BAB II PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MATERI RIYA DAN NIFAK DAN METODE SIMULASI
A. Pembelajaran Aqidah Akhlak 1. Pengertian Aqidah Akhlak Aqidah adalah bentuk masdar dari kata “aqada, ya`qidu, `aqdanaqidatan” yang berarti simpulan, ikatan sangkutan, perjanjian, dan kokoh. Ibnu Taimiyah dalam buku “aqidah al-wasithiyah” menerangkan makna aqidah dengan suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap tidak dipengaruhi oleh keraguan dan tidak juga dipengaruhi syakwasangka.1 Pengertian lain pembelajaran aqidah akhlak adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk dapat menyiapkan peserta didik agar beriman terhadap ke-Esaan Allah SWT, yang berupa pendidikan yang mengajarkan keimanan,
masalah
ke-Islaman,
kepatuhan
dan
ketaatan
dalam
menjalankan syari’at Islam menurut ajaran agama, sehingga akan terbentuk pribadi muslim yang sempurna iman dan Islamnya. 2 Menurut Hasan al-Banna, sebagaimana dikutip oleh Yunahar Ilyas, ”Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan”. 3 Aqidah itu harus mendatangkan ketentraman jiwa. Artinya lahirnya seseorang bisa saja pura-pura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak 1
Said bin Ali bin Wahfi Al Qahthany, Syarh Al-‘Aqidah Al-Wasith Syaikhal Islam Ibnu Taimiyah. Studi tentang ‘Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah. shirotholmustaqim.files. wordpress.com. diakses 30 Januari 2015 2 Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 259. 3 Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 1995), hlm. 1.
19
20 akan mendatangkan ketenangan jiwa. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa aqidah adalah dasar keyakinan atau pokok kepercayaan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yang berarti perangai, tabi`at, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama. 2. Pengertian Aqidah Akhlak Aqidah Akhlak merupakan pembelajaran penting bagi setiap manusia dalam proses pendidikan, dengan tujuan Aqidah Akhlak yang pernah
dipelajari
dapat
menjadi
pedoman
hidup
dalam
rangka
menyempurnakan Iman. Dapat dikatakan akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk disebut akhlak yang tercela seseuai dengan pembinaannya. Mata pelajaran Aqidah Akhlak, sebagaimana tercantum dalam Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, adalah salah satu bagian mata pelajaran pendidkan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk memahami, meyakini dasar aqidah Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya. Pendidikan agama Islam (PAI) di Madrasah Tsanawiyah yang terdiri atas empat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Al-Qur’an-Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek akidah
21 menekankan
pada
kemampuan
memahami
dan
mempertahankan
keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilainilai al-asma’ al-husna. Aspek Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek Fikih dan aspek Tarikh & kebudayaan Islam.4 Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitabkitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qadla dan Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al Asma’ al-Husna dengan menunjukkan ciriciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Secara
substansial
mata
pelajaran
Akidah-Akhlak
memiliki
kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-Akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu,
4
http://hdhenok.blogspot.com/2009/10/perangkat-pembelajaran.html Januari 2015.
diakses
tgl
27
22 bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi. 5 Sebagai bagian dari pendidikan Islam di Madrasah, pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah memilki tujuan sebagai berikut: a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. b. Mewujudkan
manusia
Indonesia
yang
berakhlak
mulia
dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam. 6 Adapun Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Akidah-Akhlak: a. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan terhadap rukun iman melalui pembuktian dengan dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al-Asma’ al-Husna dengan menunjukkan ciriciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam fenomena kehidupan dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Membiasakan akhlak terpuji seperti ikhlas, taat, khauf, taubat, tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur, qana’ah, tawadlu’, husnudzan, tasamuh, ta’awun, berilmu, kreatif, produktif dan pergaulan remaja, serta menghindari akhlak tercela seperti riya, nifaq, ananiah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam, ghibah, fitnah dan namimah.
5
Ibid. Ibid.
