perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Kegiatan Asistensi Seperti yang telah disebut di atas, asistensi istilah lainnya yaitu Peer Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses memperoleh pengetahuan, pemahaman, atau keterampilan dari mahasiswa yang berbeda maupun setara tingkat akademis atau pengalamannya. Dalam proses PAL ini diperankan seluruhnya oleh mahasiswa (Henning et al., 2008). Strategi PAL antara lain : a.
Peer Teaching and Learning (belajar dan saling mengajari antarteman sebaya) : Di sini mahasiswa mengajari siswa lainnya, ada yang berperan sebagai murid dan ada yang menggantikan peran guru. Peer teaching di sekolah kedokteran sering diterapkan dalam pengaturan pembelajaran laboratorium sebagai peer teaching timbal balik, di mana siswa bergantian antara peran guru dan rekan pelajar lainnya. Diharapkan dengan mengajari temannya, siswa terbantu untuk lebih menguasai materi. Karena saat akan mengajari, siswa tentu akan belajar terlebih dahulu dan jika materi diajarkan kepada orang lain akan tahu dimana letak materi yang tidak dikuasainya. Sehingga siswa bisa optimal dalam menguasai suatu materi. commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id 6
Peer Assessment and Feedback (Mengavaluasi dan memberikan umpan balik antarteman sebaya) : Siswa menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran siswa lain. Penilaian teman sebaya dapat menjadi patokan kemajuan pelatihan siswa dalam pembelajaran klinisnya. Dalam mengevaluasi teman sebaya tentunya siswa harus menguasai materi terlebih dahulu untuk menyatakan bahwa temannya salah ataupun benar. Oleh karena itu, evaluasi oleh siswa sendiri memaksa siswa menguasai suatu materi (Henning et al., 2008).
c.
Peer Mentoring (Mentoring dengan teman sebaya) : Hubungan antarsiswa saling mendukung, saling berbagi dan saling memberi dorongan positif satu sama lain. Mentoring biasanya digambarkan sebagai hubungan profesional jangka panjang antara dua individu, satu sebagai mentor dan yang lain sebagai peserta didik, untuk tujuan pengembangan pembinaan profesional. Biasanya, seorang mentor lebih berpengalaman daripada teman yang menjadi peserta didik. Karena untuk bisa mementori harus menguasai materi dan bersikap profesional. Yang dimaksud profesional di sini yaitu siswa yang diamanatkan menjadi mentor harus membimbing siswa sampai siswa tersebut paham dan hal ini berjangka panjang karena tidak hanya sekali mengajari siswa yang diajari langsung paham, tapi perlu beberapa kali bahkan memerlukan trik khusus agar siswa yang dibinanya dapat menguasai materi. Pengalaman sangat diperlukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
untuk menjadi mentor ini, baik dalam menguasai keadaan maupun memastikan siswa yang diajarinya paham (Pitney, 2006). d.
