BAB II
PERKEMBANGAN FASHION DISTRO 2.1. Sejarah perkembangan fashion di Indonesia Fashion di Indonesia telah berkembang dengan baik sejak tahun 1960 ditandai dengan
munculnya Non Kawilarang dam Peter Sie. Dalam
perkembangan awalnya fashion Indonesia cenderung meniru gaya barat baik dalam bahan yang digunakan atau desain. Secara usia, orang tua Indonesia umumnya lebih nyaman dengan kostum tradisional seperti kebaya, terutama untuk menghadiri acara khusus, berbeda dengan usia muda yang lebih sering tampil dengan mode gaya barat atau gaya busana Korea. Sejak saat itu busana tradisional secara harmonis berkembang sama baiknya dengan desain gaya barat hingga saat ini. Tahun 1970 merupakan awal kemunculan dari Iwan Tirta, Harry Dharsono, Prajudi, Poppy Dharsono dan Ramil yang telah memberikan signal dalan dunia fashion Indonesia kepada dunia internasional melalui penciptaan mereka dan parade fashion didalam maupun diluar negeri. Dalam dekade tersebut, dunia fashion Indonesia mencatat kemajuan yang cukup besar. Upaya dan kerja keras dari para desainer muda didukung oleh terbitnya majalah wanita “Femina”, majalah wanita baru yang dimulai penerbitan pada tahun 1972, yang banyak memberikan perhatian serius terhadap dunia mode dengan menghadirkan berita trend fashion dunia, sehingga memberikan spektrum yang lebih luas untuk fashion nasional di era ini.
50
Universitas Sumatera Utara
Pia Alisjahbana merupakan wanita yang berpengaruh dalam mengelola majalah tersebut dan memprakarsai lomba fashion desainer pertama tahunan pada tahun 1979. Acara ini menjadi peristiwa penting yang berhasil mencetak banyak desainer muda berbakat seperti Samuel Wattimena, Chossy Latu, Carmanita, Edward Hutabarat, dan Stephanus Hamy, menambah daftar desainer yang ada seperti Arthur Harland, Susan Budiarjo, Thomas Sigar, Dandy Burhan, Adrianto Halim, Corrie Kastubi, Ghea Panggabean, Biyan, Raizal Rais dan Itang Yunaz. Nama mereka telah menjadikan titik sejarah untuk pengembangan fashion Indonesia. Pada masa itu, peluang besar bagi perancang busana untuk mengembangkan design-nya didukung oleh pemerntah Indonesia. Pada tahun 1990-an ketika isu-isu globalisasi dan perkembang teknologi mediamodern, seperti internet, mempermudah para desainer untuk mengakses berita mengenai perkembangan dunia fashion dan trend telah banyak membantu para desainer dalam menciptakan variasi fashion terutama dalam mengadopsi gaya barat yang glamour. Pada tahun 2000-an nama-nama baru lebih memperkaya daftar panjang desainer berbakat Indonesia yang memiliki karakteristik tersendiri dan gaya independen seperti Adrian Gan, Obin, Kiata Kwanda, Sally Koeswanto, Tri Handoko, dan Irsan. Sementara yang lain membuat desain gaya berat, Edward Hutabarat dan Anne Avantie mendedikasikan kreasi mereka dengan mendesign kostum tradisional “blus kebaya” dnegan sentuhan modern. Sehingga membuat
51
Universitas Sumatera Utara
busana tradisonal Indonesia terlahir kembali dan dicintai oleh kalangan muda sehingga mereka lebih menghargai seni tradisonal. 29
2.2. Sejarah dan perkembangan fashion Distro di Indonesia Distro merupakan salah satu industri kreatif yang menjual produk pakaian dengan fashion tersendiri yang menjadi citra distro pada kalangan masyarakat. Distro di Indonesia berkembang sebagai sebuah toko yang menjual produk pakaian yang dititipkan oleh sebuah merek pakaian yang memproduksi pakaian dengan fashion yang bergerak dan berkembang pada distro. Sebagai salah satu pusat penjualan produk fashion, distro identik dengan fashion urban culture dengan model pakaian streetwear yang identik dengan kegiatan urban diperkotaan, seperti skateboard, BMX, atau genre musik tertentu seperti genre rap, metal, rock, deathmetal dan aliran musik lainnya melekat dengan fashion Distro. Perkembangan Distro berawal pada sebuah studio musik, Reverse di daerah Sukasenang sekitar tahun 1994. Semula Richard (mantan drummer Pas Band), Helvi, dan Didit kemudian dikenal dengan Dxxxt (3 orang pendiri pertama dari Reverse), hanya memasarkan produk-produk spesifik yang terutama diminati oleh komunitas penggemar musik rock dan skateboard. Reverse kemudian mulai
29
https://asti46.wordpress.com/artikel-terkait/perkembangan-trend-fashion-indonesia/ (diakses
pada tanggal 21 September 2016 pukul 23.05)
52
Universitas Sumatera Utara
menjual CD, kaset, poster, artwork 30, aksesoris, kaos atau t-shirt, termasuk barang- barang impor maupun barang buatan lokal lainnya. 31 Untuk membesarkan bisnis yang semula dibangun berdasarkan hobi, butuh kedisiplinan tinggi dalam mengelolanya. Bagi clothing company yang muncul belakangan, idealisme dan keterbatasan modal menjadi tantangan yang harus disiasati lebih keras lagi. Karena secara bisnis, mereka harus berhadapan dengan clothing teman-temannya yang muncul dan mapan lebih dulu. Dari segi pengembangan
desain,
tidak
banyak
juga
yang
melakukan
riset
dan
pengembangan desain secara serius. Akibat dari boom clothing di tahun 2003, follower yang muncul belakangan, banyak yang asal jiplak desain-desain yang sudah ada. Karena untuk membangun sebuah karakter desain yang kuat dibutuhkan waktu dan proses yang lama. Dalam perkembangannya, eksplorasi desain clothing anak-anak muda Bandung, banyak juga dipengaruhi oleh gaya street fashion Jepang yang terasa lebih eklektik 32 dan baliknya. Persoalan ketiadaan infrastruktur dan ketidak jelasan pengaturan tata guna lahan di Bandung untuk kawasan komersial, menyebabkan nilai ekonomi lahan semakin mahal dan tak terjangkau dalam mengembangkan usaha yang selama ini mereka jalankan. Pada akhirnya, dukungan yang digembar-gemborkan pemerintah untuk mendukung industri kecil
30
Artwork adalah hasil karya seni berupa lukisan, patung dan benda-benda visual lainnya.
