1
BAB II OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah SLBN Surakarta adalah sub sentra pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus yang didirikan pada tahun 1997. Sekolah yang berstatus Negeri yang telah mendapatkan pengakuan sertifikat ISO 9001 – 2008 dalam pengelolaan sistem manajemen mutu sekolah tersebut berada di bawah naungan Balai Pengembangan Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Sekolah terletak di daerah pemukiman penduduk daerah Sambeng yang berdekatan dengan Terminal bus Tirtonadi dan Stasiun Balapan yang menjadi sentralnya transportasi kota Surakarta. Dengan luas lahan 5090 m2, sekolah dengan semboyan BERIMAN (bersih, rapi, indah dan nyaman) tersebut memang menjadikan SLBN Surakarta benar-benar nyaman untuk tempat belajar anak-anak berkebutuhan khusus.
B. Visi dan Misi 1. Visi Mewujudkan pendidikan khusus unggulan
serta
pembentuk
sumber daya manusia anak berkebutuhan khusus yang mandiri dan mampu berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Misi Memberi kesempatan bagi semua anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan khusus sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki Membentuk
tamatan
yang
berkepribadian
dan
mampu
mengembangkan keimanan, pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dalam memasuki kehidupan bermasyarakat.
2
Memperluas jejaring / networking dalam upaya mengembangkan dan mensosialisasikan pendidikan luar biasa
C. Sarana dan Prasarana 1. Ruang kelas bersih berkeramik 2. Asrama siswa putra dan putri 3. Perpustkaan digital 4. Hot spot area 5. Lab komputer 6. Lapangan olahraga 7. Keterampilan vokasional a. Tata rias b. Tata busana c. Tata boga d. Otomotif e. Elektro f. Pertukangan g. Pertamanan/perikanan
D. Kerjasama Dalam rangka mengembangkan pelayanan pendidikan SLBN Surakarta bekerjasama dengan berbagai instansi baik yang berada di dalam maupun di luar negeri, antara lain : 1. STIMIK Sinus Surakarta 2. Universitas Sebelas Maret (UNS) 3. Akademi Fisioterapi Surakarta 4. Lembaga TOEFL Indonesia (LTI) 5. Dejavato Foundation (Belanda) 6. City and Guild (Singapore)
3
E. Jenjang Pendidikan 1. TK 2. SDLB 3. SMPLB 4. SMALB 5. Bengkel kerja 6. Unit produksi
F. Kurikulum Kegiatan belajar mengajar menggunakan kurikulum yang telah ditetapkan oleh Depdiknas dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah disusun bersama sehingga benarbenar disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang meliputi bidang pembelajaran : 1. Program umum : PKN, pendidikan agama, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, penjas, kesenian. 2. Program khusus : orientasi mobilitas (OM) untuk tuna netra, kemampuan merawat diri untuk tuna grahita, bina persepsi bunyi dan irama untuk tuna rungu, terapi 3. Program muatan lokal : membatik 4. Program keterampilan
G. Kegiatan ekstrakurikuler Dalam upaya mengembangkan pembinaan prestasi dan bakat siswa dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang meliputi : 1. Drum band 2. Musik 3. Menari (tari modern dan tradisional) 4. Menyanyi 5. Olahraga prestasi 6. Pramuka
4
7. Kerohanian 8. Melukis 9. Modeling 10. Pantomime 11. Karawitan
H. Jenis Ketunaan yang Ditangani di Klinik SLBN 1. Tuna Netra 2. Tuna Rungu Wicara 3. Tuna Grahita 4. Tuna Daksa 5. Tuna Laras 6. Autis
