BAB II PEMBAHASAN A.
Tinjauan Teori Medis 1.
Kehamilan a) Pengertian Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkem-bangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhirnya sampai permulaan persalinan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya kehamilan normal 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 terimester yaitu trimester pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan. (Khumaira, 2012; h. 3) b) Diagnosa Kehamilan(Hani, 2010; h. 72) Tanda-Tanda Kehamilan (1) Tanda tidak pasti (presumptive sign). Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat dikenali dari yang dirasakan oleh wanita hami. Terdiri atas: (a) Amenorea (berhentinya menstruasi).
15
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
16
Konsepsi
dan
nidasi
menyebabkan
tidak
terjadi
pembentukan folikel de Graff dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. (b) Mual (Nausea) dan Muntah (Emesis). (c) Ngidam. (d) Syncope (pingsan). (e) Kelelahan. (f) Payudara tegang. (g) Sering miksi. (h) Konstipasi atau obstipasi. (i) Pigmentasi kulit. (j) Epulis. (k) Varices. (2) Tanda kemungkinan hamil. Tanda kemungkinan adalah perubahan fisiologis yang dapat
diketahui
oleh
pemeriksa
dengan
melakukan
pemeriksaan fisik kepada wanita hamil. 1. Pembesaran perut. Esterogen
dan
progesterone
diduga
terutama
bertanggung jawab terhadap pertumbuhan uter-us akibat hyperplasia (peningkatan jumlah sel) selama bulan-bulan
awal
kehamilan.
Terjadi
karena
ada
kombinasi antara hipertrofi (peningkatan ukuran sel) dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
17
pengaruh mekanis tekanan inferior terhadap dinding uterus seiring perkembangan janin di dalam kandungan. 2. Tanda hegar. Adalah pelunakan dan kompresibilitas ismus serviks sehingga ujung-ujung jari seakan dapat ditemukan apabila ismus ditekan dari arah yang berlawanan. 3. Tanda goodell. Adalah
perubahan
konsistensi
(yang
dianalogikan
dengan konsistensi bibir) serviks dibandingkan dengan konsistensi
kenyal
(yang
dianalogikan
dengan
konsistensi hidung) pada saat tidak hamil. 4. Tanda chadwich. Merupakan warna kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina dan seriks. 5. Tanda piscaseck. 6. Kontraksi Braxton hicks. 7. Teraba ballottement. 8. Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) poristif. (3) Tanda pasti kehamilan. Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oelh pemeriksa. 1. Gerakan janin dalam Rahim. 2. Denyut jantung janin.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
18
3. Bagian-bagian janin. 4. Kerangka janin. c) PerubahanFisiologis dan Psikologis(Menurut Varney, 2007) 1. Fisiologis Pada saat ovulasi, ovum dikeluarkan dari folikel de graaf di dalam ovarium. Folikel yang rupture akan mengalami sejumlah perubahan sehingga terbentuk korpus luteum mesntruasi,
yang
secara
progresif
akan
mengalami
degenerasi dan regresi menyeluruh pada menstruasi. Apabila ovum telah dibuahi maka korpus luteum akan dipertahankan oleh produksi gonadotropin korionik (hCG) yang dihasilkan oleh sinsitiotrofoblas di sekeliling blastokis dan korpus luteum kehamilan.Plasenta menghasilkan kadar estrogen dan progesterone tinggi yang dihasilkan oleh plasenta. Progesterone yang dihasilkan oleh korpus luteum sangat diperlukan untuk menyiapkan proses implantasi di dinding uterus dan proses kehamilan dalam trimester pertama sebelum nantinya fungsi ini diambil alih oleh plasenta pada trimester kedua. Progesterone yang dihasilkan dari korpus luteum juga menyebabkan peningkatan suhu tubuh basal yang terjadi setelah ovulasi akan tetap bertahan. Konsentrasi
tinggi
esterogen
dan
progesteron
yang
dihasilkan oleh plasenta menimbulkan perubahan pada
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
19
payudara
(tegang
membesar),
pigmentasi
kulit
dan
pembesaran uterus. Adanya chorionic gonadotropin (hCG) digunakan
sebagai
dasar
uji
imunologik
kehamilan.
Korionik somatotropin (Human Placental Lactogen / hPL) dengan
muatan
laktogenetik
akan
merangsang
pertumbuhan kelenjar susu di dalam payudara dan berbagai
perubahan
Progesterone
metabolic
berperan
dalam
yang
mengiringinya.
perkembangan
sistem
alveoli kelenjar susu. Hipertrofi alveoli yag terjadi sejak 2 bulan pertama kehamilan menyebabkan sensasi nodular pada payudara. Chorionic somatrotopin
dan kedua
hormone ini menyebakan pebesaran payudara yang disertai dengan rasa penuh atau tegang dan sensitive terhadap
sentuhan,
pembesaran
putting
susu
dan
pengeluaran kolostrum. Walaupun tidak diketahui secara pasti pigmentasi kult terjadi akibat efek stimulasi melanosit yang dipicu oleh peningkatan esterogen dan progesterone. Bagian hiperpigmentai adalah putting susu dan aerola di sekitarnya serta umumnya pada linea mediana abdomen, payudara, bokong dan paha. Chloasma gravidarum adalah hiperpigmentasi pada area wajah (dahi, hidung, pipi dan leher). Hal yang terkait dengan perubahan hormonal dan dikaitkan dengan tanda kehamilan adalah rasa mual, muntah yang berlebihan atau hiperpigmentasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
20
Ketidaknyamanan yaitu: Nausea, kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional, penurunan hasrat seksual (libido), perubahan bentuk tubuh dan berat badan. 2. Psikologis (Varney, 2007; Volume 1. h. 502-504) a. Trimester Pertama Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian. Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi, dan kesedihan. b. Trimester Kedua Trimester
kedua
sering
dikenal
sebagai
periode
kesehatan yang baik, yakni periode ketika wanita merasa
nyaman
dan
bebas
dari
segala
ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Terbagi menjadi 2 fase yaitu: pra-quickening dan pascaquickening. c. Trimester Ketiga Trimester ketiga sering disebut periode penan-tian dengan penuh kewaspadaan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
21
d) Fisiologi Pertumbuhan Janin (Williams, 2014; h. 82-84) (a) Minggu ke-12 Uterus biasanya teraba tepat di atas simfisis pubis, dan panjang kepala bokong janin adalah 6 hingga 7. Pusat penulangan telah timbul pada sebagian besar tulang jain, jari tangan dan kaki juga telah berdiferensiasi. Kulit dan kuku telah berkembang dan muncul tunas-tunas rambut yang tersebar. Genitalia eksterna mulai memeperlihatkan tanda pasti jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Janin mulai melakukan pergerakan spontan. (b) Minggu ke-16 Panjang kepala-bokong janin adalah 12 cm, dan berat janin 110 gram. Jenis kelamin telah dapat ditentukan oleh pengamat yang berpengalaman dengan cara isnpeksi genitalia eksterna pada minggu ke-14. (c) Minggu ke-20 Merupakan titik pertengahan kehamilan menurut usia yang diperkirakan dari awal menstruasi terakhir. Janin sekarang memiliki berat badan lebih dari 300 gram, dan berat ini mulai bertambah secara linear. Sejak, titik ini janin bergerak kurang lebih setiap menit dan aktif sekitar 10-30 persel total waktu. Kulit janin telah menjadi kurang transparan, lanugo seperti beledu menutupi seluruh tubuh janin, dan telah terbentuk sebagian rambut di kulit kepala.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
22
(d) Minggu ke 24 Janin sekarang memiliki berat sekitar 630 gram. Kulit secara khas tampak keriput, dan penimbunan lemak dimulai. Kepala masih ralatif besar, alis mata dan bulu mata biasanya dapat dikenali. Periode perkembangan paru-paru, saat membesarnya bronkus dan bronkiolus serta berkembangnya duktus alveolaris, hamper selesai. Janin yang dilahirkan pada periode ini akan berusaha bernapas, tetapi banyak yang akhirnya meninggal karena akus terminalis, yang diperlukan untuk pertukaran gas, belum terbentuk. (e) Minggu ke 28 Panjang kepala-bokong sekitar 25 cm, dan berat janin sekitar 1100 gram. Kulit janin yang tipis berwarna merah dan di tutupi oleh verniks caseosa. Membran pupil baru saja menghilang dari mata, neonatus normal yang dilahirkan pada usia ini memiliki 90% kemungkinan untuk bertahan hidup tanpa fisikk atau neurologi. (f) Minggu ke 32 Janin telah mencapai panjang kepala-bokong 28 cm dan berat sekitar 1800 gram, kulit permukaan masih merah dan keriput.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
23
(g) Minggu ke 36 Panjang rerata kepala-bokong pada janin usia ini adalah sekitar 32 cm, dan berat reratanya sekitar 2500 gram. Karena penimbunan lemak subkutan tubuh mnejadi lebih bulat,
serta
gambaran
keriput
pada
wajah
telah
menghilang. (h) Minggu ke 40 Merupakan periode saat janin dianggap aterm menurut usia yang dihitung dari awitan periode menstruasi terakhir. Janin telah berkembang sempurna. Pnajang rerata kepalabokong adalah sekitar 36 cm, dan berat kira-kira 3400 gram. e) Program dan Kebijakan Teknis(Hani, 2010; h. 9-13) Standar asuhan kehamilan Asuhan antenatal yang baik sangat penting untukhasil kehamilan yang baik karena sebagian besar dari kematian ibu bisa dihindarkan melalui asuhan antenatal, intranatal, dan postnatal yang bermutu tinggi. Standar minimal asuhan kehamilan adalah sebagai berikut: a) Timbang berat badan (T1) Secara perlahan berat badan ibu hamil akan mengalami kenaikan antara 9-13 kg selama kehamilan atau sama dengan 0,5 kg per minggu atau 2 kg dalam sebulan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
24
Penambahan berat badan paling banyak terjadi pada trimester ke II kehamilan. b) Ukur tekanan darah (T2) Tekanan darah normal antara 90/60 hingga 140/90 mmHg dan tidak banyak meningkat selama kehamilan. c) Ukur tinggi fundus uteri (TFU) (T3) Uterus semakin lama semakin membesar seiring dengan penambahan usia kehamilan, pemeriksaan tinggi fundus uteri dilakukan dengan membandingkan HPHT dan diukur menggunakan palpasi uterus bertumbuh kira-kira 2 jari per bulan. d) Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) (T4) Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil guna memberikan kekebalan pada janin terhadap infeksi tetanus pada saat persalinan maupun postnatal.bila seorang wanita hamil selama hidupnya mendapatkan imunisasi sebanyak lima kali berarti akan mendapatka kekebalan seumur hidup. Dengan periode waktu tertentu. Tabel 2.1 Imunisasi Tetanus Toksoid pada Ibu Hamil Antigen