31
(diakses
https://cannizaro.wordpress.com/2007/01/29/sejarah-distro-indonesia-version/ tanggal 17 September 2016) 32 Eklektik adalah memilih gaya yang terbaik dari berbagai sumber.
pada
53
Universitas Sumatera Utara
menengah dan membangun kecintaan akan produk dalam negeri, hanya menjadi jargon 33 belaka. Disadari atau tidak, clothing industry yang muncul dan berkembang, justru memicu perkembangan industri-industri kecil baru yang juga berbasis kreatifitas. Secara organik, infrastruktur pendukungnya, bermunculan satu persatu. Wajar saja, jika kemudian tawaran yang datang tiba-tiba ini, disikapi dengan membentuk forum komunikasi yang bertujuan untuk memperkuat dan saling mendukung satu sama lain. Banyak persoalan baik internal maupun eksternal yang selama ini harus disiasati dan dipecahkan sendiri oleh mereka. Karena itu, tawaran pemerintah, seperti sesuatu yang to good to be true. Mereka bukannya resistan terhadap niat baik pemerintah, namun yang mereka harapkan adalah kejelasan dalam proses negosiasi dimana posisi tawar kedua belah pihak bisa berjalan dengan seimbang. Perspektif kemandirian, kemudian menjadi prinsip yang selalu dimaknai kembali oleh mereka. Dari yang semula hanya didatangi oleh penggemar musik rock dan komunitas skateboard, Reverse mulai didatangi oleh beberapa kelompok yang berasal dari komunitas yang lain. Dari yang meminati musik pop, metal, punk, hardcore, sampai pada kelompok skateboard, BMX, surfing atau peselancar dan lain sebagainya. Saat krisis ekonomi terjadi pada tahun 1998, bisnis yang dijalani Reverse, mengalami masa sulit sampai akhirnya tutup. Mereka tak mampu lagi membeli barang-barang dari luar negeri karena nilai mata uang dolar terhadap
33
Jargon adalah kosakata khusus yang digunakan dalam bidang kehidupan atau lingkungan
tertentu.
54
Universitas Sumatera Utara
mata uang rupiah melambung tinggi dan tak terjangkau. Namun kondisi sulit ini justru melahirkan fase baru dalam perkembangan clothing industry Bandung. Kurangnya modal untuk membeli barang-barang dari luar, membuat daya kreatifitas kedua pemuda ini diasah. Ketika itu mereka berpikir, untuk dapat menghasilkan kaos sesuai dengan keinginan mereka. Transformasi Reverse sebagai clothing company, dimotori oleh Dxxxt pada bulan Februari 2004. Reverse kemudian menjelma menjadi label yang memfokuskan dirinya pada fashion untuk pria. Urban Culture yang menjadi keseharian tim kreatifnya, menjadi inspirasi dalam desain produk-produk Reverse. Helvi vetaran Reverse, kemudian membangun clothing label bernama Airplane yang memulai usahanya pada tahun 1997. Sementara kegemaran skateboard, bmx dan surfing yang ditekuni Dandhy dan teman-temannya, justru memotivasi mereka untuk membuat produk-produk yang mendukung hobi yang mereka cintai. Bukan hal yang mudah untuk menemukan fashion penunjang kegiatan surfing di Bandung pada saat itu. Maka tahun 1996, dari rumah di dago 347 Bandung, mereka mulai memproduksi barang-barang yang menunjang hobi mereka untuk digunakan sendiri. Ternyata apa yang mereka pakai, menarik perhatian teman-teman mereka. Seperti halnya Airplane, dengan modal patungan seadanya mereka mulai memproduksi barang- barang yang mereka desain untuk kebutuhan hobi mereka itu, untuk dijual di kalangan teman-teman mereka sendiri dengan label ‘347 boardrider co.’ Toko pertamanya dibuka pada tahun 1999 dan diberi nama ‘347 Shophouse’ di Jalan Trunojoyo Bandung.
