BAB II MINAT REMAJA BELAJAR AGAMA ISLAM
A. Minat Belajar 1. Pengertian Minat Belajar Menurut bahasa minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan-keinginan.1 Ada beberapa para ahli mendefinisikan pengertian minat secara istilah yaitu sebagai berikut: a.
Menurut Crow dan Crow minat atau interes bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan itu sendidri. 2
b.
Menurut Bimo Walgito menyatakan bahwa minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut.3
c.
Menurut Sardiman, minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat cirri-ciri atau arti sementara situasi yang berhubungan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan.
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 656. 2 Abd. Rochman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993), hlm. 112. 3 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 38.
21
22
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa yang relative menetap kepada diri seseorang dan biasanya disertai dengan perasaan senang. Pengertian belajar ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli psikologi dantaranya : a.
Belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuain tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. 4
b.
Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatukan diri sebagai suatu pola dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap kebutuhan. 5
c.
Belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. 6
d.
Belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, Ilmu pengetahuan dan berbagai sikap. 7 Jadi yang dimaksud dari minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang
menampakkan diri dalam beberapa gejala, seperti gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman. Dengan kata lain, minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka ketertarikan peserta didik atau seseorang terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan partisipasi dan keaktifan dalam belajar. 4
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 84 Ibid., hlm. 84 6 Wasly Soemanto, Psikologi Pendidika (Jakarta: Malang Rineke Cipta, 2003), hlm. 103. 7 Lester D.Crow dan Alice Crow, Psikologi Pendidikan, Jilid I, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1984), hlm. 321. 5
23
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu adalah banyak sekali macamnya, terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu. Untuk memudahkan penulisan dapat dilakukan klasifikasi demikian. 8 a.
Faktor internal (faktor dari dalam), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani.
b.
Faktor eksternal (faktor dari luar), yakni kondisi lingkungan di sekitar kita.
c.
Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar, yang meliputi strategi dan metode yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. 9 Faktor-faktor yang mempengaruhi minat, seseorang pakar pendidikan. Slameto
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat dibagi menjadi dua yaitu: a.
Faktor yang timbul dalam diri atau yang disebut faktor internal, yang meliputi: 1) Pembawaan Faktor pembawaan, yang disebut keturunan atau faktor herediter adalah faktor-faktor yang menentukan batas dan kemungkinan apa yang dapat terjadi pada organisme dalam lingkungan kehidupannya. 10 Faktor
pembawaan
mempengaruhi
minat
seseorang,
kondisi
dari
pertumbuhan memungkinkan gejala-gejala emosi seperti halnya timbul 8
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 233. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar pengantar (Jakarta: Logos Wacara Ilmu, 1999), hlm. 130. 10 Saifudin Anwar, Pengantar Psikologi intelegensi (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 72 9
24
minat dalam dirinya. Hal semacam ini yang menentukan manusia ada yang bermata biru, ada yang pendek, ada yang berkulit putih. 2) Psikologis Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap minat seseorang yang juga bersifat psikologis itu. Kondisi psikologis yang terguncang menyebabkan minat akan berkurang, berbeda dengan psikologi yang tenang dan membuat nyaman tentu minat akan bertambah. 3) Keadaan jasmani Faktor yang berhubungan dengan jasmani atau disebut juga faktor biologis, faktor ini misalnya: kesehatan dan cacat mental. Kesehatan erat sekalidengan pembentukan atau timbulnya minat, begitu juga dengan cacat badan, misalnya setengah buta, setengah tuli, gangguan bicara dan cacat badan lainnya. 4) Kebutuhan Berdasarkan dari kebutuhan seorang dia akan memperhatikan apa yang harus dipenuhinya, dari perhatian inilah akan timbul minat, terutama dalam hal belajar
karena
tuntutan
harus
menginginkan
sesuatu
dan
harus
mempermudah sesuatu. Kebutuhan anak/siswa ditinjau dari segi jenisnya, menurut Oemar Hamalik adalah sebagai berikut: -
Kebutuhan tentang tujuan-tujuan yang dekat.
25
-
Kebutuhan akan sukses.
-
Kebutuhan akan hal-hal yang rutin dan konsisten.
-
Kebutuhan bermain.
