BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1
Proses Pembelajaran Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki
kemiripan
makna,
sehingga
seringkali
orang
merasa
bingung
untuk
membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut. 2.1.1 Pendekatan Pembelajaran. Pendekatan Pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin
7
8
Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu : 1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya. 2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran. 3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran. 4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah: 1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik. 2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif. 3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran. 4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. 2.1.2 Strategi Pembelajaran Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa: Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya
9
(2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) groupindividual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya
digunakan
berbagai
metode
pembelajaran
tertentu.Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). 2.1.3 Metode Pembelajaran Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. 2.1.4 Teknik Pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang
10
relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. 2.1.5 Taktik Pembelajaran. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat) 2.1.6 Model Pembelajaran. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada
11
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah
laku.
Kendati
demikian,
seringkali
penggunaan
istilah
model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Peta konsep model pembelajaran
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain
12
pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan
dan
urutan-urutan
langkah
konstruksinya,
maupun
kriteria
penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun. Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan
yang
memadai
dalam
mengembangkan
berbagai
model
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan
13
model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada. 2.2 Quantum Learning dan Quantum Teaching
Gambar 2.2 Keunggulan otak kiri dan kanan (Sumber: Quantum Quetient)
Proses belajar/mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya berarti-setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi-dan sampai sejauh mana anda mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung (Lozanov, 1978). Pasca Super Camp yang didirikan oleh Bobbi DePorter yang bertujuan untuk mengembangkan kercerdasan kuantum manusia, dimana manusia memiliki multi intelejensi. De Porter membuat suatu metode paten yang disebut Quantum
14
Teaching dan Quantum Learning, yang tidak serta merta lahir hanya dari pemikiran pribadi. Beliau dan temannya yang seorang penlis, mantan guru dan pengacara Mike Hernacki membuat suatu terobosan metode ini dari proses yang paling lambaat sampai hasil yang menakjubkan. Lebih jauh tentang multi-intelejensi manusia dijelaskan dalam bukunya Ir. Agus Nggermanto, beliau mengatakan: Multi intelejensi meliputi kecerdasan logis-matematis, kecerdasan linguistic-verbal, kecerdasan visual-spatial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinesthetic, kecerdasan emosional (intrapersonal dan interpersonal), kecerdasan naturalist, kecerdasan intuisi, kecerdasan moral, kecerdasan eksistensial, kecerdasan spiritual, dan lain-lain. Kecerdasan matematis dan linguistic bisaanya diklasifikasian sebagai IQ, sedangkan kecerdasan interpersonal dan intrapersonal diklasifikasikan sebagai EQ, dan kecerdasan spiritual dikenal sebagai SQ. (2001:49).
Ketiga hal diatas, yaitu IQ, EQ dan SQ menjadi bahan penelitian di dalam dunia pendidikan
selama bertahun-tahun
dalam
upaya
mengoptimalkan
kemampuan manusia yang tidak ada habisnya di kupas secara tuntas dalam kalimat saja. Adalah Daniel Goleman, penulis Emotional Intelligence yang membahas tentang kemampuan EQ yang dapat dikembangkan demi kemajuan perkembangan manusia. Sementara itu, SQ (kecerdasan spiritual) juga diyakini beberapa peneliti adalah kecerdasan yang sama pentingnya dengan dua hal sebelumnya, IQ dan EQ. masih dalam buku Ir. Agus Nggermanto, SQ adalah suatu kemampuan yang sama tuanya dengan umta manusia. Kecerdasan spiritual adalah hal yang cangggung bagi akademisi karena ilmu pengetahuan saat ini tidak dilengkapi perangkat untuk mempelajari sesuatu yang tidak dapat diukur secara objektif. (2001:118).
15
Merujuk dari penemuan Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, kecerdasankecerdasan itu lah yang pada dasarnya akan dikembangkan dengan metode Quantum Learning dan Quantum Teaching ini.
2.2.1 Quantum Learning Quantum Learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknikteknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme). Quantum Learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugestif bermunculan. Prinsip suggestology hampir mirip dengan proses accelerated learning, pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar
16
dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat. “Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang (Bobby De Porter dan Hernacki, 1992) Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan Quantum Learning sebagai “interaksi-interaksi
yang
mengubah
energi
menjadi
cahaya.”
Mereka
mengamsalkan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”. “Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda,
17
pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric learning), simulasi/permainan. Beberapa hal yang penting dicatat dalam Quantum Learning adalah sebagai berikut. Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas. Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang memerikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan tepukan.” Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian
18
emosional yang sehat). Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”. Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugastugas teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi. Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya “emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.” Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya, terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri. Dari proses inilah, Quantum Learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari
19
suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.” Dalam kaitan itu pula, antara lain, Quantum Learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar. Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum Learning menekankan penataan cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan orisinalitas Quantum Learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya konsentrasi siswa.
20
Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.” Peserta didik diminta untuk menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah Anda mempelajari informasi baru,” tulis Porter. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat,
agar
mereka
mendapat
pengalaman
membangun
gudang
penyimpanan pengertahuan pribadi. Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat juga berarti mengambil peluang-peluang yang akan datang, dan menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan terlibat aktif di dalam tiap proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak mengenai sesuatu). Pada akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri dalam melakukan perubahan. Mereka tidak boleh terbenam dengan situasi status quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro. Mereka diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan merasa dihargai” dari siswa. Menurut DePorter (2002:54) dalam pembelajaran Quantum Learning ada 5 ciri spesifik yang berguna untuk meningkatkan otak untuk memahami suatu informasi yang diberikan. Ciri-ciri tersebut adalah: • Learning To Know yang artinya belajar untuk mengetahui • Learning To Do yang artinya belajar untuk melakukan • Learning To Be yang artinya belajar untuk menjadi dirinya sendiri • Learning To Live Together yang artinya belajar untuk kebersamaan
21
Guru dituntut untuk memiliki metode belajar yang bervariasai dan kreatif, karena cara-cara berpikir anak itu lebih logis, kritis, rasa ingin tahu tinggi. Dalam buku Quantum Learning yang ditulis oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernacki ada 3 (tiga) metode utama dalam pembelajaran Quantum Learning • Mind Mapping yang artinya peta pikiran. • Speed Reading yang artinya membaca cepat • Super Memory System yang artinya menoptimalkan daya ingat Manfaat dari Quantum Learning : • Sikap positif • Motivasi • Keterampilan belajar seumur hidup • Kepercayaan diri • Sukses
Gambar 2.3 Peta konsep Multi Intelejensi (Sumber: Quantum Quetient)
2.2.2 Quantum Teaching
Quantum Teaching adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Dan Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan,
22
interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan kerangksa belajar. Quantum Teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian dan fasilitasi Super Camp. Diciiptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning(Lozanov), Multiple Intelligences (Gardner), Neuro_Linguistic Programming (Grinder dan Bandler), Experintial Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson dan Johnson), dan Elements of Effective Instruction (Hunter), Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket multi sensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak, yang pada akhrinya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid untuk berprestasi. 1. Pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada dalam dan sekitar proses belajar 2. Uraian cara-cara baru yang memudahkan proses belajar lewat pemaduan unsur-unsur seni dan pencapaian-pencapaian terarah 3. Berfokus pada hubungan dinamis dalam kelas
Asas Utama Quantum Teaching bersandar pada konsep, “ bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama, karena tindakan ini
23
akan memberi izin guru untuk memimpin , menuntun dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang luas. Dengan mengaitkan apa yang guru diajarkan
dengan sebuah peristiwa, pikiran atau
perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, guru dapat membawa mereka ke dalam dunia guru dan memberi mereka pemahaman mengenai isi dunia itu. Di sinilah kosa kata baru, model, mental, rumus dan lain-lain diuraikan. Seraya menjelajahi kaitan
dan interaksi, baik siswa maupun guru mendapatkan
pemahaman baru dan “ dunia kita “ diperluas mencakup tidak hanya para siswa, tetapi juga guru. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam ini, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru. Prinsip- Prinsip Quantum Teaching memiliki lima prinsip/kebenaran tetap. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1. Segalanya berbicara segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh anda. Dari kertas yang anda bagikan hingga rancangan pelajaran anda. Semuanya mengirim pesan tentang belajar. 2. Segalanya bertujuan semua yang terjadi dalam pengubahan anda mempunyai tujuan. 3. Pengalaman sebelum pemberian nama
24
proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka pelajari, karena otak manusia berkembang yang akhirnya menggerakkan rasa ingin tahu. 4. Akui setiap usaha belajar mengandung resiko. Pada saat siswa
mengambil langkah ini,
mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. 5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. Di kelas, tujuan yang sama bagi seluruh siswa adalah mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi pelajar yang lebih baik dan berinteraksi, serta mengembangkan keterampilan lain yang dianggap penting menurut anda. Prinsip-prinsip ini akan menuntun perilaku dan membantu tumbuhnya lingkungan yang saling mempercayai dan mendukung. Dalam Quantum Teaching menggunakan satu set prinsip yang disebut 8 kunci keunggulan. Dalam 8 kunci keunggulan tersebut menyediakan cara yang bermanfaat untuk mendapatkan keselarasan dan kerjasama. Adapun 8 kunci keunggulan tersebut adalah : 1. Integritas : bersikap jujur, tulus menyeluruh selaraskan nilai-nilai dengan perilaku kita. 2. Kegagalan awal kesuksesan: pahamilah bahwa kegagalan hanyalah memberikan informasi yang anda butuhkan untuk sukses
25
3. Bicaralah dengan niat baik: berbicaralah dengan pengertian positif dan bertanggungjawablah untuk berkomunikasi yang jujur dan lurus. 4. Hidup saat ini
: pusatkan perhatian anda pada saat sekarang ini dan
manfaatkan waktu sebaik-baiknya. 5. Komitmen: lakukan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan anda 6. Tanggung jawab : bertanggung jawablah atas tindakan anda 7. Sikap
luwes/fleksible:
bersikaplah
terbuka
terhadap
perubahan/
pendekatan baru, hal ini membantu anda dalam memperoleh hasil yang diinginkan 8. Keseimbangan: jaga keselarasan pikiran tubuh jiwa anda.
