12
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada setiap akhir periode, perusahaan wajib menyusun laporan keuangan untuk selanjutnya dilaporkan kepada pihak evaluator. Dalam kaitannya dengan hal ini yakni bank. Bank wajib melaporkan laporan keuangan kepada Bank Indonesia untuk setiap periodenya baik laporan keuangan bulanan, triwulanan, maupun tahunan. Dari laporan keuangan yang sudah dilaporkan, selanjutnya dilakukan audit dan penilaian oleh Bank Indonesia. Berikut ini dipaparkan beberapa pengertian laporan keuangan yang penulis kutip dari beberapa sumber : Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 01 paragraf 07 revisi 2009 mengungkapkan ”pengertian laporan keuangan sebagai suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas yang menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”. Menurut Munawir (2002:56), ”laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasilhasil yang telah dicapai oleh perusahaan sehingga diharapkan akan membantu bagi para pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial”.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
Baridwan (2004:11) berpendapat bahwa ”laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan yang merupakan ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan”. Sedangkan menurut Fahmi (2012:25) mengemukakan bahwa “laporan keuangan adalah hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihakpihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas tersebut”. Kemudian menurut Sugiono dan Untung (2008:3) menyatakan bahwa “laporan keuangan pada perusahaan merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi (siklus akuntansi) yang mencerminkan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan”. Lebih lanjut Kasmir (2006:239) menjelaskan bahwa “laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan dan menunjukkan kinerja manajemen bank untuk melihat bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya untuk melihat kelebihan dan kelemahan yang dimiliki”. Pada prinsipnya laporan keuangan merupakan suatu susunan daftar atau ringkasan sebagai pertanggungjawaban manajemen perusahaan kepada pihak penilai yang dalam hal ini adalah Bank Indonesia sebagai lembaga yang menilai kinerja perbankan untuk melihat sejauh mana prestasi atau hasil kinerja suatu perusahaan. Hasil kinerja ini dapat digunakan sebagai perbandingan apakah kinerjanya lebih baik atau tidak dengan melihat sisi kelebihan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
2.1.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Dibuatnya laporan keuangan oleh suatu perusahaan tentunya memiliki tujuan dan manfaat. Ada beberapa tujuan laporan keuangan yang dikutip dari beberapa ahli yakni: Menurut Fahmi (2012:26), “tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka dalam satuan moneter”. Selanjutnya Taswan (2010:15) berpendapat bahwa: Laporan Keuangan dimaksudkan untuk memberikan informasi berkala mengenai kondisi bank secara menyeluruh termasuk perkembangan usaha dan kinerja perbankan, seluruh informasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan transparansi kondisi keuangan bank kepada publik dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan. Kusnadi (2000:28) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah 1. Untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi. 2. Menunjukkan apa yang telah dicapai oleh pihak manajemen perusahaan dimasa lampau sehingga para pihak yang berkepentingan atas perusahaan mempunyai dasar berpijak dan dapat dipertanggungjawabkan. 3. Mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 01 paragraf 07 revisi 2009 menjelaskan “tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
Secara lebih rinci, Kasmir (2006:240) mengungkapkan bahwa laporan keuangan bertujuan untuk : a. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis aktiva yang dimiliki. b. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban. c. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal. d. Memberikan informasi keuangan tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan bank. e. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya yang dikeluarkan dan jenis-jenis biaya. f. Memberikan informasi keuangan tentang perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal. g. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu perode dari hasil laporan keuangan yang disajikan. Selain tujuan dibuatnya laporan keuangan, ada beberapa manfaat yang diperoleh dari pembuatan laporan keuangan. Seperti dikemukakan oleh Fahmi (2012:26) yang menyatakan bahwa: Dengan adanya laporan keuangan yang disediakan pihak manajemen perusahaan maka sangat membantu pihak pemegang saham dalam proses pengambilan keputusan, dan sangat berguna dalam melihat kondisi pada saat ini maupun dijadikan sebagai alat untuk memprediksi kondisi masa yang akan datang. Sedangkan manfaat laporan keuangan menurut Hanafi dan Halim (2005:36) adalah sebagai: a. b. c. d.
Informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan Informasi yang bermanfaat untuk memperkirakan aliran pemakai eksternal Informasi yang bermanfaat untuk memperkirakan aliran kas perusahaan Informasi mengenai sumber daya ekonomi dan klaim terhadap sumber daya tersebut e. Informasi mengenai pendapatan dan komponen-komponen. Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat dipahami bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan gambaran dan informasi yang jelas bagi para pengguna laporan keuangan terutama bagi manajemen suatu perusahaan, sehingga manfaatnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menerapkan langkah-langkah strategis sehingga mempermudah dalam proses pengambilan keputusan demi kemajuan perusahaan dimasa yang akan datang.
2.1.3 Unsur-Unsur Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan perusahaan tercermin dari laporan keuangan yang terdiri dari beberapa unsur laporan keuangan. Seperti yang diungkapkan Munawir (2000:5), menjelaskan bahwa “pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi, serta laporan perubahan modal…” Secara lengkap menurut Lesmana dan Surjanto (2004:11) menyebutkan ada lima yang termasuk ke dalam unsur atau komponen laporan keuangan yakni: 1. 2. 3. 4. 5.
Neraca Laporan Laba Rugi Laporan Perubahan Modal Laporan Arus Kas Catatan Atas Laporan Keuangan
Berikut penjelasan masing- masing unsur laporan keuangan yang penulis rangkum dari berbagai literatur yang penulis baca.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
1. Neraca Pada intinya, neraca merupakan laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan. Ini sejalan yang dikemukakan oleh Munawir (2007:13), bahwa “neraca merupakan laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu dengan tujuan untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku di tutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun”. 2. Laporan laba rugi Merupakan laporan yang menyajikan hasil usaha pendapatan, beban, laba atau rugi bersih untuk periode akuntansi tertentu. Jika pendapatan yang diperoleh lebih besar dari beban yang dikeluarkan dinamakan laba. Namun sebaliknya, jika beban yang dikeluarkan lebih besar dari pendapatan yang diperoleh maka dinamakan rugi. 3. Laporan perubahan modal adalah laporan yang merekonsiliasi saldo awal dan akhir semua akun yang ada dalam ekuitas pemegang saham. 4. Laporan arus kas adalah laporan yang memberikan informasi tentang arus kas masuk dan keluar dari kegiatan operasi, pendanaan, dan investasi selama periode akuntansi. 5. Catatan atas laporan keuangan Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. Setiap unsur laporan keuangan yang terdiri dari laporan laba rugi, laporan perubahan modal, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan memiliki hubungan yang saling berkaitan. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Lesmana dan Surjanto (2004:11) yang menyatakan bahwa “setiap komponen dalam laporan keuangan merupakan satu kesatuan utuh dan terkait antara satu dengan yang lainnya, sehingga dalam menggunakannya perlu dilihat sebagai suatu keseluruhan bagi pemakai sehingga tidak terjadi kesalahpahaman”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan keterkaitannya satu unsur atau komponen dalam laporan keuangan dengan unsur atau komponen lainnya, maka dalam proses pembuatan laporan keuangan tersebut diperlukan ketelitian dan selalu mengemban prinsip kehati-hatian agar tidak terjadi kesalahan. Kesalahan dalam laporan keuangan akan membingungkan dan menimbulkan kesalahpahaman bagi seluruh pemakai laporan keuangan. Contohnya: dengan adanya laporan keuangan yang salah atau kurang lengkap akan menyebabkan para investor lebih memilih perusahaan lain dalam menanamkan sahamnya, kemudian juga menyulitkan para evaluator dalam menilai kinerja keuangan setiap perusahaan yang tercermin pada laporan keuangan itu sehingga menyebabkan menurunnya kredibilitas suatu perusahaan. Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
2.2 Penilaian Kinerja Keuangan 2.2.1 Pengertian Kinerja dan Penilaian kinerja keuangan Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat erat kaitannya dengan penilaian mengenai sehat atau tidak sehatnya perusahaan tersebut. Apabila tingkat kinerjanya baik, maka baik pula tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Berikut dipaparkan beberapa pengertian kinerja keuangan dan penilaian kinerja keuangan. Mulyadi (2007:2) mengatakan bahwa kinerja keuangan adalah “penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya”. Sedangkan Fahmi (2012:2) menjelaskan “kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar”. Pendapat serupa dikemukakan oleh Sawir (2005:1) yang menyatakan bahwa “kinerja keuangan adalah kondisi yang mencerminkan keadaan keuangan suatu perusahaan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan”. Setelah dijelaskan mengenai pengertian kinerja keuangan, berikutnya dipaparkan pengertian penilaian kinerja keuangan menurut Wibisono (2006:15), “evaluasi kinerja adalah penilaian kinerja yang diperbandingkan dengan rencana atau standar yang disepakati dimana pada setiap pengukuran kinerja harus ditetapkan standar pencapaian sebagai sarana untuk mencapai tujuan suatu perusahaan”.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
Dari beberapa pernyataan para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan merupakan suatu prestasi yang dicapai oleh perusahaan, untuk selanjutnya dilakukan penilaian kinerja keuangan dengan cara melakukan analisis tentang baik buruknya keputusan sebagai gambaran mengenai hasil kinerja dan operasi perusahaan yang tertuang dalam laporan keuangan berdasarkan pada aturan-aturan yang berlaku secara baik dan benar sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan perusahaan.