55
Universitas Sumatera Utara
Demikian pula Ouval yang muncul di tahun 1998. Masih di tahun 1996, Dadan Ketu bersama delapan orang temannya yang lain membentuk sebuah kolektif yang diberi nama Riotic. Kesamaan minat akan ideologi punk, menyatukan ia dan teman-temannya. Riotic menjadi label kolektif yang memproduksi sendiri rilisan musik-musik yang dimainkan oleh komunitas mereka, menerbitkan zines, dan membuka sebuah toko kecil yang menjadi distribusi outlet produk kolektif yang mereka hasilkan. Riotic juga dikenal konsisten dalam mendukung pertunjukan- pertunjukan musik punk rock dan underground yang saat itu kerap diselenggarakan di Gelora Saparua Bandung. Ketika masa kekuasaan Orde Baru berakhir, kehidupan sosial politik Indonesia mengalami banyak perubahan
di era reformasi. Masyarakat
memperlihatkan pola relasi yang baru dengan ruang-ruang publik yang ada. Beragam aktivitas dan perayaan dilakukan di jalan. Jalanan seperti Dago, menjadi catwalk publik yang mengundang siapa pun yang datang untuk menampilkan gaya dandanan mereka. Individu kemudian mendapat ruang untuk mengekspresikan diri. Saat itu, banyak pertunjukan-pertunjukan musik yang kemudian disponsori oleh clothing company yang mulai memiliki kemampuan ekonomi. Perkembangan musik dan juga street fashion mendorong pertumbuhan distro. Untuk membesarkan bisnis yang semula dibangun berdasarkan hobi, butuh kedisiplinan tinggi dalam mengelolanya. Bagi clothing company yang muncul belakangan, idealisme dan keterbatasan modal menjadi tantangan yang harus disiasati lebih keras lagi. Karena secara bisnis, mereka harus berhadapan dengan clothing teman-temannya yang muncul dan mapan lebih dulu. Dari segi
56
Universitas Sumatera Utara
pengembangan
desain,
tidak
banyak
juga
yang
melakukan
riset
dan
pengembangan desain secara serius. Akibat dari boom clothing di tahun 2003, follower yang muncul belakangan, banyak yang asal jiplak desain-desain yang sudah ada. Karena untuk membangun sebuah karakter desain yang kuat dibutuhkan waktu dan proses yang lama. Dalam perkembangan distro, eksplorasi desain clothing anak-anak muda Bandung, banyak juga dipengaruhi oleh gaya street fashion Jepang yang terasa lebih eklektik dan baliknya. Persoalan ketiadaan infrastruktur dan ketidak jelasan pengaturan tata guna lahan di Bandung untuk kawasan komersial, menyebabkan nilai ekonomi lahan semakin mahal dan tak terjangkau dalam mengembangkan usaha yang selama ini mereka jalankan. Pada akhirnya, dukungan yang digembargemborkan pemerintah untuk mendukung industri kecil menengah dan membangun kecintaan akan produk dalam negeri, hanya menjadi jargon belaka. Sadari atau tidak sadar, clothing industri yang muncul dan berkembang justru memicu perkembangan industri-industri kecil baru yang juga berbasis kreatifitas. Secara organik, infrastruktur pendukungnya, bermunculan satu persatu. Wajar saja, jika kemudian tawaran yang datang tiba-tiba ini, disikapi dengan membentuk forum komunikasi yang bertujuan untuk memperkuat dan saling mendukung satu sama lain. Banyak persoalan baik internal maupun eksternal yang selama ini harus disiasati dan dipecahkan sendiri oleh mereka. Karena itu, tawaran pemerintah, seperti sesuatu yang to good to be true. Mereka bukannya resistan terhadap niat baik pemerintah, namun yang mereka harapkan adalah kejelasan dalam proses negosiasi dimana posisi tawar kedua belah pihak bisa berjalan
57
Universitas Sumatera Utara
dengan seimbang. Perspektif kemandirian, kemudian menjadi prinsip yang selalu dimaknai kembali oleh mereka. Ketika kemandirian berarti memulai impian besar dengan langkah-langkah kecil dengan patungan modal seadanya. Juga ketika usaha ini berkembang dan mendapatkan perhatian, kemandirian berarti membangun posisi tawar mereka ketika bertarung dengan banyak kepentingan- kepentingan lain, pemerintah salah satunya. Pada saat banyak orang kemudian mengeluh, bahwa produk clothing menjadi seragam, waktu yang akan membuktikan mana yang kemudian konsisten menjalani proses eksplorasi terus menerus untuk menemukan kematangan produk atau malah inovasi-inovasi baru dan mana yang kemudian hilang seperti merekmerek Bandung yang memudar dan tak dikenal orang seperti yang dikawatirkan Agus Gustiar. Setidaknya sampai hari ini, setelah satu dekade yang panjang mereka berproses terus menerus, kekawatiran itu tidak terbukti. Yang paling keren sekarang anak-anak muda tidak gengsi dan malu lagi pake produk lokal. Karya anak muda Bandung dihargai orang dari mulai yang naik angkot sampai mobil mewah. Kini, industri distro sudah berkembang, bahkan dianggap menghasilkan produk-produk yang memiliki kualitas ekspor. Pada tahun 2007 diperkirakan ada sekitar 700 unit usaha distro di Indonesia, dan 300 lebih distro di Bandung. 34
34
http://www.lacasacomics.com/2014/02/sejarah-dan-perkembangan-Distro-di.html?m=1
(diakses pada tanggal 20 September 2016 pukul 22.23)
