BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Auditing Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Pengertian auditing menurut beberapa ahli: “Pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen (Arens, Elder, dan Beasley 2015:2).”
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran
laporan
keuangan
Agoes:2014:4).”
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tersebut
(Sukrisno
19
2.2
Standar Auditing Auditor sangat berkepentingan dengan kualitas jasa yang diberikan. Suatu kriteria diperlukan untuk mengukur kualitas pelaksanaan audit. Standar auditing merupakan salah satu ukuran kualitas pelaksanaan auditing. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah menetapkan dan mengesahkan standar auditing yang terdiri dari sepuluh (10) standar. Setiap standar dalam standar auditing ini saling berkaitan erat dan saling tergantung antara satu dengan lainnya. Standar tersebut dituangkan ke dalam sebuah buku yaitu buku Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Standar Auditing terdiri atas tiga (3) bagian. Pertama, bagian yang mengatur tentang mutu profesional auditor independen atau persyaratan pribadi auditor (standar umum). Kedua, bagian yang mengatur mengenai pertimbangan-pertimbangan yang harus digunakan dalam pelaksanaan audit (standar pekerjaan lapangan). Ketiga, bagian yang mengatur tentang pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam penyusunan laporan audit (standar pelaporan).
2.3
Auditing dan Asersi Manajemen Asersi adalah representasi manajemen mengenai kewajaran laporan keuangan. Auditing Standards Board (ASB) mengklasifikasikan asersi laporan keuangan sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
1. Existence atau occurance: Apakah semua aset, liabilitas, dan ekuitas yang tercantum di Laporan Posisi Keuangan betul-betul ada, dan/atau apakah semua transaksi yang dipresentasikan dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif betul-betul terjadi. 2. Completeness: Apakah ada aset, liabilitas, dan ekuitas, atau transaksi yang dihilangkan dari laporan keuangan. 3. Rights and obligations: Apakah aset yang tercantum di Laporan Posisi Keuangan dimiliki perusahaan dan apakah liabilitas yang tercantum di Laporan Posisi Keuangan merupakan liabilitas perusaan per tanggal laporan posisi keuangan. 4. Valuation atau allocaton: Apakah aset, liabilitas, dan ekuitas dinilai dengan tepat sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum (SAK/ETAP/IFRS) dan apakah saldo-saldo sudah dialokasikan secara wajar antara Laporan Posisi Keuangan dan Laba Rugi Komprehensif. 5. Presentation and disclosure: Apakah pengklasifikasian seperti current verus noncurrent assets and liabilities dan operating versus nonoperating revenues and expenses sudah direfleksikan secara tepat di laporan keuangan dan apakah pengungkapan dalam Catatan atas Laporan Keuangan sudah memadai agar laporan keuangan itu tidak misleading (menyesatkan). Tugas auditor adalah untuk menentukan apakah asersi tersebut betulbetul wajar dan untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk tujuan pelaporan keuangan, yang dimaksud dengan kriteria yang ditetapkan adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti ETAP, PSAK, dan IFRS.
2.4
Tujuan Audit Standar Audit (SA) 200 menerangkan bahwa dalam melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan keseluruhan auditor adalah: 1. Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan oleh karena itu memungkinkan auditor untuk menyatakan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan 2. Melaporkan
atas
laporan
keuangan
dan
mengomunikasikannya
sebagaimana ditentukan oleh SA berdasarkan temuan auditor. Arens, Elder, dan Beasley (2015:168) mengelompokkan beberapa jenis tujuan audit, diantaranya: A. Tujuan audit terkait kelompok transaksi Tujuan audit ini terkait dengan asersi manajemen. Pada dasarnya tujuan audit terkait transaksi membantu auditor untuk menemukan bukti audit yang memadai. Dalam tujuan audit ini terdapat tujuan umum dan tujuan khusus, perbedaannya adalah untuk tujuan audit khusus dapat diterapkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
pada setiap kelompok transaksi akan tetapi harus dinyatakan dalam istilah yang disesuaikan dengan kelompok transaksi tersebut. Enam tujuan audit terkait transaksi diantaranya keterjadian (occurrence), kelengkapan (completeness), akurasi (accuracy), pemindah bukuan dan pengikhtisaran, klasifikasi (classification), dan penetapan waktu. B. Tujuan audit terkait saldo Tujuan audit ini mengikuti asersi manajemen dan memberikan kerangka kerja untuk membantu auditor untuk mengumpulkan bahan bukti yang memadai terkait saldo. Perbedaan antara tujuan audit saldo dan transaksi adalah audit terkait saldo diterapkan pada saldo akun seperti piutang dagang, persediaan dan lainnya bukan pada transaksi terkait seperti penjualan dan pembelian. Delapan macam tujuan audit terkait saldo diantaranya keberadaan (existence), kelengkapan (completeness), akurasi (accuracy), klasifikasi (classification), pisah batas (cutoff), keterkaitan perincian saldo akun, nilai realisasi, serta hak dan kewajiban (right & obligations). C. Tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan Tujuan audit ini mengikuti asersi manajemen dengan meningkatnya kompleksitas transaksi dan kebutuhan untuk meningkatkan pengungkapan terkait transaksi-taransaksi yang dilakukan. Empat macam tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan diantaranya keterjadian dan hak serta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
kewajiban,
kelengkapan,
penilaian
dan
alokasi,
klasifikasi
dan
pemahaman.