Keyakinan akan kemampuan pelajar, belajar dan mengajar. Keyakinan anda mempengaruhi tindakan dan perilaku anda jika anda membawakan positif, maka orang-orang disekitar anda akan terpengaruh. Bila di dalam kelas kemampuan anda untuk menjangkau siswa tetap sesuai dengan keyakinan dalam diri anda. Kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan 1. Kesepakatan: lebih informal dari pada peraturan, dan merupakan daftar cara sederhana dan konkret untuk melancarkan jalannya pelajaran 2. Kebijakan: mendukung tujuan komunitas belajar anda 3. Prosedur: memberitahu siswa apa yang diharapkan dan tindakan apa yang diambil
26
4. Peraturan lebih ketat daripada kesepakatan/kebijakan. Melanggar peraturan harus menimbulkan konsekuensi yang jelas Memadukan antara unsur-unsur berikut : lingkungan, suasana, landasan, rancangan, penyajian, fasilitas. Maksudnya : • jadikan lingkungan kelas penuh dengan keakraban antara guru dan murid • buatlah suasana diri anda semangat; begitu pula murid-murid • landasan proses belajar harus seimbang, murid harus punya niat/ minat • adakan rancangan/rencana pembelajaran/kurikulum yang efektif dan efesien. • Atur penyajian/penyampaian pelajaran dengan mudah dan mengasyikkan • Guru mampu memfasilitasi untuk mengubah perilaku/bakat dan potensi murid. Model Quantum Teaching hampir sama dengan sebuah simfoni. Kita dapat membaginya menjadi 2 kategori : a. Konteks adalah latar untuk pengalaman anda. Dalam seksi konteks, anda akan menemukan semua bagian yang anda butuhkan untuk mengubah : 1. Suasana yang memberdayakan 2. Landasan yang kukuh 3. Lingkungan yang mendukung 4. Rancangan yang dinamis b. Isi, walaupun berbeda namun sama pentingnya dengan konteks. Dalam seksi ini , anda akan menemukan keterampilan penyampaian untuk kurikulum
27
apapun disamping strategi yang dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab atau apa yang mereka pelajari 1. penyampaian yang prima 2. fasilitas yang luwes 3. keterampilan belajar untuk belajar 4. keterampilan hidup
Penerapan praktis dalam mengubah lingkungan kelas Quantum Teaching. Siswa adalah tamu bagi guru yang diundang untuk acara penting yaitu belajar. Lingkungan kelas mempengaruhi kemampuan siswa untuk berfokus dan menyerap informasi, bila benda-benda di kelas tidak menarik pandang siswa, mungkin pesannya akan berbunyi “ belajar itu kuno, melelahkan dan usang “, akan tetapi bila lingkungan ditata untuk mendukung belajar, maka dapat berkata, “ belajar itu, hidup, penuh semangat,”/ datang dan jelajahilah”! segala sesuatu dalam lingkungan jelas menyampaikan pesan yang memacu/ menghambat belajar ( Dhority, 1991) ingatlah : segalanya berbicara, segalanya , selalu ! a. lingkungan sekeliling Sebuah gambar lebih berarti dari pada seribu kata. Dan jika guru menggunakan alat peraga dalam situasi belajar, maka akan terjadi hal yang menakjubkan pada pembelajaran. Beberapa ide yang dapat dilakukan oleh guru ; • poster ikon/simbol: yang dipajang pada setiap konsep utama yang diajarkan dan digambarkan di atas selembar kertas berukuran 25x40cm/lebih besar.
Poster-poster ikon dipajang di depan kelas di atas pandangan mata,
28
memberikan gambaran keseluruhan, tinjauan global dari bahan pelajaran yang membantu penciptaan, penyimpanan dan pencarian informasi secara visual. Pemajangan poster tersebut hingga pelajaran selesai lalu dipindahkan ke bagian dinding yang agar tempatnya dapat digunakan untuk poster-poster lain. Posterposter yang sebelumnya tetap dipajang akan menjadi pengingat sadar ata u tidak sadar untuk informasi dari awal pelajaran hingga saat itu dan membantu siswa untuk mengingat isi pelajaran dengan mengakses memori visual siswa setiap kali melihat. • Poster Afirmasi Minta siswa untuk membuat poster motivasi afirmasi dengan pesan-pesan seperti “ aku mampu mempelajarinya” dan lain-lain. Poster-poster itu di tempatkan di dinding samping sehingga mata orang duduk. Poster-poster disekeliling ruangan “mengucapkan” afirmasi seperti dialog internal sehingga menguatkan keyakinan siswa tentang belajar dan tentang isi yang diajarkan. • Gunakan Warna Gunakan warna untuk memperkuat pengajaran dan belajar siswa karena otak berfikir dalam warna. Gunakan warna hijau, biru, ungu dan merah untuk kata-kata penting, jingga dan kuning untuk menggaris bawahi, serta hitam dan putih untuk kata-kata penghubung seperti dan, dari dan sebagainya. b. Alat bantu Alat bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu benda. Alat bantu tidak hanya membantu pembelajaran visual tapi dapat pula membantu moralitas, kinestetik. Bagi siswa yang kinestetik dapat memegang alat bantu dan
29
mendapatkan rasa yang lebih baik dari ide yang disampaikan oleh guru. Contohnya: boneka untuk mewakili tokoh dalam karya sastra. c. Pengaturan bangku Pengaturan bangku mempunyai peranan penting dalam konsentrasi belajar siswa. Pengaturan bangku dapat dilakukan secara fleksible dengan memposisikan berhadap-hadapan saat kerja kelompok atau menghadap ke depan untuk tetap fokus ke depan saat pemutaran video, presentasi siswa, ajaran guru dan lain-lain. d. Tumbuhan, aroma, hewan peliharaan dan unsur-unsur organik lainnya. • Tumbuhan Biologi dan botani mengajarkan bahwa tumbuh-tumbuhan menyediakan oksigen dan otak berkembang karena oksigen. Semakin banyak oksigen yang didapat semakin baik otak berfungsi. • Aroma Manusia dapat meningkatkan kemampuan berfikir mereka secara kreatif sebanyak 30% saat diberikan wangi bunga tertentu ( Hirsch, 1993 ). Apa artinya bagi kelas? sedikit penyemprotan aroma berikut akan meningkatkan kewaspadaan mental: mint, kemangi, jeruk, resemary, lavender, dan mawar memberikan ketenangan dan relaksasi ( lavabre, 1990 ) • Hewan peliharaan Hanya sedikit benda yang dapat mengeluarkan sifat penyayang dalam diri siswa dan memenangkan mereka seperti yang ditimbulkan hewan peliharaan, ditambah lagi orang mempunyai ikatan emosional yang kuat dengan binatang
30