I. Tahapan-tahapan Penanganan Siswa ADHD di Klinik SLBN Surakarta 1. Assessment Ada beberapa tahapan Proses komunikasi yang pertama dilakukan terapis adalah menemukan fakta atau fact finding yaitu mengumpulkan data, fakta dan informasi sebelum terapis menyusun dan melakukan program. Dalam tahap assesment ini terapis mengamati kondisi fisik anak terlebih dahulu, dilihat respon anak seperti apa ketika dipangil atau diminta mengucapkan sesuatu, ditaruh di dalam ruangan kemudian di dudukan mampu bertahan berapa lama dalam arti tidak meninggalkan posisinya, lalu ada tes tentang gross motor atau motorik kasar, terapis akan mengamati ada gangguan atau tidak misalnya gangguan berjalan, berlari, duduk, bangun, mengangkat benda dan lain-lain, kemudian dilihat fine motoric atau motorik halus, contohnya anak diminta untuk memegang pensil atau menulis di sini terapis akan mengamati dengan seksama, lalu terapis juga akan melihat dari segi akademisnya semisal sudah mampu atau belum dalam membedakan warna. Setelah
5
mendapatkan hasilnya akan ditulis dalam sebuah laporan yang akan disampaikan kepada orang tua atau wali siswa, selain itu orang tua juga akan diberi pertanyaan tentang riwayat anak tersebut seperti apa. 2. Penyusunan dan Pelaksanaan Program Setelah mendapatkan fakta dan data tentang anak seperti apa, selanjutnya akan masuk ke tahap penyusunan dan pelaksanaan program. Dalam tahap ini terapis membuat perencanaan bagaimana cara mengatasi siswa berkebutuhan khusus dari berbagai macam ketunaan, seperti; Tunanetra, tunawicara, tunadaksa, tunagrahita dan lain-lain. Sebagai acuan untuk memantau perkembangan anak dalam menjalani program maka dibuatlah Individual Education Program atau PPI yaitu Program Pembelajaran Individualisasi, maksud dari individualisasi adalah setiap anak yang mengalami ketunaan akan dibuatkan program sebagai acuan yang nantinya akan mempermudah terapis dalam menyampaikan materi kepada siswanya, didalam PPI terdapat serangkaian poin-poin yang harus ditempuh oleh anak. Meskipun siswa memiliki jenis ketunaan yang sama, akan tetapi PPI yang dibuat dapat berbeda-beda tergantung dari kemampuan dan kebutuhan masing-masing anak. Setelah perencanaan disusun, masuklah ke dalam pelaksanaan program, siswa ADHD akan dimasukan ke dalam ruangan-ruangan khusus tergantung materi apa yang akan dijalani, misalnya; terapi wicara, fisioterapi dan lain-lain, diadalam ruangan tersebut satu orang siswa akan ditemani oleh satu orang terapis. Yang harus dilakukan terapis pertama kali adalah mengetahui bagaimana karakter siswa, dalam kasus ini adalah siswa ADHD. Walaupun sebenarnya sudah terdapat di dalam PPI tentang apa yang dibutuhkan siswa ADHD tetapi terapis juga harus mengenal lebih mendalam tentang siswa ADHD tersebut karena karakter setiap anak berbeda-beda.
6
Diharapkan dengan adanya perencanaan komunikasi dan pelaksanaan program ini, siswa ADHD dapat mengalami perubahan dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, perubahan perilaku afektif perubahan dari tidak mau menjadi mau, dan perubahan perilaku psikomotorik adalah perubahan dari tidak mampu menjadi mampu. Suatu perencanaan komunikasi yang baik adalah suatu perencanaan yang benar-benar dapat digunakan sebagai pedoman yang dapat membantu mempermudah pelaksanaan kegiatan.