6
23 B. Riya dan Nifaq 1. Pengertian Riya Kata riya berasal dari bahasa Arab Arriyaa’u yang berarti memperlihatkan atau pamer, yaitu memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik barang maupun perbuatan baik yang dilakukan, dengan maksud agar orang lain dapat melihatnya dan akhirnya memujinya. Kata lain yang mempunyai arti serupa dengan riya ialah sum’ah. Kata sum’ah berasal dari bahasa Arab Assum’atu atau Sum’atun yang berarti kemasyhuran nama, baik sebutannya. Orang yang sum’ah dengan perbuatan baiknya, berarti ingin mendengar pujian orang lain terhadap kebaikan yang dilakukan. Dengan adanya pujian tersebut, akhirnya masyhurlah nama baiknya di lingkungan masyarakat. Dengan demikian, pengertian sum’ah sama dengan riya. Orang yang riya berarti juga sum’ah, yakni ingin memperoleh komentar yang baik atau pujian dari orang lain atas kebaikan yang dilakukan.7 Riya adalah melakukan amal bukan karena mengharap ridha Allah, tetapi mencari pujian dan popularitas di mata manusia. Riya merupakan bentuk syirik kecil yang dapat merusak dan membuat ibadah serta kebaikan yang dilakukan tidak bernilai di hadapan Allah. Sikap ini muncul karena orang tak paham tujuan ibadah dan amal yang dilakukan. Setiap ibadah, amal, dan aktifitas lain dalam Islam, harus dilakukan demi mencari ridha Allah SWT. Riya muncul akibat kurang iman kepada Allah dan hari akhirat serta ketidakjujuran menjalankan agama. Ia beribadah kerana ingin dipandang 7
Ibrahim, Membangun Akidah dan Akhlaq Kelas VII (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), Jilid I, hlm. 98.
24 sebagai orang taat dan saleh. Sikap riya sangat merugikan karena kebaikan dan ketaatan yang dilakukan tidak bernilai di sisi Allah. 8 a. Macam-macam riya sebagai berikut: 1) Riya dalam niat Maksudnya adalah berniat sebelum melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut dipuji oleh orang lain. Padahal niat sangat menentukan nilai suatu pekerjaan. Jika pekerjaan baik dengan niat karena Allah, maka perbuatan itu mempunyai nilai di sisi Allah, dan jika perbuatan itu dilakukan karena hal lain seperti ingin mendapat pujian, maka perbuatan itu tidak memperoleh pahala dari Allah SWT. 2) Riya perbuatan Contoh perbuatan ini seperti ketika akan mengerjakan shalat, seseorang
akan
tampak
memperlihatkan
kesungguhan
dan
kerajinan, namun alasannya takut dinilai rendah dihadapan guru dan orang lain. Dia melaksanakan shalat dengan khusuk dan tekun disertai harapan dan mendapat perhatian, sanjungan, dan pujian dari orang lain. Orang yang riya dalam shalat akan celaka. Firman Allah SWT, dalam surat Al Nisa’ ayat 142: “Sesungguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (Q.S. Al-Nisa’ 142.) 9
8
Arif Supriono, Seratus Cinta Tentang Akhlaq (Jakarta: Replubika, 2004), hlm. 17... Abdul Aziz, Mushaf Al-Qur’an Terjemah (Jakarta: Departemen Agama RI, 2002), hlm.
9
102.
25 Beberapa ciri orang yang mempunyai sifat riya dalam perbuatan yaitu sebagai berikut : a) Tidak akan melakukan perbuatan baik seperti bersedekah bila tidak dilihat orang. b) Beribadah hanya sekadar ikut- ikutan. Hal itu pun dilakukan jika berada di tengah- tengah orang banyak. Sebaliknya, ia akan malas beribadah bila sedang sendirian. c) Terlihat tekun dan bertambah motivasinya dalam beribadah jika mendapat pujian Sebaliknya, mudah menyerah jika dicela orang. d) Senantiasa berupaya menampakkan segala perbuatan baiknya agar diketahui orang banyak. Semua pelaksanaan ajaran agama adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri, baik yang berupa pelaksanaan perintah maupun meninggalkan larangan. Setiap pelanggaran terhadap larangan agama, pasti berakibat buruk bagi pelakunya. Suatu ibadah yang tercampuri oleh riya, maka tidak lepas dari tiga 3 keadaan: 1) Yang menjadi motivator dilakukannya ibadah tersebut sejak awal adalah memang riya seperti misalnya seorang yang melakukan sholat agar manusia melihatnya sehingga disebut sebagai orang yang shalih dan rajin beribadah. Dia sama sekali tidak mengharapkan pahala dari Allah. Yang seperti ini jelas merupakan syirik dan ibadahnya batal. 2) Riya tersebut muncul di tengah pelaksanaan ibadah. Yakni yang menjadi motivator awal sebenarnya mengharapkan pahala dari Allah namun kemudian di tengah jalan terbersitlah riya.
