BAB II LANDASAN TEORI A. Tradisi Tadarus Al-Qur’an 1.
Pengertian tradisi Tradisi adalah sebuah kata yang sangat akrab terdengar dan terdapat di segala bidang. Tradisi menurut etimologi adalah kata yang mengacu pada adat atau kebiasaan yang turun temurun, atau peraturan yang dijalankan masyarakat. Secara langsung, bila adat atau tradisi disandingkan dengan stuktur masyarakat melahirkan makna kata kolot, kuno, murni tanpa pengaruh, atau sesuatu yang dipenuhi dengan sifat takliq. 1 Tradisi merupakan sinonom kata “budaya” yang keduanya merupakan hasil karya. Tradisi merupakan hasil karya masyarakat, begitupun dengan budaya. Keduanya saling mempengaruhi. Kedua kata ini merupakan personafikasi dari sebuah makna hukum tidak tertulis, dan hukum tak tertulis ini menjadi patokan norma dalam masyarakat yang dianggap baik dan benar. 2 Tradisi merupakan segala sesuatu yang berupa adat, kepercayaan dan kebiasaan. Kemudian adat, kepercayaan dan kebiasaan itu menjadi
1
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia:, (Ed-3. Cet1 Jakarta ; Balai Pustaka 2001), hlm. 1208 2 Ibid., hlm. 1208
19
20
ajaran-ajaran atau paham–paham yang turun temurun dari para pendahulu kepada generasi–generasi paska mereka.3 Secara pasti, tradisi lahir bersama dengan kemunculan manusia dimuka bumi. Tradisi berevolusi menjadi budaya. Itulah sebab sehingga keduanya merupakan personifikasi. Budaya adalah cara hidup yang dipatuhi oleh anggota masyarakat atas dasar kesepakatan bersama. Kedua kata ini merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia, dalam perwujudan ide, nilai, norma, dan hukum, sehingga keduanya merupakan dwitunggal. 4 Dengan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa tradisi adalah perilaku setiap kelompok manusia dalam hal apapun yang sudah menjadi kebaiasaan dari kelompok atau manusia sebelumnya (turun-temurun). 2.
Pengertian Tadarus Tadarus berasal dari asal kata darasa yadrusu, yang artinya mempelajari, meneliti, menelaah, mengkaji, dan mengambil pelajaran. Lalu ketambahan huruf ta‟ di depannya sehingga menjadi tadarasa yatadarasu, maka maknanya bertambah menjadi saling belajar, atau mempelajari secara lebih mendalam.5 Pengertian tadarus di atas erat kaitannya dengan kegiatan membaca. Menurut Ahmad Syarifuddin, bahwa yang dimaksud tadarus
3 4
Eddy Soetrisno, op. cit., hlm.209 Drs. Abdul Syani, Sosiologi dan Perubahan Masyarakat (Dunia Pustaka Jaya,
1995), hlm. 53 5
Ahmad Sarwat, “Tadarus Al Quran”, http: // www.eramuslim.com/ ustadz/ qrn/7904093027- tadarus-al-Quran. Diakses, tanggal 15 april 2016
21
adalah kegiatan qiraah sebagian orang atas sebagian yang lain sambil membetulkan lafal-lafalnya dan mengungkap makna-maknanya.6 Dalam kamus bahasa arab Al munjid kata “tadarus” berasal dari kata “
ِ الطلبة: “ تَ َدارس الكتَاب ُ
yang artinya mempelajari. Sedangkan
menurut kamus besar Bahasa Indonesia,kata “Tadarus” berarti membaca Al-Qur’an secara bersama-sama (dalam bulan puasa). Tadarus bukanlah masanya belajar membaca Al-Qur’an lagi, tapi membacanya dengan lancar ayat-ayat suci Al-Qur’an tanpa disimak oleh guru yang mengajarkannya.7 Jadi, dari uaraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa pengertian tadarus Al-Qur’an adalah segala bentuk mempelajari Al-Qur’an baik membaca ataupun memahaminya serta mengamalkannya. 3.