peliharaan mereka. Binatang peliharaan yang dapat menciptakan kesempatan untuk melatih tanya jawab, gizi dan kesehatan serta perawatan. Perancangan Pengajaran yang Dinamis Jembatani jurang antara guru – siswa dengan perancangan pelajaran 1. dari dunia mereka ke dunia kita 2. modalitas V – A – K Visual “mengakses citra penglihatan “ cirinya: a. teratur, memperlihatkan segala sesuatu b. mengingat dengan sabar Auditorial “mengakses segala jenis bunyi dan kata yang didengar. Cirinya ; a. perhatian mudah terpecah b. bicaranya berirama c. gaya belajarnya dengan cara mendengarkan d. berdialog secara internal dan eksternal Kinestetik “ mengakses segala jenis gerak dan emosi. Cirinya ; a. mengetahui orang dan berdiri berdekatan b. gaya belajar praktek c. menunjuk tulisan saat membaca d. mengingat sambil belajar dan melihat 3. model kesuksesan dari pandang perancang 4. kecerdasan berganda SLIM N BIL
31
• Spasial – visual berfikir dalam citra dan gambar (melibatkan kemampuan memahami hubungan ruang dan citra mental) • Linguistik – Verbal berfikir dalam kata-kata (melibatkan kemampuan memahami dalam berbahasa untuk berbicara, menulis, membaca, menghubungkan dan menafsirkan). • Interpersonal berfikir lewat berkomunikasi dengan orang lain (mengacu pada keterampilan manusia dapat dengan mudah membaca, berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain). • Musikal – Ritmik berfikir dalam irama dan melodi • Naturalis berfikir dalam acuan alam (dapat melihat hubungan dan pola dunia alamiah dan mengidentifikasi dan berinteraksi dengan proses alam) • Badan – Kinestetik berfikir melalui sensasi dan gerakan fisik. (merupakan kemampuan mengendalikan dan menggunakan badan fisik dengan mudah dan cekatan) • Intrapersonal berfikir secara reflektif (mengacu pada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri) • Logis-Matematis berfkir dengan penalaran (melibatkan pemaecahan masalah secara logis dan ilmiah dan kemampuan matematis) Quantum Teaching ditulis untuk menjadikan sahabat yang siap membantu karena didalamnya memuat prinsip dan komunikasi ampuh yang diperkuat dengan
32
pendekatan multi sensasi. Multi kecerdasan dan berdasarkan kerangka rancangan belajar Quantum Teaching yang dikenal sebagai TANDUR a. Tumbuhkan – minat yang memuaskan AMBAK b. Alami - ciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti c. Namai – sediakan kata kunci, model, rumus, strategi d. Demonstrasikan – berikan kesempatan – mereka tahu e. Ulangi – tunjukkan cara mengulang materi f. Rayakan – pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi Kesuksesan Melalui Konteks Suasana Yang Menggairahkan 1. Kekuatan – terpendam – niat Keyakinan seseorang mengenai kemampuan dirinya sangat berpengaruh pada kemampaun itu sendiri ( Albert Bandura, 1988 ) • Guru memperhatikan emosi siswa dapat membantu menciptakan pembelajaran siswa • Memahami kondisi emosi mereka dapat meembuat pembelajaran lebih berarti dan permanen • Tanpa keterlibatan emosi, kegiatan saraf otak kurang dari yang dibutuhkan untuk merekatkan pelajaran dalam ingatan ( Goleman,1995) • Ketika otak menerima ancaman / tekanan, kepastian saraf-saraf berfikir rasional mengecil. Otak dibajak secara emosional. • Orang dapat berkonsentrasi paling baik saat mereka sedikit lebih dituntut dari bisaanya dan mereka dapat memberikan lebih dari bisaanya.
33
• Tuntutan sedikit – bosan • Tuntutan besar – cemas Flow terdapat di daerah genting antara kebosanan dan kecemasan Kunci • Libatkan emosi siswa • Ciptakan kesenangan dalam belajar • Singkirkan semua ancaman 2. Jalinan rasa simpati dan saling perhatian • Guru harus membangun hubungan – rasa simpati dan saling perhatian - membuka jalan masuk dunia baru mereka - mengetahui minat Badan kinestetik – berfikir melalui sensai dan gerakan fisik merupakan kemampuan untuk mengendalikan dan menggunakan badan fisik dengan mudah dan cekatan. Interpersonal – berfikir secara reflektif – mengacu pada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri Logis – matematik – berfikir dengan penalaran – melibatkan pemecahan masalah secara logis dan ilmiah dan kemampuan matematika. 3 Unsur Kunci yang Dapat Dijalinkan ke dalam Pelajaran: A. Metafora – kebanyakan sistem konseptual normal secara metaforis yang konsep difahami sebagian dalam konsep lain B. Perumpamaan 90% masukan indra untuk otak berasal dari sumber visual
34
C. sugesti 5 Keterampilan Merangsang Belajar: 1. Konsentrasi terfokus 2. Cara mencatat 3. Organisasi dan persiapan tes 4. Membaca cepat 5. Teknik mengingat Keadaan prima untuk belajar – cepat belajar – SLANT SLANT ( pandangan ) – teori Dr. Ed. Ellis. - Sit up in the chair ( duduk tegak di kursi mereka ) - Learn forward ( condong ke depan ) - Ask question ( bertanya ) - Nod their heads ( mengangguk kepala ) - talk to their teacher ( berbicara dengan guru )
35
Gambar 2.4 grafik pengaruh dari penerapan Quntum Learning di Super Camp
2.3 Pengaruh Musik Pendekatan
pengajaran
Kecerdasaan
Quantum
ini
salah
satunya
menggunakan media musik, yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.
36
Berikut adalah beberapa terori yang dapat dikumpulkan penulis untuk memperjelas bagaimana pengaruh dari musik itu sendiri.
2.3.1 Musik terhadap perkembangan kognitif Penelitian-penelitian membuktikan bahwa musik memberikan banyak manfaat kepada manusia atau siswa seperti merangsang pikiran, memperbaiki konsenstrasi dan ingatan, meningkatkan aspek kognitif, membangun kecerdasan emosional, dll.Musik juga dapat menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri, yang berarti menyeimbangkan perkembangan aspek intelektual dan emosional. Siswa yang mendapat pendidikan musik jika kelak dewasa akan menjadi manusia yang berpikiran logis, sekaligus cerdas, kreatif, dan mampu mengambil keputusan, serta mempunyai empati. Penelitian menunjukkan bahwa musik dapat memberikan rangsanganrangsangan yang kaya untuk segala aspek perkembangan secara kognitif dan kecerdasan emosional (EQ). Roger Sperry (1992) dalam Siegel (1999) penemu teori Neuron mengatakan bahwa neuron baru akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik sehingga neuron yang terpisah-pisah itu bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak, sehingga terjadi perpautan antara neuron otak kanan dan otak kiri itu. Siegel, 1999 mengatakan bahwa musik klasik menghasilkan gelombang Alfa yang menenangkan yang dapat merangsang sistem limbik jaringan neuron otak.