26 3) Riya tersebut muncul setelah ibadah itu selesai dilaksanakan. Yang demikian ini maka tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap ibadahnya tadi. 10 2. Pengertian Nifaq Nifaq secara bahasa berasal dari kata naafaqa,dikata pula berasal dari kata an-nafaqa (nafaq) yaitu lubang tempat bersembunyi. Nifaq menurut syara’ yaitu menampakkan Islam dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dinamakan demikian karena dia masuk pada syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain. 11 Karena itu Allah memperingatkan dengan firman-Nya dalam Surat At-Taubah Ayat 67: “Orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan. Sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang Munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafiq itu adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. At-Taubah: 67) 12 Menurut istilah, nifaq berarti sikap yang tidak menentu, tidak sesuai antara ucapan dan perbuatan. Orang yang memiliki sifat nifaq disebut munafiq. Munafiq sering tidak tertentu, susah diketahui kebenaran ucapannya, sebagaimana susahnya mengetahui tembusan lubang tikus di padang pasir. Oleh sebab itu, orang lain sering tertipu dengan ucapan atau perbuatannya yang tidak menentu. Islam menegaskan bahwa nifaq amat tercela, baik dalam pandangan Allah maupun sesama manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat, sejak
10
Miztalie, Macam-macam Akhlaq Tercela, http://Poke.Blogspot.Com, download 27 Desember 2014.. 11 Ustadz Yazid bin Abdul Qadir, Nifaq dan Jenis-jenisnya, http://salafiyunpad. wordpress.com, download 27 Desember 2014.. 12 Abdul Aziz, op.cit, hlm. 198.
27 zaman Rasulullah SAW. Sampai sekarang, bahan sampai akhir zaman, munafiq
sering
menjadi
musuh
dalam
selimut
yang
sangat
membahayakan. Rasulullah SAW. menjelaskan bahwa ciri-ciri munafiq ada tiga macam yaitu apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, apabila dipercaya ia berkhianat. Perlu diketahui bahwa munafiq pandai bersilat lidah dan memutarbalikkan persoalan sehingga banyak orang terpedaya karenanya. Kepandaian bersilat lidah sebagai hasil dari sikapnya yang selalu mendua (bermuka dua). Disamping itu, munafiq juga suka mengobral janji terhadap orang lain, tetapi janji-janjinya banyak yang dingkari sendiri. 13 Nifaq terbagi menjadi dua, yaitu: a. Nifaq besar Nifaq besar yaitu menampakkan keislaman dengan lisannya, tetapi sebenarnya hati dan jiwanya mengingkari. Yang termasuk perbuatan nifaq besar di antaranya: 1) Mendustakan
Rasulullah
shallallaahu
‘alaihi
wa
sallam,
mendustakan sebagian dari seluruh ajaran yang beliau sampaikan. 2) Membenci ajaran Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam atau membenci sebagian dari ajaran yang beliau sampaikan. 3) Merasa senang dengan kekalahan Islam dan merasa benci dengan tersebar dan menangnya Islam. Orang yang melakukan perbuatan nifaq besar ini akan mendapatkan azab yang lebih berat dari orangorang kafir, karena bahaya mereka lebih besar. b. Nifaq kecil Seseorang dikatakan melakukan perbuatan nifaq kecil bila dia melakukan sebagian perbuatan yang menjadi ciri dan karakter orang13
Ibrahim, Op.cit, hlm. 102.
