BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1 Pengertian Rusun Menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun, merumuskan bahwa rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. 1) Lingkungan rumah susun adalah sebidang tanah dengan batas-batas yang jelas, di atasnya dibangun rumah susun termasuk prasarana dan fasilitasnya secara keseluruhan merupakan tempat permukiman. 2) Satuan lingkungan rumah susun adalah kelompok susun yang terletak pada tanah bersama sebagai salah satu lingkungan yang merupakan satu kesatuan sistem pelayanan pengelolaan. 2.1.2 Karakteristik Rusun Berdasarkan peraturan pemerintah UU No 20/2011, karakteristik rumah susun di Indonesia memiliki ketetapan standar sebagi berikut : 1) Satuan Rumah Susun • Mempunyai ukuran standar minimum 18m2, lebar muka minimal 3 meter.
13
14 • Dapat terdiri dari satu ruang utama (ruang tidur) dan ruang lain (ruang penunjang) di dalam dan/atau diluar ruang utama. • Dilengkapi dengan sistem penghawaan dan pencahayaan buatan yang cukup, sistem evakuasi penghuni yang menjamin kelancaran dan kemudahan, sistem penyediaan daya listrik yang cukup, serta sistem pemompaan air. • Batas pemilikan satuan rumah susun dapat berupa ruang tertutup dan/atau sebagian terbuka dan/atau ruang tebuka. 2) Benda Bersama Benda bersama dapat berupa prasarana lingkungna dan fasilitas lingkungan. 3) Bagian Bersama Bagian bersama dapat berupa ruang untuk umum, struktur dan kelengkapan rumah susun, prasarana lingkungan dan fasilitas lingkungan yang menyatu dengan bangunan rumah susun. 4) Prasarana Lingkungan Prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan sebagai penghubung antar bangunan rumah susun atau keluar lingkungan rumah susun, tempat parkir, utilitas umum yang terdiri dari jaringan air limbah, sampah, pemadam kebakaran, listrik, gas, telepon, dan alat komunikasi lainnya. 5) Fasilitas Lingkungan Lingkungan rumah susun harus dilengkapi fasilitas perniagaan dan perbelanjaan, lapangan terbuka, pendidikan, kesehatan, peribadatan, pelayanan umum, serta pertanaman. 2.1.3 Klasifikasi Rumah Susun Berdasarkan hak kepemilikan, rumah susun dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : a. Rumah Susun Sederhana Sewa ( Rusunawa ), adalah rumah susun sederhana yang disewakan kepada masyarakat perkotaan yang tidak mampu untuk membeli rumah atau yang ingin
15 tinggal untuk sementara waktu misalnya para mahasiswa, pekerja temporer dan lain lainnya. b. Rumah Susun Sederhana Milik ( Rusunami ), adalah rumah susun dengan sistem kepenghunian melalui mekanisme kepemilikan secara Kredit Pemilikan Rumah (KPR). 2. Berdasarkan ketinggian lantai, menurut Perda DKI Jakarta No. 7/1991 tentang bangunan dalam Wilayah DKI Jakarta dan (Paul,2001): a. Bangunan Rendah ( Low Rise Building ) : memiliki ketinggian 2-6 lantai dan menggunakan tangga sebagai sarana sirkulasi vertikalnya. Jenis ini dikenal dengan sebutan walk-up flat. b. Bangunan Sedang ( Medium Rise Building ) : memiliki ketinggian di atas 9 lantai dan harus menggunakan elevator listrik sebagai sarana sirkulasi vertikalnya. c. Bangunan Tinggi ( High Rise Building ) : memiliki ketinggian di atas 9 lantai dan harus menggunakan elevator listrik sebagai sarana sirkulasi vertikalnya. Kesimpulan : Rumah susun yang akan dirancang pada proyek ini adalah rumah susun sewa atau rusunawa.
2.1.4 Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun Standar perencanaan Rusun diperlukan agar harga jual/sewa Rusun dapat terjangkau oleh kelompok sasaran yang dituju, tanpa mengurangi asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, keserasian Rusun dengan tata bangunan dan lingkungan kota. Berdasarkan PP nomor 4/ 1988 mengenai Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun yang harus dipenuhi dalam pembangunan rumah susun, adalah sebagai berikut:
1. Kepadatan Bangunan Dalam mengatur kepadatan (intensitas) bangunan diperlukan perbandingan yang tepat meliputi luas lahan peruntukan, kepadatan bangunan, Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB).
16 2. Lokasi Rusun dibangun di lokasi yang sesuai rencana tata ruang, rencana tata bangunan dan lingkungan, terjangkau layanan transportasi umum, serta dengan mempertimbangkan keserasian dengan lingkungan sekitarnya 3. Tata Letak Tata letak Rusun harus mempertimbangkan keterpaduan bangunan,
lingkungan, kawasan
memperhatikan
faktor-faktor
dan
ruang,
kemanfaatan,
serta
dengan
keselamatan,
keseimbangan dan keserasian. 4.