Intervensi (Sedang Waktu Minimal)
Lama Perlindungan
% Perlindungan
TT 1
Pada kunjungan antenatal pertama
-
-
TT 2
4 minggu setelah TT 1
3 tahun
80
TT 3
6 bulan setelah TT 2
5 tahun
95
TT 4
1 tahun setelah TT 3
10 tahun
99
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
25
TT 5
1 tahun setelah TT 4
25 tahun/ seumur hidup
99
Sumber: Asuhan Kebidanan Fisiologi Kehamilan, 2010; h.11 e) Pemberian Tablet Besi (minimum 90 tablet selama kehamilan) (T5) Selama kehamilan seorang ibu hamil minimal harus mendapatkan tablet tambah darah (Fe), karena sulit untuk mendapatkan zat besi dengan jumlah yang cukup dari makanan. f) Pemeriksaan Hb (T6) pada kunjungan pertama pada usia kehamilan 30 minggu. g) Pemeriksaan VDRL (T7). h) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8). i) Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam ibu hamil (T9) j) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10) Temu wicara mengenai persiapan tentang segala sesuatu yang kemungkinan terjadi selama kehamilan penting dilakukan.hal ini penting karena bila terjadi komplikasi dalam kehamilan, ibu dapat segera mendapat pertolongan secara tepat karena kematian ibu sering terjadi karena 3T yaitu sebagai berikut: a) Terlambat mengenali bahaya b) Terlambat untuk dirujuk c) Terlambat mendapat pertolongan yang memadai
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
26
k) Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11). l) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12). m)Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13). n) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14). Standar minimal kunjungan kehamilan Untuk menerima manfaat yang maksimum dari kunjungankunjungan antenatal ini, maka sebaiknya ibu tersebut memperoleh
sedikitnya
4
kali
kunjungan
selama
kehamilan, yaitu sebagai berikut: a) 1 kali pada trimester I b) 1 kali pada trimester II c) 2 kali pada trimester III Tabel 2.2 Kunjungan Kehamilan Kunjungan Trimester pertama
Waktu Sebelum minggu ke-14
Trimester kedua
Sebelum minggu ke-28
Informasi Penting a) Membagun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dengan ibu hamil b) Mendeteksi masalah dan menanganinya c) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonaturum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan. d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk mengahadapi komplikasi. e) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya) Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsi (Tanya ibu tentang gejala-gejala preeklampsi, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
27
Trimester ketiga Trimester ketiga
Antara minggu 28-36
Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda. Sama sperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
Sumber: Asuhan Kebidanan Fisiologi Kehamilan, 2010; h.13. f)
Kegawatdaruratan pada kehamilan: (1) Abortus a) Pegertian Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (Prawihardjo, 2010; h. 460). b) Macam-macam abortus (i) Abortus imminens Adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
masih
baik
dalam
kandungan.
(Prawihardjo, 2010; h. 467) (ii) Abortus insipiens Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran (Prawihardjo, 201; h. 469)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
28
(iii) Abortus inkomplet Abortus yang tidak lengkap atau sebagian konsepsi masih
tersisa
dalam
rahim
yang
dapat
menimbulkan penyulit (Manuaba, 2010; h. 288) (iv) Abortus komplit Semua hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prwaihardjo, 2010; h. 469) (2) Anemia Kekurangan zat besi dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relative mudah, bahkan murah (Manuaba, 2010; h. 237) Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digologkan sebagai berikut: a) Hb 11 g% tidak anemia b) Hb 9-10 anemia ringan c) Hb 7-8 Anemua sedang d) Hb <7 anemia berat (3) Plasenta previa Plasenta dengan implantasi di sekitar segmen bawah Rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum (OUI) (Manuaba, 2010; h. 248).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
29
(4) Solusio plasenta Terlepasnya implantasi
plasenta normal
pada
sebelum
waktunya
kehamilan
dengan
trimester
ke
3
(Manuaba, 2010; h. 254). (5) Kekurangan Energi Kronik (KEK) Ibu kek adalah ibu yang ukuran lilanya <23,5 cm dan dengan salah satu atau beberapa kriteria sebagai berikut: a. Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg. b. Tinggi badan ibu <145 cm. c. Berat badan ibu pada kehamilan trimester III <45 kg. d. Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil <17,00. e. Ibu menderita anemia (Hb<11gr%). 2.
Persalinan A. Pengertian Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan jnin turun ke jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. (Sarwono, 2008. h.100) B. Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Proses
Persalinan(Menurut Sondak, 2013. h. 4-5) 1. Power (Kekuatan) Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu: a) Kekuatan primer (kontraksi involunter)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
30
Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan kontraksi involunter ini antara lain frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi. Kekuatan primer
ini
mengakibatkan
serviks
menipis
(effecemnet) dan berdilatasi sehingga janin turun. b) Kekuatan sekunder (kontraksi volunter) Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan itraabdomen. Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap. Kekuatan ini cukup penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan vagina. 2. Passage (Jalan Lahir) Jalan lahir terbagi menjadi 2, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan bentuk tulang panggul, sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak yaitu segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina, dan introitus vagina.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
31
3. Passenger (Penumpang) Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plsenta. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Sedangkan yang perlu diperhatikan pada plsenta adalah letak, besar dan luasnya. 4. Posisi ibu Posisi ibu dapat memengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak (contoh: posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok) memberi sejumlah keuntungan, salah satunya adalah kemungkinan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Selain itu, posisi ini dianggap dapat mengurangi kejadian penekanan tali pusat. 5. Respons psikologi Respons psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh: a) Dukungan ayah bayi atau pasangan selama prose persalinan. b) Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan. c) Saudara kandung bayi selama persalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
32
C. Tahapan Persalinan(Sondakh, 2013; h. 5-8) 1.
Kala I (pembukaan) Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksiuterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga
serviks
membuka
lengkap
(10cm).
kala
I
persalinan terdiri 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif. a) Fase laten: dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung selama 8 jam, serviks membuka kurang dari 4 cm b) Fase aktif: frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waku 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pemukaan lengkap atau 10 cm. dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 hinggan 2 cm (multipara).kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi menjadi 3 yaitu: a.
Fase Akselerasi :dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b.
Fase Dilatasi Maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm hingga 9 cm.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
33
c.
Fase Deselerasi: pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 jam menjadi lengkap.
2.
Kala II (Kala Pengeluaran Janin) Gejala utama kala II adalah sebagai berikut: a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau vaginanya c.
Perineum menonjol
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah Tanda pasti, kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah: a) Pembukaan serviks telah lengkap b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina 3.
Kala III Pelepasan Plasenta Beberapa cara pelepasan plasenta antara lain: a) Semburan darah secara tiba-tiba b) Tali pusat memanjang. c) Uterus globuler.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
34
Fase pelepasan plasenta: a) Schultze Bagian yang lepas terlebih dulu adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasental hematoma yang menolak
plasenta
mula-mula
bagian
tengah,
kemudian seluruhnya. Menurut cara ini, perdarahan biasanya tidak ada sebelum plasenta lahir dan berjumlah banyak setelah plasenta lahir. b) Duncan Lepasnya plsenta mulai dari pinggir, darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Fase pengeluaran plasenta a) Kustner Dengan meletakkan tangan disertai tekanan di atas simfisis, tali pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti belum lepas. Jika diam atau maju berarti sudah lepas. b) Klein Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat kembali berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
35
c) Strassman Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti plasenta belum lepas, tidak bergetar berarti sudah lepas. Tanda-tanda plasenta telah lepas adalah rahim menonjol di atas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim bundar dank eras, serta keluar darah secara tiba-tiba. d) Manuaba Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah Rahim, sedangkan tanagn kanan memegang dan mengecangkan tali pusat. Saat kedua tangan ditarik berlawanan, dapat terjadi: a.
Tarikan terasa berat dan tali pusat tidak meman-jang, berate plasenta belum lepas.
b.
Tarikan terasa ringan (mudah) dan tali pusat memanjang, palsenta telah lepas
D. Teori Proses Persalinan (Menurut Sondakh, 2013; h. 2-3) 1. Teori penurunan progesterone Kadar hormone progesterone akan mulai menurun pada kira-kira
1-2
minggu
sebelum
persalinan
dimulai.
