, Nurani, Ghaib dll). Sudah saatnya pers dakwah tampil secara terbuka untuk menjawab persoalan yang sedang dihadapi umat. Yaitu pers yang dikelola secara Islami dengan mengutamakan prinsip-prinsip komunikasi Islami yang diajarkan dalam Al-Qur’an yaitu dengan menggunakan prinsip “qaulan balighan dan qaulan sadidan”. Dengan demikian pers dakwah terlihat lebih lunak dan adaptif apalagi bila dikaitkan dengan pluralitas keagamaan.59 Menurut Lazarfeld Doob dan Breslon seperti dikutip Moh. Ali Aziz, dakwah melalui media tulisan memiliki kelebihan antara lain: 1. Memberi kesempatan untuk memilih materi-materi yang sesuai dengan kemampuan dan kepentingannya. Selain itu pembaca secara lebih lanjut dapat membacanya setiap kali ingin dan kapan ia ingin berhenti membacanya. Bahkan jika diperlukan dapat membuat sebuah resume. 2. Tidak terikat oleh waktu dalam mencapai khalayaknya. Bahkan mereka secara bebas dapat melihat kembali materi yang telah dibacanya untuk mengingatnya. Dengan kata lain pembaca dapat tetap menyegarkan ingatannya dan dapat menikmati suatu kepuasan yang pernah dinikmati sebelumnya. Sehingga ini dapat menimbulkan efek ganda, yang tidak dapat dijumpai pada medium lain.
59
Siti Sholikati, Pers Dakwah: Media Alternatif di Era Informasi, dalam Agus Wahyu dkk (Ed) Dakwah Islam Antara Normatif dan Kontekstual, Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 2001, hlm. 142
34 3. Dapat mengembangkan suatu topik yang diinginkan. Maksudnya topik yang ada dapat dikembangkan dengan melalui medium lain misalnya radio, film dan televisi. 4. Medium ini hidup dan berkembang dalam keadaan yang tidak dapat diikat oleh standar tertentu dalam hal isi (content) keseluruhan dibanding media-media yang lain. Ia memiliki kelebihan yang lebih luas dan kebebasan gaya yang lebih besar dalam memenuhi selera pembaca. Demikian juga materi yang berbentuk apapun, dapat lebih lancar disalurkan kepada pembaca melalui cetakan, dibandingkan melalui media film. 5.
Mampu memiliki prestise yang tinggi, karena dalam pembentukan prestise yang bersifat khusus, dapat membentuk dengan aplikasi khusus, berdasarkan kepada kebiasaan pembaca yang di dalamnya tercakup perhatian dan kesenangan untuk membacanya.Melalui dasar ini pula maka seseorang akan sangat mudah dipengaruhi oleh bacaannya60
5. Thariqah (Metode Dakwah) Adalah metode yang digunakan dalam berdakwah. Yaitu jalan atau cara yang dipakai da’i untuk menyampaikan ajaran Islam (materi dakwah).61 Setiap unsur dakwah antara yang satu dengan yang lainnya selalu memiliki kaitan yang erat, sehingga metode dakwah merupakan kelanjutan dari media dakwah. Secara garis besar dalam Al-Qur’an tepatnya surat an-Nahl ayat 125, 60 61
Moh. Ali Aziz, Op. Cit, hlm. 150-151 Ibid, hlm. 121
35 telah dijelaskan metode dakwah adalah hikmah, mauidhatil hasanah, mujadalah.62 Demikianlah secara umum mengenai dakwah Islamiyah dan ruang lingkupnya. Dakwah tidak akan mampu mencapai tujuan yang diharapkan dengan maksimal, apabila antara salah satu unsur dengar unsur yang lainnya tidak terpenuhi.
62
Awaludin Pimay, Op. Cit, hlm. 56