BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Definisi Manajemen Keuangan Untuk mencapai tujuan perusahaan yang dikehendaki, perusahaan harus menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Fungsi-fungsi perusahaan tersebut meliputi fungsi keuangan, fungsi pemasaran, fungsi sumber daya manusia dan fungsi operasional. Keempat fungsi tersebut memiliki peran sendiri-sendiri dalam perusahaan dan pelaksanaannya saling berkaitan. Martono dan Harjito (2007), mengemukakan bahwa manajemen keuangan (Financial Management), atau dalam literatur lain disebut pembelanjaan, adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset untuk mencapai tujuan perusahaan. Sedangkan menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006) mengatakan “manajemen keuangan adalah menyangkut semua kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah usaha-usaha pengelolaan secara optimal dana-dana yang akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan menurut Martono & Harjito (2007) terdiri dari tiga fungsi utama yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan penglolaan aktiva. a. Keputusan investasi (investment decision) Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan. Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil ataupun aktiva finansiil. Aktiva riil merupakan aktiva yang bersifat fisik atau dapat dilihat jelas secara fisik , misalnya persediaan barang, tanah dan bangunan. Sedangkan aktiva finansiil merupakan aktiva berupa surat-surat berharga seperti saham dan obligasi. Akitiva-aktiva yang dimiliki perusahaan akan digunakan dalam operasinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan perusahaan mengelola aktiva tersebut sangat menentukan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang diinginkan. Pengambilan keputusan yang keliru dalam investasi tersebut berakibat terganggunya pencapaian tujuan perusahaan. Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang paling penting di antara keputusan lainnya. Hal ini karena keputusan investasi ini
berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang akan datang. Rentabilitas investasi (return on investment) merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang dihasilkan dari suatu investasi. Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama, manajer keuangan perlu menetapkan berapa aset keseluruhan (total asset) yang diperlukan dalam perusahan. Kedua, dari aset yang dibutuhkan perlu ditetapkan komposisi tersebut yaitu berapa jumlah aktiva lancar (current assets) dan berapa jumlah aktiva tetap (fixed assets). Aktiva lancar dirinci lagi menjadi berapa jumlah kas, piutang dan persediaan. Aktiva tetap dirinci lagi misalnya berapa jumlah alat kantor, kendaraan, mesin, gedung dan tanah. Ketiga, untuk mencapai pemanfaatan aset secara optimal maka aset-aset yang tidak ekonomis lagi dapat dikurangi, dihilangkan atau diganti dengan aset yang baru. Pengurangan aset (aktiva) yang sudah tidak ekonomis tersebut dan diganti dengan aset yang baru, sehingga dapat mengurangi beban biaya yang dikeluarkan karena aktiva yang lebih baru biasanya akan menghemat biaya operasi. Komponen-komponen aktiva dapat dilihat pada sisi aktiva (sebelah kiri) dari laporan keuangan perusahaan yang berbentuk neraca (balance sheet). Aktiva lancar disusun dari atas secara urut dari aktiva lancar yang paling likuid yaitu kas, surat berharga, piutang dan persediaan. Sedangkan aktiva tetap disusun dibawah aktiva lancar secara urut mulai dari aktiva tetap yang berwujud seperti tanah, bangunan,
peralatan dan aktiva tetap lain, kemudaian disusul dengan aktiva tetap tidak berwujud berupa goodwill, hak paten dan aktiva tidak berwujud lainnya. b. Keputusan pendanaan (Financing Decision) Apabila keputusan investasi berkenaan dengan unsur-unsur neraca yang berada disisi aktiva, maka keputusan pendanaan akan mempelajari sumber-sumber dana yang berada di sisi pasiva. Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Oleh karena itu perlu ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber modal sendiri dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan menjadi minimal. Kekeliruan dalam pengambilan keputusan pendanaan ini akan berakibat biaya yang ditanggung tidak minimal. Biaya modal yang muncul berkaitan dengan keputusan pendanaan adalah biaya bunga untuk dana yang berasal dari hutang dan dividen bagi dana yang berasal dari saham atau modal sendiri. Biaya modal berupa bunga lebih mudah ditetapkan karena sifatnya akan tetap selama umur hutang (obligasi). Sedangkan penetuan tentang deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham memerlukan kebijakan
(policy) tersendiri. Perlu ditambahkan bahwa kebijakan dividen (dividend policy) harus dianggap sebagai bagian terpadu dari keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) atau rasio antar deviden yang dibayarkan dibanding laba yang diperoleh, menentukan jumlah laba yang dapat ditahan (retained earning). Semakin besar laba ditahan berarti semakin kecil dana yang tersedia untuk pembayaran dividen. Sebaliknya, semakin kecil laba ynag ditahan maka semakin besar laba yang dibagi untuk pembayaran dividen. c. Keputusan pengelolaan aset (Assets Management Decision) Kita sering mendengarkan suatu ungkapan yang berbunyi “ lebih mudah membangun daripada memelihara”. Ungkapan ini hampir berlaku bagi semua orang yang memiliki suatu aset (aktiva). Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan penglolaan secara efisien. Manajer keuangan bersama manajer-manajer lain di perusahaan bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset yang ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manajer keuangan.
Tanggung
jawab
tersebut
menuntut
manajer
keuangan
lebih
memperhatikan pengelolaan aktiva lancar dari pada aktiva tetap. Manajer keuangan yang konservatif akan mengalokasikan dananya sesuai dengan jangka waktu aset yang didanai. Misalnya, aktiva lancar akan didanai dari hutang lancar yang jangka waktunya lebih panjang dari usia aktiva lancar dan
sebagian hutang jangka panjang. Aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti tanah akan dibiayai dengan hutang jangka panjang dan modal sendiri. Hutang jangka panjang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang disusutkan tersebut jangka waktu pengembaliannya lebih panjang dari umur ekonomis aktiva yang dibiayai. Hal ini untuk mengurangi resiko kegagalan dalam pengembalian hutang perusahaan. 2.1.3 Perkembangan Manajemen Keuangan Pada mulanya studi pembelajaran perusahaan lebih menekankan pada perolehan dana perusahaan. Oleh karena itu, studi pembelajaran perusahaan banyak bersangkutan dengan masalah instrumen dan institusi terutama untuk mendapatkan dana jangka panjang melalui pasar modal. Tetapi, studi ini masih dikuasai oleh studi deskriptif tentang instrumen, institusi dan aspek-aspek legalistik saja. Secara ringkas, disiplin keuangan mengalami perkembangan dari disiplin yang deskriptif menjadi makin analitis dan teoritis. Dari yang lebih menitikberatkan dari sudut pandang ekstern menjadi berorientasi pengambilan keputusan manajemen. Para ekonomi dunia mulai merumuskan teori-teori keuangan. Berbagai konsep, model, dan teori telah dikembangkan dalam bidang keuangan, yang kemudian mendapat tempat yang sangat penting dalam keuangan perusahaan (corporate financing). Pada tahun 1958 seorang ahli ekonomi bernama F. Modigliani dan M.H Miller telah merumuskan beberapa hipotesis dasar yang mencerminkan kerangka
kerja yang bernilai untuk pendekatan materi-materi dalam bidang pembelanjaan. Dengan tanpa memandang apakah studi-studi empiris berikutnya menunjang atau menolak dalil-dalil mereka mengenai pengaruh “leverage” dan kebijakan deviden terhadap penilaian perusahaan. Di era 60-an berkembanglah teori portofolio dan sekaligus penerapannya dalam manajemen keuangan atau manajemen pembelanjaan. Teori portofolio ini pertama-tama dikemukan oleh Harry Markowitz pada tahun 1992, yang kemudian diperluas oleh sejumlah penulis lainnya seperti Sharpe dan Lintner. Tahun 1970-an muncul arbitrage pricing theory dan option pricing theory. Teori ini pertama kali memberikan alternatif selain capital asset pricing model untuk menaksir harga aktiva. Sedangkan teori yang kedua menjelaskan bagaimana suatu option ditaksir nilainya. Sama seperti teori-teori yang lain, kedua teori tersebut juga akan dibicarakan terutama dalam penerapannya bagi keuangan perusahaan. Secara keseluruhan
dapat
dikatakan
bahwa
pembelanjaan
perusahaan
dalam
perkembangannya telah berubah sebagai berikut : a) Dari studi yang terdeskriptif menjadi studi yang teranalisa dan normatif. b) Dari yang hanya mendapatkan dana berkembang menjadi penggunaan atau pengalokasian dana. c) Dari yang menekankan pada analisa eksternal perusahaan menjadi penekanan pada pengambilan keputusan didalam perusahaan.
2.2 Kinerja Keuangan Terdapat berbagai teknik analisis untuk mengukur kinerja keuangan, termasuk berbagai analisis rasio keuangan yang lazim dipakai. Akan tetapi, perlu disadari bahwa teknik yang berbeda akan sesuai untuk tujuan yang berbeda pula. Tujuan penting dalam melakukan penilaian kinerja adalah untuk menilai apakah tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan telah tercapai, sehingga mampu memenuhi kepentingan pemilik dana yaitu investor ataupun kreditor. Dalam penilaian kinerja ini terdapat banyak individu dan kelompok yang berbeda yang berkepentingan atas keberhasilan dan kegagalan perusahaan. Kelompok pertama adalah pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan adalah investor. Yaitu pihak yang menerima tanggung jawab dari manajemen. Manajemen harus memahami sudut pandang dan harapan pemilik perusahaan dalam menentukan waktu yang tepat, pelaksanaan, dan penilaian kinerja keuangan. Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan dan pemegang saham dalam suatu perusahaan adalah laba. Laba perusahaan merupakan ukuran keberhasilan bagi suatu manajemen maupun pemegang saham. Kelompok kedua adalah pihak manajemen yang mempunyai kepentingan ganda dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu melalui efisiensi dan profitabilitas operasi serta menimbang seberapa efektif penggunaan sumber data.
Kelompok
ketiga
adalah
kreditor,
dimana
kreditor
tertarik
untuk
meminjamkan dananya kepada perusahaan yang menunjukkan kinerja yang baik seperti yang diharapkan dan pada saat yang sama kreditor juga harus mempertimbangkan konsekuensi negatif seperti kegagalan atau likuidasi perusahaan. Penilaian kinerja keuangan merupakan suatu hal yang penting dalam proses perencanaan, pengendalian, dan proses transaksional seperti merger, akusisi, dan emisi saham. Melalui penilaian kinerja, perusahaan dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sehingga pihak manajemen dapat memilih strategi dan struktur keuangan yang cocok bagi perusahaan. 2.3 Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan penerapan dari seperangkat dan teknik analisis terhadap data-data dan laporan keuangan dengan tujuan untuk membuat suatu pengukuran dan hubungan yang bermanfaat atas data-data tersebut sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Analisis keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan yang dilakukan dengan menggunakan data laporan keuangan dengan tujuan utama menentukan dan memprediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan yang akan datang. 2.3.1 Rasio Likuiditas Rasio ini diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar hutanghutangnya pada saat jatuh tempo. Ukuran likuiditas dari sebuah aktiva adalah periode
untuk mengantisipasi berlalunya waktu, sampai aktiva itu dapat ditukarkan menjadi kas, pengukuran likuiditas dilakukan menggunakan rasio lancar (current ratio), dan rasio cepat (quick ratio). 2.3.2 Rasio Solvabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. Untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan dapat menggunakan berbagai rasio keuangan seperti rasio hutang terhadap kekayaan dan rasio pencakupan bunga. 2.3.3 Rasio Profitabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya yang merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan), karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dana juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Rasio yang umum digunakan adalah Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE).
2.3.4 Rasio Aktivitas Bringham dalam bukunya menyatakan rasio aktivitas adalah “A set of ratios which measure how effectively a firm is managing its assets”. Rasio ini mengukur seberapa efektif sebuah perusahaan mengatur aset yang dimilikinya. 2.4 Penilaian dan Penggunaan Laporan Keuangan 2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pihak manajemen suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari proses atau kegiatan-kegiatan akuntansi yang dilakukan perusahaan. Laporan keuangan dibuat untuk mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaan terhadap pemilik dan memberi informasi mengenai posisi keuangan yang telah dicapai perusahaan. Laporan keuangan adalah suatu laporan tertulis yang merupakan bentuk pandangan secara wajar mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
rangka
membuat
keputusan-keputusan
ekonomi
serta
menunjukkan
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber data yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan.