(Prawihardjo, 2007; h. 181) Terjadinya kontraksi otot polos uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa nyeri yang hebat yang belum
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
36
diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi terdapat beberapa kemun-gkinan, yaitu: a) Hipoksia
pada
myometrium
yang
sedang
berkontontraksi. b) Adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus bagian bawah otot-otot yang saling bertautan. c) Peregangan pendataran
serviks serviks,
pada yaitu
saat
dilatasi
pemendekan
atau
saluran
serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hamper setipis kertas. d) Peritoneum yang berada di atas fundus mengalami peregangan. 2. Teori keregangan Ukuran uterus yang makin membesar dan mengalami peregangan
akan
mengakibatkan
otot-otot
uterus
mengalami iskemia sehingga mungkin dapat menjadi factor yang dapat menganggu sirkulasi uteroplasenta yang pada akhirnya membuat plasenta
mengalami
degenerasi. Ketika uterus berkontraksi dan menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan saluran serviks.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
37
3. Teori oksitosin interna Hipofisis posterior menghasilkan hormone oksitosin. Adanya perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesterone dapat mengubah tingkat sensitivitas otot Rahim dan akan mengakibatkan terjadinya kontraksi uterus yang disebut Braxton Hicks. Penurunan kadar progesterone karena usia kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat. E. Tanda-Tanda Persalinan(Menurut Mochtar, 2012; h.70) 1.
Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
2.
Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
3.
Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4.
Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan telah ada pembukaan.
F. Mekanisme Persalinan 1.
Engagement Ketika diameter biparietal diameter transversal terbesar pada persentasi oksiput melewati apertura pelvis superior disebut engagement. Kepala janin telah mengalami engage selama beberapa minggu terakhir kehamilan atau tidak mengalami engage hingga setelah permulaan persalinan. (Obstetric:Williams, 2014. h. 397).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
38
2.
Penurunan lengkap (descent) Gerakan ini merupakan persyaratan pertama pelahiran neonatus. Pada nulipara, engagement dapat berlangsung sebelum
awitan
persalinan
dan
proses
desensus
selanjutnya dapat tidak terjadi hingga awitan kala dua. Pada perempuan multipara, desensus biasanya dimulai dengan proses engagement. Desensus ditimbulkan oleh satu
atau
beberapa
dari
empat
kekuatan
(Obstetric:Williams, 2014. h. 398) a) Tekanan caian amnion b) Tekanan langsung fundus pada saat kontraksi c) Tekanan bawah otot-otot abdomen maternal d) Ekstensi dan peluruhan tubuh janin 3.
Fleksi Segera setelah kepala yang sedang desensus mengalami hambatan, baik dari serviks, dinding pelvis, atau dasar pelvis, normalnya kemudian terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu mengalami kontak lebih dekat dengan dada janin, dan diameter suboksipitobregmatikum yang lebih pendek menggantikan diameter oksipitofrontalis yang lebih panjang. (Obstetric:Williams, 2014. h. 398).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
39
4.
Rotasi internal Gerakan ini terdiri dari perputaran kepala sedemikian rupa sehingga oksiput secara bertahap bergerak kea rah simfisis pubis di bagian anterior dari posisi awal atau yang lebih jarang, kea rah posterior menuju lengkung sacrum. (Obstetric:Williams, 2012. h. 398).
5.
Ekstensi Kepala
yang
berada
pada
posisi
fleksi
maksimal
mencapai vulva dan mengalami eksternal. Jika kepala yang mengalami fleksi maksimal, saat mencapai dasar pelvis, tidak mengalami ekstensi tetapi melanjutkan berjalan turun, dapat merusak bagian posterior perineum dan akhirnya tertahan oleh jaringan perineum. Namu, ketika kepala menekan dasar pelvis dan simfisis, bekerja lebih kearah anterior. Vector resultan terarah pada pembukaan kepala.
vulva,
Keadaan
sehingga ini,
menimbulkan
menyebabkan
dasar
ekstensi oksiput
berkontak langsung dengan batas inferior simfisis pubis. Dengan distensi progresif perineum dan pembukaan vagina, bagian oksiput perlahan-lahan akan semakin terlihat. Kepala lahir dengan urutan oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu melewati tepi anterior perineum. Segera setelah lahir, kepala mengahadap ke
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
40
bawah sehingga dagu terletak di atas anus maternal. (Obstetric:Williams, 2012. h. 398). 6.
Rotasi Eksternal Setelah kepala lahir, dilakukan restitasi. Jika pada awalnya terarah ke kiri, oksiput berotasi menuju tuber ischiadikum kiri. Jika awalnya terarah ke kanan, oksiput berotasi ke kanan. Restitasi kepala ke posisi oblik diikuti dengan
penyelesaian
rotasi
eksternal
ke
posisi
transversal. Gerakan ini sesuai dengan rotasi tubuh janin dan membuat diameter bisakromnial berkolerasi dengan diameter
anteroposterior
aperture
pelvis
inferior.
Sehingga, salah satu bahu terletak anterior di belakang simfisis pubis, sedangkan bahu lainnya terletak di posterior. Gerakan ini tampaknya ditimbulkan oleh factor pelvis yang sama dengan terjadinya rotasi internal kepala. (Obstetric:Williams, 2014. h. 398). 7.
Ekspulsi Hampir segera setelah rotasi eksternal, bahu anterior terlihat di bawah simfisis pubis, dan perineum segera terdistensi oleh bahu posterior. Setelah pelahiran bahu, bagian tubuh lainnya lahir dengan cepat. (Obstetric:Williams, 2014. h. 398).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
41
G. Prinsip UmumAsuhan Sayang Ibu(Prawihardjo, 2010; h. 336-337) 1. Panggil ibu sesuai namanya, hargai, dan perlakukan ibu sesuai martabatnya. 2. Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai asuhan tersebut. 3. Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya. 4. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir. 5. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu. 6. Berikan dukungan, besarkan hatinya, dan tentramkan perasaan ibu beserta anggota keluarga lainnya. 7. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan anggota keluarga yang lain. 8. Ajarkan kepada suami dan anggota keluarga mengenai cara-cara bagaimana memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya. 9. Lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik dan konsisten. 10. Hargai privasi ibu. 11. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
42
12. Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia menginginkannya. 13. Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak memberi pengaruh merugikan. 14. Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomy, pencukuran atau klisma. 15. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. 16. Membantu memulai pemberian ASI dalamsatu jam pertama setelah kelahiran bayi. 17. Siapkan rencana rujukan. 18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik serta bahan-bahan, perlengkapan, dan obat-obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi. H. Rencana Asuhan Kala I (Sondakh, 2013; h. 105-143) Pengkajian 1.
Identitas Pasien
2.
Alasan Datang
3.
Keluhan Utama
4.
Riwayat Kesehatan
5.
Pemeriksaan Fisik a) Tanda-Tanda Vital b) Pemeriksaan Abdomen 1) Menentukan TFU
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
43
2) Memantau Kontraksi Uterus 3) Memantau Denyut Jantung Janin 4) Menentukan Presentasi 5) Menentukan Penurunan Bagian Terbawah Janin c) Pemeriksaan Dalam Rencana Asuhan Kala I 1. Mempersiapkan
ruangan
untuk
persalinan
dan
kelahiran bayi. 2. Persiapan perlengkapan, bahan-bahan, dan obatobatan yang diperlukan. 3. Persiapan rujukan. 4. Memberikan asuhan saying ibu. 5. Pengurangan rasa sakit. 6. Dukungan emosional. 7. Mengatur posisi. 8. Pemberian cairan dan nutrisi. 9. Kebutuhan psikologis a) Kecemasan menghadapi persalinan. b) Kurang pebgetahuan tentang proses persalinan. c) Kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala I fase aktif) 10.
Eliminasi.
11.
Pencegahan infeksi.
12.
Persiapan persalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
44
13. I.
Partograf.
60 Langkah Asuhan Persalinan Normal(Prawihardjo, 2010; h. 341-47) A. Melihat tanda dan gejala kala dua 1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua a) Ibu mempunyai keinginan untuk mene-ran. b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan atau vaginanya. c)
Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka. B. Menyiapkan pertolongan persalinan 2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan. 3. Mematahkan ampul 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set. 4. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih. 5. Memakai sarung DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam 6. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memaki sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set atau wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
45
C. Memastikan pembukaan lengkap dan janin baik 7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkonta-minasi (meletakkan kedua sarung tangan terse-but dengan benar di dalam larutan dekonta-minasi) 8. Dengan
menggunakan
pemeriksaan
dalam
teknik untuk
asptik,
melakukan
memastikan
bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap. 9. Mendekontaminasi
sarung
tangan
dengan
cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudan melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
46
10. Memeriksa
denyut
jantung
janin
(DJJ)
setelah
kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/ menit) a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal. b) Mendokumentasikan
hasil-hasil
peme-riksaan
dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pa-da partograf. D. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran 11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya. 12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapakan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman). 13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran: a.
Membimbing
ibu
untuk
meneran
saat
ibu
mempunyai keinginan untuk meneran b.
Medukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
47
c.
Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).
d.
Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e.
Menganjurkan keluarga untuk mendu-kung dan memberi semangat pada ibu.
f.
Menganjurkan asupan cairan per oral.
g.
Menilai DJJ setiap 5 menit.
h.
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2jam) meneran untuk ibu primiara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
i.
Menganjurkan ibu untuk berjalan, ber-jongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
j.