2.2.2 Tujuan Penilaian Kinerja keuangan Dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, diperlukan suatu kajian berupa analisis laporan keuangan yang tercermin dari laporan keuangan yang sudah dibuat oleh masing-masing perusahaan. Beberapa unsur laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut dapat dihitung rasio keuangannya, Hasil perhitungan rasio itu dibandingkan dengan standar ketentuan yang ditetapkan pemerintah dengan perusahaan yang bersangkutan apakah rasio yang diperoleh sesuai dengan standar yang ditetapkan atau tidak. Untuk sektor perbankan menyesuaikan standar kriteria yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai pihak otoritas pengawas perbankan yang ada di Indonesia. Pada prinsipnya penilaian kinerja dilakukan karena memiliki beberapa tujuan. Menurut Mulyadi (2007:415), “tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan”. Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
Kemudian Moin (2010:153) mengungkapkan bahwa berbagai pihak melakukan penilaian untuk tujuannya masing-masing diantaranya adalah: a. Bagi para analis sekuritas melakukan penilaian untuk membuat keputusan membeli atau menjual saham. b. Bagi analis kredit melakukan penilaian untuk mengetahui seberapa besar risiko perusahaan berkaitan dengan aktivitas pinjaman. c. Bagi para calon investor melakukan penilaian untuk membeli atau tidak membeli saham yang baru dijual.
2.2.3 Tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan Penilaian kinerja keuangan sangat diperlukan oleh semua perusahaan demi berkembangnya perusahaan tersebut, perusahaan dapat dinilai kinerjanya oleh pihak terkait sesuai dengan ruang lingkup bisnisnya. Bank Indonesia bertindak sebagai pihak yang menilai kinerja keuangan bank-bank yang ada di Indonesia baik itu bank pemerintah, swasta maupun bank asing. Dalam melakukan penilaian kinerja keuangan diperlukan proses atau tahapan sehingga akan diperoleh hasil akhir kinerja suatu perusahaan. Menurut Fahmi (2012:3), ada beberapa tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum,yaitu: a. Melakukan review terhadap data laporan keuangan Tujuannya adalah agar laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. b. Melakukan perhitungan Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan. c. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang diperoleh. d. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
e. Mencari dan memberikan pemecahan permasalahan yang ditemukan.
masalah
terhadap
berbagai
Dengan adanya tahapan dalam menganalisis kinerja keuangan akan memudahkan pihak yang menilai kinerja untuk memeriksa hasil kinerja keuangan suatu perusahaan, bagi pihak manajemen dapat digunakan sebagai acuan dalam memperbaiki kesalahan yang terjadi dimasa lalu, membantu memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat meningkatkan kinerja yang lebih baik dimasa yang akan datang.
2.3 Tingkat Kesehatan Perbankan Menurut Santoso dan Triandaru (2010:51), “kesehatan perbankan adalah kemampuan bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku”. Dalam melakukan penilaian kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai faktor. Penilaian kesehatan ini bertujuan untuk menentukan apakah bank yang bersangkutan dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, sehingga bank Indonesia sebagai bank sentral yang salah satu tugasnya mengatur dan mengawasi bank yang ada di Indonesia dapat memberikan arahan dan melakukan penilaian kesehatan dan berguna bagi pihak bank yang bersangkutan dalam menetapkan langkah-langkah strategis demi kelangsungan hidupnya.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
2.3.1 Analisis CAMELS Penilaian kesehatan perbankan di Indonesia diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menggantikan PBI sebelumnya No. 6/10/PBI/2004 (hal 4-6) yakni analisis CAMELS. CAMELS mencakup beberapa faktor yakni: faktor permodalan (Capital), Kualitas Asset (Asset Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earning), Likuiditas (Liquidity), dan Sensivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk). Dari keenam faktor tersebut dilakukan penilaian oleh Bank Indonesia kepada bank-bank yang ada di Indonesia untuk melihat kondisi perbankan apakah dalam keadaan sehat atau tidak. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing faktornya. a. Faktor permodalan (Capital) Penilaian terhadap faktor permodalan terdiri dari beberapa komponen berikut ini: 1. Kecukupan, komposisi modal, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan, serta kemampuan modal dalam mengcover asset bermasalah. 2. Kemampuan bank yang bersangkutan memelihara kebutuhan tambahan modal yang berasal dari laba, rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank yang bersangkutan.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
b. Faktor Kualitas Aset (Asset Quality) Penilaian terhadap faktor kualitas aset terdiri dari beberapa komponen berikut ini: 1. Kualitas aktiva produktif, perkembangan risiko kredit bermasalah, kecukupan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif). 2. Sistem kaji ulang (review), sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. c. Faktor Manajemen (Management) Penilaian terhadap faktor permodalan terdiri dari beberapa komponen berikut ini: 1. Kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen risiko 2. Kepatuhan bank atas ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia atau pihak lain. d. Faktor Rentabilitas (Earning) Penilaian terhadap faktor rentabilitas terdiri dari beberapa komponen berikut ini: 1. Pencapaian Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Interest Margin (NIM). 2. Perkembangan laba operasional dan penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
e. Faktor Likuiditas (Liquidity) Penilaian terhadap faktor likuiditas terdiri dari beberapa komponen berikut ini: 1. Rasio aktiva atau pasiva yang likuid 2. Kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR) 3. Proyeksi cash flow 4. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas f. Faktor Sensivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk) Penilaian terhadap faktor sensivitas terhadap risiko pasar terdiri dari beberapa komponen berikut ini: 1. Kemampuan modal bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar 2. Kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.