Peer Leadership (peran kepemimpinan dengan teman sebaya) : Siswa memimpin siswa lain dengan menjadi instruktur klinis. Dalam peran
kepemimpinan
ini
siswa
bertanggung
jawab
untuk
mengkoordinasi keadaan. Dengan pengalaman ini mahasiswa merasakan pengalaman sebagai pemimpin untuk menumbuhkan keprofesionalannya. Dalam proses belajar, kepemimpinan perlu dimiliki agar suasana belajar mendukung untuk belajar (Henning et al., 2008). Asistensi di sekolah kedokteran sering diterapkan pada kegiatan laboratorium khususnya laboratorium anatomi. Dalam teknisnya, masingmasing universitas berbeda-beda dalam menerapkannya. Seperti di University of North Caroline, ada yang bersifat mentoring yaitu beberapa siswa menjadi mentor didepan kelas dan yang lain mendengarkan. Ada yang dibuat kelompok 8-10 mahasiswa secara bergantian bertukar peran mengajari dan diajari. Cara ini dianggap lebih efektif dibanding dosen menerangkan di depan seperti kuliah. Dalam kegiatan laboratorium, di UNS ada beberapa tahapan. Tahapan pertama yaitu diadakan kegiatan asistensi dengan cara asisten laboratorium (teman sebaya yang telah menguasai materi laboratorium) menjadi mentor di depan kelas. Tahapan kedua,
diadakan
pretes
sebagai
ukuran
kompetensi
mahasiswa
diperbolehkannya mengikuti praktikum. Tahapan ketiga, kegiatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
praktikum di laboratorium dengan dibentuk kelompok 10-11 mahasiswa yang diajari oleh asisten laboratorium. Tahapan keempat responsi (ujian) untuk dinyatakan lulus pada kegiatan laboratorium tersebut (Henning et al., 2008; Bagian Anatomi FK UNS, 2013). PAL telah berkembang di bidang pendidikan kedokteran dan sejajarnya. Secara teori, PAL telah berhasil dengan strateginya yaitu para siswa ada yang berperan mengajar sebagai guru dan yang lainnya sebagai muridnya, para siswa saling berbagi pengetahuan dan pengalaman belajar atau dikenal sebagai kesesuaian kognitif yang memungkinkan siswa lebih paham karena dalam menjelaskan konsep-konsep menggunakan bahasa yang mudah dipahami sesama siswa. Pada pelaksanaannya, PAL atau kegiatan asistensi memerlukan sarana dan prasarana penunjang untuk kebutuhan berlangsungnya kegiatan asistensi, komunikasi yang baik antara pengajar dan siswa yang diajar, durasi yang dibutuhkan selama berlangsungnya kegiatan asistensi, dan waktu pelaksanaan diadakannya kegiatan asistensi. Sehingga hasil dari PAL dapat dimaksimalkan (Yu et al., 2011). Hasil dari metode PAL antara lain: a. Kognitif : Pengembangan keterampilan penalaran klinis dan pengambilan keputusan klinis serta pengembangan lebih lanjut dari pengetahuan yang ada, tercermin dari peningkatan skor penilaian akademik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
b. Psikomotorik : Kompetensi dan pengembangan keterampilan klinis yang ditunjukkan dalam penguasaan keterampilan dan kemampuan untuk melakukan, baik yang dilaporkan sendiri atau tercermin dalam skor kinerja klinis (Yu et al., 2011). Di Inggris, pengakuan dan manfaat PAL telah dinyatakan oleh General Medical Council (GMC) bahwa PAL dapat membantu mahasiswa dalam menguasai ketrampilan mengajar yang sesuai (Yu et al., 2011).
2. Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan kemampuan otak (kognisi) dalam menerjemahkan stimulus terhadap informasi sensorik yang diterima alat indra manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan
sudut
pandang
dalam
penginderaan.
Ada
yang
mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan memengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata. Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya. Persepsi positif maupun negatif akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita yang akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya (Solso et al., 2008; Sugihartono, 2007; Waidi, 2006). Dikatakan sebagai persepsi jika : a.
Ada objek yang dipersepsi.
b.
Ada perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi.
c.
Ada alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus.
d.
Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon (Sunaryo, 2004).
Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi antara lain : a.
Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus
dapat
datang
dari
luar
individu
yang
mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan dan langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor (Walgito, 2004). b.
Alat indera, saraf dan susunan saraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Selain itu juga harus ada saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan saraf, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang (Walgito, 2004) c.
Persepsi Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek. Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu
sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan individu, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya (Walgito, 2004). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kegiatan asistensi yang memerlukan
sarana
dan
prasarana
penunjang
untuk
kebutuhan
berlangsungnya kegiatan asistensi, komunikasi antara pengajar dan siswa yang diajar, durasi yang dibutuhkan selama kegiatan asistensi, dan waktu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
pelaksanaan diadakannya kegiatan asistensi, dapat memengaruhi persepsi positif maupun negatif pada mahasiswa. Persepsi positif atau negatif ini memengaruhi motivasi mahasiswa dalam belajar mandiri untuk menguasai materi yang diberikan pada kegiatan asistensi. Sehingga dapat pula memengaruhi hasil akhir tujuan belajar (Solso et al., 2008; Sunaryo, 2004; Walgito, 2004).