28 orang munafiq tulen. Ada empat hal, jika keempatnya ada pada diri seseorang, maka dia adalah seorang munafiq tulen, namun bila dari keempat itu hanya ada satu saja pada seseorang, maka dia hanya dikatakan memiliki sifat nifaq yang mestinya dia tinggalkan. (Keempat hal itu adalah)” dusta ketika berbicara, ingkar janji, khianat ketika mengadakan kontrak kerjasama, dan culas dalam berdebat. Nifaq kecil tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam, tetapi itu termasuk dosa besar yang harus dijauhi. 14 3. Akibat buruk dari sifat riya dan nifaq Semua pelaksanaan ajaran agama adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri, baik yang berupa pelaksanaan perintah maupun meninggalkan larangan. Setiap pelanggaran terhadap larangan agama, pasti berakibat buruk bagi pelakunya. Adapun akibat buruk riya antara lain sebagai berikut: a. Menghapus pahala amal baik, sebaimana dijelaskan dalam Q.S. Al Baqarah ayat 262. “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. Al-Baqarah: 262). 15 b. Mendapat dosa besar karena riya termasuk perbuatan syirik. c. Tidak selamat dari bahaya kekafiran karena riya sangat dekat hubungannya dengan sikap kafir. 16
14
Adi Abdullah, Sifat Nifaq, http:// Wordpress.com.download 27 Desember 2014.. Abdul Aziz, op.cit., hlm. 45 16 Ibrahim, op.cit., hlm. 100. 15
29 Sifat riya dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Sifat riya yang membahayakan terhadap diri sendiri di antaranya ialah sebagai berikut : a. Selalu muncul ketidakpuasan terhadap apa yang telah dilakukan. b. Muncul rasa hampa dan senantiasa gelisah ketika berbuat sesuatu. c. Menyesal
melakukan
sesuatu
ketika
orang
lain
tidak
memperhatikannya. d. Jiwa akan terganggu karena keluh kesah yang tiada hentinya. Adapun bahaya riya yang dapat menimpa orang lain akan terlihat ketika orang yang pernah dibantunya kemudian diumpat, diolok-olok, dan dihina atau dicaci maki oleh orang yang membantu dengan riya. Dia mencaci maki atau mengungkit-ungkit pemberiannya karena disanjung dan dipuji atau karena tidak tercapai harapan sesuai dengan apa yang dikehendaki sehingga orang yang dicaci-maki itu akan tersinggung dan akhirnya terjadilah perselisihan permusuhan di antara keduanya. Oleh karena itu, perbuatan riya sangat merugikan karena Allah SWT tidak akan menerima dan memberi pahala atas perbuatannya. Begitulah bahaya dari sifat riya, bahkan riya itu dapat dikatakan sebagai syirik khafi artinya syirik ringan karena mengaitkan niat untuk melakukan sesuatu perbuatan kepada sesuatu selain Allah SWT. 17 Sebagaimana sifat tercela yang lain, nifaq pun berakibat buruk bagi diri sendiri dan orang lain. Adapun sifat nifaq, antara lain sebagai berikut: a. Bagi diri sendiri 1) Tercela dalam pandangan Allah SWT, dan sesama manusia sehingga dapat menjatuhkan nama baiknya sendiri.
17
Farid Muhikra, Sifat-sifat Tercela, http://blogspot.com, download 28 Desember 2014.
30 2) Hilangnya kepercayaan diri orang lain atas dirinya. 3) Tidak disenangi dalam pergaulan hidup sehari-hari. 4) Mempersempit jalan untuk memperoleh rizki karena orang lain tidak mempercayai lagi. 5) Mendapat siksa yang amat pedih kelak dihari akhir. b. Bagi orang lain 1) Menimbulkan kekecewaan hati sehingga dapat merusak hubungan persahabatan yang telah terjalin baik. 2) Membuka peluang munculnya fitnah karena ucapan atau perbuatannya yang tidak menentu. 3) Mencemarkan nama baik keluarga dan masyarakat sekitarnya sehingga merasa malu karenannya. 18 4. Cara menghindari sifat riya dan nifaq a. Riya Kita ketahui pula bahwa riya adalah termasuk perusak jiwa dan hati yang amat besar sekali. Oleh sebab keadaannya memang nyatanyata sangat membahayakan, maka teranglah bahwa riya itu wajib dilenyapkan sama sekali dan dijebol sampai ke akar-akarnya dari dalam hati. Sudah diketahui bahwa bahaya riya sangatlah besar, dan kita sebagai umat muslim sudah selayaknya untuk menghindari perbuatan riya tersebut, diantaranya adalah dengan cara mempersiapkan niat hanya karena Allah saja, tidak menampakkan ibadah kecuali untuk memberi contoh dan di waktu orang banyak melakukannya. 19
18
Ibrahim, Op.cit., hlm. 103 Ahmad fauzani, Materi Akhlak Tercela, http://wordpress.com. download, 27 Desember
19
2014.