58
Universitas Sumatera Utara
2.3. Sejarah perkembangan fashion Distro di Kota Medan Distro tertua di Kota Medan adalah Kontjo Khabe. Berawal dari sekedar tempat berkumpul. Berawal dari sekedar tempat berkumpul, kreativitas seni yang tertuang sepakat dijadikan komersil. Souvenir, sticker, spanduk dan berbagai lainnya dijadikan produk jualan. Melihat minat konsumen yang cukup potensial, mereka menambah ragam dagangan dengan pakaian, aksesoris yang bernilai fashion selain menerima pesanan seperti sablon dan sticker timbul. Survei ke Bandung merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh Kontjo Khabe. Berkenalan dengan teman-teman yang berbisnis distro di Parisj van Java, menjadi pembuka kesempatan berbisnis serupa di Medan, pionir-pionir mulanya lahir dari Kontjo Khabe membuka Distro Kontjo One Brother’s, koleksi distro ini beragam dipenuhi aksesoris keren yang kini dikelola oleh Rahmad dan Zufrizal di kawasan Halat. Untuk kawasan Kota Medan selain Halat sebagai lokasi berdrinya distro tertua di Kota Medan, terdapat Kawasan Jalan Dr. Mansyur. Belakangan tren penjualan produk bergaya street memang lagi familiar di Kota Medan. Seperti halnya Dr. Mansyur, Medan yang notabene dekat dengan Universitas Sumatera Utara yang kini menjadi “sarang” dari distro-distro atau dealer resmi produkproduk bercirikan anak muda. 35 Selain kawasan Halat yang sudah lebih dahulu melahirkan distro tertua di Kota Medan yang terdapat pada Distro Kontjo Khabe, para pelaku usaha sejenis berlomba-lomba membuka distro untuk bersaing dengan distro yang telah ada. 35
http://medan.tribunnews.com/2011/12/10/jalan-dr-mansyur-kota-medan-sarang-Distro
(diakses pada tanggal 22 September 2016 pukul 23.28)
59
Universitas Sumatera Utara
Kemudian para pelaku usaha distro membuka kawasan Jalan Dr. Mansyur yang notabene kawasan tersebut dekat dengan Universitas Sumatera Utara dan sekolah, sehingga sesuai dengan target pasar pada kalangan anak muda. Satu diantaranya adalah Rumah Sepatu yang berdiri sejak 2009 dan menjadi pionir pada kalangan anak muda Kota Medan untuk memenuhi hasrat membeli sepatu yang modern dan mengikuti tren. Merek yang familiar dikalangan mahasiswa dan siswa seperti Vans, Nike, Zara, Fred Perry yang didatangkan dari China, Vietnam, Korea
menjadi beberapa merek yang dipasarkan disamping
produk dari merek dalam negeri.
2.3.1. Sejarah dan Gambaran Umum Distro SnugxRaw Distro SnugxRaw didirikan oleh seorang pria Minang yang sudah memilki pengalaman dalam dunia fashion distro. Beliau bernama Ersad yang mendirikan Distro SnugxRaw pada tahun 2011 di kawasan Jalan Dr. Mansyur dengan beberapa pertimbangan dan pengamatan terhadap lokasi beridrinya Distro SnugxRaw. Sebelum tahun 2011 sudah banyak berdiri distro di kawasan Jalan Dr. Mansyur, pada 2008 berdiri Distro Dreamer menyusul kemudian pada tahun 2009 berdiri Rumah Sepatu lalu Distro Elevate, kemudian Distro Victory, S.T.O.R.E yang dilanjut Distro SnugxRaw pada 2011 dengan membuka SNUG STORE. Baru kemudian setelah berdiri BOX 19 menyusul didirikan toko RAW LAB’S pada Distro SnugxRaw. Seperti yang diungkapkan Bang Ersad (32 tahun) : “ Dr. Mansyur sendiri berdiri Distro punya kawan saya, yaitu Elevate yang sekarang sudah tutup, kemudian buka Distro Victory punya kawan saya, Siarkansyah nama pemiliknnya. Lalu dengan 60
Universitas Sumatera Utara
pemilik yang sama buka PSD STORE di epicetrum hingga pada 2011 berdiri Distro SnugxRaw dengan konsep toko STORE menyusul kemudian toko RAW LAB’S setelah Distro BOX 19.” Kecintaan Bang Ersad sejak berstatus sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta terhadap fashion membuat dirinya ingin memiliki distro. Selama menjadi mahasiswa Bang Ersad banyak bergaul dan mengamati perkembangan fashion distro di Kota Bandung sebagai pionir distro di Indonesia. Demi hobi Bang Ersad rela menempuh jarak Yogyakarta ke Bandung menggunakan sepeda motor turing bersama teman sesama mahasiswa. Kecintaan Bang Ersad pada fashion distro juga terlihat dari penggunaan fashion distro yang sudah dialakukan sejak berada dibangku SMA yang dapat menghabiskan sekitar Rp.400.000 – Rp.500.000 untuk sekali belanja. Dengan jumlah nominal uang tersebut, Bang Ersad mendapatkan empat sampai lima kaos atau dua pasang pakaian dengan dua kaos dan duan celana jeans yang dapat digunkan untuk tiga sampai empat bulan sebelum belanja ke distro lagi. Seperti penuturan Bang Ersad (32 tahun) : “saya sendiri waktu SMA sudah belanja di distro dan berlanjut saat menjadi mahasiswa di Yogyakarta. Untuk sekali belanja berkisar antara 400 sampai 500, itu saya sudah mendapatkan empat sampai lima kaos atau dua kaos dan dan dua celana jeans, saya bisa pake untuk tiga sampai empat bulan berikutnya. Semasa saya kuliah saya bersama teman sering turing ke kota Bandung rame-rame hanya untuk melihat perkembangan fashion disana.”