37
Hal yang sama dikemukakan Campbell 2001 dalam bukunya Efek Mozart) mengatakan bahwa: musik Barok (Bach, Handel dan Vivaldi) dapat menciptakan suasana yang merangsang pikiran dalam belajar. Musik klasik (Haydn dan Mozart) mampu memperbaiki konsentrasi ingatan dan persepsi spasial. Masih banyak lagi jenisjenis musik lain mulai dari Jazz, New Age, Latin, Pop, lagu-lagu, Gregorian bahkan gamelan yang dapat mempertajam pikiran dan meningkatkan kreativitas. Kognitif merupakan semua proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi. Mengacu pada perkembangan kognitif dari Piaget (1969) dalam teori belajar yang didasari oleh perkembangan motorik, maka salah satu yang penting yang perlu distimulasi adalah keterampilan bergerak. Melalui keterampilan motorik anak mengenal dunianya secara konkrit. Dengan bergerak ini juga meningkatkan kepekaan sensori, dan dengan kepekaan sensori ini juga meningkatkan perkiraan yang tepat terhadap ruang spatial, arah dan waktu. Perkembangan dari struktur ini merupakan dasar dari berfungsinya efisiensi pada area lain. Kesadaran anak akan tempo dapat bertambah melalui aktivitas bergerak dan bermain yang menekankan sinkronis, ritme dan urutan dari pergerakan. Kemampuan-kemampuan visual, auditif dan sentuhan juga diperkuat melalui aktivitas gerak. Gallahue, (1998) mengatakan bahwa: kemampuan-kemampuan seperti ini makin dioptimalkan melalui stimulasi dengan memperdengarkan musik klasik.Rithme, melodi, dan harmoni dari musik klasik dapat merupakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar anak.Melalui musik klasik anak mudah menangkap hubungan antara waktu, jarak dan urutan
38
(rangkaian) yang merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk kecakapan dalam logika berpikir, matematika dan penyelesaian masalah. Hasil penelitian Herry Chunagi (1996) Siegel (1999), yang didasarkan atas teori neuron (sel kondiktor pada sistem saraf), menjelaskan bahwa: neuron akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan yang berupa gerakan, elusan, suara mengakibatkan neuron yang terpisah bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak. Semakin banyak rangsangan musik diberikan akan semakin kompleks jalinan antar neuron itu. Itulah sebenarnya dasaradanya kemampuan matematika, logika, bahasa, musik, dan emosi pada anak. Selanjutnya, Gordon Shaw (1996) dalam newsweek (1996) mengatakan bahwa: kecakapan dalam bidang yakni matematika, logika, bahasa, musik dan emosi bisa dilatih sejak kanak-kanak melalui musik. Dengan melakukan penelitian membagi 2 kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen melalui pendidikan musik sehingga sirkuit pengatur kemampuan matematika menguat. Musik berhasil merangsang pola pikir dan menjadi jembatan bagi pemikiran-pemikiran yang lebih kompleks. Didukung pula oleh Martin Gardiner (1996) dalam Goleman (1995) dari hasil penelitiannya mengatakan bahwa: seni dan musik dapat membuat para siswa lebih pintar, musik dapat membantu otak berfokus pada hal lain yang dipelajari. Jadi, ada hubungan logis antara musik dan matematika, karena keduanya menyangkut skala yang naik turun, yaitu ketukan dalam musik dan angka dalam matematika. Daryono Sutoyo, Guru Besar Biologi UNS Solo, melakukan penelitian (1981) tentang kontribusi musik yaitu menstimulasi otak, mengatakan bahwa: pendidikan kesenian penting diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) agar peserta didik sejak dini memperoleh stimulasi yang seimbang antara belahan otak kiri dan belahan otak kanannya. Bila mereka mampu menggunakan fungsi kedua belahan otaknya secara seimbang, maka apabila mereka dewasa akan menjadi
39
manusia yang berpikir logis dan intutif, sekaligus cerdas, kreatif, jujur, dan tajam perasaannya.
2.3.2 Musik terhadap kecerdasan Emosi Para ilmuwan sering membicarakan bagian otak yang digunakan untuk berfikir yaitu korteks, (kadang-kadang disebut neokorteks) sebagai bagian yang berbeda dari bagian otak yang mengurangi emosi yaitu sistem limbik.Padahal keduanya mempunyai hubungan.Interaksi yang disebabkan rangsangan bunyi musik yang menentukan kecerdasan emosional. Korteks adalah bagian berpikir otak dan berfungsi mengendalikan emosi melalui pemecahan masalah, bahasa, daya cipta, dan proses kognitif lainnya. Sistem limbik merupakan bagian emosional otak.Sistem meliputi ini thalamus, yang mengirimkan pesan-pesan ke korteks; hippocampus, yang berperan dalam ingatan dan penafsiran persepsi; dan amigdala, pusat pengendalian emosi. Menurut peneliti Siegel (1999) ahli perkembangan otak, mengatakan bahwa, Efek atau suasana perasaan dan emosi baik persepsi, ekspresi, maupun kesadaran pengalaman emosional, secara predominan diperantarai oleh hemisfer otak kanan. Artinya, hemisfer ini memainkan peran besar dalam proses perkembangan emosi, yang sangat penting bagi perkembangan sifat-sifat manusia yang manusiawi. Kehalusan dan kepekaan seseorang untuk dapat ikut merasakan perasaan orang lain, menghayati pengalaman kehidupan dengan perasaan adalah fungsi otak kanan, sedang kemampuan mengerti perasaan orang lain, mengerti pengalaman dengan rasio adalah fungsi otak kiri. Kemampuan seseorang untuk
40
dapat berkomunikasi dengan baik dan manusiawi dengan orang lain merupakan percampuran (blending antara otak kanan dan kiri itu). Proses mendengar musik merupakan salah satu bentuk komunikasi afektif dan memberikan pengalaman emosional. Emosi yang merupakan suatu pengalaman subjektif yang inherent terdapat pada setiap manusia.Untuk dapat merasakan dan menghayati serta mengevaluasi makna dari interaksi dengan lingkungan, ternyata dapat dirangsang dan dioptimalkan perkembangannya melalui musik sejak masa dini. Campbell 2001 dalam bukunya efek Mozart mengatakan musik romantik (Schubert, Schuman, Chopin, dan Tchaikovsky) dapat digunakan untuk meningkatkan kasih sayang dan simpati. Musik digambarkan sebagai salah satu bentuk murni ekspresi emosi.Musik mengandung berbagai contour, spacing, variasi intensitas dan modulasi bunyi yang luas, sesuai dengan komponen-komponen emosi manusia. Suzuki (1987) dalam Utami Munandar mengatakan bila anak dibesarkan dalam suasana musik Mozart sejak dini, jiwa Mozart yang penuh kasih sayang dan disiplin akan tumbuh dalam dirinya. Inilah keajaiban musik. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi Peter Salovey dan John Mayer (1990) dalam Shapiro (1997) menerangkan: kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali emosi diri. Sternberg dan Salovery dalam Shapiro (1997) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali emosi diri merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang
41
sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara mantap. Dalam hal ini, sikap yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan seperti memilih sekolah, sahabat, profesi sampai kepada pemilihan pasangan hidup. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar.Misalnya seseorang yang sedang marah maka kemarahan itu tetap dapat dikendalikan secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya disesali di kemudian hari. Kepekaan akan rasa indah timbul melalui pengalaman yang dapat diperoleh dari menghayati musik. Kepekaan adalah unsur yang penting guna mengerahkan kepribadian dan meningkatkan kualitas hidup. Seseorang memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka maka ia akan dapat mengambil keputusan-keputusan secara mantap dan membentuk kepribadian yang tangguh. Kemampuan motivasi adalah kemampuan untuk memberikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat.Dalam hal ini terkandung adanya unsur harapan dan optimisme yang tinggi, sehingga memiliki kekuatan semangat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, misalnya dalam hal belajar. Seperti apa yang kita cita-citakan dapat diraih dan mengisyaratkan adanya suatu perjalanan yang harus ditempuh dari suatu posisi di mana kita berada (Point of Departure, POD) ke suatu titik tiba (Point of Arrival, POA) dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Evelyn Pitcer dalam Kartini (1982) mengatakan musik membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan
42
memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka. Kemampuan untuk mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan social yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok (group) dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang lain. Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. Anak ingin dicintai, ingin diakui, dan dihargai. Berkeinginan pula untuk dihitung dan mendapatkan tempat dalam kelompoknya.Jelas bahwa individualitas dan sosialitas merupakan unsur-unsur yang komplementer, saling mengisi dan melengkapi dalam eksistensi anak. Kecerdasan emosional perlu dikembangkan karena hal inilah yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak, sehingga akan membuat seluruh potensi anak dapat berkembang secara lebih optimal. Idealnya seseorang dapat menguasai keterampilan kognitif sekaligus keterampilan social emosional. Daniel Goleman (1995) melalui bukunya yang terkenal Emotional Intelligences (EQ), memberikan gambaran spectrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli. Sebagaimana dikatakan oleh para ahli, perkembangan kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh rangsangan musik seperti yang dikatakan Gordon Shaw (1996). 2.3.3 Belajar dan Musik
43
Dalam hal ini, seni musik erat kaitannya dengan kegiatan-kegiatan lain yang berkenaan dengan musik itu sendiri. Berikut adalah lebih lanjut mengenai seni musik. Seni
musik
adalah
cetusan
ekspresi perasaan atau pikiran yang
dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Bisa dikatakan, bunyi (suara) adalah elemen seni musik paling dasar. Suara seni musik yang baik adalah hasil interaksi dari tiga elemen, yaitu: irama, melodi, dan harmoni. Irama adalah pengaturan suara dalam suatu waktu, panjang, pendek dan temponya, dan ini memberikan karakter tersendiri pada setiap seni musik. Kombinasi beberapa tinggi nada dan irama akan menghasilkan melodi tertentu. Selanjutnya, kombinasi yang baik antara irama dan melodi melahirkan bunyi yang harmoni. Seni musik adalah seni yang abstrak dan memiliki banyak keunggulan untuk membantu pendidikan watak halus seseorang. Ia telah banyak dikaji oleh para pemikir, kaumagama, pendidik, dan teoretikus seni, selain sebagai seni ia banyak digunakan untuk berbagai keperluan mulai dari tradisi, adat, hiburan, maupun pendidikan. Arti lain seni musik adalah segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai seni musik. Seni musik adalah kumpulan nada-nada yang menghasil kan suara atau bunyi yang bervariasi. Beberapa orang menganggap seni musik tidak berwujud sama sekali. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 602) Seni musik adalah: ilmu atau seni menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).