Dasar tadarus al-qur’an Terdapat suatu ayat dalam Al Quran yang secara khusus diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. sebagai perintah agar beliau dan umatnya membaca Al Quran. Hal inilah kiranya dapat dijadikan sebagai dasar tadarus Al Quran. 8 Sebagaimana firman Allah Swt:
6
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis Dan Mencitai AlQuran,(Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hlm. 49 7 Ahmad Sarwat, “Tadarus Al Quran”, http: // www.eramuslim.com/ ustadz/ qrn/7904093027- tadarus-al-Quran. Diakses, tanggal 15 april 2016 8 Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Al-WAAH, 1993), hlm. 385
22
“……dan aku diperintahkan supaya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri. dan supaya aku membacakan Al Quran (kepada manusia)…….” (Q.S. An Naml: 91-92) Dapat disimpulkan bahwa perintah untuk membaca Al Quran, baik paham arti dan isi kandungannya ataupun tidak, sangat dianjurkan karena membaca Al Quran merupakan ibadah tersendiri. Allah Swt. Secara khusus pula menurunkan ayat agar nabi Muhammad Saw. dan umatnya membaca Al Qur’an. 4.
Hikmah tadarus al-qur’an Kemampuan berpikir manusia sangat terbatas dan mudah sekali dimasuki oleh bujukan syaitan. Tadarus al-Qur'an akan membawa manfaat kepada manusia, jika dilaksanakan secara terus menerus (kontinue). Dengan sering orang (membiasakan) membaca al-Qur'an, maka manusia akan selalu ingat kepada Allah dan akan mendapat manfaat yang besar dalam hidupnya. Tadarus al-Qur'an mempunyai beberapa hikmah khususnya terhadap jiwa manusia. Sebagaimana firman Allah
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
23
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (surat Yunus: 57.) Setiap mukmin yakin, bahwa membaca al-Qur'an termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya adalah kalam Allah. Al-Qur'an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik di kala senang maupun di kala susah, di kala gembira atau sedih. Membaca al-Qur'an bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya. Dengan membiasakan untuk membaca al-Qur'an jiwa akan merasa tenang dan tentram. Pengertian lain bahwa al-Qur'an dapat memperbaiki jiwa manusia dengan jalan nasihat yang baik, obat bagi segala penyakit hati, seperti syirik, riya dan penyakit hati lainnya. Adapun cara yang harus ditempuh untuk mendapatkan fungsi al-Qur'an adalah dengan membacanya. Basri Iba Asghari berpendapat bahwa al-Qur'an akan memberikan petunjuk dengan metode rasional bagaimana menyembuhkan penyakit yang terdapat dalam kalbu, yakni harus mempercayai al-Qur'an, mengambil manfaat, membaca dan menerimanya. Oleh karena itu al-Qur'an dapat berfungsi sabagai petunjuk dan penyembuh hanya bagi orang-orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang tidak beriman, tidak akan memperoleh manfaat itu. 9
9
H. Basri Iba Asghari, Solusi al-Qur'an tentang Problematika Sosial, Politik, Budaya (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 3
24
B. MOTIVASI 1.
Pengertian motivasi Motivasi berasal dari kata motif,sedangkan kata motif (motive) berasal dari akar kata bahasa latin “movere”, yang kemudian menjadi “motion”, yang artinnya gerak atau dorongan untuk bergerak. Jadi motif merupakan daya dorong, daya gerak atau penyebab seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan dan dengan
tujuan tertentu.10 Banyak
pendapat para ahli mengenai motivasi diantaranya: Menurut Sumardi Suryabrata “Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan”.11 Menurut Mc. Donald “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.12 Menurut M. Ngalim Purwanto “Motivasi adalah suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku sesuatu sehingga mancapai hasil atau tujuan tertentu”.13 Menurut Alisuf Sabri “Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan”.14
10
Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan (Yogya: Tiara Wacana, 1993), hlm.
