BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pernyataan PSAK No.34 2.1.1. Tujuan Tujuan dari standar ini adalah untuk menggambarkan perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kontrak konstruksi. Karena sifat dan aktivitas yang dilakukan pada kontrak kontruksi, tanggal saat aktivitas kontrak mulai dilakukan dan tanggal saat aktivitas tersebut diselesaikan biasanya jatuh pada periode akuntansi yang berlainan. Oleh karena itu, persoalan utama dalam akuntansi kontrak konstruksi adalah alokasi pendanaan kontrak dan biaya kontrak pada periode dimana pekerjaan konstruksi tersebut dilaksanakan. 2.1.2. Ruang Lingkup Standar ini diterapkan didalam penyajian seluruh laporan keuangan untuk tujuan umum dengan dasar akuntansi akrual sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Pernyataan standar ini harus diterapkan pada akuntansi untuk kontrak konstruksi didalam laporan keuangan kontraktor. 2.1.3. Definisi Pada bagian ini dijelaskan istilah-istilah yang digunakan didalam standar dengan artinya masing-masing.
2.1.4. Penyatuan dan Segmentasi Kontrak Konstruksi
Bila suatu kontrak mencakup sejumlah aset, konstruksi dari setiap aset diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi yang terpisah jika : a. Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset. b. Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dan kontraktor serta pemberi kerja dapat menerima atau menolak bagian kontrak yang berhubungan dengan masing-masing aset tersebut; dan c. Biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasikan. Suatu kelompok kontrak, dengan satu pemberi kerja atau beberapa pemberi kerja, harus diperlakukan sebagai satu kontrak konstruksi jika : a. Kelompok kontrak tersebut dinegosiasikan sebagai satu paket. b. Kontrak tersebut berhubungan erat sekali, sebetulnya kontrak tersebut merupakan bagian dari satu proyek tunggal dengan suatu margin laba; dan c. Kontrak
tersebut
dilaksanakan
secara
serentak
atau
secara
berkesinambungan. Suatu kontrak mungkin berisi klausul yang memungkinkan kontruksi aset tambahan atas permintaan pemberi kerja atau dapat diubah sehingga kontruksi aset tambahan dapat dimasukkan kedalam kontrak tersebut. Konstruksi aset tambahan diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi terpisah bila : a. Aset tambahan tersebut berbeda secara signifikan dalam rancangan, teknologi atau fungsi dengan aset yang tercakup dalam kontrak semula; atau
b. Harga aset tambahan tersebut dinegosiasikan tanpa memperhatikan harga kontrak semula. 2.1.5. Pendapatan Kontrak Pendapatan kontrak terdiri dari : a. Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak; dan b. Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim dan pembayaran intensif : - Sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan. - Dapat diukur secara andal 2.1.6. Biaya Kontrak Biaya suatu kontrak konstruksi terdiri atas : a. Biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu b. Biaya yang dapat di distribusikan pada aktivitas kontrak pada umumnya dan dapat dialokasikan ke kontrak tersebut; dan c. Biaya lain semacam itu yang khususnya dapat ditagihkan ke pemberi kerja sesuai isi kontrak. 2.1.7. Pengakuan Pendapatan dan Biaya Kontrak Bila hasil (outcome) kontrak konstruksi dapat diestimasikan secara andal, pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi harus diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal neraca. Taksiran rugi (Expected Loss) pada kontrak konstruksi tersebut harus segera diakui sebagai beban.
Dalam kontrak harga tetap, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal bila semua hal-hal berikut ini dapat terpenuhi : a. Total pendapatan kontrak dapat diukur secara andal; b. Besar kemungkinan manfaat keekonomian yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan tertagih dan mengalir ke perusahaan; c. Baik biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak maupun tahap penyelesaian kontrak pada tanggal neraca dapat diukur secara andal; dan d. Biaya kontrak yang dapat diatribusi ke kontrak dapat di identifikasi dengan jelas sehingga biaya kontrak aktual dapat dibandingkan dengan estimasi sebelumnya. Dalam hal kontrak biaya plus, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal bila semua kondisi berikut ini terpenuhi : a. Besar kemungkinan manfaat ke ekonomian yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan tertagih dan mengalir ke perusahaan; dan b. Biaya kontrak yang dapat diatribusi ke kontrak, apakah dapat ditagih atau tidak ke pemberi kerja, dapat di identifikasika dengan jelas dan diukur secara andal. Bila hasil kontrak konstruksi tidak dapat diestimasi secara andal maka pendapaan diakui hanya sebesar biaya yang telah terjadi di sepanjang biaya tersebut diperkirakan dapat dipulihkan (recoverable) dan biaya kontrak harus diakui sebagai beban dalam periode terjadinya. Taksiran rugi (expected loss) pada kontrak konstruksi harus segera diakui sebagai beban.