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
48
E. Persiapan pertolongan kelahiran bayi 14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. 15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu. 16. Membuka partus set. 17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. F. Menolong kelahiran bayi Lahirnya kepala 18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan dia-meter 56 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak mengahambat kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahanlahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas secara cepat saat kepala lahir. 19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain kasa yang bersih (langkah ini tidak harus dilakukan).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
49
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi. a)
Jika ada tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b)
Jika tali pusat melilit
leher janin dengan erat,
mengklemnya di dua tempat dan memo-tongnya. 21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar dengan spontan. Lahirnya Bahu 22. Setelah kepala melakukan paksi luar, tempatkan kedua
tangan
di
masing-masing
sisi
muka
bayi.menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kea rah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior. 23. Setelah bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah kea rah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
50
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. 24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari pung-gung kea rah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran bayi. G. Penanganan bayi baru lahir 25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu
dengan posisi
kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memu-ngkinkan). Bila bayi mengalami asfiksis, lakukan resusitasi. 26. Segera membungkus kapala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m. 27. Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem kirakira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kea rah ibu). 28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
51
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, me,biarkan talli pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai. 30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghen-dakinya. H. Oksitosin 31. Meletakkan kain yang berish dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua. 32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan di suntik. 33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu. I.
Peregangan tali pusat terkendali 34. Memindahkann klem pada tali pusat. 35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Meregang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
52
36. Menunggu
uterus
berkontraksi
dan
kemudian
melakukan penegangan kea rah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir stelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. a)
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang
anggota
keluarga
untuk
melakukan
rangsangan putting susu. J.
Mengeluarkan plasenta 37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat kearah ba-wah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. a)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjaraj sekitar 5-10 cm dari vulva.
b)
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit: a.
Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
53
b.
Menilai
kandung
katerisasi
kemih
kandung
dan
dilakukan
kemih
dengan
menggunakan teknik asptik jika perlu. c.
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
d.
Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
e.
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 mrnit sejak kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kehiran
plasenta
dengan
menggu-nakan
kedua
tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. a)
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tingi atau steril dan memeriksa
vagina
dan
serviks
ibu
dengan
seksama. Menggu-nakan jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal. K. Pemijatan uterus 39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuabn lahir, lakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
54
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus mejadi keras). L. Menilai perdarahan 40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa palsenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan palsenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus. a)
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detk mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum
dan
segera
menjahit
laserasi
yang
mengalami perdarahan aktif. M. Melakukan prosedur pascapersalinan 42. Menilai ulang uterus dan memastikan berkon-traksi dengan baik. 43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air sidinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering. 44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau meningkatkan tali disinfeksi tingkat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
55
tinggi dengan simpul mati sekeliling talip pusat sekitar 1 cm dari pusat. 45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama. 46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%. 47. Menyelimuti
kembali
bayi
dan
menutupi
bagian
kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih dan kering. 48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI. 49. Melanjutkan
pemantauan
kontraksi
uterus
dan
perdarahan pervaginam: a)
2-3 kali dalam 15 menit pertama persalinan.
b)
Setiap
15
menit
pada
1
jam
pertama
pascapersalinan. c)
Setiap
20-30
menit
pada
jam
kedua
pascapersalinan. d)
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan
perawatan
yang
sesuai
untuk
menatalaksanaan anntonia uteri. e)
Jika
ditemukan
laserasi
yang
memer-lukan
penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesi lokal dan menggu-nakan teknik yang sesuai.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
56
50. Mengajarkan ibu/ keluarga bagaimana mela-kukan masase uterus dan memriksa kontraksi uterus. 51. Mengevaluasi kehilangan darah. 52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan kandung kemih setiap
15
menit
selama
satu
jam
pertama
ascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan. 53. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan. a)
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
N. Kebersihan dan keamanan 54. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit), mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi. 55. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai. 56. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 57. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan
ASI,
menganjurkan
keluarga
untuk
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
57
memberikan
ibu
minuman
dan
makanan
yang
diinginkan. 58. Mendokumentasikan daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih. 59. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% , membalikkan bagian dlam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, 60. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. O. Dokumentasi 61. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang). 3.
Nifas A. Pengertian Periode postnatal dimulai segera setelah kelahiran bayi sampai enam minggu (42 hari) setelah lahir. (Astuti,dkk. 2015; h. 3) B. Perubahan Masa Nifas(Astuti, dkk. 2015; 6-21) 1.
Sistem jantung dan pembuluh darah.
2.
Sistem pernapasan.
3.
Perubahan dinding abdomen dan kontur tulang belakang.
4.
Sistem berkemih.
5.
Perubahan pada uterus.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
58
Tabel 2.3 Involusi Uterus Karakteristik
Tahap Hamil cukup bulan
Fundus uteri teraba setinggi 2 jari di bawah processus xiphodeus. Berat Rahim tanpa janin dan plasenta sekitar 1000 gram.
Akhir kala tiga
Fundus uteri teraba 2 jari di bawah pusat.
1 minggu masa nifas
Fundus uteri teraba setinggi pertengahan pusat-simfisis. Berat uterus 500 gram.
2 minggu masa nifas
Fundus teraba 2 jari di atas simfisis, berat uterus 300 gram.
6 minggu masa nifas
Fundus tidak teraba lagi, berat uterus 100 gram.
Sumber: Asuhan Kebidanan Masa Nifas, 2015; h.14. Jenis-jenis lochia: a)
Lochia rubra: Keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-14 masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah yang segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding Rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan meconium.
b)
Lochia sanguinolenta: Berwarna merah kecokelatan dan juga berle-ndir. Lochia ini berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.
c)
Lochia serosa: Berwarna kuning kecokelatan karena mengan-dung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Lochia ini keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
59
d)
Lochia alba: Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender serviks dan serabut jaringan yang mati, lochia alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu postpartum.
C. Komplikasi(Astuti, dkk. 2015; 85-108) 1.
Perdarahan postpartum (Antonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir, inversion uteri).
2.
Infeksi (endometritis, mastitis, tromboflebitis).
3.
Preeklampsi dan eklampsi.
4.
ISK.
5.
Emboli.
6.
Post partum blues, depresi postpartum, dan Psikosis.
D. Tanda – Tanda Bahaya Masa Nifas 1.
Perdarahan hebat.
2.
Mengeluarkan gumpalan darah.
3.
Pusing.
4.
Lemas.
5.
Suhu tubuh ibu >380 C.
6.
Nyeri perut atau lochia berbau.
7.
Kejang-kejang.
E. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas(Astuti, dkk. 2015; 22) 1.
Fase taking in (fase ketergantungan) Lamanya 3 hari pertama setelah melahirkan. Focus pada diri ibu sendiri, tidak pada bayi, ibu membutuhkan waktu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
60
untuk
tidur
dan
istirahat.
Pasif,
ibu
mempunyai
ketergantungan dan tidak bisa membuat keputusan. Ibu memerlukan
bimbingan
dalam
merawat
bayi
dan
mempunyai perasaan takjub ketika melihat bayinya yang baru lahir. 2.
Fase taking hold (fase independen) Akhir hari ke-3 sampai hari ke-10. Aktif, mandiri, dan bisa membuat keputusan. Memulai aktivitas perawatan diri, focus pada perut, dan kendung kemih, focus pada bayi dan menyusui. Merespons instruksi tentang perawatan bayi
dan
perawatan
diri.
Dapat
mengungkapkan
kepercayaan diri dalam merawat bayi. 3.
Letting go (fase independen) Terakhir hari ke-10 sampai 6 minggu postpartum. Ibu sudah
mengubah
merupakan
bagian
peran dari
bayinya. dirinya.
Menyadari Ibu
sudah
bayi dapat
menjalankan perannya. F. Program Dan Kebijakan Teknis Tabel 2.4 Kunjungan Nifas (Kf) 2-6 jam
Keadaan umum, tanda vital, uterus, lochia, kandung kemih, jalan lahir.
2-6 hari
Keadaan umum, itanda vital, payudara, uterus, lochia, perineum, pemeriksaan kaki.
2 minggu
Involusi uterus, menyusui, KB, pencegahan infeksi.
minggu ke-4
Payudara dan putting, menyusui, abdomen, kandung kemih, penyembuhan luka perineum, KB.
Sumber: Asuhan Kebidanan Masa Nifas, 2015; 40-51.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
61
1.
Asuhan nifas 2-6 jam pertama setelah persalinan a)
Mencegah perdarahan hebat.
b)
Membantu
agar
uterus
tidak
lembek
dan
berkontraksi.
2.
c)
Mengosongkan kandung kemih.
d)
Memberi minum atau makan.
e)
Merawat kebersihan jalan lahir.
f)
Mengenali tanda-tanda bahaya.
Asuhan nifas 2-6 hari pertama setelah persalinan a)
Memastikan involusi uterus berjalan normal, TFU berada di umbilicus, serta tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau.
b)
Memastikan
bayi
sudah
bisa
menyusui
tanpa
kesulitan dan BB bayi sudah bertambah. c)
Menilai hubungan ibu dan bayi.
d)
Konseling tentang asuhan: perawatan tali pusat, menjaga dan merawat bayi sehari-hari.
e)
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
f)
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
g)
Mendorong ibu untuk latihan atau senam nifas yang tepat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
62
h)
Memfasilitasi penyesuaian psikologis postpartum dalam keluarga.
3.
4.
Asuhan nifas 2 minggu pertama setelah persalinan a)
Pencegahan infeksi
b)
Menilai keadaan ibu, involusi uterus dan menyusui.
Asuhan nifas minggu ke-4 pertama setelah persalinan a)
Penapisan terhadap kontraindikasi untuk metode KB tertentu.
b)
Pengkajian
riwayat
kesejahteraan
ibu
sejak
kunjungan terakhir sampai saat ini. c) 4.
Evaluasi tambahan
Bayi Baru Lahir A. Pengertian Bayi Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badanya 2500-4000 gram(Vivian, 2010 h;1) B. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria sebagai berikut: 1.