11
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Resida,
114 1998), hlm. 70 12
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hlm. 34 13 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), hlm. 38
25
Menurut J.P Chaplin “Motivasi adalah suatu kekuatan dalam diri individu yang melahirkan, memelihara dan mengarahkan perilaku kepada suatu tujuan”.15 Dari pengertian tersebut, dapat diperoleh gambaran bahwa setiap kegiatan ( aktifitas ) individu selalu ada kekuatan yang mendorongya dan selalu mengarahkan kepada suatu tujuan. Meskipun para ahli mendefisikannya dengan cara dan gaya yang berbeda, namun esensinya menuju kepada maksud yang sama bahwa motivasi itu merupakan: a) Suatu kekuatan (power) atau tenaga atau daya (energi) b) Suatu keadaan yang komplek (a complex state) dan kesiapsediaan (prepatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.16 Dapat diketahui apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi, maka motif dan daya pengerak menjadi aktif yang disebut dengan motivasi. Hal ini Maka motivasi juga dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya pengerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
14
Ahmad Patoni, et. all, Dinamika Pendidikan Anak. (Jakarta: PT.Bina Ilmu, 2004),
hlm. 195 15
Syamsu Yusuf dan Juntika Narihsan, Landasan bimbingan dan konseling (Bandung: PT Rosdakarya, 2005), hlm. 159 16 Abin Syamsudin, Psikologi Kependidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 37
26
yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.17 Dikatakan “keseluruhan”, karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama ikut mengerakkan siswa untuk belajar, memberikan motivasi kepada seseorang siswa, berarti mengerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Motivasi memiliki komponen pokok yang saling berkaitan erat dan membentuk suatu kesatuan, yang dimaksud kesatuan sebagai proses motivasi yaitu: a) Menggerakkan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya dalam hal ingatan, respon-respon efektif. b) Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku terhadap tujuan. c) Menopang. Artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar.18 d) Adanya suatu kondisi yang terbentuk dari tenaga-tenaga pendorong (desakan, motif, kebutuhan dan keinginan) Pencapaian tujuan dan berkurangnya atau hilangnya ketegangan.19
17
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 75 18 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam (Jakarta: Prenada media, 2004), hlm. 132 19 Nana Syoudih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 62
27
2.
Macam-macam Motivasi Dalam melaksanakan sesuatu kegiatan seseorang telah menyimpan keinginan dalam dirinya atau melakukan suatu kegiatan. Ada bermacammacam motivasi atau dorongan yang membuat orang melakukan berbagai kegiatan, motivasi atau dorongan tersebut sangat bervariasi sesuai dengan keiginannya. Menurut Abu Ahmadi dalam buku ”Psikologi Sosial” menjelaskan tentang macam-macam motif yakni: a) Motif Biognesis yaitu motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme orang demi kelanjutan hidupnya secara biologis b) Motif Sosiogenesis yaitu motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada dan berkembang c) Motif Teogenesis yaitu interaksi antara manusia dengan tuhan seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya seharihari dimana ia berusaha merealisasikan norma-norma agama tertentu.20 Sedangkan menurut Abraham Maslow sebagaimana yang dikutip oleh Nana Saodih Sukmadinata membagi keseluruhan motif yang mendorong perbuatan individu atas lima kategori yang membentuk suatu hirarki atau tangga dari yang rendah ke yang lebih tinggi, yaitu:
20
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 192
28
a.
Motif fisiologi yaitu dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan jasmani seperti kebutuhan akan makan, minum, bernafas dan bergerak.
b.
Motif Pengamanan yaitu dorongan-dorongan untuk menjaga melindungi diri dari gangguan baik gangguan alam, binatang, iklim maupun penilaian manusia.
c.
Motif Persaudaraan yaitu dan kasih sayang yaitu motif untuk membina hubungan baik, kasih sayang , persaudaraan baik dengan jenis kelamin yang sama maupun berbeda.
d.
Motif harga diri yaitu untuk mendapatkan pengenalan, pengakuan, penghargaan dan penghormatan dari orang lain, ingin mendapatkan penerimaan dan penghargaan dari orang lain.
e.
Motif Aktualisasi diri yaitu manusia memiliki potensi dan kodratnya, ini perlu perlu diaktualisasikan dan dinyatakan dalam berbagai bentuk dan sifat. Kemampuan dan kecakapan nyata melalui berbagai bentuk
upaya
belajar
dan
pengalaman
individu
berusaha
mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya.21 Menurut Zakiyah Darajdat, motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi dalam diri (instrinsik) dan motivasi di luar diri (ekstrinsik).22 Dari berbagai bentuk motivasi sebelumnya, bentuk motivasi instrinsik
21
Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003), hlm. 68 22
Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 142
29
dan ekstrinsik adalah yang paling umum dan banyak dikaji dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. a.