2.2. Pendapatan 2.2.1. Pengertian Pendapatan “Pendapatan adalah kenaikan kotor (gross) dalam modal modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelaksanaan jasa kepada pelanggan atau klien, penyewa harta, peminjam uang, dan semua kegiatan usaha, serta profesi yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan. Pendapatan dari penjualan barang atau jasa disebut penjualan (sales). Jika suatu perusahaan mempunyai beberapa jenis pendapatan, maka pendapatan tersebut dicatat dalam perkiraan terpisah (C. Rollin Niswonger, Philip E. Fess, Carl S. Warren, 1996 : 56)”. Sedangkan menurut Zaki Baridwan (1992 : 30) dalam buku Intermediate Accounting, “Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No.23 mendefinisikan bahwa pendapatan adalah arus bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktifitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007 : 23.2).
Dari berbagai definisi pendapatan diatas dapat disimpulkan secara garis besar bahwa pendapatan adalah : a. Berupa kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban atau kombinasi keduanya. b. Merupakan aliran masuk dari aktifitas operasi perusahaan c. Adanya kenaikan ekuitas dan entitas yang tidak berasal dari modal pemilik. d. Terjadi dalam suatu periode akuntansi 2.2.2. Penggolongan Pendapatan Penggolongan pendapatan menurut Eldon S. Henirkson (Marianus Sinaga, 1982 : 66), dalam kaitannya dengan kegiatan operasional perusahaan adalah sebagai berikut : a. Pendapatan Operasi Pendapatan operasi adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam rangka kegiatan utama atau yang menjadi tujuan utama perusahaan. Dalam hal ini, jenis usaha perusahaan mempengaruhi nama pendapatan operasi. Untuk
perusahaan
yang
bergerak
dibidang
konstruksi
maka
pendapatannya disebut pendapatan proyek. Sedangkan perusahaan perdagangan atau pabrik, yang memperoleh pendapatan dari menjual barang pendapatannya disebut penjualan (Sales revenue). b. Pendapatan Non Operasi
Pendapatan non operasi adalah pendapatan selain yang diperoleh dari kegiatan utama perusahaan yang sifatnya tidak secara langsung berkaitan dengan kegiatan-kegiatan utama perusahaan. Pendapatan ini sering disebut dengan pendapatan lain-lain dan utang. Contoh pos yang termasuk dalam pendapatan non operasi, antara lain : pendapatan bunga, pendapatan deviden, utang penjualan aktiva tetap dan utang penjualan investasi. c. Pendapatan Luar Biasa Pendapatan luar biasa adalah pendapatan non operasi yang sifatnya luar biasa, baik kejadian maupun jumlahnya, biasanya dipisahkan dan disebut dengan pos luar biasa. Pendapatan luar biasa mencakup kejadian dan transaksi yang tidak terulang (tidak sering) dan tidak biasa (atau tidak berhubungan dengan operasi normal perusahaan). Contohnya : Klaim asuransi. 2.2.3. Pengakuan Pendapatan Pengakuan adalah proses secara formal untuk mencatat atau menggabungkan suatu pos di dalam perkiraan dan laporan keuangan suatu kesatuan (Stamford, Conn, FASB, 1980 : 56). Untuk aktiva atau kewajiban pengakuan mencakup pencatatan tidak hanya akuisisi atau terjadinya pos itu tetapi juga perubahan mendatang di dalamnya, termasuk penghapusan dari laporan keuangan yang sebelumnya diakui. Prinsip pengakuan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan pada saat :
a. Pendapatan dihasilkan Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang harus dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Secara umum, pendapatan diakui ketika proses menghasilkan laba diselesaikan atau sebenarnya tidak diselesaikan selama biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses menghasilkan dapat diestimasi secara andal. b. Pendapatan direalisasikan atau dapat direalisasikan Pendapatan direalisasikan ketika kas diterima untuk barang atau jasa yang dijual. Pendapatan itu daoat direalisasi ketika klaim atas kas (misalnya : aktiva non kas seperti piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam jumlah kas tertentu. Jenis pengakuan pendapatan yang umum digunakan dalam praktis, menurut Anis Chariri dan Imam Ghozali (2000 : 262) yaitu :
a. Pendapatan diakui selama kegiatan produksi Pendapatan dapat diakui selama kegiatan produksi. Pengakuan pendapatan dengan cara ini dapat dilakukan bila harga kontrak sudah pasti dan taksiran cost untuk menyelesaikan proyek serta kemajuan dalam penyelesaian kontrak dapat dipertanggungjawabkan. Kontrakkontrak jangka panjang seperti kontrak-kontrak jenis pembangunan,
pengembangan
pesawat terbang militer dan komersial, sistem
penyerahan senjata serta perangkat keras, eksplorasi ruang angkasa, seringkali menetapkan bahwa penjual (kontraktor) dapat menagih kepada pembeli pada selang waktu tercapainya berbagai titik dalam proyek itu. Dua metode akuntansi yang jelas berbeda untuk kontrak-kontrak pembangunan jangka panjang yang dikenal profesi akuntansi adalah : 1. Metode presentase penyelesaian Dalam metode ini pendapatan dan laba kotor diakui pada setiap periode, didasarkan atas kemajuan dalam pembangunan, yaitu presentase dari penyelesaian. Biaya pembangunan ditambah laba kotor yang diperoleh diakumulasikan kedalam perkiraan persediaan (Bangunan
dalam
pelaksanaan)
dan
kemajuan
penagihan
diakumulasikan dalam perkiraan lawan persediaan (Penagihan atas bangunan dalam pelaksanaan).
2. Metode kontrak selesai Dalam metode ini pendapatan dan laba kotor diakui hanya pada waktu
kontrak
diselesaikan.
Biaya-biaya
pembangunan
diakumulasikan ke dalam perkiraan persediaan (Bangunan dalam pelaksanaan) dan kemajuan penagihan diakumulasikan dalam perkiraan lawan persediaan (Penagihan atas bangunan dalam pelaksanaan).
b. Pendapatan diakui pada saat produk selesai Pendapatan dapat diakui pada saat produksi selesai apabila terdapat kontrak yang jelas dan pasti. Jadi selesainya produk merupakan kejadian kritis yang menjadi dasar pengakuan pendapatan. c. Pendapatan diakui pada saat penjualan Pengakuan pendapatan pada saat penjualan merupakan dasar yang paling jelas dan obyektif daripada dasar pengakuan pendapatan yang lain. Saat penjualan dapat dijadikan dasar pengakuan pendapatan karena proses pembentukan pendapatan telah cukup selesai dan proses realisasi pendapatan telah terjadi. d. Pendapatan diakui pada saat kas diterima. Pengakuan pendapatan dapat ditunda sampai saat diterimanya kas karena terdapat ketidakpastian yang besar mengenai pengumpulan piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa. Pengakuan pendapatan dengan cara demikian terpaksa dilakukan karena kriteria realisasi tidak seluruhnya dipenuhi, terutama dalam pengukuran pendapatan. 2.2.4. Sifat-sifat Pendapatan Menurut Theodorus. M Tuanakotta (1984 : 153) terdapat dua pendekatan terhadap konsep pendapatan antara lain : a. Pendapatan yang memusatkan pada aliran masuk aktiva (inflow of asset) sebagai hasil kegiatan operasi perusahaan, yaitu penjualan barang dan jasa yang diukur dengan unit moneter.
b. Pendapatan yang memusatkan pada aliran keluar dari barang dan jasa out flow of good and services), berfokus pada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan, serta penyalurannya kepada konsumen atau produsen lainnya. Jadi pendapatan timbul sebagai akibat dari penyerahan barang dan jasa oleh perusahaan.