31 Ada pun cara lain untuk menghindari sifat riya antara lain: 1) Melatih diri untuk beramal secara ikhlas, walaupun sebesar apa pun yang dilakukan. 2) Mengendalikan diri agar tidak merasa bangga apabilaada orang lain memuji amal baik yang dilakukan. 3) Menahan diri agar tida emosi apabila ada orang lain yang meremehkan kebaikan yang dilakukan. 4) Tidak suka memuji kebaikan orang lain secara berlebih-lebihan karena hal itu dapat mendorong pelakunya menjadi riya atas kebaikannya. 5) Melatih diri untuk bersedekah secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari sanjungan orang lain. b. Nifaq Menghindarkan diri dari sifat nifaq harus menjadi watak setiap muslimin dan muslimat. Adapun upaya untuk menghindarkan diri dari sifat nifaq antara lain selalu menyadari bahwa: 1) Nifaq merupakan larangan agama yang harus dijauhi dalam kehidupan sehari-hari. 2) Nifaq akan merugikan diri sendiri dan orang lain sehingga dibenci dalam kehidupan masyarakat. 3) Nifaq tidak sesuai dengan hati nurani manusia (termasuk hati munafiq sendiri) 4) Kejujuran menentramkan hati dan senantiasa disukai dalam pergaulan. 20
20
Ibrahim, op.cit. hlm 104.
32 B. Pembelajaran dengan Metode Simulasi Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung bagaimana proses belajar mengajar yang dialami siswa. 21 Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakantindakan yang berhubungan dengan belajar. Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan, dengan cara mengolah bahan ajar. Para ahli psikolog dan guru-guru pada umumnya memandang belajar sebagai kelakuan yang berubah, pandangan ini memisahkan pengertian yang tegas antara pengertian belajar dengan kegiatan yang semata-mata bersifat hapalan. 22 Oemar Hamalik, dalam buku Proses Belajar Mengajar, mendefinisikan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
23
Pengertian ini menitik-beratkan pada interaksi siswa
dengan lingkungan sehingga tercapai apa yang disebut pembelajaran. Pembelajaran pada dasarnya rekayasa untuk membantu siswa agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan maksud penciptaannya. Mengingat belajar merupakan proses bagi siswa membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan siswa untuk melakukan hal tersebut dengan lancar dan penuh motivasi.
21
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi (Jakarta: PT Rineke Cipta, 1995), hlm. 1. 22 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: CV Alfabeta, 2003), hlm. 12. 23 Oemar Hamalik, Proses Belajar Menagajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), hlm. 28.
33 1. Faktor yang mempengaruhi belajar Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan tiga macam yaitu faktor internal, faktor eksternal, faktor pendekatan belajar. 24 a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari diri siswa sendiri meliputi aspek fisiologi, dan aspek psikologis. Faktor fisiologi juga sering disebut dengan kondisi fisik yang berkaitan dengan fungsi organ tubuh yang kurang sehat atau abnormal dapat mempengaruhi proses belajar mengajar. Sebagai contoh kondisi tubuh yang lemah karena kepala pusing dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajari kurang atau tidak berbekas. Faktor psikologi diantaranya adalah tingkat kecerdasaan siswa yang akan mempengaruhi tingkat penyerapan pelajaran yang disampaikan guru. Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar, dalam situasi yang sama siswa yang mempunyai tingkat inteligensi tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi rendah. 25 Ada kemungkinan tingkat inteligensi tinggi tidak berhasil dalam belajar dikarenakan ada faktor penghambat yang lain. Sikap siswa yang cenderung negatif akan mempengaruhi tingkat pemahaman contohnya jika siswa tidak menyukai mata pelajaran aqidah akhlaq semudah apapun topik bahasan, siswa tersebut akan selalu mengatakan sulit dan tidak berusaha belajar untuk bisa memahami. Tetapi jika 24
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 132. 25 Slameto, op,cit., hlm. 56.