Berat badan lahir bayi antara 2500 gram sampai 4000 gram
2.
Panjang badan bayi 48-50 cm
3.
Lingkar dada bayi 32-34 cm
4.
Lingkar kepala bayi 33-35cm
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
63
5.
Bunyi jantung dalam menit pertama kurang lebih 180 kali/menit kemudian turun sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit
6.
Kulit
kemerah-merahan
dan
licin
karena
jaringan
subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks caseosa 7.
Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.
8.
Kuku telah agak panjang dan lemas.
9.
Genitalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora
telah
menutupi
labia
minora
(pada
bayi
perempuan). 10. Refleks hisap, menelan, dan moro telah terbentuk. 11. Eliminasi, urin, dan meconium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Meconium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket. C. Prinsip Asuhan Bayi Baru Lahir (1) Pencegahan infeksi (2) Penilaian bayi baru lahir A. Apakah bayi byi cukup bulan? B. Apakah
air
ketuban
jernih,
tidak
bercampur
meconium? C. Apakah bayi menangis atau bernafas D. Apakah tonus otot baik?
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
64
(3) Mekanisme kehilangan panas a)
Evaporasi: Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh
bayi
sendiri,
karen
bayi
tidak
segera
dikeringkan. Bayi yang terlalu cepat dimandikan atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti. b)
Konduksi: Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur, atau timbangan
c)
Konveksi: Kehilangan opanas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Terjadi karena kipans angina, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
d)
Radiasi: Kehilangan
panas
yang
terjadi
karena
bayi
ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. (4) Mencegah kehilangan panas a)
Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
b)
Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
65
c)
Selimut ibu dan bayi dan pakaikan topi ke kepala bayi
d)
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
e)
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
f)
Bayi jangan dibedong
(5) Merawat tali pusat (6) Pemberian ASI (7) Pemberian Vitamin K1 (8) Pemberian imunisasi bayi baru lahir (9) Pemeriksaan bayi baru lahir D. Adaptasi Fisiologis(Sondakh, 2013) Adaptasi fisiologis, menurut Sondakh (2013): Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan di luar uterus 1.
Memulai segera pernapasan dan perubahan dalam pola sirkulasi. Konsep ini merupakan hal yang esensial pada kehidupan ekstrauterin.
2.
Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal, hematologi, metabolic dan sistem neurologis bayi baru lahir harus berfungsi secara memadai untuk mempertahankan kehidupan ekstrauterin
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
66
Setiap bayi baru lahir akan mengalami periode masa transisi, yaitu: 1.
Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6-8 jam pertama kehidupan, yang akan dilalui seluruh bayi dengan mengakibatkan usia gestasi atau sifat persalinan atau melahirkan.
2.
Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir), akan terjadi pernapasan cepat (dapat mencapai 80 kali/menit)
dan
pernapasan
cuping
hidung
yang
berlangsung sementara, retraksi berlangsung semetara, retraksi serta suara seperti mendengkur dapat terjadi. Denyut jantung dapat mencapai 180 kali/menit selama beberapa menit kehidupan. 3.
Setelah respon awal ini, bayi baru lahir ini akan menjadi tenang, relaks dan tidur. Tidur pertama ini, terjadi dalam 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung bebrapa menit sampai beberapa jam.
4.
Periode kedua reaktivitas, dimulai ketika bayi bangun, ditandai dengan respons berlebihan terhadap stimulus, perubahan warna kulit dan merah muda menjadi agak sianosis dan denyut jantung cepat.
5.
Lender
mulut
dapat
menyebabkan
masalah
yang
bermakna, misalnya tersedak atau aspirasi, tercekik dan batuk.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
67
E. Adaptasi pernapasan 1.
Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik dan kimia a)
Faktor-faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan untuk
mengembangkan
paru-paru
dan
mengisi
alveolus yang kolaps (misalnya, perubahan dalam gradient tekanan) b)
Faktor-faktor sensorik meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan penurunan suhu.
c)
Factor-faktor kimia meliputi perubahan dalam darah (misalnya penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar karbon dioksida dan penurunan pH sebagai akibat asfiksia sementara selama kehamilan.
2.
Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30-60 kali/menit.
3.
Sekresi lender mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah, terutama selama 12-18 jam pertama.
4.
Bayi baru lahir lazimnya bernafas melalui hidung. Respon refleks terhadap obstruksi nasal dan membuka mulut untuk mempertahankan jalan nafas tidak ada pada sebagian besar bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
68
oleh beberapa rangsangan lainnya. Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakan diafragma, serta otototot pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir per vaginam mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3 dari cairan yang terdapat di dalamnya, sehingga tersisa 80-100 mL. Setelah bayi lahir, cairan yang hilang tersebut akan diganti dengan udara. F.
Adaptasi kardiovaskular 1. Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir. Bebrapa perubahan terjadi dengan cepat, dan sebagian lagi terjadi seiring dengan waktu. 2. Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis (pada tangan, kaki dan sekitar mulut) 3. Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100 kali/menit saat tidur. 4. Rata-rata tekanan darah adalah 80/40 mmHg dan bervariasi sesuai dengan ukuran dan tingkat aktifitas bayi. 5. Nilai hematologi normal pada bayi Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya tekanan karbon dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan resistensi pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
69
tertutup. Setelah tali pusat dipotong aliran darah dari plasenta terhenti dan foramen ovale tertutup. G. Perubahan termoregulasi dan metabolic 1.
Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan pada uterus.
2.
Suplai
lemak
subkutan
yang
terbatas
dan
area
permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan barat menyebabkan bayi mudah mengahantarkan panas pada lingkungan. 3.
Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melaui konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi.
4.
Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungan dengan asidosis metabolic dapat bersifat mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat.
H. Adaptasi neurologis 1.
Sistem neurologis bayi secara anatomic atau fisilogis belum berkembang sempurna
2.
Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, control otot yang buruk, mudah terkejut dan tremor pada ekstermitas.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
70
3.
Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh perilaku yang lebih kompleks (misalnya control kepala, tersenyum dan meraih dengan tujuan akan berkembang)
4.
Refleks bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan penting
I.
Adaptasi gastrointestinal 1.
Enzim-enzim
digestif
aktif
saat
lahir
dan
dapat
menyokong kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu. 2.
Perkembangan otot dan refleks yang penting untuk menghasilkan makanan sudah terbentuk saat lahir.
3.
Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan dan absorpsi lemak kurang baik karena tidak adekuatnya enzim-enzim pancreas dari lipase.
4.
Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi berusia 3 bulan.
J.
Adaptasi ginjal 1.
Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan oleh tidak adekuatnya are permukaan kapiler glomerulus.
2.
Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang normal, tetapi mengahambat kapasitas bayi untuk berespons terhadap stressor.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
71
3.
Penurunan kemampuan untuk mengekresikan obatobatan
dan
kehilangan
cairan
yang
berlebihan
mengakibatkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan. 4.
Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.
5.
Urin dapat keruh karena lendir dan garam asam urat, noda kemerahan dapat diamati pada popok karena Kristal asam urat.
K. Adaptasi hati 1.
Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati terus membantu pembentukan darah.
2.
Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk pembentukan darah.
3.
Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan kehidupan ekstrauterin, pada saat lahir menjadi rentan defisiensi zat besi.
4.
Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjungasi yang bersikulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel.
5.
Bilirubin tak terkonjungasi dapat meninggalkan sistem vascular dan menembus jaringan ekstravaskular lainnya (misalnya: kulit, sclera dan membrane mukosa oral)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
72
mengakibatkan warna kuning yang disebut jaudince atau icterus. 6.
Pada stress dingin yang lama, glikolisis anaerobic terjadi yang
mengakibatkan
peningkatan
produksi
asam.
Asidosis metabolic terjadi dan jika terdapat defek fungsi pernapasan, asidosis respiratorik dapat terjadi asam lemakyang berlebihan menggeser bilirubin dan tempattempat pengikatan albumin. Peningkatan kadar bilirubin tidak
berikatan
yang
bersikulasi
mengakibatkan
peningkatan resiko kern-ikterus bahkan pada kadar bilirubin serum 10 mg/dL atau kurang. L.
Adaptasi imun 1.
Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang di pintu masuk
2.
Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan meningkatan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir. a)
Respon inflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif
b)
Fagositosis lamabt.
c)
Kesamaan lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
73
d)
Imunoglobulin A hilang dari saluran pernapasan dan perkemihan kecuali jika bayi tersebut menyusui ASI, igA juga tidak terdapat dalam saluran GI.
3.
Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama periode neonatus.