61
Universitas Sumatera Utara
Hingga pada akhirnya semua pengalaman dan keinginan untuk memilki distro dicetuskan dalam sebuah ide Distro SnugxRaw yang juga sebagai tempat pemasaran merek produk yang diproduksi oleh Bang Ersad, yaitu Sir Alex. Pemilihan nama Distro SnugxRaw berawal dari kecintaan Bang Ersad terhadap hal-hal yang mengandung peperangan dan senjata, hingga suatu ketika teman Bang
Ersad
mencetuskan
istilah
GUNS
X
WARS
yang
kemudian
dpengucapannya dibalik seperti bahasa walikan yang familiar di Kota Malang. Dari istilah GUNS X WARS terlahirlah nama SnugxRaw dengan logo yang didesain oleh kawan Bang Ersad yang seorang desain gambar. Pada awal didirikannya Distro SnugxRaw hanya berdiri satu toko Distro yang diberi nama SNUG STORE yang khusus untuk produk fashion popculture. Hingga kemudian muncul kawan dari Bang Ersad untuk berbagi saham mendirikan toko Distro RAW LAB’S disamping SNUG STORE. RAW LAB’S adalah toko bagian Distro SnugxRaw yang memasarkan produk fashion yang mengandung unsur musik rock dan genre musik sejenis. Distro SnugxRaw merupakan salah satu Distro yang terdapat di kawasan Jalan Dr. Mansyur, terletak diapit oleh sebuah barbershop 36 dan Distro BOX19 dan VICTORY. Letak Distro SnugxRaw yang dipinggir Jalan Dr. Mansyur memungkinkan Distro ini dapat dengan mudah diketahui masyarakat yang kebetulan atau melintas lewat Jalan Dr. Mansyur serta dengan mudah untuk dijangkau oleh konsumen yang hendak berkunjung untuk belanja pakaian distro. Mendukung dengan terdapat baliho berbentuk lingkaran sebagai logo Distro
36
Barbershop merupakan suatu model usaha salon yang khusu untuk kaum pria.
62
Universitas Sumatera Utara
SnugxRaw yang dapat menggundang perhatian orang yang melintas, baik dari arah kedatangan atau kepergian dapat diperhatikan pada siang hari dan dengan bantuan lampu LED yang menerangi baliho pada malam hari. Seperti penuturan Bang Ersad (32 tahun) : “alasan pemilihan lokasi Dr. Mansyur adalah karena lokasi ini adalah grade A. Dimana seperti diketahui terdapat kampus USU nih kemudian ada cafe tempat nongkrong anak muda, cocok ke Snug karena melirik pasar kalangan anak muda. Sebagai jalan lintas kawasan ini rentan macet, Snug dekat dengan Zam-zam banyak pengunjung sedang makan, sore jam pulang kuliah adalah penyebab kemacetan. Orang kalo lagi macet pasti lirik kanankiri, ada niatan untuk singgah atau sekedar mengetahui Snug itu seperti apa sambil menunggu macet. Distro SnugxRaw memiliki pelataran toko yang menjadi lahan parkir baik konsumen yang berkunjung untuk belanja atau karyawan-karyawan Distro SnugxRaw yang bekerja setiap hari. Pada bagian pintu distro sebelum menjangkau pintu kaca, distro dilapis dengan pintu sorong dari besi yang akan digunakan untuk melindungi pintu kaca distro jika semua aktivitas Distro SnugxRaw sudah selesai pada malam hari. Seperti pada kebanyakan distro, kaca menjadi tampilan awal toko yang membuat tampilan display pakaian distro dapat terlihat. Jika diperhatikan dari depan, Distro SnugxRaw terbagi atas dua ruangan toko yang memiliki dua pintu masuk masing-masing. Pada bagian depan dengan papan warna coklat kayu salah satu ruangan distro terdapat tulisan
SNUG
STORE, pada bagian depan dengan papan warna hijau ruangan toko yang lain
63
Universitas Sumatera Utara
terdapat tulisan RAW LABS. Semula pembagian ruangan distro mengundang pertanyaan dibenak peneliti, hal yang menjadikan Distro SnugxRaw yang seharusnya adalah sebuah ruangan disto pada kenyataannya dibagi dalam dua ruangan. Pintu kaca berbalut kayu pada bagian pinggir pintu dapat didorong untuk masuk distro dan ditarik untuk keluar distro. Hendak masuk dengan mendorong pintu disusul suara tingtong, yang berbunyi memenuhi ruangan distro sinyal untuk karyawan Distro SnugxRaw yang ada dikasir distro untuk spontan melayani konsumen. Pintu masuk Distro SnugxRaw pada ruangan SNUG STORE berhadapan langsung dengan kasir distro sekitar 7 meter. Rak kayu warna coklat berbingkai kaca lengkap dengan meja kecil terdapat layar komputer adalah wadah tempat kasir bekerja. Setiap harinya ada lima orang karyawan distro yang bekerja melayani kebutuhan konsumen yang belanja pakaian ke Distro SnugxRaw. Dua orang karyawan distro setiap hari bekerja untuk membuka distro yang beroperasi pada jam 10.00 WIB dan pada jam 17.00 WIB ganti shift dengan dua orang karyawan lainnya hingga distro tutup pada jam 22.00 WIB pada malam hari, sedangkan satu orang karyawan akan cuti sacara bergantian atau sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama. Lima orang karyawan memiliki hak untuk cuti sekali dalam seminggu. Karyawan yang bekerja diDistro SnugxRaw berusia sama dengan peneliti, dua orang dari lima karyawan merupakan mahasiswa. Mereka adalah Muhammad Herlambang dipanggil Bang Mbeng yang sedang mengikuti perkuliahan di
64
Universitas Sumatera Utara
Universitas Medan Area dengan konsentrasi psikologi dan Laksa Manalu dipanggil Bang Lulu dari Kampus Mikroskill konsentrasi ilmu komputer yang juga sedang berada pada tingkat yang sama seperti peneliti, mahasiswa tingkat akhir mengerjakan skripsi. Sedang tiga orang karyawan hanya fokus untuk bekerja, diantaranya Bang Hendra yang dijabati sebagai kepala toko Distro SnugxRaw. Kemudian dua orang lainnya bernama Bang April dan Bang Dicky yang setiap hari fokus bekerja di Distro SnugxRaw. Mendorong pintu masuk Distro akses pertama peneliti untuk berkunjung dan melihat isi ruangan Distro SnugxRaw terkhusus ruangan SNUG STORE. Dalam ruangan SNUG STORE terdapat meja yang digunakan sebagai display snapback, kemeja, flannel, dan kaos sebagian digantung dirak kayu yang melekat pada dua sisi ruangan distro serta sebagian pada tengah ruangan yang digantung dengan hanger pada kayu dengan 4 tongkat penahan hasil modifikasi. Pada meja kasir menempel sebuah rak dengan bingkai kaca terdapat display snapback, dompet, pouch, buff, ikat pinggang, keychain, dan pomade. Terdapat ruang kecil untuk duduk dikursi panjang memberi kenyamanan karyawan bekerja dibagian kasir distro. Terdapat ruangan pintu kayu sistem geser lengkap dengan pencahayaan lampu serta rak terbuka dari besi tersusun banyak lipatan pakaian yang masih bersegel dengan bungkus plastik. Ruangan itu adalah gudang distro untuk menyimpan stock barang yang sudah masuk ke daftar pembukuan Distro SnugxRaw. Disebelah kasir tepatnya disisi tembok terdapat fittingroom lengkap dengan cermin berukuran besar serta gorden sebagai penutup.