44
Menurut Jamalus ( 1988 : 1 ), Seni musik adalah suatu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsurunsur musik, yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Lagu atau komposisi musik baru itu merupakan hasil karya seni jika diperdengarkan dengan menggunakan suara (nyanyian ) atau dengan alat-alat musik. Seashore, (1987) mengemukakan musik adalah pesona jiwa, alat membuat gembira, sedih, semangat, susah, dan penuh pengharapan; seolah-olah mengangkat pikiran dan ingatan melambungtinggi; emosi melampaui diri seperti gelombang di laut lepas. Dengan demikian seni musik adalah bunyi yang dianggap enak didengar dengan jumlah getaran/frekuensi perdetik yang teratur karena kalau jumlah getarannya tidak teratur maka kita hanya akan mendengar suara atau kebisingan saja. Flicker frekuensi atau jumlah getaran perdetik menentukan jumlah suara. Telinga manusia cukup peka terhadap perbedaan suara dan memiliki jangkauan sekitar 20 sampai sampai 20.000 getaran per detik. Sebuah paduan suara campuran menghasilkan frekuensi antara sekitar 64 dan 1500 getaran perdetik, sebuah konser piano antara 20 dan 4176 getaran perdetik. Kepekaan pendengaran manusia tak seberapa kalau dibanding dengan kepekaan binatang, Telinga manusia tak dapat menangkap suara yang frekuensinya di bawah 200 per 1/60 detik atau frekuensi di atas 20.000 per 1/60 detik. Selain dari itu, kekuatan suara akan berdampak negatif bagi pendengaran manusia bila frekuensinya melebihi batasan tertentu. Beda halnya dengan : anjing: dapat menangkap suara yang frekuensinya sangat rendah melalui sensor pada sisi samping tubuhnya. Ikan
45
di akuarium : bisa mendengar suara gerakan tubuhnya yang memantul pada dinding kaca, karena itu ia tidak menabraknya. Burung: umumnya memiliki pendengaran yang sangat peka dan kuat. Kelelawar : memiliki kemampuan istimewa untuk menangkap gelombang suara ultra sonic dengan kedua telinganya yang lebar. Kelelawar memang tak bisa melihat, terutama pada siang hari. Akan tetapi ia dapat menghasilkan suara dengan frekuensi cukup tinggi. Suara tersebut memantul pada setiap benda di sekelilingnya, kemudian berbalik dan ditangkap pendengarannya. Dengan begitu kelelawar dapat memastikan wujud benda di sekitarnya. Ia bisa memperkirakan jauh tidaknya benda itu berada dari posisinya. Bahkan ia juga mengontrol gerakan dan menentukan di mana harus hinggap. Dari kelelawarlah, manusia dapat berpikir dan membuat radar dengan bantuan ilmu pengetahuan. Aristoteles menyatakan: seni musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Seni musik tidak hanya sekedar bunyi, seni musik tidak hanya sekedar melodi, seni musik tidak hanya sekedar irama yang beraturan tetapi seni musik merupakan hasil dari aktivitas manusia melalui pengolahan bunyi sebagai media ekspresi yang sesuai dengan konteks.
2.4 Motivasi Berprestasi Berprestasi adalah idaman setiap individu, baik itu prestasi dalam bidang pekerjaan, pendidikan, sosial, seni, politik, budaya dan lain-lain. Dengan adanya prestasi yang pernah diraih oleh seseorang akan menumbuhkan suatu semangat baru untuk menjalani aktifitas. Pengertian prestasi menurut Murray (dalam J. Winardi, 2004):
46
Melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi atau mengorganisasi objek-objek fiskal, manusia atau ide-ide untuk melaksanakan halhal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Mencapai perporman puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.
Motivasi berprestasi adalah daya dorong yang terdapat dalam diri seseorang sehingga orang tersebut berusaha untuk melakukan sesuatu tindakan / kegiatan dengan baik dan berhasil dengan predikat unggul (excellent); dorongan tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau berasal dari luar dirinya. (B. Uno, Dr. Hamzah, Teori Motivasi & pengukurannya, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008). Motivasi Berprestasi merupakan bekal untuk meraih sukses. Sukses berkaitan dengan perilaku 'produktif dan selalu memperhatikan / menjaga 'kualitas' produknya. Motivasi berprestasi merupakan konsep personal yang inheren yang merupakan faktor pendorong untuk meraih atau mencapai sesuatu yang diinginkannya agar meraih kesuksesan. Untuk mencapai kesuksesan tersebut setiap orang mempunyai hambatan-hambatan yang berbeda, dan dengan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, diharapkan hambatan-hambatan tersebut akan dapat diatasi dan kesuksesan yang dinginkan dapat diraih. Dengan memiliki motivasi berprestasi maka akan muncul kesadaran bahwa dorongan untuk selalu mencapai kesuksesan (perilaku produktif dan selalu memperhatikan kualitas) dapat menjadi sikap dan perilaku permanen pada diri individu. Motivasi berprestasi akan dapat mendobrak building block ketahanan individu dalam menghadapi tantangan hidup sehingga mencapai kesuksesan.
47
Weiner (1985) seorang ahli psikologi dari Amerika Serikat mengemukakan bahwa hal-hal yang menyebabkan kegagalan atau kesuksesan adalah : (1) usaha, (2) kemampuan. (3) orang lain, (4) emosi, (5) tingkat kesulitan tugas, dan (6) keberuntungan. Berkaitan dengan usaha dan kemampuan, Bendura (1992) mengemukakan bahwa: bila seseorang memiliki rasa yang kuat tentang kemampuan dirinya (self efficacy), maka akan mendesak usaha yang lebih besar untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menantang dari pada orang yang memiliki keraguan diri akan kemampuannya. Adanya perasaan mampu (untuk berprestasi) yang dimiliki oleh seseorang, akan memberikan kontribusi yang sangat besar pada aspek percaya diri, yaitu bahwa ia akan merasa yakin dengan kemampuannya untuk dapat mencapai suatu prestasi tertentu. Setiap manusia mempunyai tingkat kesulitan dan hambatan yang berbeda dalam mencapai apa yang diinginkan. Secara umum kesulitan dan hambatan yang dihadapi manusia terdiri dari : (1) kesulitan masyarakat, yaitu : kesulitan yang dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, misal : krisis ekonomi; (2) kesulitan di tempat tinggal / kerja / sekolah, yaitu : kesulitan yang dirasakan oleh orang-orang di kalangan terbatas, misal : kebijakan pimpinan kantor; (3) kesulitan individu, yaitu : kesulitan yang muncul sebagai akibat mengalirnya kesulitan masyarakat dan kesulitan di tempat kerja, misal : sulit mencari pekerjaan. McClelland juga berpendapat tentang motivasi berprestasi. McClelland dan Atkinson (1953:75) menyebutkan : Setiap orang mempunyai tiga motif yakni motivasi berprestasi (achievement motivation), motif bersahabat (affiliation motivation) dan motif berkuasa (power motivation). Dari ketiga motif itu dalam penelitian ini akan difokuskan pada motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi dapat untuk bekerja dan belajar.
