perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut
Undang-undang
Nomor.
1
Tahun
1970
tentang
Keselamatan Kerja pasal 1 ayat (1), yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana karyawan bekerja, atau yang sering dimasuki karyawan untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat sumber bahaya maka pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di darat, di tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. 2.
Sumber Bahaya Ada banyak hal yang dapat menyebabkan kejadian yang merugikan. Kejadian tersebut tidak begitu saja tanpa ada penyebabnya. Sebagaimana diterangkan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, bahwa ditempat kerja terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Adapun commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
sumber dari kejadian yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja adalah sebagai berikut : a. Bangunan, Peralatan dan Instalasi Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian. konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan kerja. Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam desain maupun konstruksi. Sebelum operasi harus dilakukan percobaan untuk menjamin keselamatan serta dioperasikan oleh orang yang ahli dibidangnya agar memenuhi
standar yang
ditentukan. Peralatan meliputi mesin dan alat atau sarana lain yang digunakan. Elemen ini merupakan faktor penyebab utama terjadinya insiden. Perawatan peralatan bukan hanya menurut waktu pemakaian melainkan juga didasarkan pada kondisi bagian-bagiannya. Tanpa perawatan yang teratur, keadaan mesin berubah menjadi penyebab bahaya. Peralatan yang haruslah
digunakan semestinya serta
dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu dapat menimbulkan macam-macam bahaya seperti: kebakaran, sengatan listrik, ledakan, luka-luka dan cedera (Syukri Sahab, 1997). b. Material Tiap - tiap material mempunyai bahaya dengan tingkat yang berbeda-beda sesuai sifat bahaya, antara lain : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
1) Mudah terbakar 2) Menimbulkan energi 3) Mudah meledak 4) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan 5) Menyebabkan kanker 6) Menyebabkan kelainan pada janin 7) Bersifat racun dan radioaktif (Syukri Sahab, 1997) c. Proses Bahaya dari proses produksi sangat bervariasi tergantung dari teknologi yang digunakan. Proses yang digunakan dalam industri ada yang berbahaya dan ada pula proses yang kurang berbahaya. Bahaya yang sering ditimbulkan dalam proses produksi antara lain: Debu, Asap, Panas, Bising, dan Mekanis seperti terjepit, terpotong, tergores, serta tertimpa material. d. Manusia dan Cara Kerja Termasuk pekerja dan manajemen, penyebab utama kecelakaan sebagian besar yang terjadi terletak pada karyawan, yang meliputi : 1) Karyawan yang kurang bergairah. 2) Kurang terampil. 3) Sedang terganggu
emosinya (Bennet N.B Sillahi dan
Rumondang B. Silalahi, 1995). Cara kerja yang tidak benar dapat membahayakan tenaga kerja, orang lain, dan lingkungan sekitar. Cara kerja yang demikian yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
sering terjadi antara lain mengangkat dan mengangkut, apabila dilakukan dengan cara yang salah dapat mengakibatkan cedera, dan yang paling sering adalah cedera pada tulang punggung (Syukri Sahab, 1997). e. Lingkungan kerja Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktifitas dan efisiensi kerja. Bahaya tersebut adalah : 1) Faktor Fisik : Bahaya ini timbul dari keadaan fisik di lingkungan keja. meliputi: Penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan udara. 2) Faktor Kimia : Bahaya ini bisa berasal dari bahan yang digunakansi atau hasil produki. yang meliputi : Gas, uap, debu, kabut, asap, cairan dan benda padat. 3) Faktor Biologi : Bahaya ini bisa berasal dari golongan hewan dan tumbuhan. Misalnya : virus, jamur, serta parasit. 4) Faktor Fisiologi : Bahaya ini berasal dari ketidaksesuaian antara konstruksi mesin dengan ukuran tubuh tenaga kerja yang dapat menimbulkan beban kerja tambahan. Misalnya : posisi kerja yang tidak sesuai, konstruksi mesin yang tidak ergonomi. 5) Faktor Mental Psikologis : Bahaya yang berasal dari psikologis tenaga kerja
yang meliputi suasana kerja, pekerjaan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
monoton, ketidaksesuaian hubungan kerja antar pekerja dan atasan dengan bawahan (Suma’mur, 1996). 3. Kecelakaan a. Kecelakaan kerja Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.04/MEN/1998 (pasal 1 ayat 3) tentang pengangkatan, pemberhentian dan tata kerja dokter penasehat. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul kerena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga disini, oleh karena tidak ada unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan disini dikarenakan kecelakaan itu disertai kerugian material atau penderitaan korban kecelakaan ( Suma’mur, 1996). Menurut (Tarwaka, 2008). Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Dengan demikian kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
1) Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan. 2) Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental. 3) Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurangkurangnya menyebabkan gangguan proses kerja. Kecelakaan kerja di industri dapat di bagi menjadi dua (2) kategori utama, yaitu : 1) Kecelakaan industri, yaitu suatu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, karena adanya potensi bahaya yang tidak terkendali. 2) Kecelakaan di dalam perjalanan, yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubungan kerja. Kecelakaan
ada
penyebabnya
dan
dapat
dicegah
dengan
mengetahui faktor bahaya yang bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan, dengan demikian akar penyebab dapat di isolasi dan dapat menentukan langkah untuk mencegah terjadinya kecelakaan kembali, akar penyebab dapat dibagi menjadi 2 kelompok: 1) Immediate Cause a) Unsafe Act (Tindakan yang tidak aman) Misalnya, penggunaan alat penganman yang tidak sesuai atau tidak berfungsi, sikap dan cara kerja yang kurang baik, penggunaan peralatan yang tidak aman, melakukan gerakan berbahaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
b) Unsafe Condition (Lingkungan yang tidak aman) Misalnya, tidak tersedianya perlengkapan pengaman atau perlengkapan pengaman yang efektif, keadaan tempat kerja yang kotor dan berantakan, pakaian kerja yang tidak sesuai untuk kerja, factor fisik dan kimia di lingkungan kerja tidak memenuhi syarat. 2) Contributing Cause a) Safety Manajemen System Missal, instruksi yang tidak jelas, tidak taat pada peraturan, tidak ada perencanaan keselamatan, tidak ada sosialisasi tentang keselamatan kerja, faktor bahaya tidak dipantau, tidak tersedianya alat pengaman dan lain-lain. b) Kondisi Mental Pekerja Misal, kesadaran tentang keselamatan kerja kurang, tidak ada koordinasi, sikap yang buruk, bekerja lamban, emosi tidak stabil dan lain-lain. c) Kondisi Fisik Pekerja Misalnya, kesehatan tidak memenuhi persyaratan, mata rabun, alergi dan lain-lain. Heinrich (1972) mengemukakan suatu teori sebab akibat terjadinya kecelakaan yang di namai dengan “Teori Domino”. Dari teori tersebut digambarkan bahwa timbulnya suatu kecelakaan atau cidera disebabkan oleh lima (5) faktor penyebab, yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
1) Domino Kebiasaan 2) Domino Kesalahan 3) Domino Tindakan dan koreksi tidak aman 4) Domino Kecelakaan 5) Domino Cidera Heinrich dalam Tarwaka (2008) menjelaskan, bahwa untuk mencegah terjadinya kecelakaan adalah dengan membuang salah satu kartu domino atau memutuskan rangkaian mata rantai domino tersebut. Bird dan Germain (1986) memodifikasi teori domino dari Heinrich dengan merefleksikan ke dalam hubungan manajemen secara langsung dengan sebab akibat kerugian kecelakaan. Model penyebab kerugian melibatkan 5 faktor penyebab, yaitu : 1) Kurangnya Pengawasan Faktor ini meliputi ketidak tersediaan program, standar program dan tidak terpenuhinya standar. 2) Sumber Penyebab Dasar ketidaktersediaan program, standar program dan tidak terpenuhinya standar. 3) Penyebab Kontak Faktor ini meliputi tindakan dan kondisi yang tidak sesuai dengan standar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
4) Insiden Hal ini terjadi karena adanya kontak dengan energi atau bahanbahan berbahaya. 5) Kerugian Akibat dari empat faktor di atas akan mengakibatkan kerugian pada manusia itu sendiri, harta benda atau properti dan proses produksi. Dalam safety manajemen, kata kecelakaan sebaiknya tidak digunakan karena lebih merujuk pada sesuatu yang reaktif, sementara insiden bersifat proaktif. Terlepas dari itu maka manajemen akan menyadari bahwa kecelakaan dapat dicegah, sedangkan kata accident akhirnya lebih merujuk pada sesuatu yang tidak disengaja atau nasib. Padahal kecelakaan ditempat kerja semuanya bisa dicegah dengan menghindari bertemunya sub standar action dan sub standart condition. Sub standar berarti merujuk pada suatu standar tertentu. Unsafe lebih bersifat kualitatif dan kira-kira, dengan menyebutkan sub standart, maka akan melihat kesalahan dari sistem, bukan kesalahan pada seseorang.
1 10 30 600 Gambar 2.1. Piramida kecelakaan Frank Bird Sumber: Frank Bird, 1990
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Piramida kecelakaan dari Frank Bird menyatakan kecelakaan diibaratkan dengan angka 1 : 10 : 30 : 600 yang berarti bahwa, jika terjadi kecelakaan dan insiden sebanyak 641 kasus, maka : 1
Kasus adalah cidera serius, cacat tetap bahkan meninggal dunia.
10
Kasus cedera ringan.
30
Kasus adalah kerusakan harta benda ( Property damage )
600 kasus insiden nyaris celaka. Kecelakan yang terjadi mempunyai urutan-urutan tertentu. Teori urutan ini sering dikenal sebagai teori domino. Dalam teori ini dijelaskan bahwa kecelakaan terjadi karena ada faktor pendukung sebelumnya. faktor dalam urutan kecelakaan tersebut meliputi : Lack Of Control
Basic Causes
Immediate Causes
Accident
Loss
Inadequate Program Inadequate Program Standat Inadequate to standat
Personal Factor
Substandar t Practise
Job Factor
Substandar t Practise
Contact With Energy or Subtance
Contact With Energy or Subtance
Gambar 2.2. Urutan Teori Domino sumber: Frank Bird, 1990 1) Lemahnya Kontrol (Lack of Control) Pengawasan merupakan satu dari empat fungsi manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian,
kepemimpinan
(pelaksana)
dan
pengawasan dalam pemahaman tugas operasional. Untuk keberhasilan usaha pencegahan kecelakaan. commit toKeempat user fungsi ini saling berhubungan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
satu dengan yang lain. Teori domino yang pertama ini akan jatuh karena lemahnya pengawasan dan pihak menajemen yang tidak mengarahkan pekerjaannya dengan benar, mengetahui standar yang dipakai, melakukan pengamatan kerja, melaksanakan inspeksi dan lain sebagainya. Lemahnya pengawasan ini disebabkan kerena: a) Program yang tidak memadai (Imadequate program) Hal ini disebabkan karena ketidak tersediaan program atau terlalu sedikit program yang diterapkan dalam suatu perusahaan harus bervariasi sesuai dengan lingkup, sifat dan jenis perusahaan. b) Standar yang tidak layak (Imadequate program standard) Penyebab umum pelanggaran terhadap standar disebabkan karena standar yang kurang tepat, kurang mendalami standar tersebut atau pelaksanaan standar tersebut atau pelaksanaan standar tidak tepat. Standar yang sesuai dapat digunakan untuk membantu proses pengawasan. 2) Penyebab dasar (Basic Cause) Kebijakan dan keputusan manajemen, faktor menusia atau pribadi dan faktor lingkungan atau pekerjaan. Adalah penyebab nyata yang melatar belakangi atau mendasari terjadinya kecelakaan, terdiri dari: a) Faktor individu (1) Kemampuan fisik atau phisilogi tidak layak (2) Kemampuan mental tidak layak (3) Stress fisik atau pshisilogi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
(4) Stress mental (5) Kurangnya pengetahuan (6) Kurangnya keahlian (7) Motivasi yang tidak layak b) Faktor pekerjaan (1) Kepemimpinan dan kepengawasan yang tidak memadai (2) Engineering kurang memadai (3) Maintenance kurang memadai (4) Kurangnya peralatan (5) Pembelian barang kurang memadai (6) Aus dan retak akibat pemakaian (7) Standar kerja kurang memadai (8) Salah dalam pemakaian atau penggunaan 3) Penyebab langsung (Immediate Cause) Penyebab langsung dapat dibagi menjadi dua yaitu tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman, dimana hal tersebut secara langsung menyebabkan kecelakaan yang biasanya dapat dilihat dan dirasakan. a) Tindakan tidak aman Adalah melakukan tata cara kerja yang tidak aman sehingga dapat menimbulkan peluang akan terjadinya kecelakaan, misalnya: (1) Mengoperasikan pealatan tanpa wewenang (2) Gagal dalam memperingatkan (3) Gagal dalam mengamankan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
(4) Kecepatan yang tidak layak (5) Membuat alat pengaman yang tidak berfungsi (6) Pakai alat yang sudah rusak (7) Pakai APD yang tidak layak (8) Pemuatan barang yang tidak layak (9) Penempatan barang yang tidak layak (10) Mengangkat yang tidak layak (11) Posisi tidak aman (12) Service alat beroperasi (13) Bercanda dan bermain-main waktu bekerja (14) Gagal mengikuti prosedur kerja Tata cara kerja yang tidak aman dari para tenaga kerja mungkin dilatar belakangi oleh beberapa sebab antara lain: (1)
Kekurangan pengetahuan dan ketrampilan
(2)
Ketidak mampuan untuk bekerja secara normal
(3)
Ketidak fungsian tubuh karena cacat tubuh yang tidak nampak
(4)
Kelelahan dan kejenuhan
(5)
Kebingungan dan stres karena prosedur kerja yang baru belum dapat dipahami
(6)
Belum menguasai belum trampil penggunaan peralatan atau mesin-mesin baru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
(7)
Penurunan konsentrasi dari tenaga kerja saat melakukan pekerjaan
(8)
Sikap masa bodoh dari tenaga kerja
(9)
Kurang adanya motivasi kerja dari tenaga kerja
(10) Kurang adanya kepuasan kerja b) Kondisi tidak aman Adalah kondisi fisik yang membahayakan dan langsung membuka terhadap kecelakaan. Keadaan tidak aman tersebut antar lain: (1)
Pelindung atau pembatas yang tidak layak
(2)
APD tidak layak
(3)
Peralatan yang sudah rusak
(4)
Ruang kerja sempit atau terbatas
(5)
Sistem peringatan kurang
(6)
Bahaya kebakaran
(7)
Kebersihan dan kerapian kurang
(8)
Kebisingan
(9)
Terpapar radiasi
(10) Temperatur extrim (11) Penerangan tidak layak (12) Ventilasi tidak layak (13) Lingkungan tidak aman commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Jika ketiga urutan diatas tercipta, maka besar atau kecil akan timbul kejadian yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan kerugian. Secara umum, ada beberapa tipe dari kecelakaan yaitu: (a) Tertabrak atau terbentur benda diam atau bergerak (b) Terpukul/tabrak oleh benda yang bergerak (c) Jatuh dari tempat yang lebih tinggi (d) Jatuh dari tempat yang datar (e) Tusuk, jepit, cubit benda runcinng (f) Terjepit, tangkap, jebak diantara obyek dasar (g) Terpotong, hancur, remuk (h) Listrik, radiasi, panas, dingin (i) Terlalu berat, cepat, tinggi, besar (j) Kegagalan mesin dan peralatan (k) Masalah pencemaran 4)
Kerugian (Lost) Suatu
kecelakaan
dapat
terjadi
akibat
rentetan
faktor
sebelumnya akan mengakibatkan kerugian pada menusia itu sendiri, harta benda atau poperti dan proses produksi. Selanjutnya Bird dan Germani (1986) menjelaskan bahwa, upaya pencegahan kecelakaan akan berhasil dan efektif bila dimulai dengan memperbaiki manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja. Setelah dilakukan perbaikan manajemen K3, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
selanjutnya dapat dilakukan identifikasi dan evaluasi sumber-sumber penyebab, memprediksi gejala yang timbul dan mencegah kontak dengan objek kerja. Pada akhirnya kerugian kecelakaan dapat dihindari seminimal mungkin. b. Prinsip pengendalian kecelakaan 1) Menanamkan dan memelihara minat terhadap upaya pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja. 2) Mendapatkan fakta tentang kecelakaan, keselamatan dan kesehatan kerja. 3) Tindakan koreksi sesuai fakta yang ada. c. Langkah pengendalian kecelakaan 1) Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja struktural , fungsional dan tenaga. 2) Monitoring, melalui inspeksi, investigasi, survey statistik dan pengukuran. 3) Analisa penyebab, tipe kecelakaan, keseringan, lokasi pekerjaan dan alat-alat. d.
Pemilihan upaya pengendalian 1) Personil : penyesuaian, disiplin, persuasi dan motivasi. 2) Enginering : Teknis dan teknologi. 3) Penerapan pegendalian melalui : Supervisi, pelatihan dan teknologi (Alkon, 1998). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Menurut (Sumakmur, 1996) kecelakaan dapat dicegah dengan berbagai cara antara lain : 1) Peraturan Perudangan yaitu ketentuan- ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja. 2) Standarisasi yaitu penerapan standar-standar resmi 3) Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan 4) Penelitian teknik yaitu meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya 5) Riset medis yang meliputi penelitian tentang efek-efek fisiologis, patologis, faktor lingkungan, teknologi dan keadaan-keadaan fisik yang dapat mengakibatkan kecelakaan. 6) Penelitian
psikologis
yaitu
penyelidikan
tentang
pola-pola
kejiwaan yang mengakibatkan kecelakaan. 7) Penelitian statistik untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai apa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebabnya. 8) Pendidikan yaitu menyangkut pendidikan keselamatan teknik. 9) Pelatihan yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja khususnya bagi tenaga kerja baru. 10) Penggairahan yaitu
penggunaan aneka cara penyuluhan atau
pendekatan lain untuk menumbuhkan kesadaran akan keselamatan kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
11) Asuransi yaitu intensif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan. 12) Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. 4. Kebijakan K3 Kebijakan menurut Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 lampiran I poin (2) yang berisi: a. Disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan; b.
Tertulis, tertanggal dan ditanda tangani;
c. Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3; Dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang SMK3 lampiran II bagian 7 mengenai Standar Pemantauan pada poin (7.1.1) yang berbunyi “Pemeriksaan/inspeksi terhadap tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur”. 5. Tim inspeksi Menurut Tarwaka (2008) yang menyatakan bahwa sistem inspeksi harus direncanakan dan dibicarakan secara bersama-sama antara pihak manajemen dengan pihak perwakilan pekerja yang tergabung di dalam P2K3. Dengan demikian sistem inspeksi akan dapat berjalan secara efektif karena didukung oleh kedua belah pihak. Pelaksana inspeksi terbagi menjadi dua, (Alkon, 1998) yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
a. Ekstern Perusahaan Merupakan inspeksi keselamatan kerja yang dilaksanakan oleh pegawai pengawas dari pemerintah atau inspeksi yang dilakukan oleh perusahaan pihak ketiga. b. Intern Perusahaan Inspeksi ini dilakukan oleh orang yang berkepentingan seperti supervisor dan manajer lini dan juga yang memiliki keahlian di bidang seperti teknisi. Komposisi personel yang melakukan inspeksi ini berasal dari unsur karyawan dari level terendah sampai tingkat tertinggi. Seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) lampiran I bagian 5 mengenai Pemantauan dan Evaluasi Kinerja yang menyebutkan bahwa “Personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian yang cukup” dan lampiran II bagian 7 mengenai Standar Pemantauan pada poin (7.1.2) yang berbunyi “Pemeriksaan/inspeksi dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten dan berwenang yang telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi bahaya”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
6. Inspeksi K3 a. Pengertian Inspeksi keselamatan kerja adalah suatu program pencegahan yang sangat penting yang dapat dilakukan untuk menjamin agar lingkungan kerja selalu aman, sehat dan selamat (Tarwaka, 2008). b. Tujuan Program Inspeksi Program penyelenggaraan inspeksi di tempat kerja mempunyai beberapa tujuan (Tarwaka, 2008), antara lain: 1) Inspeksi secara sistematis mempunyai peran penting di dalam upaya melakukan pengendalian danpengawasan terhadap sumbersumber bahaya. 2) Inspeksi dilakukan untuk menjamin agar setiap tempat kerja berjalan sesuai dengan peraturan perundangan, standar, norman yang ditetapkan baik
oleh pemerintah maupun kebijakan
perusahaan. 3) Inspeksi secara regular dan khusus akan dapat digunakan sebagai bahan diskusi dengan tenaga kerja terhadap terhadap isu-isu K3 yang dihadapi oleh mereka. Tenaga kerja merupakan sumber informasi yang sangat berharga. c. Manfaat Inspeksi K3 mempunyai manfaat, yaitu: 1) Memeriksa hasil kerja secara terencana. 2) Menilai kembali dan mengembangkan norma-norma keselamatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
3) Membangkitkan minat terhadap keselamatan kerja. 4) Mengevaluasi dan memperbaiki kondisi dan tindakan tidak aman. 5) Menumbuhkan dan mengkaji partisipasi supervisor terhadap keselamatan kerja. 6) Menilai dan menghidupkan kembali program keselamatan kerja yang belum berjalan dengan baik (Sucoffindo, 1997). d. Klasifikasi Inspeksi K3 1) Inspeksi umum atau periodik Inspeksi yang dilakukan secara menyeluruh dan mencakup aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Inspeksi dilakukan dengan berjalan ke semua bagian untuk memeriksa adanya potensi bahaya secara berkala dengan frekuensi tertentu. 2) Inspeksi tidak terencana Inspeksi ini dilakukan bila memang diperlukan. Misalnya pada saat terjadi kecelakaan tertentu. 3) Inspeksi bertahap Inspeksi ini dilakukan dalam beberapa waktu, misalnya pada pembangunan pabrik (tahap awal, fondasi, tahap pendirian bangunan, pemasangan instalasi listrik, tahap akhir). 4) Inspeksi khusus Inspeksi ini dilakukan terhadap kondisi atau peralatan yang kritis ataupun yang menimbulkan permasalahan tertentu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
e. Pelaksanaan Inspeksi Meskipun diketahui banyak jenis inspeksi, namun secara umum prosedur inspeksi hamper sama. Dimana langkah-langkah inspeksi meliputi: (Tarwaka, 2008) 1) Tahap Persiapan Secara umum, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap persiapan inspeksi adalah: a) Mulailah dengan sikap perilaku positif. Salah satu konsep modern di dalam teknik inspeksi adalah memberikan perhatian penuh, bahwa segala sesuatu yang ada di tempat kerja telah sesuai dengan standar aturan yang berlaku. Dengan demikian perlu dipersiapkan untuk tidak hanya dapat melihat apa yang salah, tetapi juga apa yang benar. Dengan demikian akan dapat menilai secara tepat mana yang salah dan mana yang sudah baik. b) Rencana Inspeksi. Langkah pertama di dalam perencanaan adalah mengidentifikasi area yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Gunakan peta pabrik untuk petunjuk rute inspeksi dan daftar peralatan kerja yang ada di masing-masing lokasi tempat kerja. c) Tentukan apa yang akan dilihat. Agar inspeksi dapat berjalan dengan efektif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
d) Pahami apa yang akan dicari. Mencari sesuatu sifatnya lebih dalam dari hanya sekedar dilihat. Dengan demikian perlu dipersiapkan tentang peraturan perundangan dan standar yang dapat memberikan gambaran tentang apa yang ingin di cari dalam inspeksi. e) Buatlah checklist. Checklist merupakan alat utama untuk inspeksi. Buatlah Checklist yang sederhana yang sekiranya dapat membantu dalam inspeksi dan bukan justru sebaliknya membuat bingung pada waktu inspeksi. f) Lihatlah laporan inspeksi sebelumnya. Inspeksi yang akan dilakukan mungkin merupakan suatu kesempatan untuk menindak lanjuti hasil inspeksi sebelumnya. Dalam laporan inspeksi sebelumnya mungkin juga terdapat hal-hal penting yang perlu mendapat perhatian. g) Siapkan alat dan bahan untuk inspeksi. Alat dan bahan untuk kegiatan inspeksi ini mungkin dapat berupa pakai pengaman khusus, alat pelindung diri, checklist, alat tulis, alat ukur, kamera, dll. Seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang SMK3 lampiran II bagian 7 mengenai Standar Pemantauan pada poin (7.1.4) yanng berbunyi “Daftar periksa (checklist) tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada saat pemeriksaan/inspeksi”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 12 (b) tentang Keselamatan Kerja “Kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan”. Seperti yang tercantum dalam Tarwaka (2008) yang menuliskan bahwa “sistem inspeksi harus direncanakan dan dibicarakan secara bersama-sama antara pihak manajemen dengan perwakilan pihak pekerja yang tergabung dalam P2K3”. 2) Pelaksanaan Inspeksi Di bawah ini diuraikan beberapa kunci penting yang dapat membantu pelaksanaan inspeksi menjadi lebih efektif (Tarwaka, 2008): a) Berpedoman pada peta pabrik (workplaces Mapping) dan checklist. Hal ini akan dapat membantu inspeksi secara sistematis dan akan terfokus pada apa yang telah direncanakan. b) Carilah sesuatu sesuai poin-poin dalam checklist. c) Ambil tindakan perbaikan sementara. Apabila ditemukan adanya resiko yang serius, ambil tindakan yang tepat. d) Jelaskan dan tempatkan setiap hal dengan jelas. e) Klasifikasikan hazard. Setiap hazard yang ditemukan harus diklasifikasikan menurut tingkat resiko kekerapan (probability) dan
keparahannya
(severity).
Dengan
demikian
akan
memudahkan di dalam menetukan skala prioritas tindakan perbaikan yang akan dilakukan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
f) Tentukan faktor penyebab utama adanya tindakan dan kondisi yang tidak aman. Hal ini penting karena sebagian besar penyebab kecelakaan atau insiden adalah manusia yang mengenai atau kondisi lingkungan/alat/mesin yang tidak memenuhi syarat. Seperti yang tercantum dalam Tarwaka (2008) yang menuliskan bahwa “sistem inspeksi harus direncanakan dan dibicarakan secara bersama-sama antara pihak manajemen dengan perwakilan pihak pekerja yang tergabung dalam P2K3”. 3) Pengembangan Upaya Perbaikan Tidaklah cukup hanya dengan menemukakan tindakan dan kondisi yang tidak sesuai dengan standar/prosedur, namun perlu melakukan sesuatu untuk mencegah terjadi kerugian nyata. Pada saat inspeksi dapat langsung melakukan tindakan seperti; membersihkan ceceran atau tumpahan cairan di lantai, memasang pengaman mesin yang dilepas, memindahkan bahan yang tidak dipakai atau sampah dari lokasi kerja, dll (Tarwaka, 2008). 4) Tindakan Korektif Sarana korektif yang dilakukan menjadi kurang bermanfaat jika tidak dapat berfungsi dengan baik atau tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Upaya tindak lanjut ini dapat berupa tindakan dan pengecekan terdapat hal-hal sebagai berikut (Tarwaka, 2008): commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
a) Adanya penghargaan terhadap perseorangan atau group kerja yang selalu menjaga tempat kerjanya dengan aman selamat. b) Buat skala prioritas upaya-upaya perbaikan yang harus dikerjakan. c) Monitoring terdapat program perbaikan dan anggaran beaya sampai implementasi perbaikan selesai. d) Verifikasi atau pembuktian bahwa tindakan perbaikan dimulai sesuai jadwal yang telah direncanakan, dan dikerjakan oleh orang yang tepat. e) Monitoring selama pengembangan, konstruksi dan atau modifikasi untuk menjamin bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan apa yang dimaksud. f) Lakukan uji kelayakan setelah selesai implementasi sarana perbaikan, untuk memastikan bahwa semuanya dapat berjalan secara efektif. g) Lakukan review terdapat implementasi sarana perbaikan secara berkala untuk memastikan bahwa tidak ada masalah lain yang ditimbulkan. Seperti apa yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam lampiran I bagian D point (d) yaitu “Tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
ditemukan ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan, pengujian dan pengukuran”. 5) Laporan Dari hasil inspeksi tersebut laporkan kepada bagian yang bersangkutan dan tunjukan data-data hasil inspeksi. Adapun bentuk dari laporan sebagai berikut : a) Pendahuluan b) Permasalahan c) Uraian/ Analisa d) Kompromi diterima/ diakui permasalahan. e) Kompromi tindakan perbaikan yang akan dilaksanakan f) Target tanggal selesai pelaksanaan perbaikan (Sucofindo, 1997). Menurut Tarwaka (2008) dalam menulis laporan inspeksi hendaknya memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a) Laporan ditulis secara jelas dan ringkas. b) Gunakan nomor secara urut untuk memisahkan setiap item yang di inspeksi. c) Klasifikasikan setiap potensi bahaya secara jelas. d) Sediakan baris-baris kosong untuk membuat catatan-catatan penting yang diperlukan setiap item, khususnya untuk menulis tindakan korektif yang mendesak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
e) Gunakan kode-kode tertentu untuk menandai poin penting dari laporan sebelumnya, yang telah dilakukan atau upaya perbaikan yang telah diselesaikan. f) Buat laporan dalam beberapa rangkap sesuai kebutuhan organisasi dan lakukan pengarsipan dokumen secara tepat. Seperti apa yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) lampiran II bagian 7 Poin (7.1.5) yaitu “Laporan pemeriksaan/inspeksi berisi rekomendasi untuk tindakan perbaikan dan diajukan kepada pengurus dan P2K3 sesuai dengan kebutuhan”. 6) Usaha Perbaikan Sebagai Tindak Lanjut Dari hasil inspeksi diperoleh data tentang potensi bahaya yang terdapat pada tempat kerja. Rekomendasi dari laporan dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana kerja dan tindakan perbaikan menjadi prioritas dalam rencana kerja. Untuk memudahkan penindak lanjutan hal tersebut, rekomendasi dapat dikelompokan
menurut:
daerah
bahaya
yang
ditemukan,
Penanggung jawab perbaikan. Kemudian rekomendasi itu perlu dikirimkan kepada yang berwewenag untuk pelaksanaan perbaikan. Untuk pelaksanaannya menggunakan form yang standar dari perusahaan, penerima form commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
rekomendasi harus memberi jawaban tentang tindak lanjutnya pada waktu yang ditentukan dalam prosedur. Rekomendasi dapat bersifat enginering, supervisi, training sampai relokasi maupun maintenance (Alkon,1997). Pada waktu tertentu
supervisor
harus
melaporkan
perkembangan
dari
pelaksanaan rekomendasi kepada SHE Departerment, sebaliknya pihak SHE Departerment harus memeriksa secara berkala perkembangan pelaksanaan rekomendasi sesuai dengan syarat yang dimaksud. Keadaan berbahaya yang tidak diperbaiki memberikan indikasi adanya ketidakmulusan komunikasi manajemen dalam pelaksanaan program. Seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam lampiran I bagian D point (f) yaitu “Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang” dan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam lampiran II poin (7.1.7) yang berisi “Tindakan perbaikan dari hasil temuan laporan pemeriksaan/inspeksi dipantau untuk menentukan efektifitasnya”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
1. PERSIAPAN 2. INSPEKSI 3. PENGEMBANGAN 4. TINDAK LANJUT 5. LAPORAN 6. REVIEW Gambar 2.3. Langkah-Langkah Inspeksi Sumber: Tarwaka, 2008 7. Kerugian Bird dan Germain menjelaskan bahwa, upaya pencegahan kecelakaan akan berhasil dan efektif bila dimulai dengan memperbaiki manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. Setelah dilakukan perbaikan manajemen K3, selanjutnya dapat dilakukan identifikasi dan evaluasi sumbersumber penyebab, memprediksi gejala yang timbul dan mencegah kontak dengan objek kerja. Pada akhirnya kerugian dari kecelakaan dapat dihindarkan seminimal mungkin. Tarwaka (2008) menyatakan, akibat dari kecelakaan dapat dilihat dari besar kecilnya biaya yang dikeluarkan bila terjadi suatu kecelakaan. Pada umumnya kerugian akibat kecelakaan kerja cukup besar dan dapat mempengaruhi proses produksi. Secara garis besar kerugian akibat commit to user kecelakaan kerja dapat dikelompokan menjadi:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
a. Kerugian atau Biaya Langsung Yaitu suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung mulai dari terjadi peristiwa sampai tahap rehabilitasi, seperti: 1) Penderitaan tenaga kerja yang mendapatkan kecelakaan dan keluarganya. 2) Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan 3) Biaya pengobatan dan perawatan 4) Biaya angkut dan biaya rumah sakit 5) Upah selama tidak mampu bekerja 6) Biaya perbaikan peralatan yang rusak, dan lainlain. b. Kerugian atau Biaya Tidak Langsung Yaitu merupakan kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan, biaya tidak langsung antara lain: 1)
Hilangnya waktu kerja dari tenaga karja yang mendapat kecelakaan
2)
Kerugian akibat kerusakan mesin, perkakas atau peralatan kerja lainnya.
3)
Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian target, kehilangan bonus, dan lain-lain.
Jika terjadi suatu kecelakaan maka akan mengakibatkan kerugian terhadap manusia dan harta benda yang akan mempengaruhi kualitas dan produksi sebagaimana pengaruhnya tehadap keselamatan, kesehatan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
keamanan. Kecelakaan menurut (Suma’mur, 1996) menyebabkan lima jenis kerugian yaitu : a. Kecelakaan b. Kekacauan organisasi. c. Keluhan dan kesedihan. d. Kelainan dan kecatatan. e. Kematian. Biaya yang timbul sebagai akibat kecelakaan dapat digambarkan seperti Gunung es yang kemudian sering disebut Teori Gunung Es yang artinya biaya langsung sebagai bongkahan gunung es yang terlihat pada pemukaan laut, sedang biaya tidak langsung yaitu bongkahan gunung es yang berada dibawah permukaan laut yang jauh lebih besar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
$ $5
1 HINGGA
BIAYA DALAM PEMBUKUAN: KERUSAKAN PROPERTI (BIAYA YANG TAK
$1
HINGGA
$3
Biaya langsung $1 Perawatan dokter Biaya kompensasi atau ganti rugi Biaya tidak langsung (biaya yang tidak terasumsi) $ 5 to $ 50 Kerusakan bangunan Kerusakan perawata Kerusakan hasil produksi Gangguan dan keterlambatan produksi Biaya untuk pemenuhan aturan Biaya peralatan untuk keadaan darurat Biaya sewa peralatan Waktu untuk penyelidikan Biaya lain (biaya tidak langsung) $ 1 to $ 3 Gaji selama tidak bekerja Biaya penggantian/pelatihan Overtime Waktu untuk investigasi Pemenuhan hasil kerja yang celaka sewaktu bekerja, menurunya bisnis
Gambar 2.4. Teori Gunung Es Sumber: Frank Elbert dalam Suardi, 2005 8. Risiko a. Pengertian Resiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kcelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu (Tarwaka, 2008). 9. Road tank adalah suatu alat transportasi darat atau armada pengangkut untuk mengangkut minyak atau crude oil dari satu tempat ke tempat lain (PT. Pertamina, 2014).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
B. Kerangka Pemikiran Tempat Kerja
Proses Produksi
Sumber Bahaya : 1.Peralatan 2.Material 3.Proses Kerja 4.Manusia 5.Lingkungan
Terkontrol
Risiko Menurun
Tindakan Pencegahan: 1.Peraturan perundangan 2. Standarisasi 3. Pengawasan 4. Pendidikan dan Pelatihan 5. Riset 6. Asuransi 7. Inspeksi
Tidak Terkontrol
Risiko Meningkat
Potensi Bahaya Terkendali
Potensi Bahaya Tidak Terkendali
Kecelakaan Kerja Terkendali
Kecelakaan Kerja Tidak Terkendali
Kerugian Tidak Terkendali
Kerugian Terkendali
Gambar 2.5. Kerangka pemikiran commit to user