2.3.2 Komponen Masing-masing Faktor CAMELS 2.3.2.1 Faktor Permodalan (Capital) Pengertian modal menurut Muljono (dalam Abdullah, 2005:56) adalah „jumlah dana yang ditanamkan dalam suatu perusahaan oleh pemiliknya untuk pembentukan suatu badan usaha dan dalam perkembangannya modal tersebut dapat susut karena kerugian atau berkembang karena keuntungan yang diperoleh‟. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal merupakan dana yang ditanamkan pemilik untuk mendirikan suatu badan usaha, modal ini merupakan Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
indikator kinerja yang amat penting untuk perkembangan bank, karena setiap penciptaan aset disamping menghasilkan keuntungan juga berpotensi menimbulkan risiko. Oleh karena itu, modal harus digunakan sebagai salah satu langkah preventif untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan terjadinya risiko kerugian. Risiko kerugian itu dapat berupa risiko atas investasi pada aset maupun risiko yang berasal dari pihak ketiga yakni masyarakat. Dalam cakupan luas modal memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi perlindungan, fungsi kepercayaan, fungsi operasi, fungsi pengaturan, dan representasi kepemilikan. Kemudian Darmawi (2011:91) mengungkapkan bahwa “modal memiliki
beberapa
kegunaan
diantaranya
melindungi
deposan,
memupuk
kepercayaan deposan, fungsi kepemilikan, dan fungsi pengatur tidak langsung”. Salah satu komponen faktor permodalan adalah kecukupan modal. Rasio untuk menguji kecukupan modal bank yakni rasio CAR (Capital Adequacy Ratio). CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR ini digunakan sebagai indikator untuk menutupi penurunan aktiva dalam kemampuan suatu bank sebagai akibat dari kerugian yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: CAR =
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑛𝑘 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜(𝐴𝑇𝑀𝑅)
x 100 %
(Dendawijaya, 2005:121)
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
Berdasarkan rumus tersebut dapat dijelaskan bahwa CAR merupakan perbandingan antara modal bank dengan aktiva tertimbang menurut risiko. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia bahwa modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti terdiri dari modal disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan, laba tahun lalu, dan laba tahun berjalan. Sedangkan modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, modal kuasi, dan pinjaman subordinasi. Berikutnya adalah aktiva tertimbang menurut risiko atau yang biasa disebut ATMR. ATMR terdiri dari: 1. ATMR untuk risiko kredit dapat dihitung dengan menjumlahkan ATMR aktiva neraca (aktiva yang tercantum dalam neraca) dan ATMR aktiva administratif (aktiva yang bersifat administratif). 2. ATMR untuk risiko pasar perhitungannya diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 9/13/PBI/2007 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum dengan memperhitungkan risiko pasar. 3. ATMR untuk risiko operasional diatur dalam SE No. 11/3/DPNP/2009 (hal. 3-8) tentang Perhitungan ATMR untuk Risiko Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Indikator Dasar (PID). Rumusnya sebagai berikut: ATMR Risiko Operasional= 12,5 x Bobot Modal Risiko. Standar ketentuan minimal CAR yang ditetapkan Bank Indonesia adalah 8%, namun untuk lebih jelas mengenai peringkat komposit dari komponen CAR dapat dilihat pada tabel 2.1. Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
Tabel 2.1 Matriks Kriteria Peringkat Komponen CAR Rasio
Peringkat
CAR ≥ 12%
1
9% ≤ CAR < 12%
2
8% ≤ CAR < 9%
3
6% < CAR < 8%
4
CAR ≤ 6%
5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004) Peringkat yang dimaksud dalam tabel 2.1 adalah peringkat komposit yang tertuang dalam pasal 9 ayat 1-7 Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Hal 9-10) ditetapkan sebagai berikut a. Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. b. Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. c. Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. d. Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. e. Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
2.3.2.2 Faktor Kualitas Aset (Asset) Dalam melakukan pemberian kredit kepada nasabah, bank akan dihadapkan pada risiko kredit yang tidak mampu dibayar oleh debitur sehingga menimbulkan kredit bermasalah. Menurut Siamat (2005:358) menyatakan bahwa “kredit bermasalah adalah pinjaman yang mengalami kesulitan akibat faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali debitur”. Setiap bank harus mampu mengelola kreditnya dengan baik dalam memberikan kredit kepada masyarakat maupun dalam pengembalian kreditnya sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan kredit bermasalah. Rasio yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan dalam mengelola kredit bermasalah adalah rasio NPL (Non Performing Loan). Standar kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia bahwa rasio ini tidak boleh melebihi 5 %. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: NPL =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
100 %
( Taswan , 2006: 390) Menurut Peraturan BI No. 6/10/PBI/2004 bahwa kualitas aktiva produktif yang termasuk kelompok kredit bermasalah adalah kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Sedangkan total kredit yang dimaksud adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain).
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
2.3.2.3 Faktor Manajemen (Management) Penilaian faktor manajemen didasarkan pada penilaian terhadap 100 aspek yang terkait dengan manajemen permodalan, kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas. Setiap komponen tersebut diberikan bobot dan manajemen dapat dikatakan sehat jika nilai kredit lebih dari 81 % dari aspek tersebut. Kemudian perhitungan nilai kredit didasarkan pada penilaian jawaban dari beberapa pertanyaan yang diajukan mengenai manajemen bank secara keseluruhan. Semua jawaban dan penilaian manajemen tidak dipublikasikan kepada masyarakat umum karena bersifat rahasia.