48
Menurut McClelland dan Atkinson (1953:78) bahwa, Achiement motivation should be characterzed by high hopes of success rather than by fear of failure. Artinya motivasi berprestasi merupakan ciri seorang yang mempunyai harapan tinggi untuk mencapai keberhasilan dari pada ketakutan kegagalan. Selanjutnya dinyatakan McClelland (1953:78) bahwa: motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Pencapaian standar prestasi digunakan oleh siswa untuk menilai kegiatan yang pernah dilakukan. Siswa yang menginginkan prestasi yang baik akan menilai apakah kegiatan yang dilakukannya telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Komarudin (1994) menyebutkan bahwa: Motivasi berprestasi meliputi pertama kecenderungan atau upaya untuk berhasil atau mencapai tujuan yang dikehendaki; kedua keterlibatan ego individu dalam suatu tugas; ketiga harapan suatu tugas yang terlihat oleh tanggapnya subyek; keempat motif untuk mengatasi rintangan atau berupaya berbuat sesuatu dengan cepat dan baik.
Sedangkan ahli lain, yakni Gellerman (1963: 67) menyatakan bahwa: Orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan sangat senang kalau ia berhasil memenangkan suatu persaingan. Ia berani menanggung segala resiko sebagai konsekwensi dari usahanya untuk mencapai tujuan. Sedangkan motivasi berprestasi menurut Tapiardi (1996:105) adalah sebagai suatu cara berfikir tertentu apabila terjadi pada diri seseorang cenderung membuat orang itu bertingkah laku secara giat untuk meraih suatu hasil atau prestasi. Dari pendapat di atas dapat di pahami bahwa dengan adanya motivasi berprestasi dalam diri individu akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat,
49
akan menumbuhkan individu-individu yang bertanggung jawab dan dengan motivasi berprestasi yang tinggi juga akan membentuk individu menjadi pribadi yang kreatif. 2.4.1 Aspek Motivasi Berprestasi McClelland (dalam Marwisni Hasan 2006) menyatakan bahwa: orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Mempunyai tanggung jawab pribadi. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi akan melakukan tugas sekolah atau bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Siswa yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan akan puas dengan hasil pekerjaan karena merupakan hasil usahanya sendiri. Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan. Siswa menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai itu lebih tinggi dari nilai sendiri (internal) atau lebih tinggi dengan nilai yang dicapai oleh orang lain (eksternal). Untuk mencapai nilai yang sesuai dengan standar keunggulan, siswa harus menguasai secara tuntas materi pelajaran. Berusaha bekerja kreatif. Siswa yang bermotivasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk menyelesaikan tugas sekolahnya. Siswa mempergunakan beberapa cara belajar yang diciptakannya sendiri, sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran dan akhirnya memperoleh prestasi yang tinggi. Berusaha mencapai cita-cita
50
Siswa yang mempunyai cita-cita akan berusaha sebaik-baiknya dalam belajar atau mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar. Siswa akan rajin mengerjakan tugas, belajar dengan keras, tekun dan ulet dan tidak mundur waktu belajar. Siswa akan mengerjakan tugas sampai selesai dan bila mengalami kesulitan ia akan membaca kembali bahan bacaan yang telah diterangkan guru, mengulangi mengerjakan tugas yang belum selesai. Keberhasilan pada setiap kegiatan sekolah dan memperoleh hasil yang baik akan memungkinkan siswa mencapai citacitanya. Memiliki tugas yang moderat. Memiliki tugas yang moderat yaitu memiliki tugas yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Siswa dengan motivasi berpretasi yang tinggi, yang harus mengerjakan tugas yang sangat sukar, akan tetapi mengerjakan tugas tersebut dengan membagi tugas menjadi beberapa bahagian, yang tiap bagian lebih mudah menyelesaikanya. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan melakukan semua kegiatan belajar sebaik mungkin dan tidak ada kegiatan lupa di kerjakan. Siswa membuat kegiatan belajar dari mentaati jadwal tersebut. Siswa selalu mengikuti kegiatan belajar dan mengerjakan soal-soal latihan walaupun tidak disuruh guru serta memperbaiki tugas yang salah. Siswa juga akan melakukan kegiatan belajar jika ia mempunyai buku pelajaran dan perlengkapan belajar yang dibutuhkan dan melakukan kegiatan belajar sendiri atau bersama secara berkelompok. Mengadakan antisipasi.
51
Mengadakan atisipasi maksudnya melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi. Antisipasi dapat dilakukan siswa dengan menyiapkan semua keperluan atau peralatan sebelum pergi ke sekolah. Siswa datang ke sekolah lebih cepat dari jadwal belajar atau jadwal ujian, mencari soal atau jawaban untuk latihan. Siswa menyokong persiapan belajar yang perlu dan membaca materi pelajaran yang akan di berikan guru pada hari berikutnya. Ada pula yang disebutkan Skala Motivasi Beprestasi: Disusun oleh Ambo Enre Abdullah di tahun 1977 berdasarkan batasannya tentang motif berprestasi dan cirri-ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dari Edwards, yaitu (Yuniarti, 1988) : 1. Melakukan sesuatu dengan sebaik baiknya 2. Melakukan sesuatu dengan sukses 3. Mengerjakan sesuatu dan menyelesaikannya dengan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan. 4. Ingin menjadi pengusaha yang terkenal atau terpandang dalam suatu bidang tertentu. 5. Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti atau penting. 6. Melakukan suatu pekerjaan yang sukar dengan baik. 7. Menyelesaikan teka-teki dan sesuatu yang sukar. 8. Melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain. 9. Menulis novel atau cerita yang hebat dan bermutu.
2.5 Profil SMA Plus Muthahhari Bandung
52
Gambar 2.5 SMA Plus Muthahhari Bandung
2.5.1 Sejarah Sekolah SMA Plus Muthahhari merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk dari perubahan pesantren mahasiswa. Pesantren tersebut didirikan pada tahun 1991 dan berubah menjadi SMA pada tahun 1992 dengan status terdaftar. SK/Izin pendirian sekolah dari Kanwil Depdiknas dengan No. 857/I02/Kep/E/1994 tanggal 11 Januari 1994. Tahun 1996 mendapat status disamakan dari Dirjen Dikdasmen Depdikbud dengan nomor SK: 37/C/Kep/MN/1996 tanggal 26 Maret 1996. tahun 1998 diangkat sebagai sekolah model oleh World Bank, Depdiknas dan Depag. Pada usianya yang masih tergolong muda, Alhamdulillah SMA Plus Muthahhari banyak mendapat penghargaan dan bantuan dari Dinas Pendidikan Nasional. Berbagai macam Block Grant dari Pemerintah sangat membantu dan mendorong terciptanya kualitas pendidikan yang kondusif, kreatif, inovatif dan agamis. Pada tahun 2002 , SMA Plus Muthahhari dijadikan salah satu sekolah uji coba pelaksanaan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dari 40 SMA se_Indonesia dan salah satu sekolah uji coba pelaksanaan PBK (pendidikan
53
Berwawasan Khusus: Kepribadian dan Budi Pekerti) dari delapan sekolah yang ditunjuk Depdiknas Pusat. Tahun 2005 ditunjuk sebagai Sekolah berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). SMA Plus Muthahhari memakai istilah plus, karena disamping kurikulum umum (kurikulum Depdiknas), ditambah dengan sejumlah mata pelajaran yang disusun oleh yayasan secara khusus dan beberapa pola pembinaan untuk mengembangkan akhlak. SMA Plus Muthahhari terletak di Jalan Kampus II nomor 13-17 Kelurahan Babakan Sari, Kecamatan Kiaracondong, Bandung Timur. Kurang lebih 500 meter jarak dari jalan Raya Kiaracondong ke lokasi sekolah. Alamat E-mail:
[email protected] SMA Plus Muthahhari bisa diakses pada www.smuth.net Pada tahun pelajaran 2007 - 2008, SMA Plus Muthahhari dijadikan sebagai salah satu sekolah Rintisan Sekolah Standar Nasional/Rintisan Sekolah Kategori Mandiri. Penunjukan ini didasarkan kepada SMA Plus Muthahhari hampir memenuhi delapan Standar Nasional Pendidikan yang tersirat di dalam Undangundang No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kepercayaan dari Departemen Pendidikan Nasional ini berlangsung 3 tahun sampai tahun pelajarsan 2009 – 2010. Pada tahun 2008 – 2009, SMA Plus Muthahhari mendapat Block Grant Sekolah Pusat Sumber Belajar dan Block Grant untuk pengembangan Multi Media.