Motivasi Instrinsik Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya karena ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. 23 Motivasi Instrinsik menurut Purwanto adalah ”motivasi yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri”.24 Seseorang yang memiliki intelegensi yang cukup tinggi boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi. Siswa yang mempunyai motivasi dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukannya sehari-hari seperti yang diungkapkan oleh Sardiman A.M, yaitu: a) Tekun menghadapi tugas b) Ulet dalam menghadapi kesulitan c) Menunjukkan minat terhadap berbagai macam masalah. d) Lebih senang kerja sendiri e) Cepat bosan terhadap tugas-tugas yang bersifat rutin.25
23 24
Sardiman A.M, op. cit., hlm. 88-89 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991),
hlm. 75 25
Sardiman A.M, op. cit., hlm. 82-83
30
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri di atas berarti seseorang itu telah memiliki motivasi yang kuat. Motivasi seperti itu sangat penting dalam proses belajar mengajar. Siswa akan berhasil baik apabila siswa tersebut tekun dalam mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan masalah-masalah dan hambatan lainnya secara mandiri. Dalam hal ini Akyas Azhari mengemukakan bahwa yang menimbulkan motivasi instrinsik sebagai berikut: a.
Adanya kebutuhan
b.
Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri
c.
Adanya cita-cita (aspirasi). 26 Peserta didik memiliki motivasi instrinsik cenderung akan
menjadi orang yang terdidik yang berpengetahuan yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu, gemar belajar adalah aktivitas yang tak pernah sepi dari kegiatan peserta didik yang mempunyai motivasi intrinsik dalam rangka meraih ilmu pengetahuan. Belajar biasanya dikonotasikan dengan membaca, membaca adalah pintu gerbang menuju kelautan ilmu pengetahuan, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Alaq ayat 1-5: 27
26 27
Akyas Azhari, Psikologi ( Semarang: Dina Utama,1996), hlm. 75 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 480
31
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. Dalam tafsir al-Maraghi dijelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar bisa membaca tersebut diulangulang, sebab membaca tidak akan bisa meresap ke dalam jiwa, melainkan
setelah
dilakukan
berulang-ulang
dan
dibiasakan.
Berulang-ulang perintah Allah SWT berpengertian sama dengan berulang-ulangnya membaca. Dengan demikian maka membaca itu merupakan bakat dari nabi Muhammad SAW. 28 Sedangkan dalam tafsir Al-Azhar dijelaskan bahwa nabi bukan orang yang pandai, beliau adalah ummi yang boleh dikatakan buta huruf, tetapi Jibril mendesaknya juga sampai tiga kali supaya dia membaca meskipun dia tidak pandai menulis, namun ayat itu akan dibacakan juga oleh Jibril kepadanya, sehingga dia dapat menghapal
28
Ahmad Tafsir Al-Maraghi, op. cit., hlm.347
32
di luar kepala. Dengan sebab itu, akan dapatlah ia membaca Allah SWT yang menciptakan semuanya. 29 Dengan demikian dapat dipahami bahwa perintah untuk membaca dalam ayat di atas adalah suatu kalimat nyata yang menunjukkan
bahwa
manusia
disuruh
mempelajari
semua
pengetahuan yang ada di alam ini. Jadi, apabila umat Islam konsisten dengan ajaran ayat tersebut, maka itu dapat menjadi motivasi baginya untuk belajar. Selain itu Islam juga memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang-orang yang berilmu yaitu diangkat derajatnya. b.