2.3.2.4 Faktor Rentabilitas (Earning) Ada beberapa pengertian rentabilitas atau profitabilitas menurut beberapa ahli dijabarkan sebagai berikut: Menurut
Dendawijaya
(2005:118),
“rentabilitas
adalah
alat
untuk
menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan”. Pendapat serupa dikemukakan oleh Sastradipoera (2001:274) menyatakan bahwa “profitabilitas perbankan adalah kesanggupan bisnis perbankan untuk memperoleh laba berdasarkan investasi yang dilakukannya”. Sedangkan menurut Hasibuan (2002:100) menyatakan bahwa “profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan bank memperoleh laba yang dinyatakan dalam presentase”.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
Lebih lanjut Harahap (2007:304) menjelaskan bahwa “profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan kas, modal, jumlah karyawan, dan jumlah cabang”. Dari pemaparan tersebut dapat dijelaskan kembali bahwa rentabilitas atau profitabilitas adalah gambaran secara jelas mengenai kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba secara keseluruhan dalam berbagai kegiatan yang dihasilkannya baik melalui kegiatan investasi, penjualan kas, modal, dan lain sebagainya. Penilaian faktor rentabilitas yang lazim digunakan dalam penilaian kesehatan perbankan adalah rasio ROA (Return on Asset) , ROE (Return on Equity), dan BOPO (Beban Operasional/Pendapatan Operasional). Berikut ini pemaparan mengenai rasio keuangan dalam penilaian faktor rentabilitas. a. ROA ( Return on Asset) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut. Jika ROA yang dihasilkan negatif menunjukkan buruknya kinerja bank dalam mendapatkan keuntungan. Bank dapat dikategorikan sangat sehat jika ROA yang dihasilkan di atas 1,5%.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
32
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
x 100 %
(Dendawijaya, 2005: 118) Adapun kriteria penilaian berdasarkan peringkat komponen ROA adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Matriks Kriteria Peringkat Komponen ROA Rasio
Peringkat
ROA > 1,5%
1
1,25% < ROA ≤1,5%
2
0,5% < ROA ≤1,25%
3
0 < ROA ≤ 0,5%
4
ROA ≤ 0%
5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004) b. ROE ( Return on Equity) ROE adalah perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri. Rasio ini merupakan indikator bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. ROE diasumsikan sebagai espektasi investor atas dana yang ditanamkan pada perusahaan. Semakin besar profitabilitas perusahaan, maka investor akan tertarik membeli atau mencari saham tersebut karena berharap dikemudian hari akan mendapat pengembalian yang besar atas penyertaannya. Hal ini memungkinkan naiknya harga penawaran saham-saham saat diperdagangkan yang Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
33
disebabkan permintaan akan saham tersebut meningkat. Perhitungan ROE
perbankan dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROE : 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 x 100 %
(Dendawijaya, 2005: 119) Dari rumus di atas dapat dijabarkan bahwa laba bersih merupakan laba keseluruhan suatu perusahaan yang datanya tercantum pada laporan laba rugi. sedangkan modal sendiri berasal dari modal disetor, agio saham, cadangancadangan, dan laba ditahan yang datanya tercantum pada neraca bagian “pasiva”. Standar ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio ini adalah > 5% dan ≤ 12,5%. Adapun kriteria penilaian berdasarkan peringkat komponen ROE adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Matriks Kriteria Peringkat Komponen ROE Rasio
Peringkat
ROE > 15%
1
12,5% < ROE ≤ 15%
2
5% < ROE ≤ 12,5%
3
0 < ROE ≤ 5%
4
ROE ≤ 0%
5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
34
c. BOPO (Beban Operasional/Pendapatan Operasional) Rasio BOPO adalah perbandingan antara beban operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin kecil rasio ini menunjukkan kinerja bank yang baik dalam melakukan efisiensi terhadap beban yang dikeluarkan bank untuk setiap periode sehingga pendapatan yang dihasilkan akan meningkat.
Namun
sebaliknya,
semakin
besar
rasio
ini
menunjukkan
ketidakefisienan perusahaan terhadap beban yang dikeluarkan sehingga akan menurunkan pendapatan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
BOPO = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 x 100 % (Dendawijaya, 2005: 119) Standar ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah > 95% dan ≤ 96%. Adapun kriteria penilaian berdasarkan peringkat komponen BOPO adalah sebagai berikut: Tabel 2.4 Matriks Kriteria Peringkat Komponen BOPO Rasio
Peringkat
BOPO ≤ 94%
1
94% < BOPO ≤ 95%
2
95% < BOPO ≤ 96%
3
96% < BOPO ≤ 97%
4
BOPO > 97%
5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004) Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
35
2.3.2.5 Faktor Likuiditas (Liquidity) Pengertian likuiditas menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:279) yakni “kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi kewajiban-kewajiban maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat”. Alat ukur penilaian kesehatan perbankan dalam faktor likuiditas yang sering digunakan adalah rasio LDR (Loan to Deposit Ratio). Menurut Dendawijaya (2005:116), “LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank”. Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendahnya likuiditas bank yang bersangkutan. Namun sebaliknya, jika semakin rendah rasio LDR maka semakin tinggi likuiditas bank yang bersangkutan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
LDR : 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑥 100 % (Dendawijaya, 2005:116 ) Dari rumus di atas dapat dijabarkan bahwa total kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain), sedangkan total dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk giro dan deposito antar bank). Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
36
Adapun kriteria penilaian berdasarkan peringkat komponen LDR dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.5 Matriks Kriteria Peringkat Komponen LDR Rasio
Peringkat
LDR ≤ 75%
1
75% < LDR ≤ 85%
2
85% < LDR ≤ 100%
3
100% < LDR ≤ 120%
4
LDR > 120%
5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004) 2.3.2.6 Faktor Sensivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk) Sensitivitas terhadap risiko pasar merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan perusahaan untuk menghindari risiko-risiko yang akan mengancam kehidupan perusahaan. Risiko yang dihadapi terdiri dari risiko lingkungan, risiko manajemen, risiko penyerahan, dan risiko keuangan. Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dimaksudkan untuk menilai kemampuan keuangan bank dalam mengantisipasi perubahan risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar. Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dilakukan dengan menilai besarnya kelebihan modal yang digunakan untuk menutup risiko bank dibandingkan dengan besarnya risiko kerugian yang timbul dari pengaruh perubahan risiko pasar.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
37
2.4 Akuisisi 2.4.1 Pengertian Akuisisi Salah satu cara agar perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan lain sehingga menjadi perusahaan besar yang diminati pasar adalah melakukan ekspansi. Ekspansi dapat dilakukan dengan cara melakukan penggabungan usaha melalui akuisisi. Ada beberapa pengertian akuisisi yang dikutip dari beberapa sumber diantaranya sebagai berikut: Menurut Moin (2010:8), menjelaskan bahwa “akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah”. Lebih lanjut Moin (2010:8) menjelaskan dalam bahwa akuisisi adalah Bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi (acquirer) sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas saham yang diambil alih (acquiree). Biasanya pihak pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar dari pada pihak yang diakuisisi. Pengendalian yang dimaksud adalah kekuatan yang berupa kekuasaan untuk: a. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan b. Mengangkat dan memberhentikan manajemen c. Mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat direksi Akuisisi merupakan salah satu bentuk penggabungan usaha antara perusahaan satu dengan lainnya yang berarti membaur menjadi satu kesatuan dalam bisnis ekonomis dimana ada acquirer dan acquire. Kedua belah pihak membutuhkan penyesuaian diantara unsur-unsur yang berbeda sehingga membentuk suatu integrasi yang sempurna tanpa masalah yang dapat mengganggu pelaksanaan akuisisi.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
38
Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada skema berikut ini:
PT Semen Gresik
PT Semen Gresik
Pengendalian
PT Semen Padang