3. Evaluasi Tahap proses komunikasi yang ketiga adalah adalah evaluasi, pada tahap ini penilaian dan analisis kembali diperlukan untuk melihat bagaimana hasil komunikasi tersebut. Kemudian menjadi bahan bagi perencanaan melakukan komunikasi selanjutnya ini berfungsi untuk mengetahui apakah program pembelajaran khusus yang diberikan berhasil atau tidak. Pada tahap evaluasi terbagi menjadi dua macam, yakni evaluasi harian dan evaluasi persemester, evaluasi harian adalah catatan
evaluasi
yang
dilakukan
setiap
hari
setelah
proses
pembelajaran dicatat ke dalam buku penghubung, isinya tentang aktivitas apa yang sudah dilakukan siswa ADHD kemajuan apa yang telah dicapai pada hari itu dan apa saja yang menjadi PR di rumah, buku ini akan diisi oleh terapis dan akan diberikan kepada orang tua setiap harinya sebagai catatan. Yang kedua adalah evaluasi persemester, evaluasi ini dilakukan setiap enam bulan sekali yang hasilnya akan ditulis di dalam raport. Pada evaluasi perlu dilakukan pemantauan secara terus menerus terhadap kemajuan anak dan bahkan kemunduran belajar anak. Jika anak mengalami kemajuan belajar, pendekatan yang dipilih terapis perlu dipertahankan dan ditingkatkan, tetapi jika terdapat kemunduran, perlu diadakan peninjauan kembali, baik mengenai
7
materi, pendekatan, maupun media yang digunakan anak yang bersangkutan untuk memperbaiki kekurangannya.
J. Terapi Dalam upaya menangani siswa ADHD yang memerlukan terapi maka disediakan tenaga seperti : 1. Terapi wicara Terapi wicara adalah salah satu metode yang digunakan untuk membantu kesulitan anak ADHD dalam berkomunikasi, karena
hampir
sebagian
besar
anak
ADHD
mempunyai
keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa. Masalah utama bukan hambatan dalam mengucapkan kata-kata melainkan pada pemahaman bahasa secara keseluruhan.1 Bukan rahasia lagi, kemampuan berbicara penyandang ADHD berkembang sangat lambat. Pada saat teman-teman sebayanya sudah pandai bercerita, anak ADHD biasanya sulit sekali bersuara walaupun untuk sepatah kata. Jika mereka mengoceh, suara dari bibirnya terdengar aneh dan seperti gumaman yang sulit dimengerti. Untuk mengatasi hal tersebut, ada sejumlah latihan yang bisa dikerjakan: a. Pecs dan comic adalah kartu-kartu bergambar yang digunakan untuk membantu anak mengungkapkan keinginannya dan mengekspresikan
diri.
Awalnya
anak
diajari
untuk
memperoleh sesuatu yang diinginkan hanya dengan menunjuk atau menyerahkan kartu yang merupakan simbol dari bendanya. Selanjutnya anak ADHD diajarkan kemampuan komunikasi yang lebih kompleks seperti menyusun kalimat sederhana dan menjawab pertanyaan. 1
Adriana S. Ginanjar, Panduan Praktis Mendidik Anak Autis, Menjadi Orang Tua Istimewa, Jakarta; Dian Rakyat, 2008. Hlm. 35
8
b. Facilitated Communication; anak ADHD diajarkan untuk mengungkapkan diri dengan cara menunjuk huruf-huruf pada papan abjad atau organizer. Anak ADHD banyak mengalami masalah koordinasi motorik tangan, maka oleh karenanya awalnya diberikan bantuan untuk menyangga lengan tangan mereka. c. Sign Language atau bahasa isyarat; cara komunikasi dengan menggunakan gerakan tangan, badan, dan ekspresi wajah. Pada sebagian anak cara ini menjadi sulit karena mereka mengalami hambatan dalam melakukan gerakan yang tepat.2 Adapun latihan lain yang dipakai yaitu bertepuk tangan dengan ritme yang berbeda-beda, mengimitasi bunyi vokal, mengimitasi kata dan kalimat, belajar mengenal kata benda dan sifat, merespons bunyi-bunyi dari lingkungan sekitar dan belajar membedakannya, mengembangkan kemampuan organ artikulasi, belajar berbagai ekspresi yang mewakili perasaan (sedih, senang, cemas, sakit dan marah) menangis, berlatih mengangguk untuk mengatakan „ya‟, menggeleng untuk mengatakan “tidak” dan lainlain, juga belajar merangkai, kata, frase dan kalimat. Untuk alat bantu biasanya digunakan gambar atau media.3 Dengan terapi wicara, kemampuan anak ADHD terjadi peningkatan. Mereka yang telah sukses menjalani terapi ini mudah bercakap-cakap. Bahkan ada beberapa anak ADHD yang memiliki kemampuan berbahasa di atas anak-anak sebayanya.
