BAB II MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. Pengertian Manajemen Pengertian manajemen, para ahli berbeda dalam memberikan definisi, antara lain: Peter, “Management is also tasks, activities, and functions. Irrespective of the labels attached to managing, the elements of planning, organizing, directing, and controlling are essential.”1 Manajemen adalah juga tugas, aktivitas dan fungsi. Terlepas dari aturan yang mengikat untuk mengatur unsur-unsur pada perencanaan, pengorganisasian, tujuan, dan pengawasan adalah hal-hal yang sangat penting. James, “ Management is a fundamental humam activitvity.”2 Manajemen adalah aktivitas manusia yang sangat mendasar. Siagian: “Kemampuan dan ketrapilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuanmelalui kegiatan orang lain”.3 Dale, Manajemen merupakan “(1) mengelola orang-orang, (2) pengambilan keputusan, (3) proses pengorganisasian dan memakai sumbersumberuntuk menyelesaikan tujuan yang sudah ditentukan.”4 Terry, Manajemen yaitu: “ mencapai tujuan yang telah ditetapkan dahulu dengan mempergunakan kegiatan-kegitanorang lain” 5
1
hlm. 8.
Peter. P. Schoderbek, Management, (San Diego: Harcourt Broce Javano Vich, 1988),
2
James H. Donnelly. JR., Fundamentals of Management, (Irwin Dorsey: Business Publications, 1981), hlm. 1. 3
Sondang P. Siagian, Filsafat Administarsi, ( Jakarta: Haji Masagung, 1989), Cet. 20,
4
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), Cet. 1,
hlm. 5. hlm. 3.
14
Sarwoto secara singkat mengakatakan bahwa manajemen adalah persoalan mencapai sesuatu tujuan-tujuan tertentu dengan suatu kelompok orang-orang,6 Sedang menurut Winardi, Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapakan melalui pemanfaatan sember-sumber lain.7 Sondang P. Siagian, manajemen adalah: sebagai kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.8 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa: (1) manajemen merupakan usaha atau tindakan ke arah pencapaian tujuan; (2) menajemen merupakan sistem kerja sama; dan (3) manajemen melibatkan secara optimal kontribusi orang-orang, dana, fisik dan sumber- sumber lainnya. Dalam pendidikan manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.9
5
J. Pangkyim, Manajemen suatu Pengantar, ( Jakarta: Gladia Indonesia,1982), hlm. 38.
6
Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1978),
7
Winardi, Asas-asas Manajemen, (Bandung: Penerbit Alumni,1983), hlm. 4.
hlm. 44.
8
Sodang P. Siagian, Op. Cit., hlm. 5.
9
Made Pidarta, Op. Cit. hlm. 4.
15
B. Tujuan Manajemen Pendidikan Manajemen dibutuhkan manusia dimana saja bekerja secara bersama (organisasi) guna mencapai tujuan yang telah ditentukan, Seperti organisasai sekolah, kelompok olah raga, musik, militer atau perusahaan.10 Manusia dihadapkan dalam berbagai alternatif atau cara melakukan pekerjan secara berdaya guna dan berhasil. Oleh karena itu metode dan cara adalah sebagai sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan.11 Menurut Winardi “manajemen itu berhubungan dengan usaha pencapaian sesuatu hal yang spesifik, yang dinyatakan sebagai suatu sasaran”12 maka manajemen merupakan alat yang efektif untuk menyelesaikan pekerjaan yang diperlukan. Dari berbagai pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan tujuan manajemen secara umum adalah merupakan alat atau sarana yang effektif cara melakukan pekerjaan secara berdaya guna dan berhasil, secara bersama (organisasi). Adapun tujuan manajemen pendidikan menurut Nanang Fattah, menyitir pendapat Shrode dan Voich tujuan manajemen adalah produktivitas dan kepuasan seperti peningkatan mutu pendidikan, pemenuhan kesempatan kerja pada pembangunan daerah/nasional serta tanggung jawab sosial. Tujuan tersebut ditentukan berdasarkan pengkajian terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang, dan ancaman.13 Serta merupakan upaya mencapai keunggulan
hlm. 18
10
Hani Handoko, Manajemen, Edisi II, ( Yogyakarta: BPFP, 1989), Cet. 2, hlm. 3.
11
M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), Cet. 10,
12
Winardi, Asas-Asas Manajemen, (Bandung: Alumni, 1983), hlm. 13.
13
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. 3, hlm. 15.
16
masyarakat dalam penguasaan ilmu dan teknologi serta meningkatkan mutu dan pemerataan pendidikan14 Apabila produktivitas merupakan tujuan maka perlu dipahami makna produktivitas itu sendiri sebagai ukuran kuantitas dan kualitas kinerja
dengan
mempertimbangkan
kemanfaatan
sumber
daya.
Produktivitas itu dipengaruhi oleh derajat keefektifan, efisiensi penggunaan sumber daya serta sikap mental yang senantiasa berusaha untuk terus berkembang. Produktivitas juga dapat diukur dengan dua standar utama, yaitu secara fisik dan nilai. Fisik diukur secara kuantitatif seperti banyaknya keluaran (pajang, berat, lamanya waktu, jumlah), sedang berdasarkan nilai diukur atas dasar nilai-nilai kemampuan, sikap, prilaku, disiplin, motivasi, dan komitmen. Maka dapat dipahami tujuan manajemen pendidikan adalah produktivitas, kepuasan, menjadikan masyarakat yang unggul dalam penguasaan ilmu dan teknologi berdasarkan situasi dan kondisi. C. Pendekatan Manajemen Bahwa semua aktivitas berkaitan satu sama lain dan dapat diidentifikasikan sebagai sistim-sistim yang membentuk sebuah pola atau jalinan-jalinan yang seluruh aspek dan tindakan memgarahkan berbagai macam aktivitas kerja dapat dimengerti dan dimanfaatkan sebaikbaiknya.15 Tradisi, meniru dalam memimpim (mencoba) dengan cara yang lebih sesuai dengan zaman yang mula-mula dipentingkan dari segi teknis,
14
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 3, hlm. 25. 15
Winardi, Op. Cit, hlm. 21.
17
komersiil,
dan
administrasi,
kemudian
merambah
kepada
bidang
perburuhan dan kemanusiaan pada umumnya16 Manajemen haruslah diselenggarakan seefisien mungkin dengan dasar yang dianut karena setiap manajer memiliki filsafat hidup sendiri; dengan
demikian
hendaklah
selalu
berupaya
mencapai
efisiensi
semaksimal mungkin serta didasarkan pada hubungan antara manusia dan Tuhan, bukan semata-mata ditujukan kepada kepentingan tingkah laku manusia untuk memenuhi kebutuhan.17 Jadi dapat dipahami pendekatan manajemen adalah berbagai unsur kegiatan atau tindakan yang dimengerti dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk manusia, seperti hubungan manusia dengan Tuhan, manusia antar manusia dan manusia dengan alam . Ada beberapa pendekatan manajemen
yang perlu diperhatikan,
antara lain: 1. Pendekatan Proses Pendekatan proses dikenal dalam manajemen dengan berbagai sebutan, seperti universal, fungsional, operasional, tradisional atau klasikal prinsif-prinsif umum manajemen. Yang muncul sebagi ciri khusus pedekatan proses klasik, yaitu: a. kesatuan komando, b. kesamaan kewenangan dan tanggung jawab, c. rentang kendali yang terbatas, d. pedelegasian hal-hal yang rutin.18
16
J. Pangkyim, Op. Cit., hlm.30.
17
Ek. Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1986), hlm. 48. 18
Soebagio Admodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadlzya Jaya, 2000), hlm. 8.
18
2. Pendekatan Kuantitatif Pedekatan ini sering disebut manajemen sains, yang lebih memfokuskan dari sudut pandang model matematiaka dan proses kuantitatif. Yang paling tepat mewakili pedekatan ini adalah teknik matematika dan opration research. Tenik-teknik riset semakin penting sebagai rasional untuk pembuatan keputusan. Teknik manajemen sains digunakan penganggaran modal, sceduel produksi, strategi produk, perencanaan program pengembangan sumber daya manusia
dan
sebagainya.19 3. Pendekatan sistem Segala
sesuatu
adalah
saling
berhubungan
dan
saling
bergantung. Suatu sistem terdiri dari elemen-elemen yang berhubungan dan bergantung satu dengan yang lain; tetapi bila elemen tersebut berinteraksi, maka akan membentuk suatu kesatuan yang menyeluruh. Sehingga phenomena dapat dianalisa dan disajikan dari sudut pandangan sistem. Konsep sistem telah digunakan dalam manajemen seperti halnya analisa tentang interaksi antar manusia dan mesin, teori informasi berkaitan dengan pandangan sistem walaupun demikian penekanan secara langsung terhadap studi, analisis, manajemen sebagi suatu sistem. Perlunya pendekatan sistem bagi ilmu pengetahuan (fenomena ilmu pengetahuan) diperlukan adanya suatu sistematika, kerangka kerja teoritis yang akan mengambarkan secara umum hubungan dunia pengalaman.
19
Hani Handoko, Op. Cit, hlm.54-55
19
4. Pendekatan Kontigensi Pendekatan yang mencoba untuk menerapkan konsep-konsep yang dari berbagai aliran manajemen dalam situasi kehidupan yang nyata yang sering ditemui metode yang sangat efektif dalam suatu situasi tetapi tidak akan berjalan dengan baik dalam situasi-situasi lainnya. Pedekatan yang melaksanakan kerja sama antara lingkungan dengan teori dan mencoba menjembatani kesenjangan yang ada untuk dipraktekkan (nyata). Misalnya, jika nilai-nilai sosial yang berlaku berorentasi non materialistik kebebasan, dan organisasi mempekerjakan pegawai yang profesional dalam situasi oprasi teknologi tinggi, maka gaya partisipasif, gaya kepemimpinaan terbuka akan merupakan hal yang efektif dalam pencapai tujuan. Sebaliknya, jika nilai-nilai sosial yang berlaku berorentasi terhadap kebendaan (materi) patuh kepada kekuasaan, dan organisasi mempekerjakan tenaga-tenaga tidak terampil bekerja umtuk tugas rutin, maka, gaya kepemimpinan yang keras, otoriter merupakan yang paling efektif untuk mencapai tujuan.20 5. Pendekatan Prilaku Hubungan manusiawi muncul karena karyawan tidak selalu mengikuti pola-pola perilaku yang rasional. Kemudian kelompok kerja informal lingkungan sosial juga mempunyai pengaruh besar pada produktifitas, makluk sosial dimotivasi oleh kebutuhan sosial, keinginan akan hubungan timbal balik dalam pekerjaan Pedekatan prilaku ini sangat berpengaruh dalam proses manajemen, khususnya dalam upaya peningkatan produktivitas suatu organisasi. Ilmu prilaku
merupakan salah satu aliran yang sangat
berpengaruh bagi studi prilaku organisasi. Ilmu psikologi sosial sangat
20
Soebagio Admodiwirio, Op. Cit. hlm. 11..
20
berperan dalam upaya memahami prilaku individu dalam kaitannya dengan lingkungan. Serta bagian ilmu pengetahuan sosiologi adalah studi tentang prilaku individu dalam kelompok, dan hubungan antara individu. Beberpa topik yang menjadi perhatian ilmu psikologi sosial, antara lain : sikap, formasi dan perubahannya, riset komunikasi, pengaruh jaringan komunikasi terhadap efisiensi dan kepuasan individu dan kelompok, Pemecahan masalah, analisis terhadap kerja sama dan kompetisi, pengaruh sosial, akibat kesesuaian dan faktor-faktor sosial terhadap individu dan kelompok, kepemimpinan, terutama indentifikasi dan fungsi kepemimpinan dan efektivitas. D. Fungsi Manajemen Pendidikan Fungsi adalah “ besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah, maka besaran yang lain berubah”21 Dari sudut ilmu sosial yang dimaksud dengan “fungsi” adalah adanya karakteristik tertentu yang membedakan suatu tugas dengan tugas lain, sehingga fungsi satu pekerjaan akan memberikan warna tersendiri terhadap persyaratan proses penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiaatan tersebut.22 Jadi fungsi adalah tugas pokok yang harus dilaksanakan untuk menyelesaikan kegiatan. Dalam manjemen yang dimaksud dengan fungsi adalah tugas-tugas tertentu yang harus dilaksanakan sendiri.23
21
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1993), Cet. 4 hlm. 245. 22
Subagio Atmodiwirio, Op. Cit. hlm.12- 13.
23
Sondang P. Siagian, Op. Cit., hlm. 101.
21
Menurut Made Pidarta fungsi manajemen banyak ragamnya seperti, “merencanakan, mengorganisasikan, menyusun staf, mengarahkan, mengkoordinasi, dan mengontrol, mencatat, dan melaporkan, menyusun anggaran belanja. Kemudian dibuat lebih sedehana terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan, memberi komando, mengkoordinasi, dan mengontrol”. 24 Menurut Hani Handoko fungsi manjemen ada lima :“fungsi yang paling penting planning, organizing, staffing, leading, dan controlling.” 25 Menurut Winardi bahwa diantara beberapa fungsi dasar manajemen yang meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pergerakkan ( actuating), Pengawasan ( controlling).26 Dari berbagi pengertian fungsi manajemen diatas dapat ditarik secara garis besarnya bahwa fungsi manajemen pendidikan secara umum sebagai berikut : 1. Perencanan Perencanaan terjadi di semua tipe kegiatan. Perencanaan adalah proses dasar memutuskan tujuan dan cara mencapainya. Perencanan dalam organisasi sangat esensial, karena dalam kenyataannya perencanaan memegang peranan lebih dibanding fungsi manajemen lainnya. Planning (perencanaan) adalah: memilih dan menghubungmenghubungkan kenyataan yang dibayangkan serta merumuskan tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan27
24
Made Pidarta, Op. Cit, hlm. 4.
25
Hani Handoko, Op. Cit, hlm. 23.
26
Winardi, Op. Cit, hlm. 63.
27
Op. Cit., hlm. 78.
22
Planning dapat didefinisikan sebagai “ keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari pada hal-hal yang akan dikerjakan di masa akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan”.28 Perencanaan (planning) sesuatu kegiatan yang akan dicapai dengan cara dan proses, suatu orientasi masa depan, pengambilan keputusan, dan rumusan berbagai masalah secara formal dan terang.29 Sebelum dapat mengorganisasi, mengarahkan atau mengawasi, mereka harus membuat rencana-rencana yang memberikan tujuan dan arah organisasi, Dalam perencanaan memutuskan “apa yang harus diputuskan, kapan melakukannya, bagaimana melakukannya, dan siapa yang melakukannya”. Jadi perencanaan adalah memilih kegiatan serta memutuskan apa yang harus dilakukan. Perencanan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang yang mana perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat Ayat al Qur’an yang berkenaan dengan perencanaan adalah:
"
!
Dan janganlah kamu jauhkan dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berbuat baik. 30 (QS. Al- Baqarah: 195) 28
Op. Cit. hlm., 108.
29
Soebijanto Wirojoedo, Teori Perencanaan Pendidikan, ( Yogyakarta: Liberty, 1985), Cet. 1, hlm. 6.
23
Yang dimaksud menjauhkan diri dan berbuat baik pada ayat tersebut, adalah semua tindakan atau perbuatan hendaklah difikirkan terlebih dahulu, kemudian diikhtiari agar mendapat hasil sebesarbesarnya dan kerugian sekecil kecilnya, disebut perencanaan.31 Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan, rencana harus diimplementasikan. Setiap saat selama proses implementasi dan pengawasan, rencanarencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna. “Perencanaan pencapaian
kembali” sukses
kadang-kadang
akhir.
Oleh
karena
menjadi itu
faktor
kunci
perencanan
harus
mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin. Dari
berbagai
definisi
perencanaan
sebelumnya,
dapat
disimpulkan: suatu proses yang mempersiapkan seperangkat alternatif bagi kegiatan masa depan yang diarahakan kepada pencapaian tujuan dengan usaha oftimal dan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya secara menyeluruh suatu negara. Maksud dari perencanaan pendidikan adalah keputusan yang diambil untuk melakukan tindakan selama waktu tertentu agar sistem pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien, serta menghasilkan lulusan bermutu yang relevan dengan kebutuhan pembangunaan.32
30
Mahmud Noor, Al Qur’an al Karim dan Terjemahnya (Departemen Agama RI), (Semarang: Toha Putra, 1996), hlm. 23. 31
Ek. Mohtar Effendy, Manajemen suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, ( Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1986), hlm. 77. 32
Nanang Fattah, Op. Cit, hlm. 50.
24
Perencanaan pendidikan yang baik hendaknya memperhatikan sifat-sifat kondisi sebagai berikut : a. Tujuan perencanaan Pada dasarnya tujuan perencanan adalah sebagai pedoman untuk mencapai sasaran yang telah ditetapakan. Sebagai suatu alat ukur dalam membandingkan antara hasil yang dicapai dengan harapannya. b. Jenis perencanaan Secara umum jenis perencanaan terdiri atas : 1). Perencanaan Menurut Waktu Perencanaan jangka panjang mempunyai jangka 10, 20, atau 25 tahun. Perencanaan ini memuat rencana bersifat umum, global dan belum terperinci. Ini masih harus dijabarkan menjadi perencanaan menengah dan pendek. Perencanaan jangka menengah mempunyai jangka waktu kurang lebih 4 sampai 7 tahun. Disusun berdasarkan jangka panjang dan perlu dijabarkan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek mempunyai jangka waktu 4 tahun. Salah satu contoh perencanan jangka pendek adalah
perencanaan
5
tahun
atau
disebut
perencanaan
operasional, merupakan siklus yang selalu berulang setiap tahun. 2). Perencanaan Menurut Sifat Perencanaan kuantitatif adalah yang targetnya ditetapkan secara jumlahnya. Perencanaan kualitatif adalah yang target ditetapkan secara mutu, atau tidak bisa dihitung jumlahnya. 3). Perencanaan Menurut Wewenang Pembuatannya. Perencanaan sentralisasi adalah sistem yang diatur oleh pusat.
25
Perencanaan
desentralisasi
sistem
perencanaan
yang
memberikan kekuasan kepada daerah untuk menyusun sendiri kebutuhannya 4). Perencanaan menurut jenjang. Pada perencanaan ini terdapat perencanaan yang berjenjang dari unit tingkat lokal, dan tingkat pusat. Jenjang perencanaan mulai dari tingkat pusat, kabupaten/ kota madya dan lokal. c. Siklus perencanaan Siklus disini diartikan sebagai suatu proses berlangsungnya perencanaan pendidikan yang berulang. Tahapan ini harus hirarki yang harus dilalui sebagai langkah dalam perencanaan. 1). Pengumpulan dan pengolahan data/ imformasi Kegiatan
pokoknya
adalah
kompilasi
data
pendidikan,
pengorganisasian data menyusun indikator-indikator yang diperlukan, menghimpun hasil penelitian serta evaluasi dan monitoring rencana dan program yang lalu. Data dan informasi harus lengkap, akurat, dan baru sesuai dengan keperluan bagi pengambil keputusan. 2). Analisisis dan diagnosis Yang dimaksud ialah mempelajari dan meneliti data yang ada dan membuat interprestasi yang diperlukan. 3). Perumusan kebijaksanaan Kebijaksanaan merupakan suatu pembahasan gerak tentang apa yang akan dijadikan keputusan orang lain. Para perencana pendidikan tidak berwenang untuk menetapkan kebijaksanan.
26
Garis-garis kebijaksanaan ditetapkan oleh para pengambil keputusan
pada tertentu. Para perencana pendidikan hanya
merupakan staf yang memberikan teknis bahan rancangan kebijaksanaan kepada pimpinan. 4). Perkiraan kebutuhan yang akan datang Perencana harus memperkirakan kebutuhan masa depan dalam rangka pembangunaan pendidikan sesuai dengan kebijaksanaan yang sudah ada . Serta inovasi teknologi alam pendidikan. 5). Penetapan sasaran Sasaran ditetapkan dengan parameter yang bisa diukur. Sasaran sebaiknya dapat dihitung. Perencanaan harus mengecek kembali seluruh rancangan kebutuhan termasuk kegiatan dan sasaran yang layak dilaksanakan. 6). Penyusunan alternatif strategi yang layak Kegiatan ini penting dilakukan daalam pemilihan dan penetapan tujuan, sasaran, dan cara yang efisien untuk mencapai tujuan kedalam rencana pendidikan. 7). Perumusan rencana Perumusan rencana adalah usaha merumuskan tujuan, kegiatan, dan sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu. Perkiraan biaya yang diperlukan untuk mencapai sasaran , unsur pelaksanaan
serta
jadwal
kegiatan.
Perumusan
rencana
mengandung pengertian atas jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan.
27
8). Penganggaran Perancangan yang akan akan dilaksanakan berorientasi kepada output bukan kepada anggaran (budget). Pada tahap ini perencana memperhitungkan biaya yang dibutuhkan dalam pembiayaan rencana. Oleh karena itu harus diketahui sumber-sumber pembiayaan yang diperkirakan dapat menjadi penyangga dananya, baik yang berasal dari pemerintah, masyarakat maupun luar negeri. 9). Perincian rencana Rencana dirinci sehingga setiap satuan kegiatan menjadi lebih jelas (sasaran, pelaksanaan, hasil yang diharapkan, jadwal, sarana yang diperlukan, dan biaya). Proses rincian rencana terdiri atas dua
langkah
pokok:
Penyusunan
program,
indentifikasi
perumusan proyek. 10). Pelaksanan rencana Pelaksanaan rencana tidak termasuk proses perencanaan sangat erat kaitannya dengan pola oprasional rencana yang disusun. Suatu pola yang baik harus mempunyai ciri-ciri: tujuan yang dirumuskan secara jelas, hasil yang diharapkan harus kongkrit, jaringan kerja yang rinci, sistem, dan mikanisme perencanaan. 11. Evaluasi rencana dan pelaksanaan Langkah ini sangat penting karena melalui evaluasi keberhasilan sesuatu perencanaan dapat diukur.
28
2. Pengorganisasiaan Pengorganisasian sebagai fungsi organik administrasi dan manajemen: Keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung-jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatau organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.33 Untuk memahami hakiki organisasi, perlu diberi pengertian tentang organisasi itu. Dalam hal ini organisasi didefinisikan sebagai: setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal dalam
persekutuan
seorang/sekelompok
mana
selalu
orang
yang
terdapat
hubungan
disebut
pimpinan
antara dan
seorang/sekelompok orang lain yang disebut bawahan. Mengorganisasikan adalah proses mengatur mengalokasikan pekerjaan, wewenang, sumber daya di antara anggota organisasi, sehingga mereka dapat mencapai sasaran organisasi.34 Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan kelakukuan yang efektif antara orang-orang, hingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.35 Organisasi berfungsi sebagai prasarana atau alat dari manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka terhadap organisasi dapat diadakan peninjauan dari dua aspek. Pertama aspek organisasi sebagai wadah dari pada sekelompok manusia yang bekerja sama, dan
33
Sodang P. Siagian, Op. Cit, hlm. 116.
34
James A. F. Stoner, Manajemen, (Jakarta: Prenhallindo, 1996), hlm. 11.
35
Winardi, Op. Cit, hlm. 217.
29
aspek yang kedua organisasi sebagai proses dari penglompokan manusia dalam satu kerja yang efisien.36 Menurut Nanang Fattah “proses membagi kerja kedalam tugastugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemammpuannya”.37 Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan organisasi adalah proses pembagian kerja serta hubungan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas dan tanggung jawab, sehingga dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan Kemudian pengorganisasian Pendidikan menurut Soebagio Atmodiwirio ialah “merupakan usaha mempersatukan sumber-sumber daya pokok dengan cara yang teratur dan mengatur orang dalam pola yang sedemikian rupa, dengan efektif dan efisien hingga mereka dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas guna pencapaian tujuan yang telah ditentukan”.38 tujuan yang telah ditentukan disini yang dimaksud penulis adalah tujuan pendidikan. Organisasi dapat dikatakan sebagai wadah yang bersifat statis, yakni untuk memberikan adanya suatu kepastian dan ketentuan tentang pelaksanaan hubungan kerja sama manusia. Sedang sebagai proses maka organisasi adalah bersifat dinamis (dynamics). Dengan demikian organisasi bersifat hidup, berkembang, bergerak dan berubah-ubah.
36
F.X. Soedjadi, O&M (Organization and methods) Penunjang Keberhasilan Proses Manajemen, Cet. Ke-3, (Jakarta: Haji Masgung, 1990), hlm. 17. 37
Nanang Fattah, Op. Cit. hlm.71.
38
Soebagio Admodiwirio, Op. Cit. hlm. 100.