PT Semen Padang Gambar 2.1 Skema Akuisisi Sumber: Moin (2010:9)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa akuisisi merupakan pengambilalihan kepemilikan suatu perusahaan oleh perusahaan lain, baik dalam bentuk saham maupun aset sehingga ada pihak yang diakuisisi dan ada pihak yang mengakuisisi tetapi antara kedua pihak tersebut masih menjalankan kegiatan operasinya, yang membedakan adalah pengendalian jatuh kepada pihak pengakuisisi dan biasanya pihak pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar dari pada pihak yang diakuisisi. Seperti yang terlihat dalam skema akuisisi di atas dapat dijelaskan bahwa PT Semen Gresik mengakuisisi PT Semen Padang, keduanya masih samasama menjalankan kegiatannya, namun kepemilikannya beralih dari PT Semen Padang kepada PT Semen Gresik, sehingga PT Semen Gresik memiliki pengendalian terhadap PT Semen Padang yang mengatur kebijakan-kebijakan berupa kebijakan keuangan, pemasaran, dan manajemen. Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
39
2.4.2 Klasifikasi Akuisisi Ada beberapa klasifikasi Akuisisi menurut Moin (2010:22-44) yakni: 1. Klasifikasi berdasarkan aktivitas ekonomik terdiri dari: a. Akuisisi Horizontal adalah penggabungan antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Misalnya perusahaan yang sama-sama bergerak dalam bidang pertanian, perbankan, air minum, asuransi dan lain sebagainya. Contoh perusahaan yang melakukan akuisisi horizontal adalah: Bank NISP diakuisisi oleh Bank OCBC Singapura, dalam hal ini keduanya sama-sama bergerak dalam bidang perbankan. Contoh lain yakni PT Semen Gresik mengakuisisi PT Semen Padang yang keduanya sama-sama memproduksi semen. b. Akuisisi Vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Industri yang dijalankan pihak pengakuisisi dengan pihak yang diakuisisi tersebut tidak sama, namun memiliki unsur pelengkap dan saling berhubungan. Misalnya perusahaan konveksi mengakusisisi perusahaan benang. Ini dilakukan untuk menghemat biaya yang dikeluarkan perusahaan konveksi dalam membelanjakan hal pokok dari proses produksinya yakni benang. c. Akuisisi Konglomerasi adalah penggabungan usaha antara dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Misalnya: perusahaan farmasi mengakuisisi perusahaan makanan, Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
40
perusahaan pertambangan mengakuisisi perusahaan asuransi, dan lain sebagainya. d. Akuisisi Ekstensi Pasar adalah penggabungan usaha yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan secara bersama-sama memperluas area pasar. Misalnya perusahaan elektronik terkenal di Jepang mengakuisisi perusahaan
elektronik
di
Indonesia,
masing-masing
perusahaan
memperluas pangsa pasarnya ke berbagai negara untuk memperkuat kekuatan daya saing tanpa membangun perusahaan dari awal yang membutuhkan proses lama dan besarnya biaya yang dikeluarkan. e. Akuisisi Ekstensi Produk adalah penggabungan usaha yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan. Misalnya perusahaan perhotelan A melakukan akuisisi dengan perusahaan perhotelan B, keduanya menambah fasilitas yang lengkap dan modern untuk menarik minat konsumen misalnya fasilitas bioskop dalam hotel, supermarket, dan lain sebagainya. Namun, akuisisi ini memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang lama. 2. Klasifikasi berdasarkan objek yang diakuisisi terdiri dari: a. Akusisi Saham adalah akuisisi yang terjadi ketika pemilik saham menjual saham – saham mereka kepada pembeli atau pengakuisisi. Misalnya PT Bank Pundi Indonesia Tbk melakukan akuisisi dengan PT Recapital Securities dimana pemilik saham menjual saham kepada pembeli melalui Penawaran Umum Terbatas I (PUT I), dan akhirnya pada tanggal 26 Juli Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
41
2010, PT Recapital Securities resmi sebagai pemegang saham pengendali PT Bank Pundi Indonesia Tbk yang mendapatkan alokasi saham sebesar 61,02 %. b. Akuisisi Aset adalah akuisisi yang terjadi apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka ia dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset perusahaan lain tersebut. Akuisisi ini dilakukan apabila pihak pengakuisisi tidak ingin terbebani hutang pihak yang diakuisisi, dalam akuisisisi saham semua hutang akan menjadi tanggungjawab pihak pengakuisisi atau pemilik baru. Namun, jika aset yang dimiliki pihak pengakuisisi atas perusahaan target melebihi proporsi aset yang diatur oleh pemerintah, maka pihak pengakuisisi harus ikut bertanggungjawab atas hutang perusahaan target. 3. Klasifikasi berdasarkan perlakuan akuntansi terdiri dari: a. Metode pembelian merupakan metode yang digunakan jika sebuah penggabungan usaha melibatkan transaksi pembelian mayoritas saham secara tunai oleh perusahaan lain yang mengakibatkan beralihnya pengendalian. b. Metode penyatuan merupakan metode yang digunakan sebagai penyatuan kepentingan
jika
pemegang
saham
perusahaan
bergabung
tetap
melanjutkan kepemilikannya terhadap perusahaan hasil gabungan.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
42
2.4.3 Proses Akuisisi Akuisisi seringkali dilakukan oleh perusahaan yang lebih besar terhadap perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan besar memutuskan untuk membeli saham atau aset perusahaan lain yang lebih kecil dimulai dengan melakukan negosiasi harga kemudian timbulnya kesepakatan antara kedua belah pihak, maka pengendalian terhadap pihak acquire akan jatuh ke tangan pihak acquirer. Selain perusahaan besar, akuisisi juga dapat dilakukan oleh perusahaan kecil dengan cara menawarkan saham atau asetnya ke publik karena mengalami kesulitan keuangan dan masalah lainnya. Terjadinya akusisi tidak semudah yang dibayangkan karena hal ini memerlukan proses dan beberapa tahapan. Tahapan proses akuisisi dapat dilihat pada gambar 2.2. Identifikasi Awal Screening
Perencanaan
Penawaran Formal Due Diligence
Proses
Negosiasi/Deal Closing
Integrasi
Pasca Akusisi
Gambar 2.2 Proses Akuisisi Sumber: Moin (2010:112) Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
43
Berdasarkan gambar 2.2 mengenai proses akuisisi, maka dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Identifikasi Awal Perusahaan mengumpulkan
yang
informasi
akan
melakukan
sebanyak
mungkin
akuisisi
mencari
mengenai
dan
perusahaan-
perusahaan yang dianggap potensial untuk diakuisisi seperti kekuatan dan kelemahan yang dilihat dari sisi kinerja keuangan, kinerja manajemen, sumber daya manusia, organisasi, sejarah masa lalu, pemegang saham dan lain sebagainya. 2. Screening Merupakan proses penyaringan sekaligus memilih mana diantara calon tersebut yang paling layak untuk diakuisisi. Proses penyaringan ini tidak dilakukan apabila mengidentifikasi satu perusahaan target. 3. Penawaran Formal Penawaran formal ini dilakukan dengan pemberitahuan secara resmi dan tertulis kepada manajemen puncak perusahaan target tentang maksud akuisisi. Dalam melakukan penawaran formal, sebaiknya dilakukan tertutup dengan pemegang saham atau para eksekutif perusahaan. 4. Due Diligence Merupakan investigasi secara menyeluruh dan mendalam terhadap berbagai aspek perusahaan target yang dimaksudkan untuk memberikan informasi sedetail mungkin tentang kondisi perusahaan target dilihat dari Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
44
semua aspek hukum, keuangan, organsisasi, dan sumber daya manusia, pemasaran, teknologi dan produksi. 5. Negosiasi/Deal Kedua pihak yakni manajemen dan pemegang saham harus memberikan persetujuan agar akuisisi berjalan dengan normal, setelah kedua pihak setuju dengan syarat-syarat pihak pengakuisisi dengan target, mereka akan menandatangani nota kesepakatan. 6. Closing Jika negosiasi mencapai deal berarti persetujuan formal akuisisi terlaksana dan selanjutnya dilakukan closing yang artinya penutupan transaksi akuisisi, dalam hal ni diserahkannya pembayaran oleh pengakuisisi kepada pemegang saham perusahaan yang diakuisisi. 7. Integrasi Integrasi
berarti
tahap
dimulainya
kehidupan
baru
setelah
perusahaan melakukan penggabungan bisnis sebagai entitas ekonomi. Perusahaan pengakuisisi mulai melaksanakan perencanaan strategik yang telah disusun sebelumnya. Dari proses akuisisi yang sudah dijelaskan di atas dapat dijelaskan kembali secara ringkas bahwa untuk memulai proses akuisisi di awali dengan identifikasi awal untuk mengidentifikasi perusahaan yang akan diakuisisi dengan melihat beberapa aspek yang memiliki potensi dapat meningkatkan daya saing dan value perusahaan, kemudian proses screening yakni dengan menyaring perusahaan yang cocok untuk Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
45
dijadikan target akuisisi dengan asumsi jika perusahaan target ada dua atau lebih, selanjutnya proses Due Diligence yakni melakukan uji ketuntasan secara lebih mendalam mengenai perusahaan target agar kedepannya tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan operasinya yakni dengan cara menguji tuntas beberapa aspek misalnya aspek keuangan, organsisasi, hukum, sumber daya manusia dan lain sebagainya. Setelah melakukan uji tuntas, langkah berikutnya adalah proses negosiasi antara pihak manajemen, pemegang saham, dan pihak target ketika semuanya sudah disepakati, maka dilakukan closing atau penutupan dan terakhir adalah integrasi yakni dimulainya kehidupan baru setelah kedua perusahaan sepakat untuk melakukan akuisisi. Setelah proses akuisisi selesai, kedua perusahaan yakni perusahaan pengakuisisi maupun perusahaan target mulai menjalankan operasinya dengan melaksanakan semua perencanaan dan langkah-langkah strategis demi kemajuan dan tercapainya tujuan perusahaan.