Motivasi Ekstrinsik Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri, tindakan atau perbuatan yang didasari oleh dorongan-dorongan yang bersumber dari luar pribadi seseorang (lingkungan) untuk melakukan sesuatu karena adanya paksaan dari luar.30 Jenis motivasi ini timbul akibat sebagai akibat pengaruh individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar.31 Motivasi ekstrinsik juga merupakan ”hal atau keadaan yang datang dari luar diri individu yang mendorongnya untuk melakukan
29 30 31
1994), hlm. 145
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Panji Mas,1985), Cet ke-3, hlm. 3 Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi (Jakarta: Rineka Cipta,1999), hlm. 161 Chalijah Hasan, Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan (Surabaya: Al-Ikhlas,
33
kegiatan belajar”.32
Berdasarkan keterangan di atas Motivasi
Ekstrinsik merupakan motivasi belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya, motivasi ekstrinsik bukan berarti yang tidak diperlukan agar peserta didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar peserta didik termotivasi untuk belajar, guru yang berhasil dalam mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya. Dengan demikian dalam proses pembelajaran motivasi instrinsik dan ekstrinsik sangat diperlukan sebagaimana menurut pendapat Thomburhg mengatakan bahwa antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik ini saling menambah atau memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik.33 Dengan demikian keduanya sama-sama berfungsi sebagai pendorong manusia untuk berperilaku sempurna berdasarkan nilai religius agama Islam sebagai penuntun arah perbuatan manusia dan sebagai penuntun apa yang harus dikerjakan oleh manusia. 3.
Fungsi motivasi Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas berpartisipasi dalam belajar. Sementara anak didik yang lain aktif berpartisipasi dalam kegiatan, seorang atau dua orang anak didik yang
32
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 137 33 Elida Prayitno, Motivasi dalam Belajar (Jakarta: Depdikbud Dirjen P2LPTK, 1989), hlm. 14
34
engan mengikuti pelajaran atau ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran. Maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Bermacam-macam sebabnya mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, ada problem lain, hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu. keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-musababnya kemudian mendorong seseorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusya dilakukan yakni belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Motivasi dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. 4.
Strategi dalam menumbuhkan motivasi belajar Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Berikut dikemukakan beberapa upaya tersebut : a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai; tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
35
b. Membangkitkan minat siswa; siswa terdorong untuk belajar, manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu mengembangkan minat
belajar
siswa
merupakan
salah
satu
teknik
dalam
mengembangkan motivasi belajar. c. Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. d. Sesuaikan
materi
pelajaran
dengan
tingkat
pengalaman
dan
kemampuan siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar. e. Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi dan lain sebagainya. f. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar; siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik, manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman bebas dari rasa takut. Suasana yang menyenangkan dapat memungkinkan siswa beraktivitas dengan penuh semangat dan penuh gairah. Usahakan agar kelas selamanya dalam
36
suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sesekali dapat melakukan hal-hal yang lucu. g. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa; motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata, justru ada anak yang merasa tidak senang dengan kata-kata. Pujian sebagai penghargaan bisa dilakukan dengan isyarat, misalnya senyuman dan anggukan yang wajar atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan. h. Berikan penilaian; banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai yang bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera, agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masingmasing. i. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa; siswa butuh penghargaan, penghargaan bisa juga dilakukan dengan memberikan komentar positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya
berikan
komentar
secepatnya,
misalnya
dengan
memberikan tulisan “bagus”, atau “teruskan pekerjaanmu” dan lainlain. Komentar positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
37
j. Ciptakan persaingan dan kerja sama; persaingan atau kompetisi yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan, siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antar kelompok maupun antar individu.34 Selain beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar siswa di atas, adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran, kecaman dan memberikan tugas yang sedikit berat (menantang). Namun, teknik-teknik semacam itu hanya dapat digunakan dalam kasuskasus tertentu. Beberapa ahli berpendapat membangkitkan motivasi dengan cara-cara semacam itu lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara-cara yang positif, sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindarkan. C. AL-QUR’AN 1.
Pengertian Al-Qur’an Pengertian Al-Qur’an dapat ditinjau dari dua sisi, secara bahasa (etimologi) dan Istilah (terminologi). Secara bahasa, lafal qara’a( ) قرا berarti mengumpulkan dan menghimpun. Adapun kata qira’ah ( ) قراءة berarti menghimpun huruf dan kata satu dengan yang lain dalam suatu 34
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm. 261263
38
ucapan yang tersusun rapi. Bentuk kata-kata tersebut sampai pada kata qur‟an yang merupakan bentuk kata masdar dari kata qara‟a, qira‟atan,qur‟anan ( قرانا, قراءة,) قرا. Didalam Al-Qur’an sendiri, kata qur‟an dapat ditemukan didalam Surat Al-Qiyamah Ayat 17 dan 18:
“(17) Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, (18) apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu”. (Q.S. AlQiyamah:17-18).35 Adapun dari sisi istilah, Al-Qur’an didefinisikan oleh para ulama sebagai berikut: Dr. Subhi as-Salih mendefinisikan Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah.36 Adapun Muhammad Ali ash-shabuni mendefinisikan Al-Qur’an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W. penutup para nabi dan rasul dengan perantara Malaikat Jibril A.S. dan ditulis pada mushaf-mushaf. Kemudian, disampaikan
kepada
manusia
secara
mutawatir.
Membaca
dan
35
Muhammad Anis Sumaji, Bahaya Melupakan AL-Qur‟an (Solo: Tinta Medina,
36
Ibid., hlm. 2
2011), hlm. 1
39
mempelajarinya merupakan ibadah yang dimulai dengan Surat AlFatihah dan ditutup dengan Surat An-Nas.37 Definisi tersebut memberi pengertian bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat jibril dan disebarkan kepada umat manusia dan kitab-kitab yang diturunkan selain kepada Nabi Muhammad tidak dinamakan Al-Qur’an. Seperti kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa dinamakan kitab Taurat, Nabi Isa dinamakan kitab Injil. 2.
Fungsi Al-Qur’an38 Al-Qur’an adalah dokumen untuk umat manusia. Bahkan kita ini sendiri menamakan dirinya petunjuk bagi manusia. Allah SWT berfirman Dalam QS: Surat Al-Baqarah ayat 2 dan 185:
“kitab (Al-Qur‟an) ini tidak ada keraguan pada isinya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS: Al-Baqarah: 2).
37
Ibid., hlm. 2-3 Syaikh Manna’ Khalil Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur‟an (Mahabits fi „Ulum Al-Qur‟an), alih bahasa H. Aunur Rafiq El-Mazni, LC, MA (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), hlm. 45-70 38
40
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur‟an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS: Al-Baqarah [2]: 185). Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk yang didesain sedemikian rupa sehingga jelas bagi umat manusia dengan petunjuk itu manusia bisa membedakan mana yang hak dan bathil. Inilah sesungguhnya fungsi Al-Qur’an, yaitu sebagai pedoman hidup umat manusia. Karena itu bila Al-Qur’an dipelajari dengan benar dan sungguhsungguh maka isi kandungannya akan membantu Kita menemukan nilainilai yang dapat dijadikan pedoman untuk menyelesaikan berbagai problem hidup. Adapun fungsi Al-Qur’an yang lainnya adalah:
41
a) Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT. b) Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan. c) Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu. d) Sebagai Obat penawar (syifa‟) bagi segala macam penyakit, baik penyakit rohani maupun jasmani. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Yunus: 57.
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus [10]: 57). e) Sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya, yakni Taurat, Zabur, dan Injil. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al-Maidah: 48.
42
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikanNya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” (QS. Al-Ma’idah: 48). f)
Sebagai pelajaran dan penerangan. Seperti dalam firman Allah SWT dalam QS. Yasin: 69.
“Al Quran itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.” (QS. Yaa Siin: 69).
43
g) Sebagai pembimbing yang lurus. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al-Isra’: 9.
“Sesungguhnya Al-Qur‟an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu‟min yang mengerjakan amal sholih, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’: 9). h) Sebagai pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi yang meyakininya. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al Jatsiyah: 20.
“Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakininya.” (QS. Al Jatsiyah: 20). i)
Sebagai pengajaran. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran: 138.
“(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali-Imran: 138).
44
j)
Sebagai petunjuk dan kabar gembira. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Al-Nahl: 89.
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Nahl: 89). k) Sebagai pembanding atau pembeda (Furqan) antara yang haq dan bathil. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah [2]: 185.
45
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur‟an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah
baginya
berpuasa),
sebanyak
hari
yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah [2]: 185). l)
Sebagai pengajaran/pembentang/penjelas (tibyan) segala sesuatu akan ilmu pengetahuan dan rahasia-rahasia alam dunia dan akhirat. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran: 138.
“(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali-Imran: 138). m) Sebagai tali Allah yang harus diikat kuat dan digenggam teguh dalam hati dan kehidupan, khususnya bersama-sama agar tidak
46
bercerai-berai. Seperti dalam Firman Allah SWT dalam QS. AlZukhruf: 43.
“Maka berpeganglah teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.” (QS. Al-Zukhruf [43]: 43). n)
Sebagai tadzkirah (peringatan) bagi orang-orang yang takut kepada Allah dan terhadap kepemimpinan Al-Qur’an. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Thaha: 1-4.
“Thaahaa.{1}. Kami tidak menurunkan Al-Qur‟an ini kepadamu agar kamu menjadi susah {2}; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah) {3}. Yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi {4}.” (QS. Thaha: 1-4). o) Sebagai pengawas (Muhaiminun) dan penjaga atas kitab-kitab samawi lainnya, tidak hanya membenarkan masalah aqidah, akan tetapi masalah syariat alamiyah juga. Al-Qur’an juga menetapkan sebagian hukum-hukum dari kitab sebelumnya dan mengganti serta mengubah sebagian lainnya. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al-Maidah: 48.
47
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikanNya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”. (QS. Al-Maidah: 48). p) Sebagai Mukjizat bagi Rasulullah SAW yang bertujuan untuk melemahkan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya yang meragukan kenabian dan kerasulan-Nya.
48
Selain itu fungsi Al-Qur’an yang tidak kalah penting, adalah sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW, dan bukti bahwa semua ayatnya benar-benar dari Allah SWT. Sebagai bukti kedua fungsinya yang terakhir paling tidak ada dua aspek dalam Al-Qur’an itu sendiri: 1) Isi/kandungannya yang sangat lengkap dan sempurna; 2) Keindahan bahasa dan ketelitian redaksinya: 3) Kebenaran berita-berita ghaibnya; dan 4) Isyarat-isyarat ilmiahnya. 3.
Etika Membaca AL-Qur’an Membaca Al-Qur’an bagi seorang muslim adalah amalan yang tidak pernah ditinggalkan. Tetapi harus diperhatikan beberapa etika dalam membaca Al-Qur’an.39 Diantaranya: Sebaiknya dalam membaca Al-Qur’an dengan keadaan suci. Suci
1.
pakaiannya, suci badannya, suci tempatnya serta telah bergosok gigi. Seperti dalam firman Allah SWT pada surah Al-Waqiah ayat 77-79:
Artinya: “Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan”. (Q.S. AlWaqiah: 77-79)
39
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al Quran, (Jakarta: Bumi Aksara,2000), hlm. 32-34
49
2.
Hendaknya memulai tilawah dengan ta’awwudz, kemudian basmalah pada setiap awal surah selain surah at-taubah. Allah SWT, berfirman pada surah An-Nahl ayat 98:
Artinya: “Apabila kamu membaca Al-Qur’an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”. (Q.S. An-Nahl: 98) 3.
Hendaknya selalu memperhatikan hukum-hukum tajwid dan membunyikan huruf sesuai dengan mahrajnya serta membacanya dengan tartil (perlahan-lahan). Allah SWT, berfirman pada surah AlMuzammil ayat 4:
Artinya: “atau lebih dari seperdua itu dan bacalah AL-Qur’an itu dengan perlahan-lahan” (Q.S. Al-Muzammil: 4) 4.
Hendaknya membaca sambil merenungkan dan menghayati makna yang terkandung pada ayat-ayat yangdibaca, berinteraksi dengannya, sambil memohon surge kepada Allah bila terbaca ayat-ayat surga dan berlindung kepada Allah dari neraka bila terbaca ayat-ayat neraka. Allah SWT. Berfirman dalam surah Shaad ayat 29:
50
Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”. (Q.S. Shaad: 4) Hendaknya mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan baik dan diam,
5.
tidak berbicara. Allah SWT. Berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 204:
Artinya; “dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baikbaik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat[40]”. (Q.S. Al-A’raf: 204)
40
Maksudnya: jika dibacakan Al Quran kita diwajibkan mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri, baik dalam sembahyang maupun di luar sembahyang, terkecuali dalam shalat berjamaah ma'mum boleh membaca Al Faatihah sendiri waktu imam membaca ayat-ayat Al Quran.