-
Kebutuhan untuk diterima dan dibenarkan oleh lingkungan.
-
Kebutuhan akan pendidikan dari oarng tua.11
Kemudian Oemar Hamalik mengutip teori Maslow yang mengemukakan susunan kebutuhan-kebutuhan individu sebagai berikut: 1) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan maka, bernafas, tidur, kegiatan, seks dan kepuasan. 2) Kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman, setiap individu selalu berusaha untuk menyelamatkan diri. 3) Kebutuhan untuk diterima dan untuk dicintai, apabila seseorang kurang mendapat cinta dan kasih saying, ia akan sangat membutuhkan cinta dan kasih sayang itu. 4) Kebutuhan akan harga diri, harga diri seseorang timbul dalam hubungannya dengan orang lain di dalam kelompoknya. 5) Kebutuhan untuk merealisasikan diri. Realisasi atau aktualisasi diri berarti akan atau harus menjadi apakah seseorang itu berdasarkan potensi-potensi
11
yang
adadidalam
dirinya.
Penekanan
terhadap
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), hlm. 102-105.
26
kecenderungan heterostatik dari organism manusia yaitu dorongan untuk tumbuh, untuk menjadi dan untuk belajar. 12 b.
Faktor yang timbul dari luar yang disebut faktor eksternal Faktor eksternal/faktor dari luar ini meliputi faktor lingkungan. Pengaruh lingkungan terhadap individu sebenarnya telah diawali sejak terjadinya pembuahan. Sejak pembuahan sampai saat kelahiran, lingkungan telah mempengaruhi calon bayi lewat ibunya. Setelah kelahiran, pengaruh lingkungan terhadap individu semakin penting dan besar. Proses yang paling penting setelah ini adalah proses belajar yang menyebabkan perbedaan perilaku individu satu dengan yang lain. 13 Faktor lingkungan ini mempunyai tiga segi yaitu: 1) Lingkungan alami dan materi Lingkungan materi seperti dengan keadaan suhu, kelembaban udara berpengaruh terhadap minat, proses, dan hasil belajar. Minat belajar pada keadaan yang segar akan lebih bersemangat dari pada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pelembab. 14 Yang dimaksud dengan lingkungan alami adalah semua yang terdapat disekitar. Individu yang bersifat kebendaan dan alami, serta semua benda
12
Ibid. hlm, 176-178. Saifudin Anwar, Pengantar Psikologi Intelegensi (Yogjakarta: Pustaka Pelajar,1996), hlm. 74 14 Ibid. hlm. 40 13
27
dan alat-alat yang diperlukan gunamembantunya untuk hidup dan berjuang, demi memperhatikan kelangsungannya.15 Maka iklim, pengumuman, lembah dan daratan, hujan, tanah, gempa, letusan dan perpindahan bumi, semua merupakan aspek-aspek alami penting, yang mempengaruhi perkembangan dan kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri, dan kadar kesungguhan yang dilakukannya untuk mencapai sebanyak mungkin kebahagiaan bagi dirinya dan anggota keluarganya. Demikian pula dengan makanan, tempat tinggal dan pakaian, yang merupakan sisi lain dari segi materi, yang jika semuanya itu tidak ada, akan binasalah manusia dan mungkin dihadapkan dengan kepunahan. 2) Lingkungan sosial dan kebudayaan Masyarakat tempat manusia dengan anggota-anggotanya dan dapat kebiasannya serta pengaturan yang mengatur hubungan mereka satu sama lain. Setiapa orang tergabung dalam keluarga, dimana dia hidup diantara angota-anggotanya, dan setiap kita adalah warga dari satu tanah air dan satu masyarakat yang hidup ditengah-tengah anggotanya, serta terikat pada mereka dengan ikatan social,ekonomi, kejiwaan dan kebudayaan yang bermacam-macam. 16
15
Mustofa Fahmi, Penyesuaian Diri Pengertian dan Peranannya dalam Kesehatan Mental (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hlm. 15 16 Ibid, hlm. 16
28
Sifat hubungan social antara anggota telah menyebabkan adanya semacam perasaan sosial bersama antara anggota suatu kelompok. Perasaan tersebut jelas terlihat dalam kerja sama anggota suatu kelompok dalam menghadapi kepentingan bersama dan tanggung jawab umum dan tampak pada tentaang peristiwa dan keadaan yang menjadi perhatian bersama. Lingkungan keluarga sekolah dan masyarakat ini berpengaruh pada minat, situasi dan kondisi lingkungan sering kali tidak kita sadari akan mempengaruhi minat belajar, dan kalau tidak ditangani akan berakibat fatal. 3) Lingkungan kejiwaan dan individu Yang kita maksud dengan lingkungan kejiwaan dari individu adalah kejiwaan insane, bagaimana orang dapat mengatur dan menguasainya lagi bahwa pengertian pribadi memegang peranan penting dalam mengarahkan kelakuan individu kearah sosial yang dapat diterima oleh orang lain. 17 Pandangan orang terhadap dirinya merupakan inti pokok dari kepribadiannya dan ia merupakan faktor asasi dalam penyesuaian diri dengan minat dan sosial padanya. Lingkungan kejiwaan dari individu sangatlah penting diperhatikan karena ini adalah modal awal untuk mencapai minat belajar sesungguhnya. 3.