Jarak Antar Bangunan dan Ketinggian Jarak antar bangunan dan ketinggian ditentukan berdasarkan persyaratan
terhadap
bahaya
kebakaran,
pencahayaan
dan
pertukaran udara secara alami, kenyamanan, serta kepadatan bangunan sesuai tata ruang kota. 5.
Jenis Fungsi Rumah Susun Jenis fungsi peruntukkan Rusun adalah untuk hunian dan dimungkinkan dalam satu Rusun/ kawasan Rusun memiliki jenis kombinasi fungsi hunian dan fungsi usaha.
6. Luasan Satuan Rumah Susun
Ukuran ruang hunian untuk beraktivitas dan sirkulasi disesuaikan dengan standar hunian 9m2/orang. Luas sarusun minimum 21 m2, dengan fungsi utama sebagai ruang tidur/ruang serbaguna dan dilengkapi dengan kamar mandi dan dapur. Tabel 2.1 Tipe Unit Rumah Susun Tipe Unit 2
Fasilitas
Tipe 21 m Tipe 24 m2 Tipe ini biasanya untuk keluarga muda atau seseorang yang belum memiliki keluarga
- 1 kamar tidur - ruang tamu/keluarga - kamar mandi - dapur/pantry
Tipe 30 m2 Tipe 36 m2 Tipe 42 m2 Tipe 50 m2 Tipe ini untuk keluarga yang sudah memiliki anak
- 2 kamar tidur - ruang tamu / keluarga - kamar mandi / WC - dapur / pantry - ruang makan
Sumber : Rosfian, 2009
17
7. Kelengkapan Rumah Susun Rusun harus dilengkapi prasarana, sarana dan utilitas yang menunjang kesejahteraan, kelancaran dan kemudahan penghuni dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. 8. Transportasi Vertikal •
Rusun bertingkat rendah dengan jumlah lantai maksimum 6 lantai, menggunakan tangga sebagai transportasi vertikal;
•
Rusun bertingkat tinggi dengan jumlah lantai lebih dari 6 lantai, menggunakan lift sebagai transportasi vertikal.
Arsitektur Gedung Rumah Susun Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
:
05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi, dibuatlah ketentuan sebagai berikut : 1.
Persyaratan Penampilan Bangunan Gedung a. Bentuk denah bangunan gedung rusuna bertingkat tinggi sedapat mungkin simetris dan sederhana, guna mengantisipasi kerusakan yang diakibatkan oleh gempa. b. Dalam hal denah bangunan gedung berbentuk T, L, atau U, atau panjang lebih dari 50 m, maka harus dilakukan pemisahan struktur atau delatasi untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat gempa atau penurunan tanah. c. Denah bangunan gedung berbentuk simetris (bujursangkar, segibanyak, atau lingkaran) lebih baik daripada denah bangunan yang berbentuk memanjang dalam mengantisipasi terjadinya kerusakan akibat gempa. d. Atap bangunan gedung harus dibuat dari konstruksi dan bahan yang ringan untuk mengurangi intensitas kerusakan akibat gempa.
18
Gambar 2.1 Contoh Denah Bangunan Rumah Susun Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2007
Tabel 2.2 Peruntukan Luas Lahan Rumah Susun
No
Jenis Peruntukan
1 2 3 4
Bangunan untuk hunian Bangunan fasilitas Ruang Terbuka Prasarana Lingkungan
Luas Lahan Maksimum Minimum (%) (%) 50 10 20 20
Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI 03-7013-2004)
Jenis Fasilitas Rumah Susun Lingkungan
rumah
susun
harus
dilengkapi
dengan
fasilitas
Iingkungan berupa ruang dan atau bangunan sesuai dengan tabel dibawah ini yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia.
19
Tabel 2.3 Fasilitas Lingkungan Rumah Susun No. 1
2
Jenis Fasilitas Lingkungan Fasilitas niaga
Fasilitas pendidikan
-
3
Fasilitas kesehatan
4
Fasilitas peribadatan
5
Fasilitas pelayanan umum
6
Ruang terbuka
-
Fasilitas Yang Tersedia Warung Toko-toko perusahaan dan dagang Pusat perbelanjaan Ruang belajar untuk pra belajar Ruang belajar untuk sekolah dasar Ruang belajar untuk sekolah lanjutan tingkat pertama Ruang belajar untuk sekolah menengah umum Posyandu Balai pengobatan BKIA dan ruamah bersalin Puskesmas Praktek dokter Apotek Musola Masjid kecil Kantor RT Kantor/balai RW Post hansip/siskamling Pos Polisi Telepon umum Gedung serba guna Ruang duka Kotak Surat Taman Tempat bermain Lapangan olah raga Peralatan usaha Sirkulasi Parkir
Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI 03-7013-2004) Tinjauan Sarana Tinjauan sarana berdasarkan SNI-03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana, yaitu : a.
Fasilitas Niaga ( Warung ) -
Maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 250 penghuni
-
Berfungsi sebagai penjual sembilan bahan pokok pangan.
-
Lokasi di pusat lingkungan rumah susun dan mempunyai radius 300m
-
Luas lantai minimal adalah sama dengan luas satuan unit rumah susun sederhana dan maksimal 36m2 ( termasuk gudang kecil )
20
b.
Fasilitas Pendidikan (tingkat Pra Belajar) -
Maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 1000 penghuni dimana anak-anak usia 5-6 tahun sebanyak 8%.
-
Berfungsi untuk menampung pelaksanaan pendidikan pra sekolah usia 5-6 tahun.
-
Berada di tengah-tengah kelompok keluarga/digabung dengan taman-taman tempat bermain di RT/RW.
-
c.
Luas lantai yang dibutuhkan sekitar 125 m2 (1,5 m2/siswa).
Fasilitas Kesehatan. -
Maksimal penghuni yang dilayani adalah 1000 penghuni.
-
Berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak usia Balita.
-
Berada di tengah-tengah lingkungan keluarga dan menyatu dengan kantor RT/RW.
-
Kebutuhan minimal ruang 30 m2, yaitu ruangan yang menampung segala aktivitas.
d.
Fasilitas Peribadatan. Fasilitas peribadatan harus disediakan di setiap blok untuk kegiatan peribadatan harian, dapat disatukan dengan ruang serbaguna atau komunal, dengan ketentuan: -
Jumlah penghuni minimal yang mendukung adalah 40 KK untuk setiap satu musholla. Di salah satu lantai bangunan dapat disediakan satu musholla untuk tiap satu blok, dengan luas lantai 9 – 36 m2. Jumlah penghuni minimal untuk setiap satu masjid kecil adalah 400 KK.
e.
Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum. -
Siskamling. o Jumlah maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 200 orang. o Dapat berada pada lantai unit hunian.
21 o Luas lantai minimal adalah sama dengan unit hunian terkecil. -
Gedung Sebaguna. o Jumlah maksimal yang dapat dilayani adalah 1000 orang. o
Dapat berada pada tengah-tengah lingkungan dan di lantai dasar.
o -
f.
Luas lantai minimal 250 m2.
Kantor Pengelola.
Fasilitas Ruang Terbuka. -
Tempat Bermain. o Maksimal dapat melayani 12 – 30 anak. o Berada antara bangunan atau pada ujung-ujung cluster yang mudah diawasi. o Luas area minimal 75 – 180 m2.
-
Tempat Parkir o Berfungsi untuk menyimpan kendaraan penghuni (roda 2 dan 4). o Jarak maksimal dari tempat parkir roda 2 ke blok hunian terjauh 100 m, sedangkan untuk roda 4 ke blok hunian terjauh 400 m. o Tempat parkir 1 kendaraan roda 4 disediakan untuk setiap 5 keluarga, sedang roda 2 untuk setiap 3 keluarga. o 2 m² tiap kendaraan roda 4; 1,2 m² untuk kendaraan roda 2 dan satu tamu menggunakan kendaraan roda 4 untuk tiap 10 KK.
22 2.2
Tinjauan Khusus (Terhadap Topik)
2.2.1 Pengertian Udara dan Pencemaran Udara Udara merupakan campuran dari gas yang terdapat pada permukaan bumi, yang terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20 % Oksigen, 0,93 % Argon, 0,03 % Karbon Dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH4) dan Hidrogen (H2 ). Menurut Kastiyowati (2001) udara dikatakan "Normal" dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya seperti tersebut diatas. Udara dimana di dalamnya terkandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemar/terpolusi Soedirman (2008) menyebutkan bahwa pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan atau zat-zat asing di udara dalam jumlah yang dapat menyebabkan perubahan komposisi atmosfer normal. Sekalipun dalam tulisan Soedirman ini pada bagian lain masih diketengahkan akan pengaruh bahan-bahan atau zat-zat asing dengan segala kemungkinannya dapat mengganggu kesehatan, namun di dalam definisinya, persyaratan bahwa pencemaran itu memberikan pengaruh terhadap kesehatan tubuh atau organisme tidak jelas tempatnya. Beliau menekankan adanya pembebasan bahan atau zat-zat asing bila sampai mempengaruhi komposisi udara normal baru disebutkan sebagai pencemaran.
2.2.2 Faktor-faktor Penyembab Pencemaran Udara Faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia menurut Juliantara (2010) antara lain: 1. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial) 2. Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada 3. Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya kegiatankegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota
23 4. Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada, misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota 5. Kesamaan waktu aliran lalu lintas 6. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor 7. Faktor perawatan kendaraan 8. Jenis bahan bakar yang digunakan 9. Jenis permukaan jalan 10. Siklus dan pola mengenudi (driving pattern)
2.2.3 Jenis-jenis Polutan Yang Mencemari Menurut Kastiyowati (2001) jenis-jenis pencemaran udara adalah sebagai berikut: • Menurut bentuk : Gas, partikel • Menurut tempat : Ruangan (indoor), udara bebas (outdoor) • Gangguan kesehatan : Iritansia, asfiksia, anetesia, toksis
Pencemaran udara berbentuk gas dapat dibedakan menjadi : • Golongan belerang terdiri dari Sulfur Dioksida (SO2), Hidrogen Sulfida (H2 • Golongan Nitrogen terdiri dari Nitrogen Oksida (NO2), Nitrogen Monoksida (NO), Amoniak (NH3) dan Nitrogen Dioksida (NO2) • Golongan Karbon terdiri dari Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO), Hidrokarbon. • Golongan gas yang berbahaya terdiri dari Benzen, Vinyl Klorida, air raksa uap.
24
Pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua : 1. Pencemaran udara bebas (Out door air pollution) yang sumber pencemarnya yaitu sebagai berikut: • Alamiah, berasal dari letusan gunung berapi, pembusukan, dll. • Kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, asap kendaraan, dll 2. Pencemaran udara ruangan (In door air pollution), berupa pencemaran udara di dalam ruangan yang berasal dari pemukiman, perkantoran ataupun gedung tinggi.
2.2.4 Kriteria dan klasifikasi jenis tumbuhan pereduksi pencemaran udara a. Kriteria tumbuhan pereduksi polutan Menurut Iwan (2011) karakter umum tanaman yang mempunyai kemampuan tinggi menyerap polutan indoor maupum outdoor, secara umum serupa. Tanaman memiliki tajuk rimbun, tidak gugur daun, tanamannya tinggi. Karakter khusus tanaman yang mempunyai kemampuan tinggi mengurangi polutan partikel memiliki ciri daun, memiliki bulu halus, permukaan daun kasar, daun bersisik, tepi daun bergerigi, daun jarum, daun yang permukaannya bersifat lengket, ini efektif untuk menyerap polutan. Ciri spesifik pada tanaman sansevieria diantaranya mampu hidup pada rentang suhu dan cahaya yang luas, sangat resisten terhadap gas udara yang berbahaya (polutan).
b. Klasifikasi/inventarisasi tumbuhan pereduksi polutan Fraser dan Smith (1981) mengemukakan bahwa tanaman yang mampu mereduksi karbon monoksida (CO) adalah seperti yang terdapat dalam tabel berikut ini :
25 Tabel 2.4 Daftar Tanaman Penyerap CO
Tanaman yang Mempunyai Kemampuan Menyerap CO
Nama Tanaman Puring * (Codiaeum interuptum) Tanaman Kacang Merah (Phaseolus vulgaris) Sirih Belanda (Epipremnum Aureum) Angsana * (Pterocarpus indicus)
Kemampuan Menyerap CO (ppm/hari) 125 ppm/hari 12-120 ppm/hari 113 ppm/hari 109 ppm/hari
Sumber : Fraser dan Smith, 1981
Tanaman pereduksi CO2 sangatlah dibutuhkan untuk mengurangi kadar CO2 di udara. Berikut ini Tabel 5.3 yang akan menyebutkan jenis tanaman yang dapat mereduksi CO2.
Tabel 2.5 Daftar Tanaman Penyerap CO2 Tabel 5.3 Tanaman Pereduksi CO 2 No. 1.
Nama Lokal
2. 3.
Cassia * Kenanga *
4.
Pingku
5.
Beringin *
6. 7.
Krey payung Matoa
8.
Mahoni *
Nama Ilmiah
Daya Serap CO2 (Kg/pohon/tahun)
Trembesi *
Samanea saman Cassia sp Canangium odoratum Dysoxylum excelsum Ficus benyamina Fellicium decipiens Pornetia pinnata Swettiana mahagoni
28.448,39 5.295,47 756,59 720,49 535,90 404,83 329,76 295,73
Sumber : Fraser dan Smith, 1981
26 Berikut ini dafrtar beberapa tanaman yang dapat menyerap gas N O2 : Tabel 2.6 Daftar Tanaman Penyerap NO2 pada Tanaman Semak No. 1.
2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9. 10.
Nama Latin
Nama Lokal
Serapan NO2 (µg/g)
Jacobina carnea Malphigia sp. Acalypha wilkesiana Pachystachy s lutea Mussaendah erythrophyll a Notophanax scultellarium Bougainville a glabra
Lolipop merah * Kihujan
100,02
Akalipa merah * Lolipop kuning Nusa indah merah *
64,8
Daun mangkokan Bougenvil merah *
46,07
Crinum asiaticum Nerium oleander Chrysalidoca rpus lutescens
Bakung *
20,03
Bunga mentega Palm kuning *
20,03
93,28
61,7 53,53
45,44
19,48
Sumber : Fraser dan Smith, 1981
Kesimpulan tanaman yang akan dipakai : Berdasarkan wawancara dari narasumber pembuat taman vertikal dan dari beberapa artikel, tanaman jenis semak yang biasa dipakai untuk taman vertikal dimana tanaman-tanaman ini kuat,tidak manja akan intensitas matahari, dan sangat baik dalam menyerap polutan, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Puring (Codiaeum interuptum) Puring adalah tanaman hias pekarangan populer berbentuk perdu dengan warna dan bentuk daun yang sangat bervariasi. Tanaman puring selain sebagai penghias pagar dan pekarangan rumah, pucuk daun mudanya juga dapat dimanfaatkan sebagai lalapan (sayuran), tanaman hias, dan obat-obatan tradisional. Beragam kultivar telah
27 dikembangkan dengan variasi warna dari hijau, kuning, jingga, merah, ungu, serta campurannya. Tanaman ini tumbuh dan tersebar dari daerah beriklim panas hingga daerah subtropika. sumber : Normaliani Santoso, Suci. (2012). Penggunaan Tumbuhan Sebagai Pereduksi Pencemaran Udara. Surabaya
b. Akalipa Merah (Acalypa wilkesiana) Menurut Krisantini (2008) akalipa adalah kelompok semak berkayu yang mempunyai pertumbuhan cepat. Tanaman ini tidak cocok diletakkan dalam ruangan. Tanaman ini butuh kelembaban tinggi. Kondisi udara yang kering akan menyebabkan daun gugur dan munculnya serangan tungau merah. Agar tanaman tetap dalam kondisi vigor perlu dilakukan pemangkasan secara teratur setiap tahun, pemangkasan dilakukan sampai ½ ukuran. Bunga yang mati dan bunga yang muncul pertama sebaiknya dibuang. sumber : Normaliani Santoso, Suci. (2012). Penggunaan Tumbuhan Sebagai Pereduksi Pencemaran Udara. Surabaya
c. Sirih Belanda (Acalypa wilkesiana) Sirih Belanda adalah jenis tanaman semak yang cukup popular sebagai penghias tembok pekarangan rumah. Jenis tanaman ini bisa tumbuh dimana saja, termasuk bisa ditanam dalam pot. Manfaat dari tanaman ini adalah selain mampu menyerap CO2 juga mampu menyerap formaidehida serta benzene. Rumah pun akan terasa lebih segar, apabila tumbuhan ini ditanam di sekitar perkarangan rumah. sumber : http://iyarkreuk.blogspot.com/2013/12/9-tanaman-penyerap-polusi.html
d. Lidah mertua (Sansevieria) Sansevieria berkembang biak melalui umbi lapis, termasuk tanaman hias yang sering disimpan di dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi dengan sedikit air dan cahaya matahari. Daun tumbuhan ini tebal dan banyak mengandung air (sukulen). Oleh karena itu, sangat tahan kekeringan.Keistimewaan Sansevieria adalah memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya. Ciri
28 spesifik yang jarang ditemukan pada tanaman lain, diantaranya mampu hidup pada rentang suhu dan cahaya yang banyak. Penelitian yang dilakukan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah menemukan bukti-bukti bahwa tanaman ini secara alami mampu memerangi Sick Building Syndrome selain itu juga mampu menyerap lebih dari 107 unsur polutan berbahaya yang terdapat di udara sebab Sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosid, yang berfungsi untuk mereduksi polutan menjadi asam organik, gula dan asam amino, dengan demikian unsur polutan tersebut jadi tidak berbahaya lagi bagi manusia. Sansevieria juga menjadi objek penelitian tanaman penyaring udara NASA untuk membersihkan udara di stasiun ruang angkasa. Berdasarkan riset dari Wolfereton Environmental Service, kemampuan setiap helai daun Sansevieria bisa menyerap 0.938 mikrogram per jam formaldehyde. Bila disetarakan dengan ruangan berukuran 75 meter persegi cukup diletakkan Sansevieria dengan 4 helai daun. Riset lainnya (FAkultas MIPA , Unibraw MAlang)dapat disimpulkan bahwa untuk ruangan dengan volume 100 m3 (panjang x lebar x tinggi = 5 x 5 x 4 m3) dapat ditempatkan Sansevieria dewasa sebanyak 5 helai sebagai penetralisir udara tercemar agar ruangan tersebut bebas polutan. Kesimpulan Pada penelitian ini penanggulangan pencemaran udara yang akan direduksi oleh taman vertikal hanya difokuskan pada satu gas polutan yaitu karbondioksida (CO2). Hal ini dilakukan karena waktu penelitian yang cukup singkat sehingga tidak cukup untuk membahas dan meneliti tentang polutan pencemar udara yang lain. Untuk tanaman yang akan dipakai pada konsep taman vertikal pada proyek ini adalah tanaman jenis semak.
29 2.2.5 Definisi TamanVertikal Taman vertikal adalah konsep taman tegak, yaitu tanaman dan elemen taman lainnya yang diatur sedemikian rupa dalam sebuah bidang tegak. Vertical Garden juga sering disebut dengan vertical Landscape yang merupakan hasil kreasi inovatif untuk
menumbuhkan
tanaman
tanpa
menggunakan
tanah
sebagai
media
pertumbuhan, dengan keberhasilan menemukan sistem pertumbuhan tersebut menyebabkan berkurangnya beban yang harus ditopang pada sebuah dinding sehingga memudahkan dalam penataan disain taman vertikal dalam skala dinding yang luas serta jalan keluar bagi pembuatan taman pada lokasi yang terbatas ketersedian lahannya.
Gambar 2.2 Vertical Garden Indoor Sumber : satriahijau.com/2013/06/definisi-vertical-garden.html, diakses pada 8 Juni 2014
2.2.6 Definisi Green Wall Green Wall adalah sebuah sistim tanam yang menyerupai dinding. Sistim green wall meliputi media tanam, struktur, dan sistim irigasi. Green wall dikenal sebagai living walls, biowalls, ecowalls, dan vertical garden.
30 Green wall memakai box planter sebagai media tanam. Sistim green wall sangat cocok diaplikasikan untuk perencanaan sebuah taman, namun terhalang oleh keterbatasan lahan.
Gambar 2.3 Aplikasi Green Wall Sumber : satriahijau.com/2013/06/definisi-vertical-garden.html, diakses pada 8 Juni 2014
Menempatkan tanaman agar bisa tumbuh di dinding perlu sedikit trik, mengingat jauh lebih sulit menanam dalam kondisi vertikal dibandingkan posisi biasa. Jadi, diperlukan wadah atau modul yang tepat agar tanaman tetap tumbuh dan tak cepat mati.
Gambar 2.4 Media Tanam Green Wall Sumber : satriahijau.com/2013/06/definisi-vertical-garden.html, 2014
31 Selain menambah keindahan, efek positif taman vertikal adalah menurunkan suhu termal terhadap interior bangunan. Karena daun-daun tanaman dapat mereduksi efek panas dari radiasi matahari. Hal ini disebabkan sirkulasi udara mengalir melalui dedaunan dan celah batang-batang tanaman. Intinya bahwa taman vertikal dapat menahan panas dari luar ruang. Selain itu suara bising dari luar juga dapat diredam.
Gambar 2.5 Sistem Green Wall Sumber : rudydewanto.com/2011/02/taman-vertikal., diakses pada 8 Juni 2014
Taman vertikal mempunyai elemen daun yang rapat, hal ini dapat mengurangi polusi udara karena taman vertikal dapat menangkap partikel-partikel kotoran. Keuntungan lain yang tidak kalah penting adalah Mengurangi efek tampias hujan dan meningkatkan suplai oksigen serta tidak perlu lahan yang besar. Dinding rumah sebagai media tanam
32
Gambar 2.6 Sistem Green Wall 2 Sumber : .rudydewanto.com/2011/02/taman-vertikal., diakses pada 8 Juni 2014
•
PEMBUATAN TAMAN VERTIKAL
secara sederhana taman vertikal dapat dibuat dengan menempelkan kawat ayam pada dinding kemudian membelitkan tanaman rambat pada beberapa bagian pada kawat tersebut, dan rawat dengan baik maka tanaman itu akan menyebar dengan sendirinya. Tetapi ada teknik lain yaitu seperti uraian dibawah ini dengan menggunakan media rak.
Gambar 2.7 Pembuatan Green Wall Sumber : .rudydewanto.com/2011/02/taman-vertikal., diakses pada 8 Juni 2014
33 RAK : yang terbuat dari bahan logam atau plastik agar dapat menyangga pot tanaman dengan kuat dan tahan lama. Bisa juga memakai rak berbahan kayu. Rak ini harus berongga agar air yang disemprotkan ke dalam pot tanaman tidak memenuhi rak. PAPAN PENYANGGA : pakai lembaran papan berbahan PVC. Bahan tersebut diyakini dapat dilubangi kawat untuk menjaga kerapian pot. sistem green wall ini akan diterapkan pada bagian-bagian tembok rumah
susun
terutama pada bagian yang dekat dengan balkon dan jendela
Gambar 2.8 Sistem green wall
Sumber : rudydewanto.com/2011/02/taman-vertikal., diakses pada 8 Juni 2014
Pada kasus perancangan ini, akan digunakan jenis green wall dengan sistem kantong. taman vertikal sistem kantong ini, tanaman berada di dalam kantong-kantong yang yang berfungsi sebagai wadah atau pot sekaligus media tanam taman vertikal. Media tanam yang digunakan berupa karpet setebal 1-40mm yang terbuat dari sabut kelapa, ijuk, serbuk kelapa, karpet glasswoll yang dibentuk menjadi seperti karpet dan ditempel secara vertikal menggunakan perekat (lem). Media tanam tersebut kemudian dijahit atau dibentuk sedemikian rupa sehingga pada jarak tertentu ada semacam kantong. Biasanya cukup dengan dua karpet disatukan, satu bagian muka, satu kain yang lain bagian belakang. Pada karpet bagian muka, setiap jarak
34 tertentu disobek sebagai wadah kantong. Kedua kain ini dijahit agar menyatu sehingga kantong-kantong ini menjadi wadah untuk akar tanaman.
Gambar 2.9 Kantong Vertical garden
sumber : Slamet, B. (2013). Inspirasi desain dan cara membuat vertical garden. Jakata : PT Agromedia Pustaka
Konstruksi karpet berbentuk kantong, menggunakan dua lapisan pada bagian muka yang disobek dengan jarak tertentu sehingga membentuk kantong.
35 2.2.7 Struktur Taman Vertikal Bentuk struktur taman vertikal yang akan diterapkan pada rumah susun di proyek ini dapat dilihat pada gambar skematik di bawah ini
Gambar 2.10 Strktur Vertical garden
sumber : istanaalam.com, diakses pada 8 Juni 2014
2.2.8 Sistem Pengairan Taman Vertikal Vertical garden adalah jenis pertanian yang menggunakan media yang sangat terbatas dan ringan, tentunya hal ini menjadikan kapasitas menahan airnya juga sedikit. Oleh karena itu, agar tanaman dapat hidup dengan
36 optimal, diperlukan pengairan secara rutin agar media tanam selalu lembab, sehingga pertumbuhan perakaran tanaman lebih stabil. Sistem pengairan pada vertical garden menggunakan sistem spray (springkler). Dengan sistem ini, air disalurkan melalui pipa-pipa utama sepanjang vertical garden (greenwall), kemudian setiap jarak tertentu dipasang springkler. Pada sistem ini, air tidak hanya membasahi media tanamnya,
tetapi juga
membasahi daun-daun
tanaman.
Air akan
menyemprot terus sampai ke media tanam, lalu secara gravitasi akan turun ke tempat yang lebih rendah menuju sistem pembuangan.
Gambar 2.11 Skema irigasi vertical garden
sumber : Slamet, B. (2013). Inspirasi desain dan cara membuat vertical garden. Jakarta : PT Agromedia Pustaka
Pipa yang digunakan untuk vertical garden sebaiknya berwarna hitam atau gelap. Pipa yang berwarna terang akan memicu tumbuhnya lumut yang bila terjadi di dalam pipa akan menghambat aliran air. Jenis-jenis pipa yang digunakan biasanya adalah, pipa PVC (poly vinil clorida), pipa PE (poly etilen), PFR. Pada rumah susun ini, akan digunakan pipa PE karena bentuknya yang lentur seperti selang, sehingga lebih mudah ditempatkan sebagai jalur irigasi dimanapun.
37
Gambar 2.12 Pipa PE
sumber : Slamet, B. (2013). Inspirasi desain dan cara membuat vertical garden. Jakata : PT Agromedia Pustaka
Sementara itu, besar kecilnya pipa yang digunakan juga tergantung pada kebutuhan tanaman. Sebagai contoh, satu mata octa nozzle memiliki kemampuan mengalirkan air sekitar 12 liter per jam. Jika pipa utama menggunnakan pipa 3/4, pipa ini dapat mengalirkan air maksimum 2.000 liter per jam. Artinya sebuah pipa ukuran 3/4 maksimum hanya bisa berisi 166 nozzle. Jika 1 meter berisi 8 nozzle, maka sebuah pipa ukuran 3/4 bisa mengaliri taman vertikal sejauh 20 meter saja. Jika vertikal garden melebihi 20 meter, maka pipa harus dibagi menjadi dua agar setiap nozzle dapat mengeluarkan air dengan baik.
38
Gambar 2.13 Sketsa instalasi pipa pengairan sumber : Slamet, B. (2013). Inspirasi desain dan cara membuat vertical garden. Jakata : PT Agromedia Pustaka
2.3
Studi Banding
2.3.1 Studi Banding Proyek Sejenis Studi banding dilakukan pada Rumah Susun Seruni di Jakarta Timur dan Rumah Susun Tambora di Jakarta Barat. Studi banding dilakukan untuk mengetahui standar luasan ruang yang ada di rumah susun yang ada di Jakarta beserta masalah ada pada bangunan rumah susun tersebut.
39
Tabel 2.7 Studi
Sumber : Olahan
Banding Rumah Susun
pribadi, 2014
40
Tabel 2.7 Studi Banding Rumah Susun
Sumber : Olahan pribadi, 2014
Kesimpulan Kedua sampel rusun tidak ada yang memakai konsep taman vertikal, dimana pada keduanya juga kurang penghijauan. Lokasi dari kedua sampel pun berada di pinggir jalan utama yang rawan polusi. Berdasarkan hasil studi banding, penulis akan mendesain rusun seperti beberapa kriteria di atas dengan menambahkan kosep taman vertikal (vertical garden).
41 2.3.1 Studi Banding Bangunan Dengan Konsep Vertical Garden a). Taman Vertikal Gedung Sandjaja Bangunan ini berlokasi di daerah Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Bangunan ini berdiri di atas tanah seluas 339 m2 . Pada kedua bidang yang menghadap ke arah jalan raya dan ke arah area parkir ditutupi dengan vertical garden. Struktur vertical garden dipasang pada area balkon dan dindingdinding yang menghadap ke sisi luar, sehingga efektivitas area yang tertutup vertical garden menjadi 308 m2 . Apabila ditambah dengan area horizontal yang mengelilingi showroom yang luasnya mencapai 60 m2 maka area hijau yang terbentuk menjadi 368 m2 atau lebih luas dari area tanah yang digunakan untuk struktural bangunan. Upaya memindahkan tanaman indah dan natural yang hidup di dalam hutan ke dalam kota, mendasari konsep perancangan indogreen vertical garden gedung Sandjaja. Uniknya, konsep komposisi yang diterapkan pada keempat balkon dan bidang masif diantaranya, memiliki tema dan keunikan seni tersendiri, sehingga menampilkan irama dinamis yang tidak membosankan. Pola susunan organik beragam jenis tanaman membentuk pola gelombang karena tanaman tidak tumbuh secara datar tetapi bervariasi ketebalannya sehingga terlihat unik, berdimensi dan natural.