65
Universitas Sumatera Utara
Pada ruangan SNUG STORE tembok dan lantai berwarna senada, warna coklat kayu menjadi pelapis tembok ruangan serta lantai ruangan. Langit-langit runangan lampu hias digantung ditengah ruangan dihidupkan selama distro beroperasi, warna kuning putih dari lampu hias dan lampu LED membuat lapisan kayu pada lantai, tembok, dan lemari terlihat cerah ada suasana santai, lembut diruangan tersebut. Suasana sejuk terasa didalam ruangan dengan AC/ pendingin ruangan yang mengharuskan pintu distro tertutup rapat. Sementara ruangan lain pada Distro SnugxRaw, yaitu ruangan RAW LABS terhubung dengan ruang SNUG STORE tanpa melalui sebuah pintu. Sebuah
ruang
yang
terdapat
ditengah
ruang
SNUG
STORE
dapat
menghubungkan langsung dengan ruang RAW LABS. Ruangan RAW LABS sepenuhnya berwarna hitam pekat pada tembok yang dihiasi tulisan motivasi yang ditulis dengan kapur. Terdapat dua meja dimodifikasi dari bahan kayu dan besi diletakkan pada bagian tengah ruangan yang digunakan untuk display kaos yang dilipat, snapback, dan tas. Terdapat rak berbentuk kubus yang disusun panjang membentuk persegi panjang sebagai tempat snapback dan juga tas. Pada kedua sisi diletakkan rak berbahan kayu dengan warna hitam untuk display tas dan pouch, selain rak terdapat gantungan pakaian dari kayu yang menempel pada dingding dengan hanger kaos-kaos tergantung rapi. Kemudian hiasan kamera diletakkan sebagai hiasan pada sebuah papan warna hitam dan ruangan dengan minim cahaya. Selain diruangan SNUG STORE, terdapat fittingroom diruangan RAW LABS terletak dipojok bersebelahan dengan ruang kecil yang juga sebagai gudang penyimpanan peralatan dan stock barang distro. Ruangan Distro RAW
66
Universitas Sumatera Utara
LABS dengan warna hitam yang mendominasi memberi suasana gelap, rock, metal dan yang sealiran
dengan pencahayaan yang minim, berbeda diruang
SNUG STORE. Seperti yang diungkapkan oleh Bang Mbeng (22 tahun), karyawan Distro SnugxRaw: “Ini bang dua toko berbeda,desain distro dibuat agar membedakan antara SNUG STORE dan RAW LAB’S yang menjadi konsep tersendiri dari Distro SnugxRaw.”
Gambar 2: Distro SnugxRaw Sumber: Dokumentasi Penulis
2.3.2. Sejarah dan Gambaran Umum Distro LOCCAL Distro LOCCAL salah satu distro yang menjual produk yang sama dengan nama distro sebagai tempat pemasaran produk. Pada awalnya nama LOCCAL tidak digunakan sebelum pada akhirnya pada tahun 2009 nama distro yang sebelumnya adalah Dewarna diganti menjadi Distro LOCCAL. Distro LOCCAL
67
Universitas Sumatera Utara
didirikan di Kota Bandung oleh seorang pria bernama Doly Bajora Matondang yang berasal dari Kota Medan dan menghabiskan masa sekolah hingga SMP di Kota Medan. Sebelum akhirnya mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi di Kota Bandung, selain sebagai pengusaha distro beliau juga seorang dance jokey (DJ) dan memilki pengalaman selama kurang lebih lima tahun bekerja sebagai orang konveksi yang mengerjakan pesanan kaos untuk keperluan tertentu, seperti untuk kegiatan kampus, sekolah, sampai event komunitas. Sepert yang diungkapkan oleh Bang Fadil (27 tahun) yang mengatakan: “Yang punya di Bandung bang, dulunya bukan LOCCAL namanya, dulunya Dewarna namanya bang. Pada 2009 baru ganti nama sama pemiliknya, bos Doly orang medan juga dulu sekolah di Medan sampai SMP baru pindah ke Bandung bang. Sebelumnya dia orang konveksi kerja kurang lebih lima tahun buat buat baju gitu pesanan orang kemudian ada keiinginan dia untuk membuka usaha sendiri tapi dengan memakai merek dari dia sendiri.” Pengalaman berada pada dunia konveksi mendorong keinginan untuk mendirikan Distro LOCCAL di Kota Bandung, yang pada awalnya diberi nama Dewarna sebelum diganti menjadi LOCCAL. Sebagai sebuah merek yang memproduksi pakaian untuk toko sendiri, LOCCAL memiliki keinginan dari pemilik merek dan Distro LOCCAL untuk mendirikan satu distro untuk satu kota. Keinginan ini diawali dengan mendirikan Distro LOCCAL pada beberapa kota besar yang terdapat di Indonesia, termasuk diantaranya adalah Kota Medan. Pemilik Distro LOCCAL atau merek LOCCAL sendiri melakukan riset sebelum mendirikan Distro LOCCAL di Kota Medan dengan terlebih dahulu bertanya
68
Universitas Sumatera Utara