Menurut Harahap (2002 : 117) “Laporan keuangan adalah suatu alat dimana informasi keuangan dikumpulkan dan diproses dalam akuntansi keuangan yang akhirnya dimasukkan dalam bentuk laporan dan dikomunikasikan secara periodik kepada pemakainya”. Lebih lanjut menurut Gill dan Chatton (2003 : 2) “laporan keuangan adalah sarana utama untuk membuat laporan informasi keuangan kepada orang-orang dalam perusahaan (manajemen dan para karyawan) dan kepada masyarakat diluar perusahaan (bank, investor, pemasok dan sebagainya).” Melalui laporan keuangan itu, secara periodik dilaporkan informasi penting mengenai kondisi keuangan perusahaan berupa : a. Informasi mengenai sumber-sumber ekonomi, kewajiban dan modal perusahaan. b.
Informasi mengenai perubahan-perubahan dalam sumber-sumber ekonomi netto atau kekayaan bersih (modal = aktiva dikurangi kewajiban), yang timbul dari aktivitas usaha perusahaan dalam rangka memperoleh laba.
c. Informasi mengenai hasil usaha perusahaan yang dapat dipakai sebagai dasar untuk menilai dan membuat estimasi tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. d. Informasi mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, yang disebabkan oleh aktivitas pembelanjaan dan investasi.
e. Informasi penting lainnya yang berhubungan dengan laporan keuangan, seperti kebijaksanaan akuntansi yang dianut oleh perusahaan. 2.4.2 Pengguna Laporan Keuangan Pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang, investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman (kreditor), pemasok (supplier), pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya dan masyarakat. Mereka menggunakan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda. Menurut (Harahap: 2002 : 166) pengguna laporan keuangan terdiri dari : a. Pemakai langsung : 1) Pemilik Perusahaan 2) Kreditur 3) Pemasok 4) Manajemen 5) Fiskus (pajak) 6) Pegawai/karyawan Perusahaan 7) Langganan
b.
Pemakai tak langsung : 1) Konsultan 2) Para pesaing 3) Masyarakat Umum
2.4.3 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai berikut: menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Sandy Teguh Ariansyah, 2006 : 10) 2.4.4 Bentuk-bentuk Laporan Keuangan Menurut (Keown et al :2005) Ada tiga laporan keuangan dasar yang biasa digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan : neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas. Neraca menggambarkan mengenai aktiva, utang dan ekuitas para pemilik perusahaan untuk tanggal tertentu, sedangkan laporan laba rugi menggambarkan pendapatan bersih dari kegiatan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas menggabungkan informasi dari neraca dan laporan laba rugi untuk menggambarkan sumber dan penggunaan kas selama periode tertentu dalam sejarah hidup perusahaan.
a.
Neraca Neraca merupakan suatu gambaran keuangan perusahaan pada satu
saat/periode, biasaanya pada hari terakhir bulan atau tahun. Satu sisi neraca menunjukkan nilai semua aktiva yang dimilki perusahaan, dan sisi yang lain menunjukkan sumber-sumber dana untuk memperoleh aktiva tersebut. Neraca sebagai suatu gambaran posisi keuangan suatu badan usaha pada saat tertentu yang lazimnya disajikan dalam bentuk, aktiva, hutang dan modal Secara umum neraca terdiri atas aktiva atau kekayaan (assets), kewajibankewajiban (liabilities) dan modal (capital) yang menerangkan posisi keuangan suatu usaha dengan prinsip-prinsip akuntansi. Adapun pembagian pos-pos dalam neraca sebagai berikut: 1.
Aktiva Aktiva adalah saldo debet (debit balance) yang terdiri atas segala sesuatu
yang dimilki oleh perusahaan. Aktiva terbagi menjadi dua, yaitu : 1) Aktiva lancar, yaitu segala assets atau aktiva yang dapat diubah menjadi uang tunai (kas) selama setahun. 2) Aktiva tetap, yaitu sering disebut aktiva jangka panjang, berupa barangpermanen, seperti bangunan dan peralatan utama.
2.
Kewajiban Kewajiban (liabilities) adalah segala sesuatu yang harus dibayarkan kepada
kreditur, kewajiban merupakan hutang perusahaan kepada pihak lain. Kewajiban terbagi menjadi dua, yaitu : 1) Kewajiban lancar atau kewajiban jangka pendek, yaitu : jumlah seluruh uang yang dipinjam oleh perusahaan yang harus dikembalikan (jatuh tempo) dalam waktu setahun. 2) Kewajiban jangka panjang, yaitu segala kewajiban seperti hipotek, surat obligasi, pinjaman bersyarat, dan sebagainya dan dilunasi dalam waktu lebih dari setahun sejak tanggal pinjaman. 3.
Modal Modal adalah hak pemilik atau kekayaan perusahaan dan merupakan sisa
jumlah kekayaan setelah dikurangi kewajiban-kewajiban. b.
Laporan Laba Rugi Laba adalah sejumah nominal yang menunjukkan perkembangan kegiatan
usaha suatu perusahaan. Laporan laba rugi memiliki peranan penting di sini, yaitu sebagai alat ukur efisiensi manajemen perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang. Fokus utama dari pelaporan keuangan adalah informasi kinerja perusahaan yang ditunjukkan dari informasi laba dan komponennya
dan tujuan utamanya memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dalam laporan keuangan. Perhitunga laba rugi mengukur arus kas dari pendapatan dan beban (expenses) selama satu selang waktu yang biasanya satu tahun Laporan laba rugi adalah laporan yang memuat ikhtisar dari pendapatan dan biaya-biaya dari suatu kesatuan usaha untuk suatu periode tertentu. Laporan laba rugi digunakan pada perusahaan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam periode tertentu dan meramal kondisi perusahaan yang akan datang, oleh karena itu arti laba menjadi sangat penting di dalam laporan keuangan. Dari beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa laporan laba rugi mengukur kinerja keuangan perusahaan selama satu periode tertentu dengan membandingkan penjualan yang dihasilkan dengan pengeluaran biaya yang terjadi selama satu periode dan menunjukkan apakah laba perusahaan mengalami surplus atau defisit yang merupakan kinerja keuangan perusahaan tersebut. c. Laporan Arus Kas Arus kas adalah kas yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dan digunakan untuk membayar kepada debitur dan pemegang saham. Laporan arus kas adalah alat perencanaan yang akan membantu kita pada masa yang akan datang, menentukan kapan uang tunai diperlukan untuk membayar tagihan-tagihan, membantu manajer
membuat keputusan usaha dan membantu kita dalam mengatur segala sesuatu aktivitas kas sebelum kas benar-benar diperlukan. 2.5
Economic Value Added (EVA)
2.5.1 Latar Belakang EVA Dalam sebuah diskusi yang dilakukan oleh para staf profesional Stern Stewart, mereka adalah David Glassman, Gregory Milano, dan Bennett Stewart (Brigham dan houston: 2006). Ditemukan sebuah metode baru yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Metode tersebut dinamakan metode Economic Value Added (EVA). Konsep EVA menyertakan apa yang disebut dengan 5M, yaitu : a.
Measurement of performance (pengukuran kerja)
b. Management of the capital allocation process (manajemen proses modal). c. Altering Mindset through effective training and development of people (perubahan pola pikir melalui pelatihan dan pengembangan SDM yang efektif). d. Motivating the workforce by designing incentives to reinforce behavior (memotivasi karyawan dengan desain insentif untuk melakukan perubahan proses strategi agar sesuai dengan nilai tambah).
e. Mollifying the strategy process to conform to a value add rather than a market share focus (menjalankan proses strategi lebih pada pencapaian nilai tambah daripada fokus pada pangsa pasar).
2.5.2 Definisi EVA “Economic Value added adalah laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal (cost of capital) yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba. (Tunggal, 2008 : 2) “Economic value added menunjukkan ukuran yamg baik sejauh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan”. (Husnan dan Pudjiastuti, 2006 :66) Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Economic Value Added adalah laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba tersebut. EVA merupakan tolak ukur yang menggambarkan jumlah absolut dari nilai pemegang saham (shareholder) yang diciptakan atau dirusak pada suatu periode tertentu. EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai dari modal yang telah ditanamkan oleh para investor.
Dari uraian diatas maka EVA dapat dicari dengan memperhitungkan laba bersih operasional setelah pajak (Net Operating Profit After Tax) dan biaya modal (cost of capital). NOPAT menunjukkan hasil penciptaan nilai perusahaan. Sedangkan cost of capital dapat diartikan sebagai resiko serta biaya yang harus dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut. Adanya penciptaan nilai atau tidak didalam perusahaan dapat dilihat atau dikategorikan dari hasil perhitungan EVA yang positif atau negatifnya. Penjelasannya dapat dilihat dibawah ini : a. Jika nilai EVA > 0 (nol), atau positif maka perusahaan menciptakan nilai tambah (creating value) atau memiliki kinerja keuangan yang baik. b. Jika nilai EVA = 0 (nol), maka perusahaan tidak memiliki nilai tambah. c. Jika nilai EVA < 0 (nol), maka perusahaan telah menghancurkan nilai (destroying value), atau memiliki kinerja keuangan yang tidak baik (buruk). Prinsip EVA adalah memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja atau prestasi keuangan perusahaan karena EVA terkait dengan nilai pasar saham perusahaan. Namun, bukan hanya sebagai pengukur kinerja saja tetapi juga sebagai bentuk manajemen keuangan dan sistem kompensasi insentif dalam pengambilan keputusan yang dapat meningkatkan kinerja masing-masing karyawan dalam organisasi dan membantu menciptakan nilai yang lebih baik untuk pemegang saham, perusahaan, maupun konsumen.
2.5.3 Manfaat EVA EVA sangat bermanfaat bagi penilai kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (Value creation). Penilaian manajemen sesuai dengan kepentingan investor atau pemilik perusahaan. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya investor, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. Hasil penelitian di Amerika Serikat ternyata menunjang digunakannya EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan. Lehn dan Makhija (1996) meneliti berbagai pengukur kinerja seperti EVA (Economic Value Added), ROA (Return on Assets) yang secara umum dianggap sebagai pengukur terbaik dari kinerja perusahaan. Temuan mereka mendukung keefektifan EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari pada biaya modalnya. Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan dan untuk itu sebaiknya diambil. Sebaliknya, kegiatan atau proyek tersebut tidak menguntungkan dan tidak perlu diambil. Penggunaan EVA dalam mengevaluasi proyek akan mendorong para manajer untuk selalu melakukan evaluasi atas tingkat rasio proyek yang bersangkutan. Dengan EVA, para manajer harus selalu membandingkan tingkat
pengembalian proyek dengan tingkat biaya modal yang mencerminkan tingkat rasio proyek tersebut. 2.5.4 Keunggulan dan Kelemahan EVA EVA memiliki beberapa keunggulan antara lain : a.
EVA menfokuskan penilainnya pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi.
b.
Perhitungan EVA relatif lebih mendalam dibandingkan dengan rasio-rasio keuangan lainnya.
c.
EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau perusahaan lain sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan analisa rasio. Dalam prakteknya data pembanding ini, seringkali tidak tersedia. Meskipun EVA memiliki beberapa keunggulan, namun EVA juga memiliki
beberapa kelemahan EVA antara lain : a.
EVA hanya mengukur hasil akhir, tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu seperti loyalitas dan tingkat resensi konsumen.
b.
EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk
menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan. c.
Data yang disajikan berupa data yang berbentuk nominal bukan persentase. Sehingga pihak menajemen tidak mengetahui berapa persen kemajuan atau kemuduran yang dicapai perusahaan. Walaupun adanya beberapa kelemahan EVA, konsep ini tetap bermanfaat
untuk dijadikan acuan, mengingat EVA memberikan pertimbangan atas harapanharapan para investor terhadap investasi mereka. Hal ini menjadi penting karena setiap investasi tidak dapat melepaskan diri dari konsekuensi munculnya biaya modal sebagai kompensasi atas dana yang digunakan untuk membiayai investasi tersebut. Pengembalian dari suatu investasi baru akan berarti apabila besarnya pengembalian tersebut melebihi biaya modal yang dikeluarkan untuk terwujudnya investasi tersebut. Semakin banyak perusahaan yang menggunakan EVA sebagai suatu alat untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya untuk mengukur penciptaan nilai. Perusahaan-perusahaan tersebut percaya bahwa penggunaan EVA akan membuat kepentingan manajer semakin sesuai dengan kepentingan pemilik modal. EVA mengukur besarnya nilai yang diciptakan oleh suatu perusahaan karena berbeda dengan pengukuran akuntansi tradisional, EVA memperhitungkan biaya modal atas investasi
yang
dilakukan.