34 siswa tersebut menyukai mata pelajaran aqidah akhlaq sesulit apapun topik bahasan, siswa akan belajar dan akhirnya memahami. b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor ini diambil contoh kecil ketika siswa yang rajin belajar di sekolah berteman dengan siswa yang cenderung tidak suka belajar pada mata pelajaran tertentu, dengan berbagai alasan pada akhirnya siswa yang rajin belajar juga akan ikut malas dalam belajar. Latihan dan ulangan juga dapat mempengaruhi, karena seringkali mengulang sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki dapat menjadi makin dikuasai dan makin mendalam. Sebaliknya, tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang telah dimilikinya dapat menjadi hilang atau berkurang. 26 Karena latihan atau seringnya mengalami sesuatu, seseorang dapat timbul minatnya kepada sesuatu maka makin besar minat makin besar pula perhatiaannya sehingga keinginan belajar lebih tinggi. c. Faktor pendekatan belajar, yakni upaya belajar siswa yang meliputi model dan model yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas proses pembelajaran materi tertentu. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas atau dalam pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkatperangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Kemudian Joyce menyatakan bahwa setiap
26
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990),
hlm. 103.
35 model pembelajaran mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.27 Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. 2. Metode Simulasi a. Pengertian Metode Simulasi Menurut Udin Syaefudin Sa’ud, simulasi adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem
kehidupan
yang
sebenarnya.
Simulasi
memungkinkan
keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.28 Metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar. 29 Dalam pembelajaran yang menggunakan metode simulasi, siswa dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan 27
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif (Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser, 2007),
hlm. 5. 28
Udin Syaefudin, Perencanaan Pendidikan Pendekatan Komprehensif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005) .hlm. 129. 29 Anitah, Sri, W, dkk. Strategi Pembelajaran di SD. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007).hlm. 5.22.
36 berkomunikasi dalam kelompok. Di samping itu, dalam metode simulasi siswa diajak untuk dapat bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Metode simulasi merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Dalam pembelajaran, siswa akan dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Di samping itu, dalam metode simulasi siswa diajak untuk bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Tujuan Metode Simulasi Tujuan metode simulasi dalam pembelajaran adalah: 1) Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, 2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, 3) Melatih memecahkan masalah, 4) Meningkatkan keaktifan belajar, 5) Memberikan motivasi belajar kepada siswa, 6) Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok, 7) Menumbuhkan daya kreatif siswa, dan 8) Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi. 30
30
Ibid.
37 c. Prosedur Penggunaan Metode Simulasi Prosedur yang harus ditempuh dalam penggunaan metode simulasi adalah:31 1) Menetapkan topik simulasi yang diarahkan oleh guru, 2) Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas, 3) Simulasi diawali dengan petunjuk dari guru tentang prosedur, teknik, dan peran yang dimainkan, 4) Proses pengamatan pelaksanaan simulasi dapat dilakukan dengan diskusi, 5) Mengadakan kesimpulan dan saran dari hasil kegiatan simulasi. d. Keunggulan dan Kelemahan Metode Simulasi Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah: 1) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi si-tuasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja. 2) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan. 3) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa. 4) Memperkaya
pengetahuan,
sikap,
dan
keterampilan
yang
diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis. 5) Simulasi
dapat
meningkatkan
gairah siswa
dalam proses
pembelajaran. Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, di antaranya: 31
Ibid.
38 1) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan. 2) Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai sistem hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan. 3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi. 32 e. Jenis-jenis Simulasi Simulasi terdiri dari beberapa jenis, di antaranya:33 1) Sosiodrama. Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalahmasalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya. 2) Psikodrama. Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanantekanan yang dialaminya. 3) Role Playing. Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa 32
Ibid., hlm. 24. Ibid., hlm. 25.
33
39 aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Topik yang dapat diangkat untuk role playing misalnya memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambaran keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi. 4) Peer Teaching. Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman calon guru. Selain itu peer teaching merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya dan salah satu siswa itu lebih memahami materi pembelajaran. 5) Simulasi Game. Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi peraturan yang ditentukan. f. Langkah-langkah Simulasi 1) Persiapan Simulasi a) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi. b) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan. c) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan. d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi. 2) Pelaksanaan Simulasi a) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
40 b) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian. c) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan. d) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan
untuk
mendorong
siswa
berpikir
dalam
menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan. 3) Penutup a) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi. b) Merumuskan kesimpulan. 34
34
Ibid, hlm. 26.