kepada sanak keluarga yang terdapat di Kota Medan. Salah satu yang menjadi pertimbangan sebelum mendirikan Distro LOCCAL di Kota Medan adalah pemilihan lokasi yang strategis. Hingga pada tahun 2014 pemilik, yaitu Doly Bajora Matondang atas anjuran dari beberapa sanak saudara di Kota Medan untuk mendirikan Distro LOCCAL dikawasan Jalan Dr. Mansyur Kota Medan. Dalam penuturan Bang Fadil (27 tahun) mengatakan: “bos saya bang setelah membuka Distro LOCCAL di Kota Bandung ada keinginan untuk membuka Distro yang sama dikota-kota besar di Indonesia. Kalo di Medan sendiri, dia melakukan survei menanyakan sanak keluarga hingga kemudian keluarga saran membuka Distro di Dr. Mansyur bang. Barulah pada tahun 2014 Distro LOCCAL didirikan di sini.” Kota Bandung menjadi pusat Distro LOCCAL yang menaungi beberapa cabang Distro LOCCAL di kota-kota besar Indonesia. Termasuk di Kota Medan yang didirikan pada tahun 2014 yang dipercayakan kepada Bang Muhammad Fadhil yang bertindak sebagai manajer untuk mengontrol barang distro dan keungan distro, serta memiliki peranan dominan disamping karyawan distro. Seperti yang dikatakan Bang Fadil (27 tahun) : “Awalnya saya kenal dengan bos saya ketika teman saya yang kebetulan teman bos mengenalkan saya kepada si bos nih bang. Ketika diberi kepercayaan sebagai manajer untuk mengelola saya sudah mendapati bangunan Distro LOCCAL yang sudah ada dengan desain seperti ini bang.” Distro LOCCAL merupakan distro yang menjual produk pakaian dengan merek LOCCAL yang sudah terlebih dahulu dikenal sebagai sebuah merek yang
69
Universitas Sumatera Utara
memproduksi pakaian mulai dari bagian atasan sampai bawahan. Sebagai merek pakaian yang memasarkan produk buatan lokal Indonesia, LOCCAL sebagai sebuah merek produksi pakaian memiliki standar produksi sendiri dan sudah dapat diterima dalam masyarakat terutama pada pasar konsumen di Kota Bandung. Keinginan untuk memajukan dan untuk mengenalkan produk pakaian hasil produksi LOCCAL dilakukan dengan cara membuka cabang dengan tujuan sebagai lahan bagi konsumen yang ingin menggunakan produk-produk dari LOCCAL, dalam hal ini Distro LOCCAL bertindak sebagai distribution store untuk produk LOCCAL itu sendiri. Untuk cabang Distro LOCCAL di Kota Medan terletak diantara Black Gold dan sebuah gang yang sering disebut sebagai lokasi lontong gang dan terdapat lahan parhir Benz cafe, serta berada diseberang MOORKOV Cafe. Distro ini memiliki pelataran yang lebih tinggi dari permukaan pinggir jalan raya serta kecil terdapat meja besi kecil dan dua kursi besi. Terdapat baliho yang bertuliskan logo LOCCAL yang memenuhi satu baliho yang dapat dilihat oleh pengguna jalan raya yang melintas lewat Jalan Dr. Mansyur. Distro ini berukuran kecil dengan atap yang rendah dan terisolasi oleh dinding dua tempat usaha yang menghimpit. Karena berada diantara, distro ini kekurangan pencahayaan pada bagian pelataran distro. Distro ini sendiri memiliki tampilan kaca bening sebagai wajah depan yang memungkinkan konsumen melihat display pakaian dari luar distro. Pintu distro dengan sistem dorong untuk masuk dan tarik untuk keluar dengan bahan dari kaca berbingkai kayu menjadi akses keluar masuk distro.
70
Universitas Sumatera Utara
Pintu masuk berhadapan dengan pintu kasir, hanya berjarak lima meter saja penjaga toko atau karyawan atau kasir toko dapat menyambut konsumen yang datang mengunjungi distro. Kasir dilengkapi dengan meja yang terdapat unit komputer lengkap dengan perlatan tulis menulis. Ada sebuah ruang dibelakang meja kasir, ruang minim pencahayaan digunakan sabagai tempat menyimpan stock barang pakaian-pakaian Distro LOCCAL. Disamping kasir dengan gorden berbentuk persegi menjadi area fittingroom sebagai tempat konsumen mencoba dan melihat sendiri tampilan pakaian Distro LOCCAL ketika digunakan konsumen lewat sebuah cermin besar didalam fittingroom tersebut. Ditengah ruangan distro yang terlihat sempit dengan langit ruangan yang rendah dilengkapi lampu ditengah dan beberapa lampu sorot yang menghiasi sudut dan sisi ruangan distro. Pada bagian tengah distro terdapat meja yang tersusun dari balok kayu menjadi meja beukuran besar yang mampu menampung display sepatu kulit, topi dan ikat pinggang. Pada bagian sisi tembok dekat dengan kasir terdapat empat bagian gantungan pakaian dari besi menempel pada tembok menjadi tempat deretan hanger koleksi kaos dengan variasi harga yang berbeda beda. Pada sisi lain tembok ruangan terdapat gantungan besi yang mengikuti panjang sisi ruangan, terdapat deretan hanger flanel. Pada bagian depan yang menghadap langsung kekaca distro terdapat sebuah papan kayu yang disusun dan dimodifikasi supaya dapat berdiri menghadap kekaca distro, koleksi kemeja polos dan kemeja koko dapat dilihat. Mayoritas pakaian yang dijual adalah pakaian pria, namun pada sisi tembok ruangan dekat dengan pintu masuk keluar distro terdapat koleksi kemeja dan
71
Universitas Sumatera Utara
sweaterwanita dan pria. Tidak banyak display pakaian untuk wanita pada Distro LOCCAL dibanding koleksi display pakaian pria, hal ini Distro LOCCAL yang ada di Medan fokus pada fashion pria.