2.4.4 Motivasi dan Tujuan Akuisisi Dalam melakukan kegiatan penggabungan usaha yakni akuisisi, suatu perusahaan baik perusahaan pengakuisisi maupun perusahaan yang diakuisisi memiliki motivasi dan tujuan yang berbeda-beda. Berikut dipaparkan beberapa pendapat ahli mengenai motivasi dan tujuan perusahaan melakukan akuisisi. Motif akuisisi merupakan alasan yang melatarbelakangi mengapa sebuah perusahaan melakukan akuisisi. Pada prinsipnya ada dua motif yang mendorong
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
46
sebuah perusahaan melakukan akuisisi yaitu motif ekonoi dan non ekonomi. Secara garis besar motif akuisisi menurut Moin (2010:48-62) yakni: a. Motif Ekonomi Motif ini berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yakni untuk meningkatkan
nilai
perusahaan
atau
memaksimumkan
kemakmuran
pemegang saham. Contohnya adalah sebagai berikut: Mengurangi waktu, biaya dan risiko kegagalan memasuki pasar baru Mengakses reputasi teknologi, produk, dan merk dagang Memperoleh individu-individu sumber daya manusia yang professional Membangun kekuatan pasar Membangun monopoli Memperluas pangsa pasar Mengurangi persaingan Mendiversifikasi lini produk Mempercepat pertumbuhan Menstabilkan cashflow dan keuntungan Selain motif tersebut di atas, terdapat motif strategis dan motif politis yang mendorong perusahaan melakukan akusisi. Motif strategis ini diarahkan untuk mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan keunggulan kompetitif dalam industri. Sedangkan motif politis yakni bank dipaksa melakukan akuisisi oleh pemerintah untuk menghindari terjadinya likuiditas dan menyelamatkan perbankan nasional. b. Motif Sinergi Merupakan hasil ekstra yang diperoleh jika dua atau lebih perusahaan melakukan kombinasi bisnis jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh perusahaan ketika menjadi perusahaan tunggal atau tidak melakukan Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
47
penggabungan usaha dengan perusahaan lain. Sinergi ini meliputi sinergi operasi, sinergi manajerial, sinergi teknologi, dan sinergi pemasaran. Berikut penjelasan mengenai bentuk-bentuk sinergi:
Sinergi operasi terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mampu mencapai efisiensi biaya dengan cara pemanfaaatan secara optimal sumber daya perusahaan. Sinergi finansial terjadi ketika perusahaan hasil akuisisi memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun. Sinergi manajerial terjadi ketika transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan lain atau know -how yang mereka miliki. Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga mereka saling memetik manfaat. Sinergi pemasaran yakni semakin luas dan terbukanya pemasaran produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin banyaknya konsumen yang dijangkau.
c. Motif Diversifikasi Merupakan strategi keberagaman bisnis yang bisa dilakukan dengan akuisisi yang dimaksudkan mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Keberagaman bisnis ini dapat berupa keberagaman produk dan jasa-jasa yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen dengan cara ini diyakini dapat memberikan manfaat misalnya adanya pengalokasian modal ke dalam hal yang bermanfaat sehingga menambah value perusahaan dan memperkuat daya saing dalam pasar nasional maupun internasional. Contohnya adalah perusahaan elektronik yang awalnya hanya memproduksi TV melakukan diversifikasi melalui
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
48
penambahan poduk seperti handphone, kulkas, rice cooker, mesin cuci, setrika dan lain sebagainya dengan merk yang sama atau berbeda. d. Motif Non Ekonomi Motif yang didasarkan bukan karena faktor ekonomi semata melainkan ada faktor lain yang mendorong perusahaan melakukan akuisisi baik itu berasal dari pihak pribadi, manajemen, atau pemilik perusahaan. Misalnya ambisi pemilik perusahaan untuk memiliki manajemen perusahaan yang baik sehingga dengan pengelolaan manajemen yang baik akan menjadi magnet yang kuat dalam menarik investor dan masyarakat sehingga dengan bertambahnya kepercayaan tersebut akan menguntungkan perusahaan secara keseluruhan. Pendapat yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Kasmir (2004:48) bahwa ada beberapa motivasi suatu perusahaan melakukan penggabungan usaha yang salah satunya adalah penggabungan usaha melalui akuisisi yakni: a. Masalah kesehatan, apabila bank sudah dinyatakan tidak sehat oleh Bank Indonesia setelah melalui beberapa perbaikan sebelumnya, maka sebaiknya bank tersebut melakukan penggabungan usaha. b. Masalah permodalan, apabila modal suatu bank dirasakan kecil sehingga sulit untuk melakukan perluasan usaha, maka bank dapat bergabung dengan beberapa bank , sehingga modal menjadi besar. c. Masalah manajemen yakni manajemen bank yang semrawut atau kurang profesional sehingga perusahaan terus merugi dan sulit untuk berkembang. d. Teknologi dan Informasi Bank yang masih menggunakan teknologi yang masih tradisional sangat menjadi masalah. Dalam perkembangan yang sedemikian cepat diperlukan teknologi yang canggih, untuk mendapatkan teknologi yang canggih dibutuhkan modal yang besar. Jalan keluar yang dipilih adalah melakukan penggabungan usaha. e. Ingin menguasai pasar Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
49
Selain motivasi atau alasan yang melatarbelakangi suatu perusahaan melakukan akuisisi, ada tujuan yang tentu diharapkan dari akuisisi. Seperti pendapat Hitt, Horison, dan Ireland (2002:62-63) perusahaan-perusahaan melibatkan diri dalam akuisisi karena berbagai tujuan diantaranya adalah: a. Sebagai platform pertumbuhan perusahaan b. Meningkatnya pangsa pasar c. Memberi pondasi yang diperlukan untuk menciptakan dan mendapatkan keuntungan-keuntungan. d. Mengurangi pengeluaran organisasional dengan cara menghapuskan penggandaan dan menstransfer pengetahuan diantara unit bisnis atau produk individu. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan melakukan akuisisi dilandasi dengan berbagai motivasi yang melatarbelakangi dan tujuan yang diharapkannya, tetapi secara umum perusahaan melakukan akuisisi karena keinginan menciptakan sinergi atau nilai lebih baik setelah akuisisi misalnya dalam hal manajemen yang berambisi untuk memperbaiki manajemen, sementara dalam hal finansial yakni meningkatnya kinerja keuangan dan efisien dalam berbagai hal terutama biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Namun disisi lain, ada beberapa perusahaan yang terpaksa melakukan akuisisi karena adanya kebijakan Bank Indonesia yang menilai kinerja keuangan bank tersebut mengalami masalah dalam beberapa tahun terkahir yang dikhawatirkan jika dibiarkan akan mengancam kelangsungan hidupnya. Bank-bank yang mengalami masalah diberikan pilihan untuk melakukan penggabungan usaha salah satunya melalui akuisisi. Dengan berbagai motivasi yang melatarbelakangi diharapkan akan tercapai tujuan-tujuan yang
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
50
diharapkannya seperti pengembangan kekayaan dan memperluas pangsa pasar sehingga memperkuat daya saing dalam pasar nasional maupun internasional.
2.4.5
Manfaat dan Risiko Akuisisi Alasan suatu perusahaan melakukan akuisisi karena adanya manfaat yang
dirasakan lebih baik daripada tidak melakukan akuisisi. Seperti yang dikemukakan oleh (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:396) bahwa “akuisisi akan terjadi bila mampu memberikan keuntungan pihak yang mengakuisisi maupun pihak yang diakuisisi. Kondisi yang menguntungkan tersebut terjadi jika menghasilkan synergy yakni adanya efisiensi pemanfaatan manajemen untuk operasi lebih ekonomis, pertumbuhan lebih cepat, dan pemanfaatan penghematan pajak”. Kemudian menurut Moin (2010:13), mengungkapkan beberapa manfaat akuisisi antara lain adalah: 1. Mendapatkan cash flow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas. 2. Memperoleh kemudahan dana/pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan. 3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman. 4. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal. 5. Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan. 6. Mengurangi risiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru. 7. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru. 8. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat. Selain memiliki manfaat yang dirasakan oleh pihak-pihak yang melakukan akuisisi atau pihak yang diakuisisi, akuisisi juga memiliki risiko dan kelemahan
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
51
seperti yang diungkapkan oleh Moin (2010:13) bahwa akuisisi memiliki risiko dan kelemahan diantaranya adalah: 1. 2. 3. 4. 5.
Proses integrasi yang tidak mudah Kesulitan menentukan nilai perusahaan Biaya konsultasi yang mahal Meningkatnya kompleksitas birokrasi Biaya koordinasi yang mahal dan meningkatan kemakmuran pemegang saham Dari penjelasan yang diungkapkan beberapa ahli mengenai manfaat dan risiko
akusisi di atas bahwa secara garis besar manfaat yang diperoleh perusahaan yang melakukan akuisisi adalah adanya peningkatan dan kekuatan dalam segi keuangan misalnya struktur permodalan yang kuat, kekuatan pangsa pasar dan pemasaran yang luas atau dari sisi manajemen yakni manajemen yang baik. Jika perusahaan memiliki kekuatan pangsa pasar baik dalam pasar nasional maupun internasional akan menyebabkan kredibilitas perusahaan meningkat karena mampu bersaing dengan perusahaan lain. Namun dengan keuntungan dari adanya pelaksanaan akuisisi pada perusahaan, akuisisi juga memiliki risiko misalnya ketidakjelasan nasib karyawan karena adanya dua perusahaan yang bergabung sehingga beberapa diantaranya terkena PHK, dari kejadian ini tentu mengakibatkan banyak karyawan yang menganggur. Disisi lain yakni mahalnya biaya konsultasi dan dengan adanya posisi dominan dari pihak pengakuisisi seringkali mempersempit ruang gerak pihak yang diakuisisi dalam memutuskan perencanaan dan langkah strategis perusahaan, dengan adanya ketimpangan tersebut menyebabkan kerja sama yang dijalankan tidak selalu berjalan dengan lancar karena posisi dominan cenderung berada pada pihak pengakuisisi karena mereka berdalih bahwa perusahaan yang diakuisisi berada dalam Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
52
pengendalian perusahaan pengakuisisi dan perusahaan pengakuisisi memiliki komposisi modal yang lebih besar.
2.5.5
Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Akuisisi Pelaksanaan akuisisi dalam suatu perusahaan ada yang mengalami
keberhasilan dan ada pula yang mengalami kegagalan yang disebabkan oleh beberapa faktor penyebab. Seperti yang diungkapkan oleh Moin (2010:313) yang diambil dari riset yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang meneliti tentang akuisisi pada perusahaan bahwa penyebab keberhasilan akuisisi adalah sebagai berikut:
Rencana integrasi pasca-akuisisi secara detail dan kecepatan implementasi Kejelasan tujuan akuisisi dan kesesuaian budaya Kerjasama yang bagus dari perusahaan target Pengetahuan yang bagus dan mendalam terhadap target dan industrinya Sedangkan penyebab kegagalan akuisisi adalah:
Sikap manajemen target dan perbedaan kultural Tidak adanya perencanaan integrasi pasca akuisisi Kurangnya pengetahuan tentang industri dan perusahaan target Buruknya manajemen perusahaan target dan tidak adanya pengalaman akuisisi sebelumnya. Kemudian Sudarsanam (dalam Moin, 2010:314) menambahkan bahwa adanya
beberapa faktor- faktor yang menjadi penyebab kegagalan akuisisi adalah sebagai berikut: Perusahaan target hanya memiliki kesesuaian strategik yang dangkal dengan pengakuisisi Analisis strategik bukan merupakan syarat yang mencukupkan atas keberhasilan akuisisi
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
53
Tim negosiasi seharusnya juga tim implementasi sehingga memudahkan proses integrasi Setiap rencana integrasi harus bisa dimodifikasi dengan kondisi lapangan Perlu memahami faktor psikologis karyawan target dalam rangka membangun komitmen dan meningkatkan moral dalam proses integrasi Penyampaian informasi yang jelas tentang rencana dan harapan-harapan seawal mungkin untuk menghilangkan kecemasan karyawan target. Dari penjelasan yang dikemukakan di atas bahwa keputusan perusahaan dalam melakukan akuisisi perlu ditelaah lebih mendalam mengingat banyaknya perusahaan yang gagal setelah melakukan akuisisi karena ketidaksiapan dan persiapan yang matang. Misalnya karena perbedaan budaya dan cara kerja kedua belah pihak yang seringkali menimbulkan masalah misalnya ide-ide atau perencanaan yang dirumuskan oleh kedua belah pihak berbeda sehingga dalam melakukan pelaksanaan rencana strategis yang semula menjadi tujuan perusahaan tidak terwujud. Oleh karena itu, keputusan akuisisi harus dilandasi perencanaan matang dan pelaksanaan yang sesuai dengan aturan berlaku. Disisi lain, pelaksanaan akuisisi pada perusahaan-perusahaan banyak yang berhasil karena adanya kesiapan dari pihak yang mengakuisisi dan pihak yang diakuisisi, kerjasama yang bagus dan saling mendukung antara kedua belah pihak, tekad yang kuat untuk mencapai tujuan mereka walaupun dalam pelaksanaannya mendapatkan kendala atau masalah akan terselesaikan dengan baik karena pengetahuan yang mendalam yang dimiliki oleh kedua belah pihak. Berhasilnya pelaksanaan akuisisi akan meningkatkan value perusahaan berupa peningkatan kinerja keuangan dan kepercayaan masyarakat dan investor akan meningkat pula sehingga eksistensi perusahaan tetap terjaga.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
54
2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai analisis perbandingan kinerja keuangan antara sebelum dan sesudah akuisisi memberikan hasil yang bervariasi. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan kinerja keuangan antara sebelum dan sesudah akuisisi, tetapi di lain pihak menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja keuangan antara sebelum dan sesudah akuisisi. 1. Budi Prasetyo (2004) dalam penelitian “Analisis Kinerja Keuangan Manufaktur Sebelum dan Sesudah Melakukan Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitiannya yakni terdapat perbedaan Return on Investment (ROI), Current Ratio, dan Quick Ratio sesudah merger dan akuisisi. Sedangkan untuk rasio Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Total Debt To Equity Ratio, ROE, Operating Profit Margin, dan NPM tidak ada perbedaan sesudah melakukan merger dan akuisisi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa dalam penelitian sebelumnya menggunakan analisis kuantitatis dengan populasi semua perusahaan manufaktur, sampel semua perusahaan manufaktur yang melakukan merger dan akuisisi pada periode penelitian, teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, rasio yang digunakan adalah Return on Investment (ROI), Current Ratio, dan Quick Ratio, Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Total Debt To Equity Ratio, Operating Profit Margin, dan NPM. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan analisis
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
55
kualitatif dengan rasio yang digunakan adalah CAR, NPL, ROA, BOPO, ROE, dan LDR. 2. Laperta W. Rayni (2004) dalam penelitian “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank NISP Sebelum dan Sesudah Diakuisisi Oleh OCBC Bank Singapura”. Hasil penelitiannya terdapat perbedaan CAR dan LDR lebih baik setelah akusisi. Sedangkan NPL dan ROA tidak mengalami perbedaan setelah akuisisi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya bahwa dalam penelitian sebelumnya rasio yang digunakan sebagai alat ukurnya adalah CAR, LDR, NPL dan ROA. Teknik analisis datanya menggunakan analisis kuantitatif rumus uji-t. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan rasio yang digunakan adalah CAR, NPL, ROA, BOPO, ROE, dan LDR.
2.6 Kerangka Pemikiran Meningkatnya persaingan tajam di dunia usaha yang juga terjadi dalam sektor perbankan membawa perubahan penting dalam lingkungan bisnis di era globalisasi ini. Oleh karenanya, jika bank tidak mampu mengimbangi kompetitornya maka akan kalah dalam persaingan, tertindas, dan bahkan mengalami kebangkrutan. Salah satu cara yang dilakukan untuk mencegah agar tidak terulang kembali masalah tersebut dan untuk meningkatkan daya saing perbankan, pada tahun 2004 Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Kebijakan API ini
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
56
mendorong perusahaan agar melakukan penggabungan usaha melalui konsolidasi, merger atau akuisisi. Pelaksanaan akuisisi diawali dengan alasan yang melatarbelakangi dan tujuan apa yang diharapkan dari akuisisi. Akuisisi dipandang sebagai suatu keputusan strategis yang diambil oleh suatu perusahaan dalam memperluas pangsa pasar dan menciptakan
keunggulan-keunggulan
tanpa
merintis
perusahaan
dari
awal.
Perusahaan target yang sudah beroperasi dapat mengembangkan usahanya dengan cepat karena adanya struktur permodalan yang kuat dan manajemen yang baik dari perusahaan pengakuisisi. Ekspektasi akuisisi bagi perusahaan yakni terdapat perubahan-perubahan lebih baik pasca akuisisi yang mana secara umum perusahaan melakukan akuisisi dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja keuangan. Perubahan tersebut akan tampak pada pencapaian kinerja keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan akuisisi. Dari laporan keuangan dapat dilihat mengenai bertambahnya jumlah aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan sehingga ukuran perusahaan akan bertambah besar seiring dengan suntikan dana yang diterima dari pihak pengakuisisi. Sementara itu, dari komponen-komponen laporan keuangan bank yang sudah dibuat dapat dihitung rasio keuangannya. Rasio keuangan ini dijadikan indikator dalam menilai kinerja keuangan yakni dengan cara membandingkan rasio keuangan yang sudah dihitung dengan rasio keuangan yang sesuai dengan standar ketentuan Bank Indonesia. Dalam halnya akuisisi, cara yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara sebelum dan sesudah akuisisi adalah dengan Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
57
membandingkan rasio keuangan antara sebelum dan sesudah akuisisi. Selain berguna untuk mengetahui kondisi keuangan perbankan, penilaian kinerja juga bermanfaat untuk mengetahui kondisi non keuangan yakni sisi manajemen bank. Penilaian ini dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada bank oleh Bank Indonesia. Dampak dari adanya penilaian tersebut akan dirasakan oleh berbagai pihak baik pemilik, pengelola atau manajemen, masyarakat, investor, dan Bank Indonesia yang bertindak sebagi otoritas pengawas perbankan. Salah satu analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perbankan adalah CAMELS yang mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menggantikan PBI sebelumnya Nomor No. 6/10/PBI/2004 yang mencakup faktor permodalan (Capital), Kualitas Asset (Asset Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earning), Likuiditas (Liquidity), dan Sensivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk). Rasio keuangan digunakan sebagai indikator dalam melakukan penilaian kinerja keuangan perbankan. Adapun beberapa rasio keuangan yang dijadikan indikator kinerja keuangan dalam penelitian ini yang mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 yakni Analisis CAMELS adalah: a. CAR (Capital Adequacy Ratio) mewakili aspek Capital b. NPL ( Non Performing Loan) mewakili aspek Assets c. ROA ( Return on Asset) mewakili aspek Earning
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
58
d. BOPO (Beban Operasional/ Pendapatan Operasional) mewakili aspek Earning. e. ROE (Return On Equity) mewakili aspek Earning f. LDR (Loan to Deposit Ratio) mewakili aspek Liquidity.
2.7 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana kinerja CAR (Capital Adequancy ratio), NPL (Non Performing Loan), ROA (Return on Assets), ROE (Return on Equity), BOPO (Beban operasional/Pendapatan operasional), dan LDR (Loan to Deposit Ratio) PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebelum akuisisi? 2. Bagaimana kinerja CAR (Capital Adequancy ratio), NPL (Non Performing Loan), ROA (Return on Assets), ROE (Return on Equity), BOPO (Beban operasional/Pendapatan operasional), dan LDR (Loan to Deposit Ratio) PT Bank Pundi Indonesia Tbk sesudah akuisisi? 3. Bagaimana perbandingan kinerja CAR (Capital Adequancy ratio), NPL (Non Performing Loan), ROA (Return on Assets), ROE (Return on Equity), BOPO (Beban operasional/Pendapatan operasional), dan LDR (Loan to Deposit Ratio) PT Bank Pundi Indonesia Tbk antara sebelum dan sesudah akuisisi?
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu