5
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Definisi Target Costing Target costing digunakan selama tahap perencanaan dan menuntun dalam pemilihan produk dan proses desain yang akan menghasilkan suatu produk yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan dan pada suatu tingkat laba yang dapat diterima serta memberikan perkiraan harga pasar produk, volume penjualan, dan tingkat fungsionalitas. Pengertian target costing menurut (Garrison/Norren/Brewer, 2006 : 541) yaitu perhitungan biaya target adalah proses penentuan biaya maksimum yang dimungkinkan untuk suatu produk baru dan kemudian mengembangkan sebuah contoh yang dapat dibuat dengan menguntungkan berdasarkan angka biaya target maksimum terebut. Sedangkan Blocher, Chen, dan Lin (2000:167) menyatakan bahwa yang disebut dengan target costing adalah kondisi dimana perusahaan menentukan biaya yang harus dikeluarkan berdasarkan harga pasar kompetitif, dengan demikian perusahaan dapat memperoleh laba yang diharapkan. Produksi suatu barang atau jasa selalu memerlukan bahan mentah, tenaga kerja langsung dan hal-hal yang secara tidak langsung mendukung produksi tersebut. Dalam organisasi atau perusahaan jasa sering kali persediaan ini berwujud ataupun tidak berwujud. Akun persediaan untuk
5
6
organisasi atau perusahaan jasa, biasanya berupa persediaan perlengkapan yang digunakan dalam menyediakan jasa tersebut. Biaya target (Target Costing) adalah biaya produk atau jasa berdasarkan harga yang bersedia dibayarkan oleh pelanggan. Biaya target juga didefinisikan sebagai perbedaan antara harga jual produk ataujasa yang iperlukan untuk mencapai pangsa pasar (market share) tertentu dengan laba per satuan yang diharapkan. Dengan kata lain, biaya target diasumsikan sebagai biaya yang harus dicapai atau “biaya standar” sebelum ada marjin (laba) atas barang atau jasa yang dihasilkan. (Mulyadi; 2001, 84). Jika biaya target (target cost) di bawah harga produk yang sekarang dapat dicapai, maka manajemen harus merencanakan program pengurangan biaya untuk menurunkan biaya yang sekarang, untuk menghasilkan produk, ke biaya target (target cost). Biaya Target (Target Costing) (Mulyadi, 2001, 84) merupakan suatu bentuk biaya standar yang dapat dicapai sekarang (current attainable standard). Jika perusahaan menekankan usahanya dalam pengurangan biaya bukan penambah nilai (non value added costs), standar yang dicapai sekarang harus mencerminkan kenaikan efisiensi yang diharapkan tahun bersangkutan. Perbandingan antara biaya sesungguhnya dengan biaya stndar yang dicapai sekarang akan memberikan ukuran seberapa besar tujuan improvement (kemajuan) tahun yang telah dicapai. Jika biaya standar yang ideal (ideal standrd cost), maka biaya target (target cost) didorong faktor luar, yaitu atas dasar nalisa pasar dan pesaing. Disamping itu pula, perhitungan biaya target melbatkan jauh lebih banyak pekerjaan
7
pendahuluan daripada penetapan harga berdasarkan biaya. Namun, terdapat pekerjaan tambahan yang harus dilakukan jika harga berdasarkan biaya yang lebih tinggi daripada harga target. Dalam menentukan biaya target atas suatu produk atau jasa dikenal 2 (dua) pendekatan (Supriyono; 2001, 53), antara lain: 1.
Pendekatan Biaya Target Penuh (Full Cost Approach) Dalam pendekatan ini harga target ditentukan sebesar biaya produksi ditambah dengan mark up yang diinginkan. Akan tetapi biaya produksi tersebut tidak termasuk biaya non produksi. Pendekatan ini sebagai dasar
penentuan
harga
jual
menekankan
penggolongan
biaya
berdasarkan fungsi. 2.
Pendekatan Biaya Target Variabel (Variable Cost Approach) Penentuan harga target atas produk atau jasa ditentukan sebesar biaya variabel ditambah mark up yang harus tersedia untuk menutup semua biaya tetap dan untuk menghasilkan laba yang dihasilkan. Pendekatan ini sebagai dasar penentuan harga jual menekan penggolongan biaya berdasar prilakunya. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
target costing merupakan metode perencanaan laba dan manajemen biaya yang difokuskan pada produk sebagai dasar perancang dalam menentukan produk dan proses desain untuk mencapai perbaikan usaha serta pengurangan biaya operasional produk di masa depan.
8
Input pada proses target costing adalah vektor harga pasar fungsional produk (market price product functionality vector) dimana proses perencanaan produk harus sesuai dengan harga target yang mencerminkan kumpulan dari fungsi produk dimana produk tersebut harus sampai pada konsumen. Di sini ada 2 elemen penting dalam perencanaan produk, yaitu : 1.
Konsumen atau pasar pada umumnya menentukan harga yang akan dibayar untuk produk dan fungsi yang didesainnya.
2.
Untuk memperluas usaha dimana ada pasar untuk produk yang sama tapi dengan fungsi yang berbeda
B.
Harga Target Harga jual adalah harga yang diperoleh dari penjumlahan biaya produksi,biaya non produksi serta laba yang diharapkan (Mulyadi 2002:79). Dalam jangka panjang kontribusi marjin (pendapatan dikurangi biaya variabel) harus dapat menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Dimana dalam perencanaan mark up atas biaya target tersebut, manajemen seharusnya mempertimbangkan margin kontribusi dari seluruh produk setelah biaya yang didapatkan dipisahkan, dikurangkan dari penjualan. Margin kontribusi tersebut memungkinkan untuk memprediksi kontribusi masing-masing departemen. Produksi suatu barang atau jasa selalu memerlukan bahan mentah, tenaga kerja langsung dan hal-hal yang secara tidak langsung mendukung produksi tersebut. Dalam organisasi jasa seringkali persediaan bahan baku ini berwujud ataupun tidak berwujud, yang
9
mana akun persediaan bahan baku untuk persediaan pada perusahaan jasa biasanya
berupa
persediaan
perlengkapan
yang
digunakan
dalam
menyediakan jasa. Target Price (Mulyadi, 2001, 84) adalah akumulasi antara biaya target (standar) yang dikeluarkan untuk memproduksi satu unit barang atau jasa dengan target laba yang diharapkan atas unit barang tersebut. Jika harga terget dan atau biaya target masih dibawah harga produk yang sekarang dapat dicapai, maka pihak manajemen harus merencanakan program pengurangan biaya untuk menurunkan biaya yang sekarang dikonsumsi untuk menghasilkan ke target price/target cost. Ada beberapa keunggulan dari pendekatan harga target (pendekatan kontribusi) daripada pendekatan sistem harga pokok serapan untuk membantu penetapan harga, antara lain (Mulyadi, 2001, 86): 1.
Pendekatan harga target (pendekatan kontribusi/biaya target penuh) memberi informasi yang lebih rinci daripada pendekatan sistem harga pokok
serapan
(Absorption
Approach/Full
Cost
Approach).
Dimana,pendekatan kontribusi mengukur hubungan antara biayavolume-laba,oleh karena itu mempermudah penyesuaian daftar harga berbagai tingkat volume tertentu. 2.
Pendekatan harga target (pendekatan kontribusi/biaya target penuh) menyoroti akibat jangka panjang versus jangka pendek dari penurunan harga untuk pesanan khusus. Umumnya, manajer dapat menimbang keputusan semacam itu dengan menilai manfaat jangka panjang yang diharapkan bila tidak ada penurunan harga.
10
C.
Tujuan dan Alasan Menggunakan Target Costing Target costing bertujuan untuk merancang biaya produk pada tahap perencanaan. Sehingga tidak harus mengurangi biaya selama tahap manufaktur. Target costing dikembangkan berdasarkan pengakuan atas dua karakteristik penting yaitu pasar dan biaya. Menurut Garrison, Noreen, dan Brewer alasan menggunakan perhitungan target costing yaitu: a.
Banyak perusahaan mempunyai pengendalian yang kurang atas harga daripada yang mereka kira. Pasar benar-benar menentukan harga, dan perusahaan yang mencoba mengabaikannya berarti mengambil risiko bahaya. Oleh karena itu, harga pasar yang diantisipasi dalam perhitungan biaya target sudah merupakan ketentuan.
b.
Kebanyakan biaya produk ditentukan pada tahap perancangan. Sehingga setelah produk dirancang dan masuk pada tahap produksi, tidak banyak yang dapat dilakukan untuk menurunkan biaya secara signifikan. Sebagian besar kesempatan untuk mengurangi biaya berasal dari perancangan
produk
sehingga
produk
tersebut
menggunakan bahan yang murah, dan kuat serta andal.
mudah
dibuat,
11
D.
Tahap Implementasi Target Costing Tahapan implementasi pendekatan target costing, menurut Blocher, Chen, dan Lin terdiri dari lima tahapan yaitu: 1.
Menentukan harga pasar Harga jual yang ditentukan untuk suatu produk harus merupakan harga yang kompetitif. Sehingga dapat bersaing di pasaran.
2.
Menentukan laba yang diharapkan Tujuan setiap perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal. Untuk itu, dalam menentukan harga jual produk harus pula diperhitungkan berapa besar laba yang diharapkan perusahaan dari penjualan produk tersebut.
3.
Menghitung target biaya pada harga pasar dikurangi laba yang diharapkan Target costing dapat dihitung dengan mengurangi harga jual produk yang kompetitif dikurangi laba yang diharapkan. Target Costing = Harga kompetitif – Laba yang diharapkan
4.
Menggunakan rekayasa nilai untuk mengidentifikasi cara yang dapat menurunkan biaya produk. Peranan rekayasa nilai dalam target costing yaitu untuk menurunkan biaya produk dengan cara menganalisis trade off antara jenis dan level yang berbeda dalam fungsionalitas produk dan biaya produk total. Hal terpenting dalam rekayasa nilai adalah dengan
12
5.
Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasional untuk terus menurunkan biaya.
Kaizen memiliki arti perbaikan secara terus menerus. Hal tersebut merupakan cara untuk menurunkan biaya dalam proses pemanufakturan produk dengan desain dan fungsionalitas yang ada. Kaizen costing terjadi pada tahap pengolahan, sehingga dampak rekayasa nilai dan desain langsung sangat terasa. Peranan penurunan biaya pada tahap pengolahan yaitu dengan mengembangkan metode pemanufakturan baru dan menggunakan teknikteknik manajemen baru seperti pengendalian operasional, manajemen kualitas total, dan teori kendala.
13
E. Proses Target Costing
Menentukan keinginan dan harga sensitivitas konsumen
Merencanakan harga jual
Target cost ditentukan dengan cara : harga kompetitif – laba yang diharapkan
Produk desain
Menentukan prosedur manufaktur
Jika target cost sudah ditentukan, proses manufaktur dimulai dan produk dijual
Di Jual
(Sumber: Morse, et al., 1996, hal.229)
Menentukan bahan mentah yang dibutuhkan
14
F.
Definisi Biaya Daljono (2004:13) mendefinisikan biaya sebagai suatu pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan keuntungan atau manfaat pada saat ini atau masa yang akan datang. Sedangkan Mulyadi (2000:8), mendefinisikan biaya sebagai suatu pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satu satuan uang yang terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya merupakan ukuran jumlah rupiah atau satuan moneter atas sumber daya yang digunakan dalam mencapai tujuantujuan tertentu yang berkaitan dengan proses bisnis perusahaan. Dalam melakukan penghitungan biaya, diperlukan perhitungan yang teliti dan selektif untuk dapat mengetahui dan menganalisa aktifitas atau pemicu biaya apa saja yang perlu dikurangi, dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Sementara menurut Mulyadi (2005:8) Biaya (cost) adalah “Pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi, untuk tujuan tertentu”
G. Klasifikasi Umum Biaya Garrison, Noreen, dan Brewer (2006:51) mengklasifikasikan biaya kedalam dua kelompok, yaitu Biaya Produksi dan Biaya Non Produksi. 1.
Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya yang digunakan selama proses produksi suatu produk berlangsung, yaitu dari awal terjadinya produksi hingga produk tersebut menjadi barang dan siap untuk dipasarkan.
15
Biaya produksi dibagi kedalam tiga kategori, yaitu bahan langsung (direct material), tenaga kerja langsung (direct labor), dan biaya overhead pabrik (manufacturing overhead). a.
Bahan Langsung (direct material) Bahan langsung merupakan bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi. Bahan langsung dapat juga disebut bahan baku atau bahan mentah (raw material).
b.
Tenaga Kerja Langsung (direct labor) Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi. Biaya tenaga kerja langsung meliputi biaya tenaga kerja bagian perakitan.
c.
Biaya Overhead Pabrik (manufacturing overhead) Biaya overhead pabrik mencakup seluruh biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik ini meliputi biaya bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi, listrik dan penerangan, pajak property, depresiasi, dan asuransi fasilitas-fasilitas produksi.
2.
Biaya Non Produksi Biaya non produksi merupakan biaya yang terjadi diluar proses produksi. Biaya ini biasanya disebut juga biaya penjualan, administrasi, dan umum. Biaya non produksi ini meliputi biaya pemasaran atau penjualan, dan biaya administrasi.
16
a.
Biaya pemasaran atau penjualan Biaya ini merupakan biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen. Biaya pemasaran dan penjualan meliputi biaya pengiklanan, pengiriman, perjalanan dalam rangka penjualan, komisi penjualan, gaji untuk bagian penjualan, dan biaya penyimpanan produk jadi.
b.
Biaya administrasi Biaya administrasi meliputi pengeluaran eksekutif, organisasional, dan klerikal yang berkaitan dengan manajemen umum organisasi. Contoh dari biaya administrasi ini adalah gaji eksekutif, akuntansi umum, kesekretariatan, humas, dan biaay sejenis yang terkait dengan administrasi umum organisasi secara keseluruhan.
H. Efisiensi dan Efektivitas Biaya 1.
Definisi Efisiensi dan Efektifitas Efisiensi mengacu pada hubungan antara keluaran dan masukan (output/input), efisiensi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan sumber daya dengan benar dan tidak ada pemborosan. Setiap perusahaan akan berusaha mencapai tingkat output dan input secara optimal. Menurut Milton F. Usry dan Lawrance H. Hammer (2005 ; 288) dalam bukunya mengatakan bahwa efisiensi dikaitkan dengan
17
produktivitas, yaitu “ produktivitas dapat dinyatakan sebagai efisiensi yang mengubah sumber daya menjdi komoditi atau jasa’. Produktifitas yang lebih sumber daya secara maksh dapat dicapai melalui proses yang lebih baik, peralatan yang modern atau disempurnakan, atau faktor – faktor lain yang meningkat sumber daya secara maksimal. Efisiensi tidak dapat disamakan dengan efektifitas. Karena keduanya memiliki arti yang berbeda, walaupun dalam berbagai penggunaan kata efisiensi lekat dengan kata efektivitas. Efisiensi mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian tujuan suatu organisasi. Atmosoeprapto (2002:139) menyatakan Efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat. Sementara itu, Sharma dalam Tangkilisan (2005:64) memberikan kriteria atau ukuran efektivitas organisasi yang menyangkut faktor internal organisasi dan faktor eksternal organisasi antara lain: a.
Produktivitas organisasi atau output
b.
Efektivitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di dalam dan di luar organisasi
c.
Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau hambatanhambatan konflik diantara bagian-bagian organisasi.
18
Sedangkan Steers dalam Tangkilisan (2005:64) mengemukakan lima kriteria dalam pengukuran efektivitas organisasi yaitu: a.
Produktivitas
b.
Kemampuan adaptasi atau fleksibilitas
c.
Kepuasan kerja
d.
Kemampuan berlaba
e.
Pencarian sumber daya
Gibson dalam Tangkilisan (2005:65) mengatakan hal yang berbeda bahwa efektivitas organisasi dapat pula diukur melalui :
I.
a.
Kejelasan tujuan yang hendak dicapai
b.
Kejelasan strategi pencapaian tujuan
c.
Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap
d.
Perencanaan yang matang
e.
Penyusunan program yang tepat
f.
Tersedianya sarana dan prasarana
g.
Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik
Keunggulan
dan
Kelemahan
Target
Costing
dalam
Upaya
Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas Biaya Produksi Penerapan target costing dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektifitas biaya produksi mempunyai berbagai keunggulan dan kelemahan yang akan dihadapi. Adapun keunggulannya sebagai berikut:
19
1.
Dengan penggunaan target costing perusahaan dapat memperoleh pendapatan dalam jumlah memadai untuk dapat menutup cost product (biaya produk) serta menghasilkan laba.
2.
Memungkinkan departemen desain dan departemen pengembangan produk mendisain dan mengembangkan produk sedemikian rupa sehingga menghasilkan produk dengan biaya yang tidak melebihi anggaran yang telah ditetapkan.
3.
Target
costing
dengan
menggunakan
rekayasa
nilai
dapat
meniderntifikasi cara yang bisa menurunkan biaya produk. 4.
Penggunaan target costing diharapkan dapat menentukan harga pasar yang digunakan oleh perusahaan.
5.
Target costing lebih bermanfaat untuk produk-produk pada kelompok pertama, karena pada kelompok produk terbaca kebijakan perusahaan tentang model bentuk tersebut. Dengan analisin fungsional dimana tampilan dan biaya setiap fungsi utama atau model produk diuji secara cermat sehingga terjadi keseimbangan antara tampilan dan biaya.
6.
Memungkinkan manajer memusatkan usahanya terhadap penggunaan masukan tertentu saja. Selain manfaat yang ada terdapat pula resiko yang akan dihadapi,
adapun kelemahan yang akan dihadapi sebagai berikut : a.
Dalam kondisi pasar yang didalamnya pelanggan memegang kendali bisnis, penentuan harga jual berdasarkan target cost tersebut akan mengakibatkan perusahaan rentan untuk ditinggalkan.
20
b.
Penerapan target costing sebagai pengukur biaya dalam suatu periode tertentu dapat menyesatkan, karena target costing hanya memusatkan biaya historis sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan lebih dari biasanya akan mengakibatkan kerugiaan yang diterima oleh perusahaan.
c.
Target costing tidak memfokuskan perhatian manajer pada kendala atau pemborosan, yang memperlambat proses produksi.