Dengan
diperhitungkannya
biaya
modal,
EVA
mengindentifikasikan seberapa jauh perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik modal. Namun demikian, dalam prakteknya EVA dapat menimbulkan masalah, terutama karena diperlukannya estimasi atas tingkat biaya modal. Untuk itu dalam menerapkan EVA, kita harus selalu memonitor dan mengevaluasi atas kewajaran tingkat biaya modal yang digunakan. 2.5.5 Langkah-langkah Menentukan EVA Perhitungan EVA diperoleh dari laba usaha setelah pajak dikurangi biayabiaya atas modal yang diinvestasikan (invested capital) atau disebut juga Capital Charges. Dimana capital charges sama dengan modal yang diinvestasikan dikalikan biaya modal rata-rata tertimbang (Weight Average Cost Capital – WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal yaitu hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham. Ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan. Secara rumus : EVA = NOPAT – Capital Charges EVA = NOPAT – (WACC x IC) Keterangan : NOPAT = Net Operating Profit After Tax (laba usaha setelah pajak) WACC = Weighted Average Cost of Capital (Biaya modal rata-rata tertimbang)
IC = Invested Capital (Modal yang diinvestasikan) Namun sebelum menghitung EVA ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu : a.
Menghitung NOPAT
b.
Menghitung modal yang diinvestasikan (invested capital)
c.
Menghitung biaya modal tertimbang (weighted average cost of capitalWACC).
d.
Menghitung Capital Charges
e.
Menghitung EVA
a) Nett Operating After Tax (NOPAT) Menurut Tunggal (2008:5) Nett Operating After Tax(NOPAT) adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan (financial cost) dan “non cash bookeeping entries”. NOPAT dapat dihitung dengan cara yaitu hasil penjumlahan laba bersih setelah pajak dan biaya bunga. Rumus NOPAT : NOPAT = Laba bersih setelah pajak + Biaya bunga
b) Invested Capital (modal yang diinvestasikan) Menurut Widjaja, indar dan Natalia (2006) Invested capital adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar pinjaman jangka pendek tanpa bunga, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak. Perhitungannya dapat menggunakan rumus sebagai berikut : Invested Capital = Pinjaman jangka pendek + Pinjaman jangka panjang + Ekuitas c) Biaya Modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital) Menurut Tunggal (2008) WACC merupakan jumlah biaya masing-masing komponen modal, yang menggambarkan tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor, yaitu kreditor dan pemegang saham. Dengan demikian perhitungan masing-masing komponennya, yaitu Cost of debt dan Cost of equity serta proporsi masing-masing di dalam struktur modal perusahaan biaya modal tertimbang ini yang dapat dipakai adalah modal yang tertanam dalam jangka panjang dalam perusahaan. Rumus : WACC = { (D/V x rD) + (E/V x rE)}
V=D+E
d) Menghitung Capital Charges (CC) Capital charges merupakan aspek penting dalam EVA. Hal ini dikarenakan capital charges tidak hanya memperhitungkan berapa besarnya biaya bunga yang harus dibayar kepada kreditur, tetapi juga biaya-biaya yang seharusnya dibayarkan kepada pemegang saham, yang selama ini tidak tercemin dalam laporan akuntansi. Secara sisitematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Capital Charges = WACC x IC e) Menghitung Economic Value Added Secara sederhana, nilai EVA diperoleh dari laba operasi setelah pajak dikurangi biaya-biaya (charges) atas modal yang telah diinvestasikan atau disebut
juga capital charges. Pendekatan ini telah memasukkan semua unsur dalam laporan rugi laba dan neraca perusahaan. Secara rumus : EVA = NOPAT – Capital charges
2.6 Referensi Terdahulu 1. 2009. Pangka Sindi Lesmana, Universitas Mercu Buana, Skripsi: Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode Economic Value added Pada PerusahaanPerusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar Pada Bursa Efek. 2. 2010. Rizal Budiman, Universitas Mercu Buana, Skripsi : Analisis Economic Value Added (EVA) Untuk Mengukur Kinerja Keuangan PT Telkom Tbk