54
Mengawali tahun 2010 yaitu pada bulan Februari , SMA Plus Muthahhari mendapat kepercayaan dari Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional untuk melaksanakan workshop Kurikulum Kewirausahaan . Workshop ini dilaksanakan sebagai persiapan akan diberlakukannya Kurikulum Kewirausahaan , yang pelaksanaannya terintegrasi di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Worksop Kewirausahaan ini berlangsung sampai bulan September 2010. Pada awal tahun 2010 juga , SMA Plus Muthahhari juga ditunjuk oleh Direktorat PSMAK sebagai Sekolah yang sudah melaksanakan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. SMA Plus Muthahari dinilai sudah berhasil dalam mendidik murid yang mempunyai karakter dan budaya bangsa Indonesia . Pada bulan Mei 2010, SMA Plus Muthahhari kembali mendapat kepercayaan dari Direktorat PSMAK Kementrian Pendidikan Nasional untuk menjadi Sekolah Model SKM-PBKL-PSB. ( SKM /Sekolah Kategori Mandiri, PBKL / Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal , PSB/Pusat Sumber Belajar ) Implikasi dari penunjukkan sebagai sekolah model ini, pada pelajaran 2010 – 2011 SMA Plus Muthahhari dituntut untuk lebih meningkatkan lagi kualitas pembelajaran khususnya untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. 2.5.2 Visi Misi Sekolah Perkembangan dan tantangan masa depan seperti : perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi yang sangat cepat, era reformasi,
55
berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan, memicu dan memacu sekolah untuk merespon tantangan sekaligus peluang itu. SMA Plus Muthahhari Bandung memiliki citra moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa yang akan datang, yang diwujudkan dalam visi sekolah seperti yang tercantum di bawah ini : VISI SMA PLUS MUTHAHHARI : Mempersiapkan SDM yang memiliki faidah kompetitif dalam pasar global.
Visi di atas mencerminkan cita-cita sekolah yang berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi kekinian, sesuai dengan norma dan harapan masyarakat.
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka Sekolah menentukan langkahlangkah strategis yang dinyatakan dalam Misi berikut :
MISI SMA PLUS MUTHAHHARI
Misi SMA Plus Muthahhari adalah meningkatkan inteligensia, mengembangkan kreatifitas dan menyempurnakan akhlak
(1) Meningkatkan Inteligensia dilakukan melalui metode berpikir kritis berdasarkan Falsafah bahwa manusia memiliki potensi yang tidak terbatas. (2) Mengembangkan Kreativitas dilakukan melalui metode rekreatif ( X-day ) berdasarkan falsafah upaya memaksimalkan dan menggali potensi yang dimiliki murid (3) Menyempurnakan Akhlak dilakukan melalui pendekatan riyadhah berdasarkan
56
falsafah bahwa manusia memiliki kemampuan ruhani untuk menuju Allah SWT, yang salah satu caranya adalah dengan berkhidmat kepada kaum lemah. 2.5.3 Tujuan dan Almamater Sekolah Secara umum Tujuan Sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional yaitu bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara khusus tujuan sekolah SMA Plus Muthahhari Bandung, sesuai dengan Misi yang diembannya adalah sebagai berikut : Meningkatkan inteligensia •
Menciptakan komunitas belajar yang efektif
•
Mengatasi hambatan belajar dan melejitkan potensi murid untuk menyerap informasi
•
Meningkatkan berbagai macam kecerdasan (multiple intelligences)
Mengembangkan kreativitas Menciptakan lingkungan belajar yang produktif dan kreatif Membina dan meningkatkan potensi kreatif Memaksimalkan teknologi informasi untuk melahirkan inovasi Menyempurnakan akhlak •
Menanamkan sikap toleran, terbuka, kritis, dan nonsektarian
•
Menumbuh-kembangkan kecintaan pada ilmu pengetahuan dan kearifan
•
Mewujudkan kepribadian yang mengutamakan kesucian diri
57
2.5.4 Wawasan Almamater Untuk mencapai standar mutu pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka dibuatlah Wawasan Almamater SMA Plus Muthahhari. Wawasan Almamater ini bertujuan agar seluruh civitas academika SMA Plus Muthahhari memahami bagaimanakah kondisi lingkungan dan karakter dunia pendidikan yang ada di SMA Plus Muthahhari. Potensi setiap orang tidak terbatas dan dapat dikembangkan setinggitingginya. Kita hanya memanfaatkan sebagian kecil saja dari potensi kita. “We live only part of the life we are given.” Padahal secara teosofis, manusia adalah anggota kafilah ruhani menuju Tuhan Yang Maha Tak Terbatas. Perjalanan manusiapun tak terbatas, karena tiada henti tanpa tepi. Secara antropologis-pedagogis, kita harus mendefinisikan murid memiliki potensi yang tak terbatas. Semua orang dilahirkan dalam keadaan cerdas. Pendidikan harus berhenti membuat orang menjadi bodoh. Pendidikan harus mampu mengaktualkan secara maksimal potensi manusia. Setiap orang harus berusaha mendekati Allah dan menyerap asma-Nya yang tidak terhingga. Hadits yang berbunyi “takhallaquu bi akhlaaqillah” menunjukkan bahwa manusia harus menyerap asma Tuhan. Pendidikan harus mengembangkan manusia untuk men-Tuhan, artinya bagaimana setiap manusia berakhlak seperti akhlak Tuhan atau pendidikan adalah upaya merealisasikan asma Allah dalam diri manusia. Dalam Islam, hidup adalah perjalanan panjang dari “tanah” menuju “Ruh Allah”, dari kegelapan menuju cahaya, dari makhluk menuju Khaliq. Dalam safar ruhani
58
ini manusia harus menyerap nama-nama Allah. Asma Allah mencerminkan sifatsifat-Nya, seperti Pengasih, Penyayang, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang syahadah (kasat mata), dst. Manusia yang ideal mencapai ketinggian dalam akhlak, intelegensi dan kreativitas. Pendidikan model Barat mengembangkan manusia yang berintelegensia dan kreatif, tetapi tidak berakhlak. Sementara pendidikan Islam (tradisional) hanya mengembangkan akhlak, tanpa intelegensia dan kreativitas. SMA Plus Muthahhari mengintegrasikan pendidikan model Barat (intelegensia dan kreativitas) dengan model pendidikan Islam tradisional (akhlak). Belajar yang efektif hanya terjadi dalam suasana yang menyenangkan dan dengan kegiatan yang emngaktifkan semua kecerdasan. Lingkungan fisik, psikologis dan social sekolah harus menyenangkan. SMA Plus Muthahhari menata lingkungan fisik yang menyenangkan murid. Ruang kelas dilengkapi AC, hiasan dinding yang indah dipandang serta hiasan-hiasan lain hasil kreativitas murid, serta musik Barouqe yang mampu mengendurkan saraf-saraf mengalun sayupsayup selama kegiatan belajar berlangsung. Kursi belajar yang bisa digeser dengan fleksibel, sehingga memudahkan murid untuk meluruskan kaki dan bergerak. Murid boleh belajar sambil minum. Guru harus banyak memuji murid, tidak boleh mencelanya. Murid boleh mengkritik guru, karyawan dan pimpinan sekolah. Setiap orang harus berusaha menghargai kebaikan orang lain dan menutupi keburukannya.
59
Aib apa saja yang ada pada murid (nilai rendah, rahasia pribadi yang dirasakan kurang baik, sifat-sifat yang jelek dan hal-hal yang sifatnya sangat pribadi) hanya murid yang bersangkutan saja yang tahu. Guru dan atau karyawan sekolah harus menyembunyikannya. Kalaupun diungkap hanya untuk kepentingan pembimbingan pribadi murid. Itupun diungkap tanpa diketahui oleh orang lain. Sebaliknya kebaikan-kebaikan murid (prestasi apa saja) harus ditampakkan, diberikan penghargaan. Setiap orang harus menilai orang lain dari amal salehnya. SMA Plus Muthahhari tidak memandang orang lain dari latar belakang socialekonomi, etnis, kekeluargaan ataupun madzhabnya. Semua orang yang datang hanya dilihat dari sumbangannya bagi Islam, dari amalnya. Dengan kemauan, kepercayaan dan harga diri setiap orang harus berusaha menjadi yang terbaik. “Al-Islam ya’luu walaa yu’laa ‘alaihi” benar-benar ditekankan di SMA Plus Muthahhari. Murid-murid didorong untuk menjadi yang terbaik dalam berbagai bidang. Oleh karena itu murid-murid SMA Plus Muthahhari selalu berusaha melibatkan diri dalam berbagai lomba. Manusia kreatif berani berbeda dari kebanyakan orang dengan perbedaan yang produktif. SMA Plus Muthahhari mendorong orang agar berani tempil beda. Oleh karena itu perbedaan paham dan madzhab sangat dihormati. Kepada murid-muridpun diajarkan Perbandingan Madzhab agar mereka punya pandangan yang kokoh, sekaligus tpleran terhadap madzhab dan pendapat yang berbeda.
60
Setiap manusia mempunyai karakteristik khusus dan karena itu harus diperlakukan secara khusus pula. Atas dasar prinsip psikologis yang memandang bahwa setiap manusia mempunyai kecerdasan dan minat yang berbeda-beda, maka SMA Plus Muthahhari memberikan pelayanan terhadap murid sesuai dengan potensinya. Guru dan murid adalah mitra belajar dan sahabat dalam kafilah ruhani menuju Allah SMA Plus Muthahhari menerapkan system kemitraan diantara guru dengan muridnya. Guru bukan subyek dan murid obyek. Hubungan guru dengan murid bukan hubungan manipulatif, yaitu guru membentuk murid sekehendak hatinya. Guru tidak menggurui, karena pada saat yang sama gurupun bisa menjadi murid. Guru mendapat masukan dari murid. Misalnya dalam pemilihan metode mengajar. Guru dan murid terlibat dalam hubungan cinta yang transformatif. Dalam proses belajar-mengajar keduanya berubah, semakin lama semakin membaik 2.5.5 Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran yang dilaksanakan di SMA Plus Muthahhari menggunakan berbagai pendekatan metodologi yang kreatif dan inovatif, seperti : •
Pendekatan Quantum Learning,
•
Accelerated Learning,
•
Pembelajaran dengan pendekatan Multiple Intelligences,
•
Riyadhoh,
•
Modeling,
•
Modul System,
61
•
Test Out system,
•
Field Observation,
•
Try Out System.
Pola Pembinaan Program Pembinaan Murid 1. Program Pembinaan Spriritual Pembinaan keimanan dan ketaqwaan tidak cukup hanya dengan pemberian bekal materi pengetahuan agama saja. Walaupun struktur ilmu agama perlu dikuasai, tetapi pembersihan jiwa perlu ditanamkan secara berkelanjutan. Untuk itulah di SMA Plus Muthahhari diadakan pembinaan spritual sebagai berikut: Tadarus Al-Qur’an Setiap hari pada jam pertama murid-murid dibisaakan membaca Al-Qur’an, paling sedikit tiga ayat. Tadarus ini dimaksudkan selain membisaakan membaca Al-Qur’an, juga untuk membersihkan jiwa dengan bertabarruk (mencari berkah) pada kitab suci, agar cahaya-Nya mudah masuk ke dalam jiwa Shalat berjama’ah. Membaca surat Yasin dan do’a pada waktu malam Jum’at Sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan pada malam Ju’at guru, murid dan karyawan diwajibkan menghadiri pembacaan surat Yasin dan do’a bersama masyarakat. Pengajian Ahad Pagi
62
Sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan murid diwajibkan menghadiri pengajian Ahad pagi bersama-sama masyarakat di Masjid Al-Munawwarah. Peringatan hari-hari besar Islam. Spiritual Camp atau camping ruhaniah Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah (Tazkiyatu An-Nafs atau membersihkan jiwa) dengan berdzikir dan melakukan ibadah ritual pada malam hari, sedangkan pada siang hari mendekati Allah dengan melakukan bakti sosial kepada masyarakat dengan cara berhidmat dan memberikan bantuan pada masyarakat yang tidak mampu (kaum mustadh ‘afin). Kegiatan ini dilakukan di pegunungan/ pedesaan selama kurang lebih tiga hari tiga malam. Kegiatan ini diwajibkan untuk kelas I. Spiritual Work Camp Kegiatan ini dilakukan untuk melatih kepedulian sosial murid. Selama empat hari murid-murid kelas II ditempatkan di rumah-rumah penduduk pedesaan (semacam Kuliah Kerja Nyata). Satu rumah ditempati dua orang murid. Mereka membantu pekerjaan sehari-hari tuan rumah. Pesantren Ramadhan Kegiatan ini dilaksanakan selama lima hari, diisi dengan melakukan ibadahibadah ritual, kunjungan sosial, sahur on the road, sahur di rumah kaum dhu’afa. Forum Demokrasi (Fordem) Di SMA Plus Muthahhari ditegakan prinsip “Berani Berbeda” dan “Menilai orang dari amalnya, bukan dari pendapatnya.” Oleh karena itu setiap satu
63
bulan satu kali murid-murid diberi peluang untuk mengadakan forum demokrasi. Dalam forum tersebut murid-murid bebas mengkritik siapa saja: pimpinan sekolah, guru, yayasan, karyawan, atau sesama murid. Produk yang diharapkan dari kegiatan ini adalah munculnya murid-murid yang kritis, tetapi sekaligus memiliki rasa hormat pada guru dan pimpinan. Dialog dengan tokoh pemikir Salah satu metode pendidikan yang baik adalah metode “modeling”, yaitu melihat dan mendengar langsung tokoh-tokoh pemikir yang dapat dijadikan model manusia sukses sebagai salah satu upaya membangkitkan motivasi. SMA Plus Muthahhari sering mengundang dan mendapat kunjungan dari sejumlah tokoh pemikir bertaraf nasional dan internasional. 1. Program Pembinaan Guru dan Karyawan Pengajian Bulanan Untuk mencerahkan pemikiran, menggairahkan semangat pengabdian dan berkarya, juga meningkatkan keimanan dan ketaqwaan para guru dan karyawan, satu bulan satu kali di SMA Plus Muthahhari diadakan pengajian khusus dengan kegiatan ceramah dan tanya jawab. Kegiatan ini langsung dipimpin oleh Bapak Dr. K.H. Jalaluddin Rakhmat, MSc atau sekali-sekali mengundang tokoh dari luar. Lokakarya. Lokakarya dilaksanakan pada setiap libur semester selama kurang lebih empat hari. Hal ini dilakukan untuk memperluas wawasan para guru mengenai
64
perkembangan
dunia
pendidikan,
khususnya
metodologi
pengajaran,
disamping kegiatan pokoknya adalah menyusun program pengajaran (silabus), kisi-kisi dan naskah soal untuk kegiatan tes atau ulangan.
2.6 Anggapan Dasar 1. Sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar. 2. Otak kiri dan otak kanan meiliki kemampuan yang berbeda, dan harus di optimalkan secara seimbang 3. Quantum Learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat dan belajar aktif. 4. Quantum Learning menekankan penataan cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua ini dinilai mempengaruhi peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi.
65
2.7 Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti data yang terkumpul.Hipotesis juga merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian. Adapun hipotesis yang di dapat dalam penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh positif dari Model Quantum Learning terhadap motivasi berprestasi Muthahhari Bandung”
siswa pada mata pelajaran gambar di SMA Plus