Gambar 3: Distro LOCCAL Kota Medan
Sumber: Akun Instagram Sanuka Fadhil
2.3.3. Jalan Dr. Mansyur salah satu Pusat Distro Kota Medan Kawasan Jalan Dr. Mansyur sebagai salah satu jalan lintas menjadi lokasi yang strategis lokasi berdirinya tempat usaha tidak terkecuali distro sebagai salah satu toko yang memasarkan
produk pakaian. Kawasan Jalan Dr. Mansyur
sebelum seperti sekarang ini hanya sebuah jalan protocol biasa yang tidak ramai dengan usaha ekonomi. Kehadiran lokasi-lokasi produktif secara ekonomi yang menawarkan fasilitas yang cocok untuk kalangan anak muda Kota Medan untuk menghabiskan waktu luang dari penatnya hiruk pikuk kota. Café, Restoran, atau tempat
72
Universitas Sumatera Utara
nongkrong dengan fasilitas yang tidak mewah menjadi stimulus untuk mendatangkan anak muda Kota Medan untuk datang berkunjung ke lokasi yang jauh dari ramainya aktivitas Kota Medan. Hal ini juga yang mendorong pelaku usaha untuk memilih kawasan Jalan Dr. Mansyur sebagai lokasi untuk mengembangkan usaha yang mampu menarik minat anak muda untuk datang berkunjung. Distro dengan konsep pakaian yang identik dengan aktivitas anak muda perkotaan menjadi salah satu bentuk usaha yang banyak dijumpai dikawasan Jalan Dr. Mansyur. Terlihat jelas pada setiap sisi badan jalan berdiri toko berukuran sedang sampai kecil dengan baliho atau plangkat besar diletakkan didepan toko bertuliskan nama setiap distro. Para pengguna jalan yang sedang melintas dari Simpang Setia Budi ke Simpang Kampus atau sebaliknya dapat melihat etalase distro dengan bagian depan toko terdapat kaca bening dan pintu kaca bening, sehingga terlihat dalam distro terdapat display produk pakaian dan dekorasi toko dengan lampu terang sampai lampu neon dengan berbagai warna sesuai konsep dari sebuah distro. Distro dikawasan Jalan Dr. Mansyur sering waktu ada yang tutup dan digantikan dengan wajah baru dari sebuah konsep distro yang berbeda. Seperti Distro Elevate di lokasi yang dekat dengan Hotel Raz sudah lama tutup dan dilokasi yang sama terdapat Distro Ouval Research tidak genap satu tahun berdiri. Kemudian Distro Flangship sudah tutup pada lokasi yang sama berdiri usaha yang bergerak dalam bidang pakaian dengan label Crayon.
73
Universitas Sumatera Utara
Kawasan Jalan Dr. Mansyur terdapat juga cabang dari distro yang terdapat di kawasan Jalan Halat, yaitu Kontjo One. Selain itu dikawasan startegis Jalan Dr. Mansyur terdapat empat distro dengan kepemilikan satu orang, diantaranya Distro Victory yang menjadi tentangga dari Distro BOX 19 dan pada satu lokasi di epicentrum
terdapat Distro S.T.O.R.E menyusul kemudian terdapat Distro
Rumah Sepatu yang memasarkan khusus produk sepatu. Selain itu juga terdapat distro yang menjadi cabang yang memasarkan produk dari suatu merek dengan nama yang sama dengan distro, seperti Distro LOCCAL pusatnya di Kota Bandung dan Distro Ouval Research pusatnya di Bandung. Sebagai lokasi yang identik dengan anak muda perkotaan kawasan Jalan Dr. Manyur ini menjadi lokasi berdirinya kampus terbesar yang memiliki banyak mahasiswa dengan taraf umur tergolong pada usia anak muda, yaitu Kampus Universitas Sumater Utara disamping terdapat beberapa sekolah taraf SMP dan SMA yang semakin membuat kawasan ini menjadi kawasan yang strategis dengan usaha berbasis anak muda perkotaan, termasuk distro. Melihat situasi dan kondisi setiap harinya di kawasan Jalan Dr. Mansyur ini mendorong peneliti untuk memilih distro yang terdapat di kawasan Jalan Dr. Mansyur sebagai lokasi penelitian. Dimana distro pada kawasan Jalan Dr. Mansyur ini saling bersaing untuk menawarkan produk pakaian kepada para konsumen yang setiap harinya melintas melewati kawasan Jalan Dr. Mansyur. Disamping terdapat konsep distro yang berbeda dengan produk pakaian yang sudah memiliki konsep sendiri yang akan dipasarkan dengan kualitas produksi lokal.
74
Universitas Sumatera Utara