2
Ginanjar, S. Adriana. (2008). Panduan Praktis Mendidik Anak Autis, Menjadi Orang Tua Istimewa. Jakarta: Dian Rakyat. Hlm. 35-36 3 Dewi Rina Cahyani, http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/artikel/235-aneka-untukaneka-autisme.
9
2. Okupasi terapi Pada
terapi
okupasi, anak diajarkan menggunakan halusnya
motorik
secara
maksimal.
lebih
Dengan
motorik
halus
inilah
anak
menggerakan
mainan, mengancingkan baju,
hingga
Gambar 2 Anak ADHD sedang menjalani terapi okupasi
menggenggam sendok. Jadi, terapi yang dilakukan lebih ke arah motorik halusnya. Dalam kasus di atas bukan dari segi bagaimana anak membungkuk tetapi bagaimana jari-jemari anak dapat bergerak lebih baik. Tak hanya motorik halus saja, anak juga diterapi dalam memperbaiki perilakunya, dalam kasus ini adalah anak ADHD, contohnya perilaku yang kadang meledak-ledak ini perlu dicarikan solusinya. Terapi okupasi atau okupasi terapi adalah terapi yang memiliki kegunaan atau fungsi untuk membuat otot menjadi halus saat dilatih, terapi ini cocok untuk anak yang memiliki keterlambatan pada saat melakukan komunikasi.4 Oleh karena itu anak yang memiliki keterlambatan dalam berbicara atau dalam berkomunikasi, bisa dilakukan atau diterapkan melalui terapi okupasi ini, agar saat melakukan pembicaraan akan bisa seperti anak pada umumnya. 3. Fisioterapi Merupakan ilmu yang menitikberatkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak atau fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti dengan proses/metode 4
http://terapiautis.org/ diakses selasa 2 februari jam 14.00
10
terapi gerak. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.778 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan, fisioterapi adalah suatu pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk individu dan atau kelompok dalam upaya
mengembangkan,
memelihara, dan memulihkan gerak dan
fungsi
kehidupan
sepanjang
dengan
daur
menggunakan
modalitas fisik, agen fisik, mekanis, gerak, dan komunikasi. Fisioterapi dapat melatih pasien dengan olahraga khusus, penguluran dan bermacam-
Gambar 3 Anak ADHD sedang menjalani fisioterapi
macam teknik dan menggunakan beberapa alat khusus untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien yang tidak dapat diatasi dengan latihan–latihan fisioterapi.5 Gerakan-gerakan yang akan diajarkan tergantung pada usia kemampuan motoriknya. Bukan kemampuan usia kronologis.
K. Media bantu pembelajaran siswa ADHD Pada dasarnya dalam memberikan pola ajar kepada siswa hiperaktif haruslah special dan diberikan pelayanan khusus, sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa harus ada faktor pendukung dalam melakukan pola pembelajaran yang baik, salah satunya hal tersebut bisa didukung dengan sarana seperti tenaga didik khusus, ruangan khusus, pola pembelajaran, bahkan media yang digunakan secara khusus pula. Sebagai media pembelajaran kepada para siswa ADHD, bisa berupa media pembelajaran yang bersifat permainan, pola pembelajaran seperti ini dilakukan oleh terapis di klinik SLBN Surakarta, sebab dengan 5
https://id.wikipedia.org/wiki/Fisioterapi diakses 3 februari 2016 pukul 00.16
11
menggunakan alat peraga dalam pola pembelajaran, para siswa ADHD berantusias dan mudah sekali memahami pesan yang disampaikan oleh terapisnya, seperti beberapa alat permainan atau yang biasa disebut APE (alat permainan edukatif).