Cara Membangkitkan minat belajar Minat antara lain dapat dibandingkan dengan cara-cara sebagai berikut:
17
Ibid, hlm 17
29
a.
Menurut Sukarsimi Arikunto, ada beberapa unsur yang dapat menarik minat belajar, yaitu: 1) Bahan pelajaran yang menarik minat. 2) Alat pengajaran yang menarik minat. 3) Keadaan/situasi yang menarik minat. 4) Guru yang menarik perhatian. 18
b.
Menurut prof. Dr. Ramayulis, cara untuk menarik minat dan perhatian siswa yang dilakukan guru yaitu dengan : 1) Cara belajar yang baik. 2) Alat peraga yang cukup memadai. 3) Intonasi yang tepat dan humor.19
c.
Menurut Syiful Bahri Djamara, cara yang dilakukan oleh seorang guru untuk membangkitkan minat belajar adalah: 1) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada suatu kebutuhan pada diri peserta didik sehingga dia rela belajar tanpa paksaan. 2) Menggunakan bebrbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individu anak. 3) Menghubungkan bahan pelajaran yang berkaitan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki peserta didik sehingga materi pembelajaran mudah diterima.
18
Suharsimi Arikunto, Manajemen pengajaran secara manusiawai (Jakarta: Rineke Cipta, 1993), hlm. 104. 19 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: kalam Mulia, 2002), hlm. 38.
30
4) Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif. 20 d.
Menurut Sardiman AM, cara membangkitkan minat belajar siswa adalah dengan cara sebagai berikut: 1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan. 2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau. 3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. 4) Menggunakan berbagai macam bentuk belajar. 21
4. Fungsi Minat Dalam Belajar Minat mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan mempunyai dampak yang besar pada tingkah laku, kalau ditinjau dari unsure-unsur yang ada pada minat. Dalam buku psikologi pendidikan karangan Abd. Rochman Abror, mengatakan bahwa kita memperoleh kesan bahwa minat itu sebenarnya mengandung unsure-unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan korasi (kehendak). Oleh sebab itu, minat dapat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab kalau tidak demikian maka minat tidak akan mempunyai arti apa-apa. Unsur kognisi, dalam arti minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut. Unsure emosi, karena dalam partisipasi dan pengalaman itu disertai dengan perasaan tertentu (biasanya perasaan senang). Sedang unsure 20 21
93.
Syiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineke Cipta, 2002), hlm. 133. Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2000), hlm.
31
korasi merupakan kelanjutan dari kedua unsure terseebut yaitu diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan kegiatan, termasuk kegiatan yang diselenggarakan di sekolah. 22 Untuk memperjelas fungsi minat,maka dapat di uraikan sebagai berikut: a.
Minat sebagai sumber motivasi untuk belajar,sepanjang masa kanak-kanak minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Anak yang minat pada suatu pelajaran atau permainan akan lebih giat dibandingkan dengan anak yang tidak berminat.
b.
Bentuk dan intensitas aspirasi anak akan dipengaruhi oleh minat, semakin yakin mereka mengenal pekerjaan yang diidamkan, semakin besar minat mereka terhadap kegiatan, di kelas atau di luar kelas yang mendukung tercapainya aspirasi itu.
c.
Minat menumbuhkan rasa gembira dalam belajar. Bila anak berminat pada suatu kegiatan. Pengalaman mereka anak jauh lebih menyenangkan daripada bila mereka bosan. Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, minat memiliki beberapa fungsi
antara lain: a.
Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, tanpa minat maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
b.
Minat berfungsi sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil, besar kecilnya minat akan menentukan mempermudah mencapainya. 22
Abd. Rochman Abror, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), hlm. 112.
32
c.
Mempermudah mencapai tujuan. Keberadaan minat akan menjadikan seseorang bekerja dan beraktifitas dengan giat, maka peluang tercapainya tujuan pun akan semakin dekat.
d.
Mengembangkan potensi diri. Minat juga berfungsi sebagai pengembang atau media untuk meningkatkan keahlian atau potensi yang ada di dalam diri masingmasing individu. Seseorang bisa menyalurkan keahlian sesuai dengan obyek yang diminatinya. 23
5. Peranan minat Dalam proses belajar mengajar peranan minat adalah untuk memutuskan pemikiran dan juga untuk menimbulan kegembiraan dalam usaha belajar sepertinya adanya kegairahan hati dapat memperbesar daya kemampuan belajar dan juga membantunya tidak melakukan apa yang dipelajarinya, jadi belajar dengan penuh gairah, minat dapat membuat rasa kepuasan dan kesenangan tersendiri. Ada beberapa peranan minat dalam belajar antara lain: a.
Menciptakan, menimbulkan konsentrasi atau perhatian dalam belajar.
b.
Menimbulkan kegembiraan atau perasaan senang dalam belajar.
c.
Memperkuat ingatan siswa tentang pelajaran yang diberikan guru.
d.
Melahirkan sikap belajar yang positif dan konstruksi.
e.
Memperkecil kebosanan siswa terhadap pelajaran. 24
23 24
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2005). hlm. 161 The Liang Gie, Cara Belajar yang Efektif (Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi, 1985), hlm. 21.
33
6. Macam-macam minat Minat belajar digolongkan menjadi beberapa macam diantaranya adalah: a.
Berdasarkan timbulnya minat dan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 25 1) Minat primitive, adalah minat yang timbul karena kebutuhan akan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks. 2) Minat Kultural atau minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita,misalnya minat belajar, individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan.
b.
Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Minat Intinsik adalah minat yang langsung berhubungan aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau minat asli. Sebagai contoh seseorang belajar karena memang cinta pada ilmu pengetahuan atau karena senang membaca, bukan karena ingin mendapat pujian atau penghargaan. Dalam bermain sepak bola,minat intrinsiknya adalah kesenangan dalam menyepak bola, bergerak bebas dalam alam terbuka dan sebagainya. 2) Minat Ekstrinsik, adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat
25
Abdul Rahman Saleh, Muhib Abdul Wahab, Psikologi suatu pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 265.
34
tersebut hilang. Sebagai contoh: seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas atau lulus ujian saringan SPMB, setelah menjadi juara kelas atau lulus ujian saringan SPMB minat belajarnya menjadi turun, dalam bermain sepak bola, minat ekstrinsiknya adalah bagaimana mencetak gol sebanyak mungkin bagaimana mengalahkan lawan dan sebagainya. Jadi dalam minat ekstrinsik ada usaha untuk melanjutkan aktivitas sehingga tujuan menjadi menurun atau hilang. 7. Pusat-pusat Minat Pusat-pusat minat adalah hal yang mendorong seseorang itu mempunyai minat. Minat itu sendiri merupakan kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang yang sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan yang paling penting dan umum menurut decroly adalah: a.
Kebutuhan akan makan.
b.
Kebutuhan akan perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian dan rumah).
c.
Kebutuhan memerhatikan diri terhadap bermacam-macam bencana dan musibah.
d.
Kebutuhan akan kerjasama, akan bermain sport. Keempat kebutuhan itulah yang menjadi pusat minat anak (oleh declory disebut
pusat-pusat minat). Dari pusat-pusat minat itulah bahana pelajaran dikumpulkan. Kalau bahan pelajaran diambil dari pusat-pusat minat anak, dengan sendirinya perhatian spontan akan timbul sehingga belajar akan berlangsung dengan baik. 26
26
Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1945), hlm. 133-134.
35
B. Remaja 1. Definisi Remaja Fase remaja merupakan segm perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu
bereproduksi sementara Salzman mengemukakan,bahwa
remaja
merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependen) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika, dan isu-isu moral. 27 a. Freud, menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang mempunyai bentuk yang denitive karena perpaduan hidup seksual yang banyak bentuknya dan infontile (sifat kekanak-kanakan). 28 b. Charlote Buhler,menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhn isi-mengisi. Individu menjadi gelisah dalam kesunyiannya, lekas marah dan bernafsu dengan ini tercipta syarat-syarat untuk kontak dengan individu lain. 29 c. Spranger, menafsirkan masa remaja itu sebagai suatu masa petumbuhan dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental ialah kesadaran akan
27
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2005), hlm 184 28
Achmad Juntika Nurihsan dan Mubiar Agustin, Dinamika Pengembangan Anak dan Remaja (Bandung: PT. Refika Aitama, 2011), hlm 56. 29
Ibid., hlm. 56
36
aku, berangsur-angsur menjadi jelasnya tujuan hidup, pertumbuhan ke aarah dan dalam berbagai lapangan hidup.30 d. Hoffman, menafsirkan bahwa masa remaja itu merupakan suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu. Perkembangan fungsi-fungsi psikofisik pada masa remaja berlangsung sangat pesat sehingga dituntut kepadanya untuk melakukan tindakan-tindakan integratif demi terciptanya harmoni diantara fungsi-fungsi didalamnya. 31 e. Conger, sejalan dengan pendapat Erikson menafsirkan masa remaja ini sebagai
demikian, dasuatu masa yang sangat kritis yang mungkin dapat
merupakan the best of time and the wort of time. Jika individu mampu mengatasi tuntutan yang dihadapinya secara integratif, ia akan menemukan identitasnya yang akan dibawanya menjelang masa dewasanya. Jika gagal, ia akan berada pada krisis identitas yang berkepanjangan. 32 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau di atas jembatan goyang, yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri. 33
30
Ibid., hlm. 56
31
Ibid., hlm. 56
32
Ibid., hlm. 56
33
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1996). Hlm 72
37
2. Ciri-ciri dan Batas Masa Remaja Seperti hanya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain: a. Masa remaja merupakan sebagai periode yang penting Kendatipun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun kadar kepentingannya berbeda-beda. Ada beberapa periode yang lebih penting daripada beberapa periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap skap dan perilaku. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologi pada periode remaja keduanya sama-sama penting. b. Masa remaja sebagai periode peralihan Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dan apa yang terjadi sebelumnya, tetapi lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembang ketahap berikutnya. Bila anak-anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari pula perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan. c. Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan dalam ikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Jika perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
38
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi, baik oleh anak lakilaki maupu perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh oran tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dengan mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalhnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Status remaja yang mendua saat ini menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan “kris identitas” atau masalah identitas ego pada remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, dan apa peranannya dalam masyarakat. f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, tidak dapat dipercaya, dan cenderung merusak, atau perilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi
39
kehidupan remaja takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukkan sebagaimana adanya. Terlebih dalam hal cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya pada dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah.
Remaja
akan
sakit
hati
dan
kecewa
apabila
orang
lain
mengecewakannya atau jika ia tidak berhasil mencapai tujuan yang dittapkanny sendiri. h. Masa remaja sebagai masa ambang dewasa Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang para remaja menjadi glisah untuk meninggalkan steorotip balasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Brtindak dan berpakaian seperti orang dewasa ternyata berumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan,
40
dan terlibat dalam perbatan seks. Mereka menganggap citra yang mereka inginkan.34 Mengenai batas remaja, terdapat keragaman dalam menetapkan batasan dan ukuran tentang kapan mulainya dan kapan berakhirnya masa remaja itu. Kebanyakan para ahli sepakat dalam menentukan masa remaja itu. Kebanyakan para ahli sepakat dalam menentukan permulaan masa remaja, yaitu dengan dimulainya kegoncangan yang ditandai dengan datangnya haidh d(menstruasi) pertama pada wanita dan mimpi bagi pria. Kejadian yang menenukan ini tidak sama antara satu dengan lainya. Tapi secara kira-kira ditentukan umur + 13 tahun sebagai permulaan masa remaja (adolesen). Sedangkan akhir masa remaja, para ahli juga tidak sepakat dalam hal ini, ada yang mengatakan umur 15 tahun, ada pula yang menentuka umur 18 tahun.35 Sedangkan seorang sarjana (Remplein) membagi masa remaja antara umur 11-12 menjadi: a.
Pra pubertas, yaitu wanita 10,5-13 tahun, dan laki-laki 12-14 tahun.
b.
Pubertas, yaitu wanita 13-15,5 tahun, dan laki-laki 14-16 tahun.
c.
Krisis remaja, yaitu wanita 13,5-16,5 tahun, dan laki-laki 16-17 tahun.
d.
Adolesen, yaitu wanita 16,5-17 tahun, dan laki-laki 17-21 tahun.36
34
Achmad Juntika Nurihsan dan Mubiar Agustin, Op.Cit. hlm 57-61
35
Zakiah Darajat., Op.Cit. hlm 71
36
Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalam Remaja (Jakarta: Rineke Cipta, 1991), hlm 9
41
3. Perkembangan Remaja Istilah perkembangan berari serangkaian perubahan progresif yang erjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. 37 Perkembangan pada masa remaja meliputi beberapa aspek, Antara lain: a.
Perkembangan Fisik Masa remaja merupakan salah satu daiantara dua masa rentangan kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa yang pertama terjadi pada fase prenatal dan bai. Bagian-bagian tubuh tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara proposional terlalu kecil, namun pada masa remaja proposionalnya menjadi terlalu besar,
karena
mencapai
kematangan
terlebih
dahulu
mencapai
kematangan daripada baian-bagian yang lain. Hal ini terutama tampak jelas pada hidung, kaki, dan tangan. Pada masa remaja akhir, proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya. 38 b. Perkembangan Kognitif (intelektual) Ditinjau dari perkembangan kogitif menurut piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi = kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai agasan). Remaja secara mental telah dapat berpikir logis
37
Ahmad Juntika dan Mubiar Agustin, Op.Cit. hlm 1
38
Ibid., hlm. 193
42
tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir kongkret.39 c.
Perkembangan Emosi Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan (strum and drang), suatu masa yang ditandai dengan ketegangan emosi yang tinggi sebagai akibat dari prubahan fisik dan kelenjar. Pertumbuhan pada tahun-tahun awal masa puber terus berlangsung walaupun berjalan agak lambat. Pertumbuhan yang terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa puber. Salah satu faktor yang menyebabkan meningginya emosi remaja adalah karena adanya tekanan sosial, menghadapi kondisi dan lingkungan baru, dan kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan dan lingkungan baru tersebut.40
d. Perkembangan Sosial Perubahan jiwa sosial terjadi sejak lahir sampai dewasa kesadaran sosial itu mulai dari kesadaran akan diri sendiri. Dari pengalamanpengalaman bergaul sejak kecil, berkembanglah kesadaran sosial anakanak
dan
memuncuk
pada
usia
remaja.
Para
remaja
sangat
memperhatikan penerimaan sosial dari teman-teman sebayanya. Mereka
39
Ibid., hlm. 195
40
Ahmad Juntika dan Mubiar Agustin, Op. Cit. Hlm 66
43
merasa sangat sedih, apabila dalam pergaulan ia tidak mendapat tempat, atau kurang diperdulikan oleh teman-temannya. Rasa ingin diperhatikan dan mendapat tempat dalam kelompok teman-teman itulah yang mendorong remaja meniru apa yang dibuat, dipakai, atau dilakukan teman-temannya. 41 e.
Perkembangan Moral Ketika memasuki usia remaja, anak-anak tidak lagi begitu saja menerima kode mora dari orang tua, guru, bahkan teman-teman sebayanya. Mereka ingin membentuk kode moral sendiri berdasarkan konsep tentang benar dan salah yang telah diubah dan diperbaikinya agar sesuai dengan tingkat perkembangan yang lebih matang dan yang telah dilengkapi dengan hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang dipelajari dari orang tua, guru bahkan ajaran agamanya. Dalam diri seseorang yang mempunyai moral yang matang, selalu ada rasa bersalah dan malu. Namun, rasa bersalah berperan lebih penting daripada rasa bersalah dan malu dalam mengendalikan perilaku apabila pengendalian lahiriah tidak ada. Hanya sedikit remaja yang mampu mencapai tahap perkembangan moral yang demikian. 42
41
Zakiah Daradjat, Op.Cit. hlm 87-88
42
Ahmad Juntika dan Mubiar Agustin, Op.Cit. hlm 74-75
44
f.
Perkembangan Kepribadian Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari sifat, sikap, dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsisten respons individu yang beragam. Fase
remaja
merupakan
saat
yang
paling
penting
bagi
perkembangan dan integritas kepribadian. Fakor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian pada masa remaja meliputi: (1) perolehaan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa, (2) kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru, (3) kesadaran terhadap diri sendiri, (4) kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual, berteman dengan pria dan wanita, dan (5) munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa anak dan masa dewasa.43 g.
Perkembangan Kesadaran Beragama 1) Masa Remaja Awal (sekitar usia 13-16 tahun) Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat, sehingga memungkinkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran. Bahkan, kepercayaan agama yang telah tumbuh pada umur
sebelumnya,
mungkin
pua
mengalami
kegoncangan.
Kepercayaan kepada tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi
43
Syamsul Yusuf LN, Op. Cit. hlm. 200-201.
45
kadang-kadang menjadi berkurang yang terlihat pada cara ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas. Penghayatan rohaninya cenderung skeptis (was-was) sehingga muncul kegoncangan dan kemalasan untuk melakukan berbagai kegiatan ritual, seperti ibadah shalat.44 Secara psikologis, masa ini merupakan perubahan masa dewasa. Emosinya mulai stabil dan pemikirannya mulai malang (kritis). Dalam kehidupan beragama, remaja sudah mulai melibatkan diri ke dalam kegiatan-kegiatan keagamaan, Remaja sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya. Ia juga memahami bahwa terdapat berbagai aliran pemikiran atau paham dan jenis keagamaan yang penuh toleransi dan seyogyanya dilema sebagai kenyataan yang hidup didunia ini. 45 C. Pendidikan Agama Islam 1. Definisi Pendidikan Agama Islam Syariat Islam yang tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja tetapi harus di didik melalui proses pendidikan. Pendidikan Agama
44
Ibid., hlm. 204-205.
45
Ibid., hlm. 205.
46
Islam lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan baik pertemuan diri sendiri atau orang lain. 46 Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua umat, pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk untuk mengembangkan individu dan masyarakat, memang pendidikan merupakan alat untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat dan membuat generasi mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka. 47 Abdul Majid dan Dian Andayani mengartikan Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidikan dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajara Islam Melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.48 Sedangkan Zakiah Darajat mendefinisikan pendidikan agama islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran agama Islam yaitu bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia maupun di akhirat kelak. 49
46
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Sinar Grafika Offest,1992), hlm.28. Hery Noer Aly, Watak Pendidikan Islam (Jakarta: Friska Agung Insani, 2003), Cet. I, hlm. I. 48 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosda karya, 2005), hlm. 132. 49 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 86. 47
47
2.
Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan pendidikn Agama Islam harus selaras dengan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah SWT, yaitu agar menjadi abdi-NYA dan memiliki kepribadian muttaqin. Kepribadian ini merupakan kenyataan riil yang mencakup neural dan fisiologis yang selanjutnya dapat berkembang dan berubah-ubah ketika menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Jadi kepribadian itu merupakan keseluruhan dari individu yang terorganisir dan terdiri dari posisi psikis serta dapat membedakan ciri-cirinya yang umum terhadap pribadi yang lain. Oleh karena itu , kepribadian mempunyai kecenderungan untuk berbuat dan bertingkah laku tertentu yang berifat konstan dan bertingkah laku tertentu yang bersifatkonstan dan terarah pada tujuan tertentu, dan individu yang berbuat dan bertingkah laku ini tidak lain menyangkut aspek jasmani dan rohani. Mengenai tujuan pendidikan Agama Islam ini, ada beberapa pendapat diantaranya: a. Menurut Sholeh Abd Qodir Al-Baqri Tujuan pendidikan Agama Islam yaitu ksanggupan menentukan kembali kepribadian adalah merupakan tujuan tertinggi pendidikan.50
50
Saleh Abdul Qadir, Al-Quran dan Pembinaan Insan (Bandung: Al-maarif), hlm. 89
48
b. Menurut Abdulrokhman Sholeh Tujuan pendidikan Agama Islam yaitu usaha memberikan bantuan kepada manusia yang belum dewasa supaya cakap menyelesaikan tugas hidupnya yang diridloi Allah SWT. Sehingga terjalin kebahagiaan dunia dan akhirat. 51 c. Menurut Drs. Ahmad D.Marimba Tujuan pendidikan Agama Islam ada dua bagian, yaitu: 1) Tujuan sementara, yaitu membantu arah usaha dan menjadi titik berpijak untuk mencapai tujuan akhir. 2) Tujuan akhir yaitu memelihara arah usaha itu dan mengahirinya setelah tujuan itu tercapai.52 Dengan adanya tujuan-tujuan dalam pendidikan Islam tersebut, maka sebagai implikasinya pendidikan Agama Islam dilaksanakan tidak saja melalui bentuk pendidikan formal, tetapi juga dapat dilakukan dengan bentuk pendidikan non formal. Sedang isinya berjudul pengembangan potensi anak dengan cara membina dan mengembangkan sampai terbentuknya satu kepribadian yang utuh. Menurut Wagner, bahwa banyak remaja menyelidiki Agama sebagai suatu sumber dari rangsangan emosional dan intelektual. Para pemuda ingin mempelajari Agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerimanya begitu saja mereka meragukan Agama bukan karena ingin menjadi
51
Abdurokhman Saleh, Diktatik Agama (Jakarta:Bulan Bintang 1976), hlm 36
52
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung:Al-Maarif 1989), hlm 46
49
agnostik/atheis, melainkan karena mereka ingin menerima Agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan sendiri. Beberapa
keluarga
keagamaan
memandang
masa
remaja
sebagai
penyadaran, artinya saat dimana keimanan yang tadinya bersifat pinjaman, kini telah menjadi miliknya sendiri. Dalam beberapa keluarga keagamaan terdapat anggapan bahwa masa remaja adalah suatu masa dimana remaja telah matang untuk bertobat/siap untuk mendalami Agama dengan lebih pasti dibandingkan sebelumnya. Meskipun masa remaja itu tidak ada batas usia yang tegas yang dapat ditunjukan namun dapat diperkirakan sesuai dengan masyarakat lingkungan remaja itu sendiri. Kegoncangan pada remaja sering sekali terjadi besar/kecil, dan dalam kondisi yang demikian maka Agama mempunyai peranan penting dalam kehidupan remaja. Kadang-kadang memang kita melihat bahwa keyakinan remaja terombang ambing tidak tetap, bahkan kadang berubah-ubah sesuai dengan perubahan perasaan yang dilaluinya. Sesungguhnya emosi memegang peranan penting dalam sikap dan tindakan Agama. Tidak ada satu sikap/tindakan Agama seseorang yang dapat dipahami tanpa
mengindahkan emosinya
karena
itu
dalam
meneliti/mempelajari
perkembangan jiwa Agama pada seseorang perlu diperhatikan seluruh fungsifungsi jiwanya sebagai kebutuhan. Perasaan remaja kepada Tuhan merupakan perasaan yang bergantung kepada perubahan emosi yang sangat cepat, terutama
50
masa remaja pertama. Keyakinan remaja berubah-ubah sesuai kondisi emosinya, dan ia mengalami keyakinan yang maju mundur. Semua remaja sedang berusaha untuk mencapai peningkatan dan kesempurnaan pribadinya, mereka juga ingin mengembangkan Agama, mengikuti perkembangan dan aliran jiwanya yang sedang tumbuh pesat, meskipun kecerdasan mereka telah sampai kepada menuntut agar ajaran Agama yang mereka terima masuk akal, namun perasaan masih memegang peranan penting dalam sikap dan tindakan Agama remaja. 53
53
Elfi Yulianti Rochmah, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press,2005), hlm. 212-214.