3. Tujuan Pembelajaran Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Sedangkan tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai
oleh
siswa
setelah
berlangsungnya
proses
pembelajaran (Benyamin, 2003). Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) kognitif, afektif, dan psikomotor. a. Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif dibedakan atas 6 tingkatan dari yang sederhana hingga yang tinggi, yakni: 1) Pengetahuan, meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. 2) Pemahaman, meliputi kemampuan menangkap arti dan makna dari hal yang dipelajari. 3) Penerapan, meliputi kemampuan menerapkan metode dan kaidah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. 4) Analisis, meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. 5) Sintesis, meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan memperhatikan
unsur-unsur
kecil
yang
ada
atau
untuk
membentuk struktur atau sistem baru. 6) Evaluasi, meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang sesuatu
atau
beberapa
hal
dan
pertanggungjawabannya
berdasarkan kriteria tertentu (Winkel, 1999; Dimyati dan Modjiono, 1994) b. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaian perasaan sosial. Ranah afektif terdiri dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga yang kompleks, yakni: 1) Penerimaan, yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena atau stimuli tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan untuk memperhatikan hal tersebut. 2) Pemberian respon, yakni kemampuan memberikan respon secara aktif terhadap fenomena atau stimuli. 3) Penilaian atau penentuan sikap, yakni kemampuan untuk dapat memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian tertentu. 4) Organisasi,
yakni konseptualisasi commit to user
dari
nilai-nilai
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
menentukan keterhubungan di antara nilai-nilai. 5) Karakterisasi, yakni kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang (Bloom, 2003). c. Ranah
psikomotor
mencakup
tujuan
yang
berkaitan
dengan
keterampilan (skill) yang bersifat manual dan motorik. Ranah psikomotor menurut dapat diklasifikasikan atas: 1) Persepsi, meliputi kemampuan memilah-milah 2 perangsang atau lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing perangsang. 2) Kesiapan melakukan suatu pekerjaan, meliputi kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. 3) Gerakan terbimbing, meliputi kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerak peniruan. 4) Gerakan rangkaian
terbiasa, gerakan
meliputi dengan
kemampuan lancar,
melakukan
karena
sudah
suatu dilatih
sebelumnya. 5) Gerakan kompleks, meliputi kemampuan untuk melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari beberapa komponen secara lancar, tepat, dan efisien. 6) Penyesuaian pola gerakan, meliputi kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
7) Kreativitas, meliputi kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri (Winkel, 1999; Fleishman dan Quaintance, 1984) Keberhasilan pembelajaran sendiri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik) dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri peserta didik). Faktor internal meliputi kecerdasan, kemampuan, bakat, motivasi, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan alam, sosialekonomi, pendidik, metode pembelajaran, kurikulum, program, materi pelajaran, sarana dan prasarana. Faktor-faktor ini dapat menjadi penghambat maupun penunjang (Hamalik, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
B. Kerangka Pemikiran
Asistensi Kecerdasaan, bakat,
1. Sarana dan prasarana
kemampuan
2. Komunikasi antara pengajar dan siswa
Kegiatan pembelajaran
3. Durasi yang diperlukan 4. Waktu pelaksanaan
lain dalam satu blok
5. Hasil yang dirasakan
(tutorial, kuliah) Sosial-ekonomi-
Persepsi tentang asistensi
budaya, lingkungan dan situasi belajar
Motivasi
Kemandirian belajar
Pencapaian tujuan pembelajaran
Kognitif
Afektif
Psikomotorik
Keterangan: /
: variabel yang diteliti
/
: variabel yang tidak diteliti
Gambar 1. Kerangka Pemikiran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
C. Hipotesis Semakin
baik
persepsi
mahasiswa
tentang
kegiatan
asistensi
laboratorium anatomi maka semakin tinggi pencapaian tujuan pembelajaran.
commit to user