M. Rafleks Bayi Baru Lahir a) Rooting dan menghisap: bayi baru lahir menolehkan kepala kearah stimulus, membuka mulut, dan mulai menghisap bila pipi, bibir, atau sudut mulut bayi disentuh dengan jari atau putting. b) Menelan: bayi baru lahir menelan bersamaan dengan menghisap bila cairan ditaruh dibelakang lidah. c) Ekstruksi: bayi baru lahir menjulurkan lidah keluar bila ujung lidah disentuh dengan jari atau putting. d) Moro: ekstensi simetris bilateral dan abduksi seluruh ekstermitas dengan ibu jari telunjuk membentuk huruf ‘c’, diikuti dengan aduksi ekstermitas dan kembali ke fleksi relaks jika posisi bayi berubah tiba-tiba atau jika bayi diletakkan terlentang pada permukaan yang datar. e) Melangkah: bayi akan melangkah dengan satu kaki dan kemudian kaki lainnya dengan gerakan berjalan bila satu kaki disentuh pada permukaan rata.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
74
f)
Merangkak: bayi akan berusaha untuk merangkak ke depan dengan kedua tangan dan kaki bila diletakkan telungkup pada permukaan datar.
g) Tonik leher atau fencing: ekstermitas pada satu sisi dimana
saat
kepala ditolehkan
akan
ekstensi
dan
ekstermitas yang berlawanan akan fleksi bila kepala bayi ditolehkan ke satu sisi selagi beristirahat. h) Terkejut: bayi melakukan abduksi dan fleksi seluruh ekstermitas dan dapat mulai menangis bila mendapat gerakan mendadak atau suara keras. i)
Ekstensi silang: kaki bayi yang berlawanan akan fleksi dan kemudian ekstensi dengan cepat seolah-olah berusaha untuk memindahkan stimulus ke kaki yang lain bila diletakkan terlentang, bayi akan mengekstensikan satu kaki dengan respons terhadap stimulus pada telapak kaki.
j)
Glabellar “blink”: bayi akan berkedip bila dilakukan 4 atau 5 ketuk pertama pada batang hidung saat mata terbuka.
k) Palmar grasp: jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan menggenggamnya seketika bila jari diletakkan di tangan bayi. l)
Plantar grasp: jari bayi akan melekuk di sekeliling benda seketika bila jari diletakkan di telapak kaki bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
75
m) Tanda Babinski: jari-jari kaki bayi akan hiperekstensi dan terpisah seperti kipas dari dorsofleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki digosok dari tumit ke atas melintasi bantalan kaki. N. Pemantauan Bayi Baru Lahir Perlindungan termal (termoregulasi) a) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu. b) Gantilah handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan selimut serta jangan lupa memastikan bahwa
kepala
telah
terlindung
dengan
baik
untuk
mencegah keluarnya panas tubuh. Pastikan bayi tetap hangat. c) Mempertahankan lingkungan termal netral: 1) Letakkan bayi di bawah alat penghangat pancaran dengan menggunakan sensor kulit untuk memantau suhu sesuai kebutuhan. 2) Tunda memandikan bayi sampai suhu bayi stabil. 3) Pasang penutup kepala ranjutan untuk mencegah kehilangan panas dari kepala bayi. Pemeliharaan pernapasan Mempertahankan
terbukanya
jalan
nafas,
sediakan
balon
penghisap dari karet di tempat tidur untuk emnghisap lendir atau ASI dari mulut dengan cepat dalam upaya mempertahankan jalan nafas yang bersih.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
76
O. Program Dan Kebijakan Teknis Tabel 2.5 Kunjungan Neonatus (Kn) Kunjungan (KN) (KN1) Pada Usia 6-48 jam
Asuhan Pemberian ASI, Jaga Kehangatan, Cegah Infeksi, Tali Pusat, TTV, Imunisasi, Istirahat, Eliminasi, Tanda Bahaya (Demam, Kejang, dan Tidak Mau Menyusui). Pemberian ASI, Istirahat, Eliminasi, Tali Pusat, Tanda Bahaya (Demam, Kejang, dan Tidak Mau Menyusui), Jaga Kehangatan, TTV, Hygiene, BB. Tanda Bahaya (Demam, Kejang, dan Tidak Mau Menyusui), Jaga Kehangatan, Pemberian ASI, Tali pusat, Istirahat, Eliminasi, Imunisasi, Hygiene, BB.
(KN2) Pada Usia 3-7 hari (KN3) Pada Usia 8-28 hari
Sumber: Asuhan Kebidanan Masa Nifas,2015; h. 40-81.
5.
Kontrasepsi A. Pengertian Keluarga berencana adalah untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka
dibuatlah
beberapa
cara
atau
alternative
untuk
mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk
kontrasepsi
atau
mencegah
kehamilan
dan
perencanaan keluarga. Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi sel telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi dapat bersifat
reversible
(kembali)
atau
permanen
(tetap).
Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
77
dapat
dihentikan setiap saat tanpa efek lama
dalam
mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk kembali memiliki anak. Metode kontrasepsi permanen atau strerilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan karena melibatkan tindakan operasi. Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier (penghalang); seperti kondom, metode hormonal (pil), metode kontrasepsi alami. B. Tujuan Tujuan umumnya adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. C. Sasaran Sasaran program KB tentang dalam RPJMN 2004-2009 sebagai berikut: 1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,14% per tahun. 2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan. 3. Menurunnya PUS yang tidak ingin mempunyai anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
78
memakai alat atau cara kontrasepsi (unmed need) menjadi 6% 4. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5% 5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien. 6. Meningkatnya
rata-rata
usia
perkawinan
pertama
perempuan menjadi 21 tahun. 7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam
pembinaan
tumbuh kembang anak. 8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif. 9. Meningkatnya
jumlah
institusi
masyarakat
dalam
penyelenggaraan pelayanan program KB nasional. D. Ruang Lingkup Ruang lingkup program KB mencakup sebagai berikut: 1. Ibu Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun manfaat yang diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut: a) Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama kesehatan organ reproduksinya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
79
b) Meningkatkan kesehatan mental dan social yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat yang cukup karena
kelahiran
akan
anak
tersebut
memang
diinginkan. 2. Suami Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal berikut: a) Memperbaiki kesehatan fisik. b) Mengurangi
beban
ekonomi
keluarga
yang
ditanggungnya. 3. Seluruh keluarga Dilaksanakannya
proram
KB
dapat
meningaktkan
kesehatan fisik, mental, dan social setiap anggota keluarga dan bagi anak dapat memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih saying orang tuanya. Ruang lingkup KB secara umum adalah sebagi berikut: 1. Keluarga berencana. 2. Kesehatan reproduksi remaja. 3. Kesehatan dan pemberdayaan keluarga. 4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas. 5. Keserasian kebijakan kependudukan. 6. Pengelolaan SDM aparatur.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
80
7. Penyelenggaraan
pimpinan
kenegaraan
dan
kepemerintahan. 8. Peningkatan
pengawasan
dan
akuntabilitas
aparatur
Negara. E. Macam-Macam Metode Kontrasepsi (1) Metode Amenorea Laktasi (MAL) (a) Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif (Affandi, 2012; h. MK-1) (b) Keuntungan kontrasepsi menurut (Affandi, 2012; h. MK-1) (i)
Tidak menganggu senggama.
(ii) Tidak ada efek samping. (iii) Tidak perlu pengawasan medis. (iv) Tidak perlu obat atau alat. (v) Tanpa biaya. (c) Yang seharunya tidak pakal MAL menurut (Affandi, 2012; h. MK-3): (i)
Sudah mendapat haid setelah bersalin.
(ii) Tidak menyusui secara eksklusif. (iii) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan. (iv) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
81
(2) Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) (a) Metode lender serviks Metode
lendir
serviks
adalah
metode
untuk
mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina. (Affandi, 2012; h. MK-10). (b) Metode sistem kalender. Metode sistem kalender adalah metode dengan menggunakan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan, untuk perhitungan masa
subur
dipakai
rumus
siklus
terpanjang
dikurangi 11 siklus terpendek dikurangi 18. (Affandi, 2012; h. MK-7). (c) Metode suhu basal. Metode suhu basal adalah metode dengan mengukur suhu badan secara teliti dengan thermometer khusus yang bisa mencatat perubahan suhu sampai 0,10C untuk mendeteksi, bahkan suatu perubahan kecil, suhu tubuh anda. (Affandi, 2012; h. MK-13) (d) Manfaat menurut (Affandi, 2012; h. MK-8) (i)
Kontrasepsi (a) Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
82
(b) Tidak
ada
risiko
kesehatan
yang
berhubungan dengan kontrasepsi. (c) Tidak ada efek samping. (d) Murah atau tanpa biaya. (ii) Nonkontrasepsi (a) Meningkatkan
keterlibatan
suami
dalam
keluarga berencana. (b) Menambah pengetahuan tentang sistem reroduksi pada suami dan istri. (c) Memungkinkan melalui
mengeratkan
peningkatan
hubungan
komunikasi
antara
suami istri. (3) Senggama terputus (a) Senggama
terputus
adalah
metode
keluarga
berencana tradisional, di aman pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi (Affandi, 2012; h. MK-15) (b) Manfaat menurut (Affandi, 2012; h. MK-15) (i)
Kontrasepsi (a) Efektif bila dilaksanakan dengan benar. (b) Tidak mengganggu produksi ASI. (c) Dapat
digunakan
sebagai
pendukung
metode KB lainnya. (d) Tidak ada efek samping.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
83
(e) Dapat digunakan setiap waktu (f) Tidak membutuhkan biaya. (ii) Nonkontrasepsi (a) Meningkatkan
keterlibatan
suami
dalam
keluarga berncana. (b) Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam. (4) Metode barier (a) Kondom Kondom merupakan selubung / sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual (Affandi, 2012; h. MK-17). (i)
Tipe kondom menurut (Affandi, 2012; h. MK-17) terdiri dari: (a) Kondom biasa. (b) Kondom berkontur (bergerigi) (c) Kondom beraroma (d) Kondom tidak beraroma
(ii) Manfaat menurut (Affandi, 2012; h. MK-18)yaitu: (a) Kontrasepsi (i)
Efektif bila digunakan dengan benar
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
84
(ii) Tidak menganggu produksi ASI (iii) Tidak menganggu kesehatan klien (iv) Murah dan dapat dibeli secara umum (v) Tidak perlu resep dokter (vi) Metode kontrasepsi sementara (b) Nonkontrasepsi (i)
Memberi dorongan kepa-da suami untuk ikut ber-KB
(ii) Dapat mencegah penu-laran IMS (iii) Mencegah ejakulasi kan-ker serviks (iv) Saling berinteraksi sesa-ma pasangan. (b) Diafragma Diafragma adalah kap terbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks (Affandi, 2012; h. MK-21) (i)
Manfaat menurut (Affandi, 2012; h. MK-21) yaitu: (a) Kontrasepsi (i)
Efektif bila di gunakan dengan benar.