Alat permainan edukatif merupakan suatu
kegiatan yang sangat menyenangkan dan merupakan cara atau alat permainan yang bersifat mendidik dan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, berpikir serta bergaul dengan lingkungan atau untuk menguatkan dan menterampilkan anggota badan siswa ADHD, mengembangkan kepribadian, mendekatkan hubungan antara terapis dengan siswa ADHD, kemudian menyalurkan kegiatan siswa ADHD dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk menunjang pembelajaran morik kasar dan halusnya. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan
untuk
belajar
dan
berlatih.
Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting,
menulis
dan
sebagainya.6
Contohnya seperti gambar disamping Faros sedang belajar menempelkan gambar yang telah diguntingnya ke dalam buku miliknya. Aspek
psikomotorik
anak
Gambar 4 Anak ADHD sedang dilatih motorik halusnya
sangat
berperan dalam aspek kognitif dan afektif anak. Sehingga sesuatu yang dapat melatih ketrampilan motorik halus anak dapat dilakukan, antara lain 1.
Menyusun balok, mengajak anak untuk bermain dan berlatih menyusun balok menjadi sesuatu misalnya istana atau mobil-mobilan. Kegiatan menyusun balok seperti ini dapat memberikan efek positif pada pola pikir anak.
6
//www.facebook.com/mikiminischool/posts/1431033703804352 (Selasa 23 Desember pukul 04.10)
12
2.
Mengajak Anak untuk menulis Guru dapat memberi contoh tulisan dipapan tulis dan menyuruh anak menuliskannya di bukunya.
3.
Memotong gambar yang disukai anak-anak, memberikan gambar yang disukai anak. Misalnya gambar kartun atau robot yang sedang menjadi pembicaraan anak. Hal ini memberi kesenangan tersendiri pada anak. Setelah memotong, anak dapat menempel gambarnya pada buku.7 Untuk melatih motorik kasar (gross motoric), keseimbangan tubuh,
kekuatan otot kaki dan kekuatan otot tangan dapat menggunakan papan loncat, guling besar, papan titian, meja goyang. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.8 Stimulasi perkembangan gerak anak sangatlah penting dalam mengasah aspek psikomotorik anak. Dan tentu saja aspek psikomotorik anak sangat berperan dalam aspek kognitif dan afektif anak. Sebab, dengan melatih keterampilan gerak anak, anak menjadi aktif, pola pikirnya berkembang, dan tubuh akan menjadi sehat. Alat Peraga yang dapat digunakan menurut Buku Panduan Metodik Khusus Taman Kanak-Kanak Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 1997 antara lain adalah : 1.
Menangkap bola, Mengajak anak untuk menangkap bola dengan menggunakan bola sebesar bola tenis. Sekali-kali bola dilempar ke arah anak, dan meminta anak menangkapnya, kemudian melempar kembali ke arah guru kembali dan begitu seterusnya.
2.
Berjalan mengikuti garis lurus Di halaman, Guru dapat meletakkan papan sempit, atau buat garis lurus dengan tali rafia/kapur atau susun batu bata memanjang. Kemudian menunjukkan pada anak cara
7
http://digilib.ump.ac.id/download.php?id=714 (Selasa 23 Desember pukul 04.25) //www.facebook.com/mikiminischool/posts/1431033703804352 (Selasa 23 Desember pukul 04.10) 8
13
berjalan di atas papan/garis lurus dengan merentangkan kedua lengan/tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh. 3.
Melompat, Menunjukkan pada anak cara melompat dengan satu kaki. Bila anak sudah bisa melompat dengan satu kaki, kemudian guru memberi contoh untuk cara melompat melintas ruangan, mula mula dengan satu kaki, kemudian bergantian dengan kaki yang lainnya, (4) Melempar benda-benda kecil ke atas, Mengajari anak melempar benda-benda kecil ke atas atau menjatuhkan kerikil ke dalam kaleng. Guru harus menggunakan benda-benda yang tidak berbahaya untuk hal ini.
4.
Menirukan binatang berjalan Menunjukkan pada anak cara binatang berjalan, misal kucing berjalan dengan kedua kaki dan tangan.9 Seperti
pada
gambar
disamping
terlihat siswa ADHD sedang melakukan terapi untuk melatih motorik kasarnya, pada awalnya
siswa
yang
baru
pertama
melakukan hal seperti ini kebanyakan akan mengalami ketakutan walaupun sebenarnya ini merupakan hal sepele bagi orang dewasa, cara untuk mengatasi ketakutan anak itu yakni dengan menenangkan anak kemudian meberikan
motivasi
agar
anak
Gambar 5 Anak ADHD sedang dilatih motorik kasarnya
mau
melakukan hal itu, atau juga bisa dengan menggunakan kalimat yang tegas, tergantung individu anak tersebut.
L. Kegiatan Khusus di Klinik SLBN Surakarta untuk siswa ADHD Kerjasama teman sebaya (peer collaboration) dapat menjadikan suatu cara yang terbaik bagi siswa-siswa untuk melibatkan diri yang sebenarnya dalam meningkatkan kualitas sosial kehidupan mereka. Ini pertimbangan yang sangat penting dalam menangani siswa-siswa yang 9
http://digilib.ump.ac.id/download.php?id=714 (selasa 23 desember pukul 4.25)
14
mengalami hambatan emosi dan perilaku dalam berhubungan dengan teman-teman. Untuk itulah setiap bulannya Klinik SLBN Surakarta mengadakan kegiatan berkelompok dengan tujuan agar anak ADHD khususnya, terbiasa dengan aktivitas sosial dan tidak sibuk dengan aktivitas dia sendiri, kemudian untuk acara setiap semester biasanya diadakan outbond bersama-sama dengan semua siswa di klinik.
M. Komunikasi Antarpribadi Terapis terhadap Siswa ADHD Penulis telah melakukan penelitian selama dua bulan di Klinik SLBN Surakarta, termasuk penelitian melalui observasi, berikut ini adalah hasil observasi penulis mengenai komunikasi antarpribadi terapis terhadap siswa ADHD : 1. Siswa ADHD yang diteliti penulis adalah Doni (17), Fifi (6) dan Faros (7), ketiga siswa ini adalah siswa ADHD yang dipegang oleh Ibu Dwi. Sebagai anak yang mengidap ADHD, mereka sangat aktif dan sulit diarahkan tetapi tingkat keaktifan setiap anak berbeda, namun pada intinya mereka terkadang tidak dapat fokus atau konsentrasi pada saat kegiatan belajar mengajar maupun terapi. Mereka bertiga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, rata-rata dalam berkomunikasi kalimat yang mereka pakai kurang jelas dan penyusunan katanya terbalik-balik. Tetapi dengan penanganan terapis, mereka bertiga mengalami
kemajuan
dan
sedikit
banyak
sudah
mampu
berkomunikasi dengan orang lain. 2. Ketika berkomunikasi dengan mereka, terapis selalu berkomunikasi dengan kalimat yang sederhana, jelas dan dengan suara besar. Terapis selalu memberikan sentuhan kepada mereka, misalnya : memegang tangan dan memegang pipi. Ketika mereka tidak dapat memahami sesuatu
maka
terapis
akan
memberikan
contoh
misalnya
menggunakan gambar atau gerak tubuh. Bahasa yang digunakan oleh terapis adalah bahasa baku. Terapis selalu menjaga kontak mata dan memperhatikan ekspresi wajah siswa ADHD. Jika perhatian mereka
15
teralihkan oleh sesuatu sehingga membuatnya tidak fokus maka terapis mengatakan untuk melihat ke mata terapis. dukungan atau motivasi selalu diberikan. Hal ini terlihat dari pujian, semangat dan bantuan yang diberikan oleh terapis pada saat siswa ADHD berhasil melakukan sesuatu dengan baik.
16