30
Jadi organisasi tidaklah mati, tidak mandeg, dan juga tidak bersifat kaku. a.Struktur Organisasi Melalui struktur organisasi orang dapat mengetahui tentang masing-masing peranan yang harus dikerjakan / dilaksanakan sebagai orang yang bertangung jawab sesuai dengan kedudukan
dalam
jenjang organisasi. Seorang pimpinan dapat mengetahui tanggung jawab dan kewajiban, demikian pula bawahan dapat menjalankan tugas yang harus dilaksanakan. Dengan melihat struktur organisasi digambarkan kedudukan dan peranan setiap anggota dengan pencapaian tujuan organisasai. b.Tipe-tipe Organisasi Pembentukan
organisasi
didasarkan
pada
tujuan
dan
kepentingan orang yang membentuk organisasi. Untuk apa organisasi itu didirikan, dan bagaimana hubungan antar individu diatur sangat menentukan tipe-tipe organisasi. Dengan dasar tersebut tipe organisasi dibedakan sebagai berikut: 1). Struktur lini (jalur) Struktur lini juga disebut struktur garis atau struktur saklar. Dalam tipe ini hanya ada satu hubungan langsung, hubungan vertikal antara berbagai tingkat organisasi. Wewenang dari puncak pimpinan mengalir secara langsung kebagian-bagian bawahnya 2). Struktur lini dan staf Organisasi yang mempunyai hubungan langsung., vertikal antara berbagai tingkat, tanggung jawab khusus untuk memberikan bantuan dan sarana kepada pimpinan lini. Bahwa wewenag atasan dilimpahkan kepada satuan (tingkat) di bawahnya dalam suatu bidang pekerjaan pokok
maupun pekerjaan tambahan, dan di
bawah atasan (pimpinan) diangkat pejabat yang tidak memiliki 31
wewenang komando, tetapi hanya nasihat dan bantuan dalam bidang keahlian tertentu. 3). Struktur fungsional Dimana staf bagian diberikan kewenangan atas kepercayaan dalam bidang khusus. Jelasnya bahwa wewenang atasan dilimpahankan kepada satuan organisasi bawahnya dalam bidang tertentu. 4). Stuktur matriks (metris). Organisasi yang permanen (tetap) dan didesain untuk mencapai tujuan yang khusus dengan menggunakan tim spisialis dari berbagai fungsi dalam organisasi. Struktur ini digunakan dalam hal-hal yang khusus yang memiliki berbagai keahlian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam waktu yang relatif singkat, sehingga dapat dikatakan bahwa organisasi sejak berdirinya tidak pernah tinggal diam atau mengalami stagnasi. c. Asas-asas Organisasi Asas pembagian tugas, asas fungsionalisasi, asas koordinasi, asas keseimbangan, asas keluwesan, asas pedeligasian wewenang, asas jalur dan staf, asas kejelasan dan bagan. Organisasi merumuskan bagi setiap anggotanya tugas yang jelas untuk menghindari duplikasi, benturan, dan kekaburan. Menekankan perlunya tanggung jawab serta fungsional, dan mikanisme koordinasi antar instansi atau satuan kerja yang secara fungsional bertanggung jawab melakukan
tugasnya.
Mengikuti
dan
menyesuaikan
diri
dengan
perkembangan, dan perubahan keadaan sehingga dapat dihindari kekakuan dalam pelaksanaan tugas. Dalam menetukan jumlah satuan organisasi atau orang yang dibawahi seoarang pejabat pimpinan diperhitungkan secara rasional, mengingat terbatasnya kemampuan seorang pimpinanan/atasan dalam mengadakan pengendalian terhadap bawahan. 32
Kelembagan digerakkan atas jalur dan staf, bahwa dalam penyusunaan oraganisassi perlu dibedakan antara satuan yang melakukan tugas pokok instansi, dan satuan organisasi yang melakukan tugas penunjang. 3. Penggerakkan Penggerakkan (Motivating) dapat didefinisikan: “ Keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis”.39 Walaupun
semakin
modern
pandangan
manusia
hidup
seseorang, ia pada umumnya semakin sadar bahwa tidak ada satu hal apapun yang pernah diterima oleh sesorang manusia, dari siapapun juga, dengan Cuma-Cuma. Karena itu inti dari seluruh inti Motivating adalah
bahwa penggerakkan manjemen terhadap para bawahan itu
mau menggabungkan dirinya dengan sesuatu organisasi ialah motif pemuasan kebutuhan. Tujuan manajemen dapat dicapai hanya jika dipihak orangorang staf atau bawahannya ada kesediaan untuk kerja sama. Demikian pula dalam sebuah organisasi membutuhkan manajer yang dapat menyusun sumber tenaga manusia dengan sumber-sumber benda dan bahan, yang mencapai tujuan dengan rencana seperti spesialisasi, delegasi, latihan di dalam pekerjaan dan sebaginya. Juga diperlukan pedoman dan instruksi yang tegas, jelas apa tugasnya, apa kekuasaanya, kepada siapa ia bertanggung jawab pada bawahan supaya pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan maksud.40
39
Sodang P. Siagian, Op. Cit, hlm. 128.
40
J.Panglaykim, Op. Cit., hlm. 166.
33
Bahwa keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya lebih banyak ditentukan oleh pimpinannya. Seorang pemimpin yang berhasil adalah mereka yang sadar akan kekuatannya yang paling relevan dengan prilakunya pada waktu tertentu. Dia benar-benar memahami dirinya sendiri sebagai individu, dan kelompok, serta lingkungan sosial dimana mereka berada. Kemampuan untuk memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan para bawahannya akan menetukan efektifitas. Ini berkenaan dengan cara bagaimana dapat memotivasi para bawahannya agar pelaksanaan kegiatan dan kepuasan kerja mereka meningkat. Bagian pengarahan dan pengembangan organisasi dimulai dengan motivasi, karena para pimpinan tidak dapat mengarahkan kecuali bawahan dimotivasi untuk bersedia mengikutinya.41 Dilihat dari sudut pandang bangsa Indonesia kepemimpinan diartikan
sebagi
ilmu
atau
kiat
serta
kemampuan
seseorang
mempengaruhi atau membimbing orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara tertentu pula. Motivasi
merupakan
kegiatan
yang
mengakibatkan,
menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia. Motivasi ini merupakan subjek Pemahaman tentang penggerakan telah dikembangkan menjadi 4 (empat) Pendekatan: a.Pendekatan Psikologis Pendekatan ini didasarkan atas asumsi yang bersifat umum bahwa perilaku individu itu ditentukan dalam bagiannya oleh salah satu struktur kepribadian yang unik. Itulah barangkali yang merupakan
41
keistimewaan seseorang, sesuatu yang signifikan dari
Soebagio Admodiwirio, Op. Cit. hlm. 145
34
perilaku kepemimpinannya seperti yang diharapkan serta dilakukan oleh seorang pemimpin. b. Pendekatan Sosiologis Pendekatan ini menitikberatkan pada kelompok. Kelompok merupakan faktor yang turut serta menentukan kriteria pemimpin. Perasaan kohesif di antara angota kelompok dan tingkat kepuasan anggota kelompok merupakan dua demensi yang mempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan ketepatan seorang pemimpin. Pendekatan sosiologi melahirkan konsep pemimpin yang mendukung faktorfaktor potensi, permissive (kebebasan) pendidikan pemimpin. Pada dasarnya pendekatan sosiologi ini bersifat situasional. 42 c.Pendekatan Perilaku Pendekatan prilaku memfokuskan kepada pribadi dan situasi. Tidaklah berarti prilaku itu bisa diterapkan pada semua situasi, tetapi ada kemungkinan bahwa prilaku itu bisa diterapkan pada situasi lain Para pakar pendekatan prilaku mengembangkan beberapa teori tentang prilaku pemimpin:
1). Teori satu faktor Bahwa perilaku pemimpin dapat dijelaskan sepajang satu demensi mulai yang berpusat kepada bawahan sampai dengan yang berpusat kepada produksi.Dimemsi yang berpusat pada bawahan melahirkan apa yang disebut gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan yang berpusat kepada bawahan dan produksi bukanlah suatu dimensi yang berawal dari bawahan dan berakhir pada
produksi,
tetapi
merupakan
ketergantungan dari perilaku pemimpin.
42
Soebagio Admodiwirio, Op. Cit. hlm. 148.
35
dimensi
yang
saling
2). Teori dua faktor a). Struktur Inisasi Dimensi ini mengacu kepada prilaaku pemimpin yang berorientasi kepada tugas, mengabdikan hubungan dengan bawahan dalam rangka mengembangkan pola organisasi, alur komunikasi, metode dan prosedur yang baik. b) Konsiderasi Dimensi ini mengacu kepada persahabatan, saling percaya mempercayai, menghargai dan hubungan yang hangat antara pimpinan dengan kelompok dalam kelompok. Sering juga kedua pola (kutub) disebut oreintasi tugas dan oreintasi manusia.
4. Pengawasan Pengawasan menurut James A. F. Stoner dalam terjemahan Alexender Sindoro: Proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan.43 Control (pengawasan) dapat diartikan perintah atau pengarahan dan sebenarnya, namun karena diterapkan
dalam pengertian
manajemen, control berarti memeriksa kemajuan pelaksanaan apakah sesuai tidak dengan rencana. Jika prestasinya memenuhi apa yang diperlukan
untuk
meraih
sasaran,
yang
bersangkutan
mesti
mengoreksinya.44 Menurut Hani Handoko pengawasan adalah “ sebagai proses untuk ( menjamin) bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai.45
hlm. 10.
43
Soebagio Admodiwirio, Op. Cit, hlm. 12.
44
Ernest Dale, L.c. Michelon, Metode-metode Managemen Moderen, ( Andalas Putra),
36
Menurut Panglaykim pengawasan ialah menseleksi standard, titik strategis, pemeriksaan, memberikan laporan yang lalu dan mengambil tindakan. Dari berbagai pendapat yang telah diungkapkan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah proses untuk memastikan, memberikan laporan yang lalu, memeriksa kemajuan, menyeleksi standard, mengambil tindakan, menjamin tujuan organisasi dan manajemen tercapai Sedang pengawasan pendidikan proses
dalam hal ini adalah suatu
pengamatan yang bertujuan mengawasi pelaksanaan suatu
program pendidikan. Baik kegiatannya maupun hasilnya sejak permulaan hingga penutup dengan jalan mengumpulkan data-data secara terus menerus. Sehingga diperoleh suatu bahan yang cocok untuk dijadikan dasar bagi proses evaluasi dan perbaikan prioritas, kelak bilamana diperlukan.46 Sistem pengawasan yang dipergunakan akan memberikan bahan- bahan yang sangat berguna untuk. menemukan fakta bagaimana proses pengawasan itu dijalankan; Sistem pengawasan itu dilaksanakan, untuk membimbing ataukah hanya sekedar alat untuk mencari-cari kelemahan dan kesalahan orang. Pengawasan itu membina daya kreasi orang atau untuk menakut-nakuti; Melihat pengawasan itu menjadi faktor perangsang peningkatan Produktivitas, atau menghalangi produktifitas.
45
Hani Handoko, Op. Cit, hlm. 359.
46
Kamal Muhammad ‘Isa, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Fikahati Aneska, 1994), hlm. 163.
37
Bahan-bahan yang diperoleh dipergunakan untuk memperbaiki sistem pengwasan untuk fase berikutnya. Sudah barang tentu pula bahwa sistem penilaian yang diadakan harus terus- menerus disempurnakan. Dana oprasional, re-evaluatingpun harus diadakan pada akhir setiap fase. Demikianlah kegiatan itu terus-menerus berlangsung, sehingga usaha peningkatan kemampuan pimpipinan organisasi dalam membuat rencana,
menyusun
organisasi,
menggerakkan
bawahan
dan
mengadakan pengawasan serta penilaian terus-menerus berlangsung.47 Hakekat terjadinya
Pengawasan
adalah
mencegah
penyimpangan-penyimpangan,
sedini
mungkin
pemborosan-pemborosan
kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan. Hal tersut sesuai pendapat Soebagio Admodiwirio dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pendidikan Indonesia : a.Bentuk Pengawasan 1). Pengawasan Atas Langsung (PAL) Pengawasan yang dilakukan secara fungsional oleh aparat Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan / atasan langsung baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Pengawasan ini di lakukan oleh setiap atasan setiap saat terhadap pelaksanaan tugas, dan dan fungsi bawahan disertai pemberian petunjuk atau tindakan korektif bila perlu. 2). Pengawasan Melekat (Waskat) Pengawasan yang dilalkukan oleh setiap pejabat/pegawai dalam menjalakan tugasnya masing-masing dengan membandingkan tindakan yang ada, sedang, atau telah dilaksanakan dengan alat
47
Sondang P. Siagian, Op. Cit, hlm. 148.
38
pengawasan melekat bagi satuan-satuan kerja (bidang tugas masingmasing belum cukup diatur oleh pimpinan tingkat atasannya). b.Macam -macam pengawasan 1). Pengawasan dan pengendalian langsung Pengawasan dan pengendalian langsung adalah pengawasan yang dilaksanakan langsung di tempat kegiatan dilakukan antara lain dengan inspeksi dan pemeriksaan. 2). Pengawasan tidak langsung Pengawasan ini dilakukan melalui permintaan dengan cara mempelajari
laporan-laporan
baik
dari
pelaksana
maupun
masyarakat c. Organisasi yang melakukan pengawasan dan pengendalian 1).Pengawasan intern Di lakukan oleh penjabat atau satuan organisasi yang bersangkutan, yaitu pimpinan atau oleh aparat pengawsan fungsional instansi. 2). Pengawasan ekstern Pengawasan dilakukan oleh aparat pengawasan di luar instansi. d. Waktu pelaksanaannya 1). Pengawasan preventif. Sebelum kegiatan dilakukan, antara lain pemeriksaan, dan persetujuan
rencanaan, pemberian izin, penetapan standar,
penetapan petunjuk operasional. 2). Pengawasan dan pengendali represif Setelah kegiatan dilakukan dengan cara pemeriksaan terhadap hasil yang telah diperoleh dan membandingkan dengan rencana yang ditetapkan
39
3). Selama kegiatan berlangsung pengawasan dan pengendalian pada prinsifnya bersifat represif bagi bagian kegiatan yang telah selesai, dan bersifat preventif bagi bagian yang masih akan diselesaikan. e. Prinsip-prinsip Pengawasan dan Pengendalian 1). Obyektif dan menghasilkan fakta Pengawasan harus bersifat obyektif didasarkan atas fakta yang diperoleh di lapangan. Fakta tersebut merupakan kejadian dalam pelaksanaan kegiatan pekerjan. 2). Pengawasan harus berpangkal dari keputusan pimpinan Penyimpangan, kesalahan-kesalahan dari kegiatan atau pekerjaan yang dilaksanakan akan terlihat dari kebijaksanaan yang ditetapkan, dan keputusan-keputusan pimpinan, yang tercantum dalam: a). Tujuan yang ditetapkan b). Kebijaksanaan yang ditentukan c). Kejelasan tujuan d). Kebijaksanaan dan pedoman kerja yang digariskan e). Perintah yang diberikan f). Peraturan-peraturan yang ditetapkan. f. Preventif. Pengawasan harus bersifat mencegah sedapat mungkin jangan sampai terjadi penyimpangan atau kesalahan dari tujuan yang ditetapakan. g.Pengawasan bukan tujuan Pengawasan merupakan sarana untuk menjamin, meningkatkan efisiensi, dan efektivitas pencapai tujuan organisasi. h. Efisien Pengawasan harus dilakukan secara efisien, bukan untuk menghambat tercapainya efisiensi.
40
Pengawasan harus ditunjukkan untuk mencari penyebab terjadinya penyimpangan, dan memberikan jalan pemecahan masalah. Hasil temuan dari pelaksanaan pengawasan harus diikuti dengan tindakan korektif yang tepat.
41