(ii) Tidak mengganggu hubu-ngan seksual (iii) Tidak mengganggu pro-duksi ASI (iv) Tidak mengganggu kese-hatan klien
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
85
(b) Nonkontrasepsi (i)
Salah satu pelindungan terhadap IMS/ HIV/ AIDS
(ii) Bial
digunakan
pada
saat
haid,
menampung darah menstruasi. (5) Kontrasepsi
kombinasi
(hormone
esterogen
dan
progesterone). (a) Pil kombinasi (i)
Jenis menurut (Affandi, 2012; h. MK-31) (a) Monofasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif estrogen/ progestin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif. (b) Bifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif esterogen/ progestin dengan dua dosis yang
berbeda,
dengan 7 tablet
tanpa
hormone aktif. (c) Trifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif esterogen/ progestin dengan tiga dosis yang berbasis, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
86
(ii) Cara kerja menurut (Affandi, 2012; h. MK-31) (a) Menekan ovulasi (b) Mencegah implantasi (c) Lendir serviks mengental sehingga sulit di lalui oleh sperma. (iii) Yang dapat menggunakan Pil Kombinasi (a) Usia reproduksi (b) Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak. (c) Gemuk atau kurus. (d) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi. (e) Pascakeguguran (Affandi, 2012; h. MK-32) (iv) Yang tidak boleh menggunakan Pil Kombinasi (a) Hami atau dicurigai hamil (b) Menyusui eksklusif (c) Perdarahan
pervaginam
yang
belum
diketahui penyebabnya (d) Tekanan darah > 180/110 mmHg (e) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari (Affandi, 2012; h. MK-33).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
87
(b) Suntikan kombinasi (i)
Jenis menurut (Affandi, 2012; h. MK-36) yaitu: (a) Depo medroksiprogesteron asetat dosis 25 mg dan estradiol sipionat dosis 5 mg yang diberikan secara IM sebulan sekali. (b) Noretindrom enantat dosis 50 mg dan estradiol valerat dosis 5 mg yang diberikan secara IM sebulan sekali.
(ii) Keuntungan (a) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam. (b) Jangka panjang (c) Efek samping sangat kecil (d) Tidak berpengaruh pada hubu-ngan suami istri (Affandi, 2012; h. MK-36) (iii) Kerugian (a) Terjadi perubahan pada pola haid (b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini akan hilang stelah suntikan kedua dan ketiga. (c) Penambahan berat badan (d) Tidak
menjamin
perlindungan
terhadap
penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV (Affandi, 2012; h. MK-37).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
88
(6) Kontrasepsi progestin (a) Kontrasepsi suntikan progestin (i)
Jenis menurut (Affandi, 2012; h. MK-43) (a) Depo
medroksiprogesteron
asetat
mengandung 150 mg yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik secara IM di daerah bokong. (b) Depo
Noretindrom
enantat
yang
mengandung 200 mg di berikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik IM. (ii) Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin yaitu: (a) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tidak hamil (b) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid. (c) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertam dapat diberikan setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selam 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual (Affandi, 2012; h. MK-43) (b) Kontrasepsi pil progestin (Minipil) (a) Jenis minipil menurut (Affandi, 2012; h. MK-50) (i)
Kemasan dengan sisi 35 pil
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
89
(ii) Kemasan dengan isi 28 pil (b) Waktu mulai menggunakan minipil (i)
Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid
(ii) Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi kehamilan. Bila menggunakannya setelah
hari
ke-5
siklus
haid,
jangan
melakukan hubungan seksual selama 2 hari. (iii) Bila menyusi antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalnan dan tidak haid, minipil dapat dimuali pada hari 1-5 siklus haid minipil dapat diberikan segera pascakeguguran (Affandi, 2012; h. MK-50) (c) Kontrasepsi implant Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif,
tidak
permanen
dan
dapat
mencegah
terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun (Affandi, 2012; h. MK-55) (i)
Jenis kontrasepsi menurut (Affandi, 2012; h. MK55) (a) Norplant terdiri dari 6 kapsul (b) Jadelle terdiri dari 2 kapsul (c) Implant terdiri dari 1 kapsul
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
90
(ii) Waktu yang optimal untuk memasang implant menurut (Affandi, 2012; h. MK-68) (a) Selama haid (dalam waktu 7 hari pertama siklus haid) (b) Pascapersalinan (3-4 minggu), bila tidak menyuskan bayinya (c) Pascakeguguran (segera atau dalam 7 hari pertama) (d) Sedang eksklusif
menyusukan (lebih
pascapersalinan
bayinya
dari dan
secara
6
sebelum
minggu 6
bulan
pasca-persalinan). (7) Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) (a) Jenis menurut (Affandi, 2012; h. MK-80) (i)
AKDR CuT-380 adalah alat kontrasepsi dalam rahim yang berbentuk T.
(ii) AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (b) Cara kerja (i)
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
(ii) Mempengaruhi
fertilisasi
sebelum
ovum
mencapai kavum uteri (iii) Mencegah terutama sperma dan ovum bertemu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
91
(iv) Mencegah implantasi telur dalam uterus (Affandi, 2012; h. MK-80). (c) Keuntungan menurut (Affandi, 2012; h. MK-81) (i)
Tidak mempengaruhi hubungan seksual
(ii) Meningkatkan kenyaman seksual karena tidak perlu takut hamil (iii) Meningkatkab kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil. (iv) Dapat digunakan sampai menopause (v) Dapat dipasanag segera setelah melahirkan atau sesudah abortus. (d) Kerugian menurut (Affandi, 2012; h. MK-81) (i) Haid lebih lama dan banyak (ii) Saat haid lebih sakit (iii) Perdarahan
berat
pada
waktu
diantaranya
yang
memungkinkan
haid
atau
penyebab
anemia (iv) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/ AIDS (e) Waktu penggunaan menurut (Affandi, 2012; h. MK87) (i)
Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
(ii) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
92
(iii) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan (iv) Setelah
menderita
abortus
(segera
atau
menderita waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi. (f) Penapisan (1) Tujuan
utama
penapisan
klien
sebelum
pemberian atau metode kontrasepsi (misalnya pil KB,
suntikan
atau
AKDR)
adalah
untuk
menentukan apakah ada: (i)
Kehamilan
(ii) Keadaan
yang
membutuhkan
perhatian
khusus (iii) Masalahnya
(misalnya
diabetes
atau
tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut (Affandi, 2012; h. U-9) (2) Bagaimana meyakini bahwa klien tidak hamil menurut (Affandi, 2012; h. U-12) Yaitu: (i)
Tidak senggama sejak haid terakhir
(ii) Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar (iii) Sekarang di dalam 7 hari pertama haid terakhir
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
93
(iv) Di dalam 4 minggu pasca-persalinan (v) Dalam 7 hari pascakeguguran (vi) Menyusui dan tidak haid (8) Kontrasepsi mantap (a) Tubektomi Tubektomi
adalah
metode
kontrasepsi
untuk
perempuan yang tidak ingin anak lagi (Affandi, 2012; h. MK-89) (i)
Manfaat menurut (Affandi, 2012; h. MK-91) yaitu: (a) Kontrasepsi (i)
Sangat efektif
(ii) Tidak mempengaruhi proses menyusui (iii) Tidak bergantung pada factor senggama (iv) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang (v) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (b) Nonkontrasepsi menurut (Affandi, 2012; h. MK-92) (i)
Berkurangnya resiko kanker ovarium
(ii) Yang dapat menjalankan tubektomi (a) Usia > 26 tahun (b) Paritas > 2 (c) Pascapersalinan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
94
(d) Pascakeguguran (e) Yakin
telah
keluarga
mempunyai
yang
sesuai
besar dengan
kehendaknya (Affandi, 2012; h. MK92) (ii) Yang sebaiknya tidak menjadi tubektomi (a) Hamil (b) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (c) Tidak boleh menjalani proses pembedahan (d) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilisasi di masa depan (Affandi, 2012; h. MK-93) (b) Vasektomi Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lekaki yang tidak ingin anak lagi (Affandi, 2012; h. MK-96) (i)
Keterbatasan vasektomi menurut (Affandi, 2012; h. MK-96) yaitu: (a) Permanen (b) Bila tidak siap ada kemungkinan penyesalan di kemudian hari (c) Risiko dan efek samping pembedahan kecil (d) Ada nyeri/ rasa tak nyaman pascabedah
(ii) Vasektomi sesuai untuk lelaki menurut (Affandi, 2012; h. MK-97) yaitu:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
95
(a) Dari semua usi reproduksi (biasanya < 50) (b) Tidak ingin anak lagi, menghentikan fertilitas, ingin metode kontrasepsi yang sangat efektif dan permanen. (c) Yang istrinya mempunyai masalah usia, paritas atau kesehatan di mana kehamilan dapat menimbulkan risiko kesehatan. (9) Kontrasepsi Pascasalin (a) Metode Amenore Laktasi (MAL) (i)
MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila: (a) Ibu menyusui secara penuh (full breast feeding)
dan
sering,
lebih
efektif
bila
pemberian 8 kali sehari. (b) Ibu belum haid. (c)
Umur bayi kurang dari 6 bulan.
(ii) Hal yang perlu diperhatikan: (a) Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh. (b) Perdarahan sebelum 56 hari pascasalin dapat diabaikan (belum dianggap haid). (c)
Bayi menghisap payudara secara langsung.
(d) Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir. (e) Kolostrum diberikan kepada bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
96
(f) Pola menyusui on demand (menyusui setiap bayi
membutuhkan
dan
dari
kedua
payudara). (g) Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari. (h) Hindari jarak antar menyusui lebih dari 4 jam. (b) Kontrasepsi Mantap (Tubektomi), digunakan untuk yang tidak ingin menpunyai anak lagi. (c) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (i)
Keuntungan: (a) Biaya lebih efektif dan terjangkau. (b) Lebih
sedikit
keluhan
perdarahan
dibandingkan dengan pemasangan setelah beberapa hari/minggu. (c) Tidak perlu khawatir, kemungkinan hamil selama menyusuoo dan AKDR pun tidak menganggu produksi ASI dan ibu yang menyusui. (d) Mengurangi angka ketidakpatuhan pasien. (ii) Risiko: (a) Dapat terjadi robekan dinding Rahim. (b) Ada kemungkinan kegagalan pemasangan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
97
(c) Kemungkinan terjadi infeksi pemasangan AKDR (pasien harus kembali jika ada demam, bau anyir/amis dari cairan vagina dan sakit perut terus menerus). (d) Kemungkinan
mengalami
nyeri
setelah
melahirkan hingga beberapa hari kemudian. (iii) Waktu pemasangan: Tabel 2.6 Waktu Pemasangan Waktu Pemasangan Pascaplasenta
Definisi Dalam 10 menit setelah melahirkan plasenta
Angka Ekspulsi 9,5-12,5%
Keterangan Ideal, angka ekspulsi rendah
Segera setelah persalinan Persalinan tertunda (late postpartum)
Setelah 10 menit hingga 48 jaam pasca salin Setelah 48 jam-4 minggu pasca salin
25-37%
Masih aman
TIDAK DIANJURKAN
Risiko perforasi dan ekspulsi meningkat
Interval-pascasalin lanjutan (extended postpartum)
Setelah 4 minggu pasca salin
3-13%
Aman
Sumber:Kemenkes Buku Saku, 2013; h.256-259. (d) Implan (i)
Implant berisi progestin, dan tidak menganggu produksi ASI.
(ii) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan, pemasangan implant dapat dilakukan setiap saat tanpa kontrasepsi lain bila menyusui penuh.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
98
(iii) Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid, pemasangan dapat dilakukan kapan saja tetapi menggunakan kontrasepsi lain atau jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari. (iv) Masa pakai dapat mencapai 3 tahun (3-ketodesogetrel) hingga 5 tahun (lenovogestrel). (e) Suntikan Progestin (i)
Suntikan progestin tidak menganggu produksi ASI.
(ii) Jika ibu tidak menyusui, suntikan dapat segera dimulai. (iii) Jika ibu menyusui, suntikan dapat dimulai setelah 6 minggu pascasalin. (iv) Jika ibu menggunakan MAL, suntikan dapat ditunda selama 6 bulan. (v) Jika ibu tidak menyusui, dan sudah dapat dimulai setelah yakin tidak ada kehamilan. (vi) Injeksi
diberikan
setiap
2
bulan
(depo
norestiteron) atau 3 bulan (medroxiprogestron asetat). (f) Minipil (i)
Minipil berisi progestin dan tidak menganggu produksi ASI.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
99
(ii) Pemakaian tiap hari, satu trip untuk 1 bulan. (g) Kondom (i)
Pilihan untuk kontrasepsi untuk pria.
(ii) Sebagai kontrasepsi sementara. 6.
Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan a) Pengertian Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. (Mangkuji, 2012; h. 2) Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, muali dari pengkajian, analisis data, diagnosis
kebidanan,
perencanaan,
pelaksanaan,
dan
evaluasi. (Mangkuji, 2012; h.4) b) Manajemen kebidanan menurut (Mangkuji, 2012; h.5) yaitu: (1) Langkah 1 pengumpulan data dasar. Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara lengkap.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
100
(2) Langkah 2 interpretasi data dasar. Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua data dasar yang
telah
dikumpulkan
atau
sehingga
ditemukan
diagnosis
masalah. (3) Langkah 3 identifikasi diagnosis/ masalah potensial. Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi. (4) Langkah 4 identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera. Pada
langkah
ini,
yang
dilakukan
bidan
adalah
mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. (5) Langkah 5 perencanaan asuhan yang menyeluruh. Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan
berdasarkan
langkah-langkah
sebelumnya. (6) Langkah 6 pelaksanaan Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-5 secara aman dan efisien.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
101
(7) Langkah 7 evaluasi Pada langkah ini, kegiatan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah sudah benar-benar terlaksana/ terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis. (8) Pendokumentasian asuhan kebidanan dengan cara SOAP Dokumentasi SOAP (Subjektif, Objektif, Assassment, Planning) 1.
Pembuatan
grafik
metode
SOAP
merupakan
pengelolaan informasi yang mengatur penemuan dan konklusi kita menjadi suatu rencana asuhan. 2.
Metode
ini
merupakan
penatalaksanaan
inti
kebidanan
sari
dari
guna
proses
menyusun
dokumentasi asuhan. 3.
SOAP
merupakan urutan
membantu
kita
mengatur
langkah pola
yang
pikir
kita
dapat dan
memberikan asuhan yang menyeluruh. SOAP a)
Subjektif 1.
Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
102
2.
Berhubungan
dengan
masalah
dari
sudut
pandang klien (ekspresi mengenai kekhawatiran dan keluhannya). 3.
Pada orang yang bisu, dibelakang data diberi tanda “O” atau “X”.
b)
Objektif 1.
Pendokumentasian hasil pemeri-ksaan fisik klien.
2.
Hasil
pemeriksaan
laboraturium
atau
pemeriksaan diagnostic lain. 3. c)
Informasi dari keluarga atau orang.
Assassment 1.
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan data) data subjektif dan objektif.
2.
Diagnosis atau masalah.
3.
Diagnosis atau masalah potensial.
4.
Antisipasi diagnosis atau masalah potensial atau tindakan segera.
d)
Planning Pendokumentasian tindakan (I) dan evaluasi (E). meliputi: asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnostic atau laboraturium, konseling, dan tindak lanjut (follow up). (Mangkuji, 2012; h.8)
c) Landasan hukum kewenangan bidan dan kompetensi bidan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
103
Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang paling utama bagi bidan. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan prakteknya. (Sofyan, 2009; h. 145). a)
Menurut
keputusan
menteri
kesehatan
Republik
Indonesia Nomor: 369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan meliputi: (1) Kompetensi ke 1 Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan
dan
ilmu-ilmu
social,
kesehatan
masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya. (2) Kompetensi ke 2 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan
kesehatan
yang
tanggap
terhadap
budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam
rangka
untuk
meningkatkan
kehidupan
keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
104
(3) Kompetensi ke 3 Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu. (4) Kompetensi ke 4 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir. (5) Kompetensi ke 5 Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang ebrmutu tinggi dan tangap terhadap budaya setempat. (6) Kompetensi ke 6 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sampai dengan 1 bulan. (7) Kompetensi ke 7 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita (1 bulan-5 tahun).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
105
(8) Kompetensi ke 8 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif
pada
keuarga,
kelompok
dan
masyarakat sesuai dengan budaya setempat. (9) Kompetensi ke 9 Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi. 7. Landasan Hukum Kewenangan Bidan Landasan hukum kewenangan bidan diatur dalam peraturan mentri kesehatan republic Indonesia No. 1464/MENKES/PER/X/2010 TENTANG IZIN PENYELANGGARAAN PRAKTEK BIDAN meliputi: (1) PENYELENGGARAAN PRAKTIK Pasal 9 Bidan
dalam
menjalankan
praktek
berwenang
untuk
memberikan pelayanan yang meliputi: (a) Pelayanan kesehatan ibu. (b) Pelayanan kesehatan anak. (c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan KB. Pasal 10 (a) Pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan. (b) Pelayanan kesehatan ibu meliputi:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
106
(i)
Pelayanan konseling pada masa pra hamil.
(ii) Pelayanan antenatal pada hamil normal. (iii) Pelayanan persalinan normal. (iv) Pelayanan ibu nifas normal. (v) Peayanan ibu menyusui. (vi) Pelayanan konseling antara kehamilan. Pasal 11 (a) Pelayanan kesehatan abak yang dimaksud diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak, balita dan anak pra sekolah. (b) Bidan
dalam
memberikan
pelayanan
kesehatan
berwenang untuk: (i)
Melakukan asuhan BBL normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, IMD, inj Vit K1, perawatan tali pusat.
(ii) Penanganan hipotermi pada BBL dan segera rujuk. Pasal 12 (a) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan KB (b) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom. Pasal 13 (a) Selain kewenangan sebagaimana pasal 10,11,12 bidan yang menjalankan program pemerintahan berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016
107
(i)
Pemberian obat kontrasepsi suntikan, AKDR dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.
(ii) Asuhan
antenatal
terintegrasi
dengan
intervensi
khusus penyakit kronis tertentu dilakuakn di bawah supervise dokter. (iii) Penanganan bayi dan anakbalita sesuai pedoman yang ditentukan. (2) PENCATATAN DAN PELAPORAN Pasal 20 (a) Dalam melaksanakan tugas bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan. (b) Pelaporan dimaksud ditunjukkan ke puskesmas wilayah tempat praktik. (c) Dikecualikan
untuk
bidan
yang
bekerja
di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurina Fadiah, Kebidanan DIII UMP, 2016