Beberapa komposisi tanaman hias yang ditanam pad ataman vertikal di bangunan ini diantaranya adalah jenis tanaman seperti Ixora, Impatiens, anggrek, Melastoma dan Begonia. Terdapat pula bunga yang berwarna ungu, putih, merah, merah muda dan oranye dari beberapa tanaman yang semakin menambah semarak tampilannya. Tanaman yang tekstur daunnya halus, dipadukan dengan tanaman yang tekstur daunnya sedang atau dengan tanaman yang berdaun lebar. Begitu pula komposisi warna menjadi terlihat semakin sempurna melalui padu padan beragam jenis warna daun dari yang berwarna hijau pekat, hijau, hijau kekuningan
42
Gambar 2.14 Gedung Sandjaja Sumber : indogreenwall.com, diakses pada 8 November 2014
Penanaman pohon atau tanaman secara verikal ini dapat mengurangi polusi dan dapat menjadi filter polutan udara disekitarnya.
Lahan yang
sempit bukan menjadi kendala untuk membuat lingkungan menjadi hijau dan indah. Selain menjadikan bangunan lebih indah dan asri, vertical garden juga dapat mengurangi polusi udara bahkan dapat menyerap partikel polutan. Semakin banyaknya vertical garden dibuat didinding - dinding tegak, maka udara bersih dan lingkungan yang nyaman pun akan cepat terwujud. (Sumber : indogreenwall.com, 2014)
43
Gambar 2.15 Dinding Gedung Sandjaja Sumber : indogreenwall.com, diakses pada 8 November 2014
Vertical Garden pada gedung Sandjaja ini dapat menghemat biaya penggunaan listrik sampai dengan 37 %. Dengan terpasangnya Vertical Garden seluas 400 m2 yang mengelilingi 2 sisi gedung sejak November 2011 . Dahulu sebelum diberi Vertical Garden, untuk mendinginkan ruangan didalam setiap lantai diperlukan AC yang berjumlah tiga dan menyala sekaligus, sekarang cukup satu saja dan sudah teras nyaman untuk beraktivitas. Pemilik bangunan ini menuturkan bahwa upaya mikro yang dilakukan itu semata-mata untuk menginspirasi berbagai pihak agar mulai berpikir dan menerapkan kepedulian kita agar Jakarta dapat menjadi the green city. (Sumber : iai-jakarta.org, 2014)
b). Taman Vertikal Bintaro Jaya Xchange Mall Bintaro Jaya Xchange Mall memiliki 25 Ha kompleks, yang terdiri dari Shopping Centre, Condominiums, Office Tower dan Hotel, Terintegrasi dengan lebih dari 6 Ha interaktif area taman hijau. Hal yang strategis terletak di entrace utama sektor kawasan Bintaro Jaya CBD 7, di samping jalan tol Bintaro Pondok Indah. Bintaro Jaya Xchange Mall memiliki konsep Ecommunity yaitu membangun komunitas yang ramah lingkungan. Selain membentuk komunitas, Bintaro Jaya juga mengajak semua orang untuk ramah terhadap lingkungan. Pembangunan Bintaro Jaya Xchange Mall diselaraskan dengan
44 tujuan melestarikan lingkungan, menghemat energi, serta menciptakan udara yang bersih dan air yang higienis. Taman vertikal Bintaro Jaya Exchange ini merupakan Terbesar di Indonesia dengan luas ± 2.100 meter persegi dan terdiri dari ± 140.000 tanaman dari ± 50 jenis tanaman. Beberapa jenis tanaman diantaranya seperti Acalypha wilkesiana, Begonia spot white, Calathea leuconeura (calatea kupu), Chlorophytum comosum (lili paris hawai), Codiaeum exoetica yellow, Dracaena compacta, Duranta geisha girl (duranta ungu), Eragrothis (Rumput ekor kuda), Hibiscus baza breze, Ixora gold fire, Justicia brandegeana (lolipop merah), Monstera friedrichsthalii (philo bolong), Neprolepis exaltata (pakis kelabang), Philodendron burlemarx (pilo burlemarx), Philodendron erubescens (pilo golden), dll. (Sumber : indogreenwall.com, 2014)
Gambar 2.16 Bintaro Jaya Xchange Mall Sumber : indogreenwall.com, diakses pada 8 November 2014
Manfaat dari vertical garden ini diantaranya mampu menurunkan suhu permukaan hingga 11 derajat Celcius dan meredam suara hingga 8.8 dB (Hasil Riset Nasional University of Singapore), dapat menghemat biaya AC dan listrik hingga 50% (*syarat dan ketentuan berlaku), mengurangi polusi udara dan menambah Oksigen sehingga udara jadi bersih dan segar, memperindah lingkungan dan rumah menjadi lebih sehat dan asri, menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH).