BAB II LANDASAN TEORI UPAYA GURU DAN BELAJAR HAFALAN JUZ ‘AMMA
A. UPAYA GURU 1.
Pengertian Upaya dan Guru Upaya dapat diartikan dengan usaha; akal; ikhtiar (untuk mencapai
suatu yang dimaksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar).1 Sedangkan Guru dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz dalam bahasa Arab, yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Artinya, guru adalah seseorang yang memberikan ilmu.Tugas utama guru adalah mengembangkan potensi anak didik secara maksimal lewat penyajian mata pelajaran. Setiap mata pelajaran, dibalik materi yang dapat disajikan secara jelas, memiliki nilai dan karakteristik tertentu yang mendasari materi itu sendiri.2 Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, apnutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.3 Guru adalah seseorang yang telah mengamalkan ilmunya melalui proses belajar mengajar. Dan harus mempunyai kemampuan serta 1
Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 995 Jamil Suprihatiningrum. M.Pd.,Si, Guru Profesional: Pedoman Kerja , Kualifikasi, dan Kompetensi Guru, Cet. Ke-1 (Yogyakarta: Ar-ruzz Media), hlm.23. 3 Dr. E. Mulyasa,M.Pd., Menjadi Guru Profesional:Mencipatkan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 37. 2
23
24
ketrampilan yang memadai untuk tercapainya proses pembelajaran yang maksimal dan sesuai yang diharapkan. Jadi upaya guru adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengajar, mendidik dan memberikan ilmunya dalam proses belajar mengajar dan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah. 2. Tanggung Jawab Guru Setiap guru profesional harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan, tetapi dipihak lain dia juga mengemban sejumlah tanggung jawab dalam bidang pendidikan. Guru selaku pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi muda sehingga terjadi proses konservasi nilai, bahkan melalui proses pendidikan diusahakan tercapainya nilai-nilai baru. Tanggung jawab guru meliputi: a. Tanggung Jawab Moral Setiap guru berkewajiban menghayati dan mengamalkan dan tanggung jawab mewariskan moral Pancasila itu serta nilai-nilai Undang-Undang Dasar 1945 kepada generasi muda. Tanggung jawab ini, merupakan tanggung jawab moral bagi setiap guru di Indonesia. b. Tanggung Jawab dalam Bidang Pendidikan di Sekolah Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa. Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk
25
melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para siswa belajar, membina pribadi, watak, dan jasmaniah siswa, menganalisis kesulitan belajar, serta menilai kemajuan belajar para siswa. c. Tanggung Jawab Guru dalam Bidang Kemasyarakatan Guru profesional tidak dapat melepaskan dirinya dari bidang kehidupan kemasyarakatan. Di satu pihak guru adalah warga masyarakatnya dan di lain pihak guru bertanggung jawab turut serta memajukan
kesatuan
dan
persatuan
bangsa,
menyukseskan
pembangunan nasional, serta menyukseskan pembangunan daerah khususnya yang dimulai dari daerah dimana dia tinggal. d. Tanggung Jawab guru dalam Bidang Keilmuwan Guru selaku ilmuwan bertanggung jawab turut memajukan ilmu, terutama ilmu yang telah menjadi spesialisasinya. Tanggung jawab ini dilaksanakan dalam bentuk mengadakan penelitian dan pengembangan. Untuk dapat melaksanakan tanggung jawabnya dalam bidang penelitian, guru harus memilki kompetensi tentang cara mengadakan penelitian, seperti cara membuat desain penelitian, cara merumuskan masalah, cara menentukan alat pengumpul data, cara mengadakan sampling dan cara mengolah data dengan teknik statistik yang sesuai,
26
selanjutnya dia harus mampu menyusun laporan hasil penelitian agar dapat disebarluaskan.4 3. Peran Guru Masih ada sementara orang yang berpandangan, bahwa peranan guru hanya mendidik dan mengajar saja. Mereka itu tidak mngerti, bahwa mengajar itu adalah mendidik juga. Bahkan dalam arti yang lebih luas, di mana sekolah merupakan/berfungsi juga sebagai penghubung antara ilmu dan teknologi dengan masyarakat, dimana sekolah merupakan lembaga yang turut mengemban tugas memodernisasi masyarakat dan di mana sekolah turut serta secara aktif dalam pembangunan. Maka dengan demikian peranan guru adalah sebagai berikut:5 a. Guru Sebagai Pengajar Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Murid-murid membutuhkan bantuan guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan. b. Guru Sebagai Pemimpin Sekolah dan kelas adalah suatu organisasi, di mana murid adalah sebagai pemimpinnya. Guru berkewajiban mengadakan supervisi atas kegiatan belajar murid, membuat rencana pengajaran bagi kelasnya, mengadakan manajemen belajar sebaik-baiknya, mengatur disiplin kelas secara demokratis. Dengan kegiatan manajemen ini guru ingin menciptakan lingkungan belajar yang serasi, menyenangkan, dan merangsang dorongan belajar para anggota kelas. c. Guru Sebagai Ilmuwan Guru dipandang sebagai orang yang paling berpengetahuan. Dia bukan saja berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada murid, tetapi juga berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu dan terus- menerus memupuk pengetahuan yang telah dimilikinya. d. Guru Sebagai Pribadi Sebagai pribadi setiap guru harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh murid-muridnya, oleh orang tua, dan oleh masyarakat. Sifat-sifat itu sangat diperlukan agar ia dapat melaksanakan pengajaran secara efektif. e. Guru Sebagai Penghubung
4
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 39-42. 5 Prof. Dr. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), hlm.123-127.
27
Sekolah berdiri di antara dua lapangan, yakni di satu pihak mengemban tugas menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi, dan kebudayaan yang terus-menerus berkembang dengan lajunya, dan di lain pihak ia bertugas menampung aspirasi, amsalah, kebutuhan, minat, dan tuntutan masyarakat. f. Guru Sebagai Pembaharu Guru memegang peranan sebagai pembaharu, oleh karena melalui kegiatan guru penyampaian ilmu dan teknologi, contohcontoh yang baik dan lain-lain maka akan menanamkan jiwa pembaharuan di kalangan murid. g. Guru Sebagai Pembangunan Sekolah turut serta memperbaiki masyarakat dengan jalan memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan dengan turut melakukan kegiatan-kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh masyarakat itu. Guru baik sebagai pribadi maupun sebagai guru profesional dapat menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk membantu berhasilnya rencana pembangunan masyarakat. B. BELAJAR HAFALAN JUZ ‘AMMA 1.
Pengertian Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.6
6
Muhibbin Syah, M.Ed., Psikologi Belajar ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 59.
28
Belajar (learning), sering kali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman.7 Dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik. Sekarang timbul pertanyaan, apakah belajar itu? Maka jawaban yang akan kita dapatkan akan bermacam-macam. Hal yang demikian ini terutama berakar pada kenyataan bahwa apa yang disebut perbuatan belajar itu bermacam-macam. Banyak aktivitas-aktivitas yang oleh hampir setiap orang dapat disetujui kalau disebut perbuatan belajar, seperti misalnya mendapatkan perbendaharaan kata-kata yang baru, menghafal syair, menghafal nyanyian, dan sebagainya. Ada beberapa aktivitas yang tidak begitu jelas apakah itu tergolong sebagai perbuatan (hal) belajar ; seperti misalnya: mendapatkan bermacam-macam sikap sosial (misalnya prasangka), kegemaran, pilihan dan lain-lainnya. Tidak semua kegiatan dapat tergolong sebagi kegiatan belajar seperti melamun, marah, menjiplak dan menikmati hibufan. Dengan kenyataan tersebut diatas, sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi. 7
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam ( Jakarta: Kencana), 2004, hlm.205.
29
Dalam buku Psikologi Pendidikan karya Drs. Ngalim Purwanto, MP, Clifford T. Morgan mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman atau latihan.8 Dengan demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan pisik atau kematangan, kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar. Dalam buku Psikologi Pendidikan karya
Drs. Ngalim
Purwanto, MP, Hilgard and Bower, mengemukakan, “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya: kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)”. 9 Arno F. Witting dalam buku Theory and Problems Psychology of Learning mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku individu sebagai hasil dari penngalaman. Hintzman, dalam bukunya The Psychology of Learninng and Memory berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi
8
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Remadja Rosdakarya, Bandung, 1997, hlm. 84. 9 Ibid., hlm.84
30
dalam diri organisme, manusia, hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Dari definisi–definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dan relatif tetap. Berdasarkan definisi diatas dapat dikemukakan beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto, yaitu bahwa: a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar: seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap ; harus merupakan akhir dari ada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari hari, berbulan-bulan, ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseoarang yang biasanya hanya berlasung sementara. d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam perngertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.10 Setiap perilaku belajar, selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah: 1) perubahan itu intensional; 2) perubahan itu positif dan aktif; dan 3) perubahan itu efektif dan fungsional. 1. Perubahan Intensial 10
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Remadja Rosdakarya, Bandung, 1997, hlm. 85.
31
2.
3.
2.
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain, bukan kebetulan. Perubahan Positif dan aktif Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan (misalnya, bayi yang bisa merangkak setelah bisa duduk), tetapi karena usaha siswa itu sendiri. Perubahan Efektif dan Fungsional Perubahan yang timbul karena proses belajar yang bersifat efektif, yakni berhasil guna. Artinya, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentui bagi siswa. Selain itu, perubahaan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat ada apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan.11
Jenis-Jenis Belajar Dalam proses belajar, dikenal bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam. 1.
2.
11
Belajar Abstrak Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahaan masalah-masalah yang tidak nyata. Belajar Keterampilan Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik, yakni yang berhubungan dengan uraturat saraf dan otot-otot. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.
Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 161-163.
32
3.
4.
5.
6.
7.
3.
Belajar Sosial Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok dan masalah yang bersifat kemasyarakatan. Belajar Rasional Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya adalah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Belajar Kebiasaan Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaankebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuannya adalah agar siswa atau anak didik memperoleh sikapsikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang damn waktu (kontekstual). Belajar Apresiasi Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu obyek. Tujuannya adalah agar siswa atau anak didik memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai obyek tertentu. Belajar Pengetahuan Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap obyek pengetahuan tertentu. Studi ini juga tentu dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen. Tujuan belajar pengetahuan ialah agar anak didik memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasa lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya.12
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni: 13
12 13
Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm.169-172. Muhibbin Syah, M.Ed., Psikologi Belajar ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 130-139.
33
1.
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa; Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: a.
Aspek Fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
b.
Aspek Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi
kuantitas
dan
kualitas
perolehan
pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umunya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: 1) Tingkat Kecerdasan/Inteligensi Siswa Intelegensi umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau penyesuaian diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. 2) Sikap Siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
34
merespons (responce tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. 3) Bakat Siswa Secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah
sebabnya
mengapa
seorang
anak
yang
berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child yakni anak yang berbakat. 4) Minat Siswa Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi prestasi belajar dalam bidang studi matematika. Misalnya siswa yang menaruh minat
besar
pada
matematika
akan
memusatkan
perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif
35
terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkannya. 5) Motivasi Siswa Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan lebih langggeng serta tidak tergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan kaharusan dari orang tua dan guru. 2.
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni: a.
Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
36
semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan
sikap
dan
perilakuyang
simpatik
dan
memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar. b.
Lingkungan Nonsosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. a.
Faktor pendekatan belajar ( approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
4.
Pengembangan Minat Belajar Orang tua dan guru memikul tanggungjawab bersama yaitu tanggung
jawab
menumbuhkan
minat
anak
dan
memperluas
horizonnya, sedemikian rupa sehingga hal itu selanjutnya meningkatkan semangatnya untuk belajar. Jika orang tua tidak berhasil, kecuali hanya setingkat dengan tingkat sekolah yang dicapai oleh si anak, boleh jadi nilainya sangat menarik perhatiannya. Dalam pada itu, besar kemungkinan
anak
akan
menjadi
betul-betul
memperhatikan
37
pekerjaannya untuk dirinya, jika orang tuanya , memperhatikan apa yang dipelajarinya. Kecepatan anak belajar bertambah baik di rumah maupun di sekolah apabila ada padanya keinginan untuk belajar. Hanya saja bukanlah kuasa orang tua untuk membuka atau menutup keinginan tersebut. Akan tetapi mereka harus mengatur masalah pengajaran anakanak mereka dengan bijaksana dan trampil, sebagaimana dilakukan oleh guru.14 5. Pengertian Hafalan dan Juz „Amma Sedangkan kata hafalan berasal dari kata “hafal” yang berarti “telah dapat mengucapkan dengan ingatan (tidak usah melihat buku)”. Jika diberi akhiran “an” maka berarti mempelajari tentang pelajaran supaya hafal. Dan juga berarti “berusaha merapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat”. Menurut pendapat yang lain, hafal dalam bahasa arabnya disebut dengan al-hafidz itu mempunyai arti “memelihara sesuatu atau tidak lupa”. Arti al-hafidz menurut bahasa tiada bedanya dengan artinya menurut istilah, yaitu “menampakkan dan membacanya luas tanpa kitab”. Dari paparan tersebut di atas dapat ditarik benang merah bahwa metode hafalan adalah metode yang menitik beratkan pada daya ingatan (memory type of learning). Jadi metode hafalan maksudnya adalah suatu cara belajar dengan menggunakan daya ingatan yang tajam untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. 14
Prof. DR. Imaduddin Ismail, Pengembangan Kemampuan Belajar Pada Anak-Anak (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm.42-43.
38
6.
Strategi Hafalan Juz „Amma Menghafal bukan pekerjaan yang sulit, namun juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan sebelum kita melakukan hafalan diantaranya: 15 a.
Persiapan Persiapan dalam menghafal berkaitan erat dengan niat atau keinginan .keinginan yang kuat tanpa adanya paksaan dari siapapun akan mampu menghadapi rintangan yang menghalanginya.
b.
Mampu membaca dengan benar dan lancar Kemampuan membaca dengan lancar dan benar akan mempermudah dalam proses menghafal .
c.
Kontiunitas Menghafal memerlukan kontiunitas. Menghafal hendaknya tidak bosan-bosan dalam mengulang hafalan, kapan dan dimanapun, dengan demikian kontiunitas memiliki kedisiplinan baik waktu, tempat maupun materi.
d.
Sanggup Memelihara Hafalan Juz „Amma yang merupakan Juz ketiga puluh dari kitab suci Al- Qur‟an dan bagian yang paling sering didengar dan paling sering dibaca.ketika pertama kali belajar membaca Al- Qur‟an dimasa kecil,hal pertama yang dipelajari adalah membaca dan menghafal surat surat pendek yang terdapat dalam Juz „Amma.di
15
hlm.52.
Sugianto, Kiat Praktis Praktis Menghafal Juz ‘Amma (Bandung:Mujahid Pres, 2004),
39
tambah lagi kebnayakan para imam di masjid lebih sering membaca surat- surat pendek yang terdapat dalam Juz „Amma dari pada membaca surst- surat dalam juz lainnya, baik secara lengkap maupun
berupa penggalan surat. Sehingga dengan demikian surat-
surat tersebut terasa begitu akrab dan tidak asing lagi ditelingga,bahkan banyak yang hafal tersebut diluar kepala. Juz
„Amma
merupakan
Juz
dengan
jumlah
surat
terbanyak.Didalamnya terdapat 37 surat dimulai dengan surat An-Naba dan di akhiri surat An-nas. Sebagian besar dari surat- surat tersebut yaitu sebanyak 34 surat merupakan surat makiyah yaitu surat yang turun sebelum Rasul hijrah ke madinah. Sedangkan tiga surat sebelumya yakni Al- Bayinah Al-Zalzalah dan An-Nashr merupakan surat madaniyah yaitu surat yang turun setelah Rosul hijrah kemadinah.16 7.
Metode-metode Hafalan Untuk mencapai hasil hafalan yang baik, perlu adanya beberapa macam cara untuk menghafal. Adapun metode hafalan para ahli telah merumuskan metode-metode yang mempermudah dan mempercepat jalannya proses penghafalan, diantaranya adalah :
a.
Agus Sujanto membagi metode menghafal menjadi 3 (tiga) : 1) Metode K (keseluruhan)
16
http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/ Di akses Pada Tanggal 17 Agustus 2015.
40
2) Metode B (bagian-bagian) 3) Metode C (campuran) Metode Keseluruhan dipergunakan untuk menghafal sesuatu yang sedikit. Metode Bagian-bagian dipergunakan untuk menghafal sesuatu yang banyak. Sedang metode Camnpuran merupakan metode yang paling baik karena dengan metode ini anak mengamati secara keseluruhan lebih dahulu dan memperhatikan kesukaran-kesukarannya lebih dahulu, kemudian dihafalkan lebih dahulu baru nanti dihafalkan keseluruhan.17 b.
The Liang Gie, pada pokoknya metode menghafal dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu : 1) Menghafal dengan melalui pandangan mata saja. Bahan pelajaran itu dipandang atau dibatin dengan penuh perhatian sambil otak bekerja mengingat-ingat 2) Menghafal terutama dengan melalui pendengaran. Dalam hal ini bahan pelajaran itu dibaca dengan keras untuk dimasukkan dalam kepala melalui telinga. 3) Menghafal dengan melalui gerak gerik tangan. Yaitu dengan jalan menulis-nulis di atas kertas dengan potlot atau dengan menggerakkan-gerakkan ujung jari di atas meja sambil pikiran berusaha menanamkan pelajaran itu.18
17
18
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Aksara Baru, 1981), hlm. 44-45.
The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisein, Center Study Progress, Yogyakarta, 1988, hlm. 127-128.
41
Beberapa metode tersebut di atas, dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal suatu mata pelajaran. Metodemetode tersebut dipakai semuanya sebagai variasi untuk menghilangkan kejenuhan, ataupun hanya memilih salah satunya kalau memang dirasakannya sudah cocok bagi dirinya sendiri. 8.
Tujuan Metode Hafalan Kegiatan belajar harus mempunyai tujuan. Karena setiap tujuan yang tidak mempunyai tujuan akan berjalan meraba-raba, tak tentu arah tujuan. Tujuan yang jelas dan berguna akan membuat orang lebih giat, terarah dan sungguh-sungguh. Semua kegiatan harus berorientasi pada tujuannya. Segala daya dan upaya harus dipusatkan pada pencapaian tujuan, baik bahan pelajaran, metode dan teknik pelaksanaan kegiatan belajar harus dapat menunjang tercapainya tujuan dengan efektif dan efisien. Oleh karena itu metode hafalan bertujuan untuk memperkuat ingatan. Dalam buku Psikologi Belajar karya Muhibbin Syah, Ballard, Briged dan Clanchy, John metode hafalan bertujuan untuk pembenaran atau penyebutan kembali materi.19
9.
Faktor-faktor Pendukung Menghafal Al-Qur‟an / Juz „Amma Ada beberapa hal yang dianggap penting sebagai pendukung tercapainya menghafal Al-Qur‟an / Juz „Amma. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain :
19
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 2001, hlm. 124.
42
a.
Usia Sebenarnya tidak ada batasan usia tertentu secara mutlak untuk menghafal Al-Qur‟an / Juz„Amma. Tetapi karena kurikulum yang ada disekolah. Pelaksanaannya sesuai dengan target maka target hafalan juz „amma disesuaikan dengan usia anak dan kelas masing masing.
b.
Menajemen Waktu Hafalan Juz „Amma sebaiknya dilaksanakan pada jam-jam pertama pada proses kegiatan belajar mengajar.
c.
Tempat Menghafal Tempat yang ideal untuk menghafal Al-Qur‟an / Juz „Amma sebagai berikut. -
Jauh dari kebisingan
-
Bersih dan suci dari kotoran dan najis
-
Cukup ventilasi
-
Cukup penerangan
-
Mempunyai temperatur yang cukup dengan kebutuhan
-
Tidak meningkatkan timbulnya gangguan yakni jauh dari telpon atau ruang tamu atau tempat biasa untuk ngobrol.Jika proses kegiatan belajar mengajar hafalan Al-Qur‟an / Juz „Amma dilakukan di sekolah maka tempat yang ideal dilakukan di mushola sekolah.
10. Syarat-syarat Menghafal Juz „Amma
43
Dalam menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an diperlukan beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:20 a. Niat Yang Ikhlas Niat yang ikhlas harus dimiliki oleh seseorang yang akan menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an. Karena proses menghafal Al-Qur‟an merupakan ibadah yang kita persembahkan hanya kepada Allah SWT dan dilakukan karena-Nya. b. Mempunyai Kemauan yang Kuat Dalam menghafal Juz „Amma meskipun hanya berjumlah surat dan tidak perlu panjang-panjang ayat-ayatnya tetap membutuhkan tekad dan kemauan yang kuat dalam menghafalkannya. Terutama bagi seseorang yang baru memulai menghafalkannya, tentu hal ini bukan perkara yang ringan. Dengan memiliki kemauan yang kuat serta kesabaran dalam menghafalkan Juz „Amma maka orang tersebut akan mampu menghafalnya dalam waktu singkat. c. Disiplin Dalam Menambah Hafalan dan Mengulang yang Sudah Dihafal Jika telah menghafal satu surat dari juz „amma maka lanjutkanlah kepada surat yang lain. Dan jangan lupa terus mengulangulang surat yang sudah dihafalkan karena karena hafalan surat dari AlQur‟an itu sangat cepat hilang dari ingatan kita manakala tidak pernah kita muraja‟ah atau ulang-ulang membacanya. 11. Hal-hal Yang Perlu Difahami Sebelum Menghafal Juz „Amma a.
Membenarkan Pengucapan dan Bacaan Al-Qur‟an Untuk memudahkan menghafal Juz „Amma, maka siswa harus sudah mampu membaca Al-Qur‟an dengan bacaan yang benar, fasih, serta lancar. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk membenarkan pengucapan dan bacaan Al-Qur‟an adalah dengan mendengarkan bacaan orang yang sudah baik bacaan Al-Qur‟annya, atau dari orang yang sudah hafal dan sangat cermat sekali, karena hanya dengan begitulah Al-Qur‟an dapat dipelajari secara baik.21
20
Ustadz Muhammad Syah Putra, Mudah dan Praktis Menghafal Juz ‘Amma dan Asmaul Husna (Surabaya: Quntum Media, 2013), hlm.25-29. 21
Ustadz Muhammad Syah Putra, Mudah dan Praktis Menghafal Juz ‘Amma dan Asmaul Husna (Surabaya: Quntum Media, 2013), hlm.25-29.
44
b.
Memilki Kondisi Fisik dan Pikiran yang Sehat Kondisi fisik yang prima dan pikiran yang sehat juga sangat menentukan keberhasilan seseorang terutama pada anak dalam menghafal Juz „Amma.22
c.
Memilih Waktu dan Tempat yang Tenang Pilihlah waktu dan tempat yang sesuai dengan keinginan, yang membuat pikiran tenang, dan konsentrasi dalam menghafal.
12. Faedah menghafal Al-Qur‟an / Juz „Amma. Banyak sekali faedah yang muncul dari menghafal Al-Qur‟an /Juz „Amma.faedah-faedah tersebut diantaranya:23 a. Bahagia di Dunia dan di Akhirat Jika disertai dengan amal saleh dan keikhlasan, maka ini merupakan kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. b.
Sakinah (Tenteram jiwanya) Ketentraman jiwa akan diperoleh bagi orang -orang yang menghafal AlQur‟an / Juz‟Amma.
Sebagaimana hadits nabi yang
artinya : “Tidak ada orang yang berkumpul di dalam satu rumah Allah untuk membaca dan mempelajari Al-Qur‟an,melainkan mereka akan memperoleh ketenteraman,diliputi rahmat, dikitari oleh Malaikat dan nama mereka disebut–sebut Allah di kalangan para malaikat .” c.
22
Tajam Ingatan dan Bersih Intuisinya
Ibid., hlm. 34. 23 Ustadz Muhammad Syah Putra, Mudah dan Praktis Menghafal Juz ‘Amma dan Asmaul Husna (Surabaya: Quntum Media, 2013), hlm.25-29.
45
Ketajaman ingatan dan kebersihan intuisinya itu muncul karena seorang penghafal Al-Qur‟an selalu berupaya mencocokkan ayat –ayat yang dihafalnya dan membandingkan ayat-ayat tersebut ke porosnya, baik dari segi lafal (teks ayat) maupun dari segi pengertiannya. sedangkan
bersihnya
intuisi
itu
muncul
karena
seorang penghafal Al-Qur‟an senantiasa berada dalam lingkungan zikrullah
dan
selalu dalam
kondisi
keinsafan
yang
selalu
meningkat,karena ia selalu mendapat peringatan dari ayat-ayat yang dibacanya. Allah berfirman: )28( شفَا ٌء َو َر ْح َمةٌ ِلّ ْل ُمؤْ ِمىِ ْيهَ َوالَ يَز ْي ُد ال َّظ ِلم ْيهَ اِ الَّ ََ َ ا را ِ ان َما هُ َو ِ َووُىَ ِ ّز ُل ِمهَ ا ْلقُ ْز َء Artinya “Dan kami turunkan dari Al -qur‟an suatu yang menjadi penawar rahmat bagi orang-orang yang beriman dan AlQur‟an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selalu kerugian (QS.Al-Isra‟/17:82). d.
Fasih dalam Berbicara Orang yang banyak membaca, atau menghafal Al Qur‟an akan membentuk ucapannya tepat dan dapat mengeluarkan fonetik Arab pada landasannya secara alami. Allah berfirman: )491( ) ِب ِل َ ا ٍن ع ََز ِب ٍّى ُّمبِ ْي ٍه491( َعلَى قَ ْل ِبكَ ِلتَكُونَ ِمهَ ا ْل ُم ْىذ ِِر ْيه َ Artinya menjadi
: “kedalam
hatimu (Muhammad) agar kamu
status seorang di antara orang -orang yang memberi
46
peringatan,dengan bahasa arab yang jelas.”(QS. As-Syu‟ara/26:194195). e.
Memiliki Do‟a yang Mustajab Orang
yang
hafal
Al-Qur‟an
yang
selalu
konsekuen
dengan predikatnya sebagai Hamalatul Qur‟an merupakan orang, yang dikasihi Allah. Dan orang-orang kekasih Allah ini diantaranya adalah orang yang hafal Al- Qur‟an. Orang- orang doanya mustajab.
inilah yang