2.5
Bukti Audit Berdasarkan pada SA 500, bukti audit merupakan Informasi yang digunakan oleh auditor dalam menarik kesimpulan sebagai basis opini auditor. Bukti audit mencakup baik informasi yang terkandung dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan maupun informasi lainnya. Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman akuntansi yang berkaitan serta catatan seperti lembaran kerja (work sheet) dan spread sheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Data akuntansi ini seringkali dalam bentuk elektronik. Data akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup bagi suatu laporan keuangan; di pihak lain, tanpa cukup perhatian atas kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang melandasinya, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin. Dalam memilih dan menetapkan bukti audit ada empat hal yang harus dipertimbangkan yaitu (1) prosedur audit, (2) ukuran sampel, (3) pemilihan item, dan (4) pemilihan waktu. Kesalahan dalam pemilihan bukti audit maka akan menjadikan auditor salah mengambil kesimpulan. Oleh karena itu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
auditor harus melihat kelayakan dan yakin atas bukti audit yang dipilih berdasarkan sampel. Adapun beberapa tipe-tipe bukti audit yaitu; A. Pemeriksaan fisik (physical examination) Auditor dapat melihat secara langsung tentang keberadaan sebuah aset. Dapat dicontohkan seperti auditor melakukan stock opname, disini auditor mengumpulkan bukti audit dari keberadaan persediaan barang entitas atau melihat keberadaan sebuah aset tetap entitas yang digunakan untuk proses produksi. Selain itu pemeriksaan fisik dapat meyakinkan auditor apakah barang atau aset tersebut masih layak atau tidak sehingga auditor dapat menyimpulkan dari temuan-temuan yang ada. B. Konfirmasi (confirmation) Konfirmasi biasanya didapat dari pihak ketiga dimana hal ini didapatkan dengan otorisasi dari pihak ketiga tersebut. Bukti audit ini digunakan untuk melihat akurasi informasi yang disajikan manajemen. Konfirmasi didapat dari pihak ketiga yang independen sehingga dianggap bahwa tingkat keandalan bukti audit ini sangat tinggi. Konfirmasi mengandung tanggung jawab pihak ketiga dalam pengakuannya. Contoh dari bukti audit ini adalah auditor dapat mengirimkan surat konfirmasi kepada bank atas persetujuan manajemen. Biasanya konfirmasi dilakukan sampai dengan dua kali jika dibutuhkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
C. Dokumentasi (documentation) Bukti audit yang didapatkan dari investigasi auditor terhadap data-data yang disajikan. Terdapat dua jenis dokumentasi yaitu dokumentasi internal yang dibuat oleh pihak entitas dan dokumentasi eksternal yang dibuat oleh pihak ketiga. D. Prosedur analitik (analytical prosedure) Perbandingan informasi keuangan entitas dengan beberapa informasi terkait, perbandingan dengan entitas lain tetapi dalam satu jenis industri, memahami sifat alami entitas serta komparasi antar performance entitas. E. Meminta keterangan dari klien (inquiry) Bukti audit yang akan didapatkan melalui inquiry adalah bukti audit yang berupa hasil wawancara antara auditor dan klien. Auditor dapat meminta keterangan langsung dari klien terkait temuan yang didapatkan. Dengan meminta keterangan langsung auditor juga dapat memahami bisnis klien secara detail. F. Perhitungan kembali (recalculate) Untuk memastikan apakah tidak ada salah saji pada akun-akun tertentu auditor dapat menghitung kembali sehingga ada perbandingan sama atau tidaknya antar klien dan auditor. G. Penilaian atas performa Melihat perbandingan keadaan entitas selama tahun berjalan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
H. Pengamatan Pengamatan dapat dilakukan dengan cara melihat langsung bisnis klien, turun kelapangan ataupun berada diperusahaan klien untuk beberapa waktu.
2.6
Opini audit Berdasarkan SA 700, auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Untuk merumuskan opini tersebut, auditor harus menyimpulkan apakah auditor telah memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), opini audit ada lima (5) macam, yaitu: 1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Dalam SA 411 dikatakan bahwa laporan keuangan yang wajar dihasilkan setelah melalui pertimbangan apakah: a. Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan telah berlaku umum. b. Prinsip
akuntansi
yang
dipilih
tepat
bersangkutan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
untuk
keadaan
yang
27
c. Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi penggunaan, pemahaman, dan penafsiran. d. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhtisarkan dengan semestinya, yang tidak terlalu rinci ataupun terlalu ringkas. e. Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas yang dapat diterima, yaitu batas-batas yang layak dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan. 2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified Unqualified Opinion) Opini ini diatur di dalam SA 508 par.11. Terdapat beberapa kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. Auditor harus menjelaskan hal ini dalam paragraph pengantar untuk menegaskan pemisahan tanggung jawab dalam pelaksanaan audit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
b. Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI. Penyimpangan tersebut adalah penyimpangan yang terpaksa dilakukan agar tidak menyesatkan pemakai laporan keuangan auditan. c. Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material. d. Auditor
meragukan
kemampuan
satuan
usaha
dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya. e. Auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip dan metode akuntansi. 3. Opini Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Sesuai dengan SA 508 par.20 dikatakan bahwa jenis pendapat ini diberikan apabila: a. Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak
mempengaruhi
laporan
keuangan
secara
keseluruhan.
Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
4. Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion) Opini ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 5. Pernyataan Tidak Memberikan Opini (Disclaimer of Opinion) Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat ini layak diberikan apabila: a. Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun karena kondisi tertentu. b. Auditor tidak independen terhadap klien. Pernyataan ini tidak dapat diberikan apabila auditor yakin bahwa terdapat penyimpangan yang material dari prinsip akuntansi yang berlaku umum.
http://digilib.mercubuana.ac.id/