BAB II LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM KREDIT SEMESTER 1. Pengertian Sistem Kredit Semester Dalam program pendidikan, pengertian semester dipakai sebagai satuan waktu terkecil untuk menyatakan lamanya suatu program pendidikan satu jenjang, artinya program pendidikan satu jenjang dari awal sampai akhir dibagi-bagi dalam penyelenggaraan program semester. Oleh sebab itu, seorang peserta didik yang menempuh suatu program pendidikan lengkap satu jenjang harus menjalani program-program semester sebanyak yang dituntut oleh program pendidikan jenjang tersebut.1 Sistem kredit ialah sistem pendidikan yang beban studi peserta didik, beban kerja pendidik dan beban penyelenggaraan pendidikan yang dinyatakan dalam kredit. Kredit ialah suatu unit atau satuan yang menyatakan isi suatu mata kuliah atau mata pelajaran secara kuantitatif. Sistem semester ialah sistem penyelengaraan program pendidikan yang menggunakan satuan waktu tengah tahunan yang disebut semester. 2
1
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS) (Jakarta: Bumi Aksara, 1991) hlm. 254-255. 2 Tim Penyusun Panduan Pendidikan dan Pengajaran STAIN Pekalongan Tahun Akademik 2012/2013, Panduan Pendidikan dan Pengajaran STAIN Pekalongan Tahun Akademik 2012/2013 (Pekalongan: STAIN Press, 2012), hlm. 23.
21
22
Semester adalah satuan waktu terkecil untuk menyatakan lamanya suatu kegiatan pendidikan dalam suatu jenjang atau program pendidikan tertentu, satu semester setara dengan 16-19 minggu kerja. Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sustu sistem penyelenggaraan progam pendidikan dalam pemberian nilai kredit terhadap beban studi peserta didik, beban tenaga pendidik dan beban penyelenggaraan dalam satu semester.3 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Kredit Semester (SKS) dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks).4 Beban belajar terdiri atas kegiatan belajar mengajar dalam bentuk tatap muka, tugas terstruktur dan tugas mandiri.yang dimaksud dengan 1 sks bagi peserta didik meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur.5 Kesimpulan dari penjelasan tentang Sistem Kredit Semester (SKS) adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan besarnya beban studi peserta didik, besarnya pengakuan atas keberhasilan studi peserta didik,
3
Ibid., hlm. 23 Tim Penyusun Peraturan Akademik dan Tata Tertib Siswa SMA Takhassus al-Quran Kalibeber Tahun Pelajaran 2014/2015, Peraturan Akademik dan Tata Tertib Siswa SMA Takhassus al-Quran Kalibeber Tahun Pelajaran 2014/2015 (Wonosobo: SMA Takhasus AlQuran), hlm. 13. 5 Ibid., hlm. 11 4
23
keberhasilan kumulatif bagi studi peserta didik serta besarnya beban mengajar pendidik di dalam menyelenggarakan pendidikan. Sistem Kredit Semester (SKS) juga merupakan sebuah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester. Sedangkan beban belajar satu sks bagi peserta didik meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak struktur. 2. Dasar Hukum Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) berlandaskan pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut: a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 12 Ayat 1 (b) menyatakan bahwa “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat
minat,
dan kemampuannya”.
Selanjutnya pada butir (f) menyatakan bahwa “Peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak menyelesaikan pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan”.6 b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Pasal 11 mengatur bahwa: 1) Ayat (1) beban belajar untuk SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain yang sederajat dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks).
6
Ibid., hlm. 12
24
2) Ayat (2) beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori standar dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). 3) Ayat (3) beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks), dan 4) Ayat (4) beban belajar minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan yang menerapkan sistem sks ditetapkan dengan peraturan menteri berdasarkan usul dari BSNP.7 c. Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi Bab III. Sistem Kredit Semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang siswanya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester. d. Depdiknas Ditjen Pembinaan Manajemen Dikdasmen, tentang Panduan Panduan Penyelenggaraan Rintisan Sekolah Kategori Mandiri. e. Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 78 Tahun 2009 tentang kewajiban SMA/SMK untuk melaksanakan SKS.
7
Redaksi Sinar Grafika, Amandemen Standar Nasional Pendidikan ( Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 65.
25
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 dan Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaran Pendidikan. g. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas. 8 h. Beban belajar sebagaimana yang dimaksudkan dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yaitu sebagai berikut: 1) Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket atau Sistem Kredit Semester (SKS). 2) Satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK kategori standar menggunakan sistem paket atau dapat menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS). 3) Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK kategori mandiri menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS).9 3. Prinsip Sistem Kredit Semester Penyelenggaraan SKS di SMP/MTs dan SMA/MA berpedoman pada prinsip sebagai berikut :
8 9
Ibid., hlm. 13 op cit., hlm. 64
26
a. Peserta didik menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti pada setiap semester sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya. b. Peserta didik yang berkemampuan dan berkemauan tinggi dapat mempersingkat waktu penyelesaian studinya dari periode belajar yang ditentukan dengan tetap memperhatikan ketuntasan belajar. c. Peserta didik didorong untuk memberdayakan dirinya sendiri dalam belajar secara mandiri. d. Peserta didik dapat menentukan dan mengatur strategi belajar dengan lebih fleksibel. e. Peserta didik memiliki kesempatan untuk memilih program studi dan mata pelajaran sesuai dengan potensinya. f. Peserta didik dapat pindah (transfer) kredit ke sekolah lain yang sejenis yang menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS) dan semua kredit yang telah diambil dapat dipindahkan ke sekolah yang baru. g. Sekolah menyediakan sumber daya pendidikan yang lebih memadai secara teknis dan administratif. h. Penjadwalan kegiatan pembelajaran diupayakan dapat memenuhi kebutuhan untuk pengembangan potensi peserta didik yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan.
27
i. Guru memfasilitasi kebutuhan akademik peserta didik sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya.10 4. Ciri-Ciri Sistem Kredit Semester Slameto menjelaskan bahwa ciri-ciri utama penyelenggaraan pendidikan dengan Sistem Kredit Semester (SKS) berbeda dengan sistem tingkat dan “non kredit semester”. Ciri-ciri penyelenggaraan pendidikan dengan Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sebagai berikut: a. Kepada peserta didik ditawarkan program pendidikan yang bervariasi. Berdasarkan struktur masing-masing program studi dengan penyajian yang bervariasi dan luwes dimungkinkanlah penyusunan berbagai kombinasi mata pelajaran mayor dan minor sesuai dengan keinginan dan kesanggupan peserta didik. b. Dengan
tersedianya
program
yang
bervariasi
dan
luwes
dan
dimungkinkannya para peserta didik memilih dan menyusun kombinasi program yang akan diikutinya, maka penyaluran bakat, minat dan kemampuan peserta didik dapat ditingkatkan. Mengingat peserta didik dapat menetapkan sendiri beban belajar yang akan diikuti selama satu semester. c. Penyelenggaraan pendidikan dengan sistem semester memungkinkan seorang mahasiswa atau peserta didik pindah dari satu program pendidikan ke program lainnya tanpa kehilangan tabungan kredit semester yang pernah diperolehnya, selama relevan antara bahan 10
Tim Pengembang Kurikulum SMA Takhassus al-Quran, Petunjuk Teknis Pelaksanaan SKS Di SMA Takhassus al-Quran Kalibeber Kabupaten Wonosobo (Wonosobo: SMA Takhassus al-Quran , 2011), hlm. 9.
28
program pendidikan yang diterima dengan bahan program pendidikan yang terdahulu. d. Sistem Kredit Semester (SKS) memungkinkan penggunaan sarana pendidikan yang lebih efisien. e. Sistem Kredit Semester (SKS) memungkinkan terjaminnya kepastian penyelesaian program semesteran pada waktu yang telah ditetapkan karena hasil akhir setiap semester merupakan dasar bagi pemilihan dan penentuan program belajar untuk semester berikutnya.11 5. Kurikulum Sistem Kredit Semester Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. kurikulum ibarat jantung pendidikan, jika jantung itu berfungsi baik maka keseluruhan badan pun akan berfungsi dengan baik. tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat, maka suatu tujuan dan sasaran dari pendidikan, sebagus apapun, akan sulit di capai.12 Menurut Wina Sanjaya, Kurikulum memiliki dua dimensi yaitu kurikulum sebagai pedoman dan kurikulum sebagai implementasi. Kurikulum sebagai pedoman berfungsi sebagai acuan atau juga disebut dokumen kurikulum, sedangkan kurikulum sebagai implementasi adalah aktualisasi dari kurikulum sebagai pedoman itu. Oleh sebab itu, maka implementasi pada dasarnya adalah proses mengajar yang dilakukan oleh
11
Slameto, op. cit., hal. 260-262 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013 (Memahami Berbagai Aspek dalam Kurikulum 2013) (Yogyakarta: Kata Pena, 2014), hlm. 3. 12
29
pendidik dan proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik di dalam maupun di luar kelas.13 Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis memang mudah untuk dipahami, sebab konsep itu jelas sasarannya dan mudah diukur sedangkan Kurikulum sebagai implementasi adalah wujud pelaksanaannya yang bermuara pada adanya pengalaman belajar dan bimbingan belajar dari pendidik ke peserta didik dalam proses pembelajaran dengan mengacu pada sistem pembelajaran yang sudah direncanakan.14 Pada sistem pembelajaran, Sistem Kredit Semester (SKS) masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) Pada tahun pembelajaran 2006/2007, Depdiknas mulai meluncurkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau akrab disebut kurikulum 2006. KTSP memberikan keleluasaan penuh setiap sekolah mengembangkan kurikulum dengan tetap memperhatikan kompetensi sekolah dan potensi daerah sekitar. Pada tahun 2006 kurikulum 2006 merupakan hasil kreasi dari guru-guru di sekolah berdasarkan standar isi dan standar kompetensi. Terbitnya peraturan menteri tentang standar isi dan standar kompetensi itu kelak menandai diserahkannya kewenangan kepada guru untuk menyusun kurikulum baru.15 Menurut humas sekaligus guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) SMA Takhasus al-Quran Kalibeber Kabupaten Wonosobo, bapak Lukman Hakim mengatakan untuk semester 5, kurikulum yang digunakan adalah 13
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 207. 14 Ibid., hlm. 9 15 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 94.
30
KTSP dengan sistem satuan kredit semester dan moving class sebagai model pembelajaran. untuk semster 1 dan 3 menggunakan kurikulum tahun 2013 dengan konsep sistem satuan kredit semester dan moving class sebagai model pembelajaran.16 berdasarkan hasil wawancara kepada bapak Lukman Hakim Sistem Kredit Semester (SKS) yang dilakukan untuk pembelajaran PAI di SMA takhasus al-Quran adalah kurikulum 2013 dan KTSP. 6 6. Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester dalam pendidikan Slameto mengatakan bahwa Penyelenggaraan pendidikan menurut Sistem Kredit Semester (SKS) menuntut tersedianya program yang bervariasi dan luwes serta kelengkapan dan pengelolaan administrasi yang mantap dan efisien. a. Program pendidikan yang disediakan 1) Program Pendidikan yang Bervariasi Dua prinsip dasar yang dipakai dalam usaha memperoleh program pendidikan yang bervariasi ialah prinsip adanya mata pelajaran
pokok dan
mata pelajaran
tambahan dan prinsip
dimungkinkannya pemindahan sejumlah tabungan kredit semester yang telah diperoleh peserta didik dari satu program ke program lain atau dari sekolah satu ke sekolah lainnya.17 Prinsip dasar pertama menyatakan bahwa suatu program pendidikan tertentu meliputi bahan-bahan pokok dan bahan-bahan tambahan, jika untuk masing-masing bahan pokok dan bahan 16
Lukman Hakim, Guru PAI SMA Takhassus Al-Quran, Wawancara Pribadi, Wonosobo, 5 November 2013. 17 Slameto, loc. cit., hlm. 266
31
tambahan peserta didik diberi kebebasan untuk memilih mana yang akan diambil maka akan diperolehlah suatu kombinasi program yang bervariasi.18 Mulyasa menerangkan bahwa terdapat usulan struktur kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah sebagai berikut:19 Tabel I. Tabel Usulan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) USULAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) Mata Pelajaran Kelompok A dan B (Wajib) Kelompok C (Permintaan Akademik) I Perminatan Matematika dan Sains 1 Matematika 2 Biologi 3 Fisika 4 Kimia II Perminatan Sosial 1 Geografi 2 Sejarah 3 Sosiologi dan Antropologi 4 Ekonomi III Perminatan Bahasa 1 Bahasa dan Sastra Indonesia 2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 Bahasa dan Sastra Arab 4 Bahasa dan Sastra Mandarin Mata Pelajaran Pilihan: 1 Literasi Media Bahasa Asing Lain 2 (Jepang, Korea, Jerman, Prancis, Dll). 3 Teknologi Terapan Pilihan Pendalaman Minat 4 atau Lintas Minat 18
X 18
Kelas XI XII 18 18
4 4 4 4
4 4 4 4
4 4 4 4
4 4 4 4
4 4 4 4
4 4 4 4
4 4 4 4
4 4 4 4
4 4 4 4
2 2
2 2
2 2
2 4
2 4
2 4
Slameto, loc. cit., hlm. 267 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 90. 19
32
Jumlah jam pelajaran yang tersedia Jumlah jam pelajaran yang harus ditempuh
72 40
72 40
72 40
Dengan demikian proses usulan dan penataan kurikulum yang terjadi dalam pengembangan kurikulum SMA/SMK, dan setelah memperhatikan masukan dari berbagai pihak, akhirnya dirumuskan struktur kurikulum pendidikan menengah, dan sekolah menengah atas sebagai berikut :20 Tabel II. Rumusan Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah dan Sekolah Menengah Atas Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah Kelas Mata Pelajaran X XI 18 18 Kelompok A (Wajib) 1 Pendidikan Agama 2 2 Pendidikan Pancasila dan 2 2 2 Kewarganegaraan 3 Bahasa Indonesia 2 2 4 Matematika 2 2 5 Sejarah Indonesia 2 2 6 Bahasa Inggris 2 2 Kelompok B (Wajib) 7 Seni Budaya 2 2 8 Prakarya 2 2 Pendidikan Jasmani, Olahraga, 2 2 9 dan Kesehatan Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan 18 18 Kelompok B Kelompok C (Peminatan) Mata Pelajaran Peminatan Akademik 22 22 (untuk SMA) Mata Pelajaran Peminatan Akademik 28 28 dan Vokasi (untuk SMK)
20
Ibid., hlm. 92
XII 18 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
22 28
33
Selanjutnya
dirumuskan
struktur
kurikulum
SMA/MA
sebagai berikut:21 a) Kelompok Mata Pelajaran Wajib Tabel III. Tabel Kelompok Mata Pelajaran Wajib
Mata Pelajaran
Alokasi Waktu Belajar Per Minggu X XI XII
Kelompok A (Wajib) Pendidikan Agama dan 1 3 3 3 Budi Pekerti Pendidikan Pancasila 2 2 2 2 dan Kewarganagaraan 3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 Matematika 4 4 4 5 Sejarah Indonesia 2 2 2 6 Bahasa Inggris 2 2 2 Kelompok B (Wajib) 7 Seni Budaya 2 2 2 Pendidikan Jasmani, Olahraga 8 3 3 3 dan Kesehatan 9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 Jumlah jam pelajaran kelompm A dan B 24 24 24 Perminggu Kelompok C (Perminatan) Mata pelajaran perminatan 18 20 20 akademik (SMA/MA) Jumlah jam pelajaran yang harus 42 44 44 ditempuh per minggu Keterangan: mata pelajaran Seni Budaya dapat memuat Bahasa Daerah
21
Ibid., hlm. 92
34
b) Kelompok Mata Pelajaran Peminatan Kelompok mata pelajaran perminatan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan minatnya dalam sekelompok mata pelajaran sesuai dengan minat keilmuannya di perguruan tinggi dan untuk mengembangkan minatnya terhadap disiplin ilmu atau keterampilan tertentu.22 Struktur mata pelajaran perminatan dalam kurikulum SMA/MA adalah sebagai berikut: Tabel IV. Tabel Struktur Mata Pelajaran Perminatan dalam Kurikulum SMA/MA Mata Pelajaran Kelompok A dan B (Wajib) C. Kelompok Peminatan Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam Peminatan Matematika dan Sains I 1 Matematika 2 Biologi 3 Fisika 4 Kimia Perminatan Ilmu-Ilmu Sosial II 1 Geografi 2 Sejarah 3 Sosiologi 4 Ekonomi Peminatan Ilmu-Ilmu Bahasa dan Budaya III 1 Bahasa dan Sastra Indonesia 2 Bahasa dan Satstra Inggris 3 Bahasa dan 22
Ibid., hlm. 93
Kelas X XI XII 24 24 24
3 3 3 3
4 4 4 4
4 4 4 4
3 3 3 3
4 4 4 4
4 4 4 4
3 3 3
4 4 4
4 4 4
35
Sastra Asing Lainnya 4 Antropologi Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman 1 Pilihan Lintas Minat dan atau Pemdalaman Minat Jumlah jam pelajaran yang tersedia Jumlah jam pelajaran yang harus ditempuh
3
4
4
6
4
4
66
76
76
42
44
44
Proses pengembangan kurikulum SMA/SMK pun dilalui melalui berbagai masalah, pertimbangan dan usulan dari berbagai pihak. Usul rancangan kurikulum SMA/SMK tersebut berkaitan dengan berbagai isu sebagai berikut:23 Tabel V. Tabel isu-isu rancangan struktur kurikulum SMA
No.
1.
2.
3.
4.
23
Ibid., hlm. 94
Isu Terkait Rancangan Struktur Kurikulum SMA Komponen Rancangan Apakah masih perlu penjurusan di SMA mengingat: a. Sudah tidak ada lagi negara yang menganut sistem penjurusan di SMA b. Kesulitan dalam penyetaraan ijazah c. Dapat melanjutkan ke semua jurusa di perguruan tinggi Tanpa penjurusan akan menyebabkan mata pelajaran menjadi terlalu banyak seperti padaSMA kelas X saat ini, sehingga diperlukan mata pelajaran pilihan dan mata pelajaran wajib. Perlu memberi kesempatan bagi mereka yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata untuk menyelesaikan lebih cepat atau belajar lebih banyak melalui mata pelajaran wajib. Perlunya ujian nasional yang fleksibel (dapat diambil di kelas XI)
36
5. 6. 7. 8.
Perlunya integrasi vertikal dengan perguruan tinggi Perlunya memperkuat pelajaran Bahasa Indonesia, termasuk Sastra, terutama menulis dan membaca dengan cepat dan paham Perlunya meningkatkan tingkat abstraksi mata pelajaran Perlunya membentuk kultur sekolah yang kondusif Tabel VI. Tabel Alternatif Penjurusan
No 1.
2.
Isu Terkait Rancangan Struktur Kurikulum SMA Alternatif Kelebihan Kekurangan Penjurusan mulai a. Ada a. Peminatan kelas X pengurangan ditetapkan pelajaran di berdasarkan kelas X yang hasil belajar dianggap sebelumnya memberatkan (Rapor/UN b. Implementasi SMP, tes mudah penempatan karena tidak /tes bakat) banyak b. Menimbulkan berbeda stigma jurusan dengan tertentu lebih yang ada unggul c. Peserta didik c. Masih ada dapat penjurusan berkonsenyang sudah trasi tidak ada penuh padanan mempelajari di dunia. bidang tertentu Berdasarkan a. Pemilihan a. Perlunya minat pada mata membedakan pendidikan pelajaran mata pelajaran lanjutan berdasarkan untuk minat ke persiapan ke pendidikan perguruan lanjutan tinggi dan b. Memungkink untuk an untuk memenuhi memilih rasa ingin tahu mata saja pelajaran b. Memerlukan
37
3.
pada bidang yang berbeda c. Tidak harus mengambil mata pelajaran yang tidak disukai. Non penjurusan a. Siswa belajar (SKS) mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya b. Tersedia pilihan mata pelajaran untuk melanjutkan ke perguruan tinggi atau hanya sekedar ingin tahu.
aministrasi akademik yang baik c. Proses bimbingan harus efektif d. Sistem UN harus diubah a. Idem di atas (tetapi lebih kompleks lagi)24
c) Beban Belajar Beban belajar pada alternatif nomor satu dan dua pada tabel V adalah sama, yaitu adanya penambahan jam belajar per minggu sebesar 4-6 jam sehingga untuk kelas X bertambah dari 38 jam menjadi 42 jam belajar, dan untuk kelas XI dan XII bertambah 38 jam menjadi 44 jam belajar dan lama belajar untuk setiap jam belajar adalah 45 menit.25
24 25
Ibid., hlm. 95 Ibid., hlm. 95
38
Sedangkan beban belajar untuk alternatif ke tiga pada tabel V adalah memadukan semua konponen beban belajar sistem paket dengan Sistem Kredit Semester.26 Tabel VII. Tabel Penetapan Beban Belajar Satuan Kredit Semester Kegiatan Tatap Muka Penugasan Terstruktur Kegiatan Mandiri Jumlah
Sistem Kredit Semester 45 Menit 45 Menit 60% X 45 Menit = 27 45 Menit Menit 45 Menit 72 Menit 135 Menit Sistem Paket
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa untuk menetapkan beban belajar 1 sks yaitu dengan formula.
Beban belajar sks untuk SMA/MA dengan mengacu pada rumus tersebut dapat ditetapkan bahwa setiap pembelajaran dengan beban belajar 1 sks pada SKS sama dengan beban belajar 1.88 jam pembelajaran pada Sistem Paket. Agar lebih jelas lagi, dalam tabel di
bawah
disajikan
contoh
konversi
kedua
jenis
beban
pembelajaran tersebut.
26
Tim Penyusun Peraturan Akademik dan Tata Tertib Siswa SMA Takhassus al-Quran Kalibeber Tahun Pelajaran 2014/2015, op. cit., hlm. 15.
39
Tabel VIII. Tabel konversi beban belajar sistem paket dan Sistem Kredit Semester Sistem Paket 1,88 Jam Pembelajaran 3,76 Jam Pembelajaran 5,64 Jam Pembelajaran 7,52 Jam Pelajaran
Sistem Kredit Semester 1 sks 2 sks 3 sks 4 sks
Agar proses pembelajaran disetiap satuan pendidikan yang menggunakan SKS dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien perlu ditetapkan batas minimal dan maksimal beban belajar sks. Beban belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik SMA maksimal 133 sks selama periode belajar minimal 4 semester dan maksimal 6/10 semester pada program matematika dan sains, ilmu sosial dan ilmu bahasa dan humaniora.27 d) Kriteria Pengambilan Beban Belajar (1) Fleksibilitas dalam Sistem Kredit Semester (SKS) yaitu peserta didik diberi keleluasaan untuk menentukan beban belajar pada setiap semester. (2) Pengambilan beban belajar oleh peserta didik didampingi oleh Pembimbing Akademik (Academic Adviser). (3) Kriteria yang digunakan untuk menentukan beban belajar bagi peserta didik yaitu: (a) Semester 1 mengambil mata pelajaran sesuai dengan Standar Isi.
27
Tim Penyusun Pedoman Pelaksanaan Sistem Satuan Kredit Semester (SKS) Tahun Pelajaran 20011-2012 SMA Tahasus al-Quran, op. cit., hal 15.
40
(b) Semester
berikutnya
mempertimbangkan
Indeks
Prestasi (IP) yang diperoleh pada semester sebelumnya yaitu: i) IP < 5,0 dapat mengambil maksimal 8 sks ii) IP 5,0 s.d 5.9 dapat mengambil maksimal 10 sks iii) IP 6.0 s.d 6.9 dapat mengambil maksimal 16 sks iv) IP 7,0 s.d 7,4 dapat mengambil maksimal 20 sks v) IP 7.5 s.d 7,9 dapat mengambil maksimal 24 sks vi) IP 8,0 s.d 8,5 dapat mengambil maksimal 28 sks vii) IP > 8.5 dapat mengambil maksimal 32 sks28 (4) Peserta didik wajib menyelesaikan semua mata pelajaran yang tertuang dalam Standar Isi. (5) Satuan pendidikan dapat mengatur penyajian mata pelajaran secara tuntas
dengan
prinsip ”on and off”,
yaitu
pembelajaran yang memungkinkan siswa memilih atau tidak memilih mata pelajaran tertentu pada semester tertentu.29
2) Struktur Bahan Suatu Program Pada dasarnya penentuan struktur bahan program suatu jenjang pendidikan diawali dengan perumusan tujuan dan kompetensi. Kompetensi apa yang harus dimiliki oleh seorang lulusan jenjang pendidikan tersebut. Misalnya, menyusun suatu program mata
28
Tim Penyusun Pedoman Pelaksanaan Sistem Satuan Kredit Semester (SKS) Tahun Pelajaran 20011-2012 SMA Tahasus al-Quran, op. cit., hal. 9. 29 Tim Penyusun Pedoman Pelaksanaan Sistem Satuan Kredit Semester (SKS) Tahun Pelajaran 20011-2012 SMA Tahasus al-Quran, op. cit., hal. 16.
41
pelajaran pendidikan agama islam, maka bagaimana menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan dalam bidang kegamaan baik dalam ranah kognitif, psikomotorik dan afektif, selain itu, peserta didik perlu mengetahui ilmu-ilmu agama lain seperti Hadits, Fiqih dll.30 Di dalam merinci bahan-bahan yang diperlukan tersebut di atas hendaknya dijaga keseimbangan antara bobot masing-masing kelompok bahan itu dengan mengingat tujuan pendidikan yang hendak dicapai dan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Tidak kalah penting untuk dipertimbangkan juga ialah bagaimana bahan itu akan dipelajari oleh peserta didik, kemampuan kerja peserta didik rata-rata satu hari dan sarana yang diperlukan untuk menyajikan masing-masing bahan tersebut. Dapat dimengerti bahwa menyusun bahan suatu program lengkap ini tidak mudah. Banyak hal yang ternyata hanya dapat ditentukan dengan perkiraan.31 b. Kelengkapan Administrasi Program-program pendidikan yang telah tersedia ditawarkan dan disajikan kepada peserta didik. Penyajian ini memerlukan dukungan administratif dengan kelengkapan yang memadai sehingga berjalan dengan teratur dan efisien, secara ideal penyelenggaraan administratif ini mempergunakan alat-alat komputer, namun bila hal ini belum memungkinkan penggunaan tenaga manusia untuk aspek-aspek kerja 30 31
Slameto, op. cit., hlm. 268 Slameto, op. cit., hlm. 269
42
administratif tetap merupakan andalam utama. Semakin besar jumlah peserta didik yang harus dilayani oleh satuan pendidikan, semakin besar pula tuntutan penggunaan bantuan komputer atau peralatan teknologi lainnya.32 Pada dasarnya pelaksanaan administratif pendidikan menurut Sistem Kredit Semester diatur secara terpusat. Kelengkapan administrasi yang terdapat di satuan pendidikan dapat digunakan sebesar-besarnya untuk kelancaran dan kemantapan pelaksanaan administrasi yang terpusat di satuan pendidikan. Kelengkapan administrasi yang perlu ada dalam penyelenggaran Sistem Kredit Semester (SKS) adalah buku pedoman yang berisi tentang pokok-pokok peleksanaan adminstrasi di suatu satuan pendidikan, kode dan nomor untuk setiap mata pelajaan yang ditawarkan, kartu pengenal peserta didik, tenaga kependidikan, pedoman kegiatan semesteran dan biro administrasi akademik.33 c. Pengelolaan Administrasi Pengelolaan administrasi penyelenggaraan pendidikan menurut Sistem Kredit Semester (SKS) dimulai sejak seseorang diterima sebagai peserta didik sampai ia dapat menyelesaikan pendidikannya, bahkan lebih jauh dari itu, masih menjadi tugas satuan pendidikan atau perguruan tinggi untuk menyimpan dan memelihara nilai-nilai dan informasi
32 33
Slameto, op. cit., hlm. 269 Slameto, op. cit., hlm. 269
43
pendidikan lainnya dari peserta didik tersebut meskipun dia telah meninggalkan satuan pendidikan.34 Pengelolaan administrasi berpusat pada penyusunan program belajar, pendaftaran dan pelaksanaan belajar mengajar atau perkuliahan dan administrasi nilai. Kelengkapan yang telah diuraikan terdahulu diadakan untuk mewadahi dan memberikan kemudahan-kemudahan bagi penggelolaan administrasi.35 Hal yang utama dilakukan dalam penggelolaan administrasi ini adalah penyusunan program belajar lengkap satu jenjang, pendaftaran semesteran, pengambilan kartu semesteran yang akan diisi dengan mata pelajaran yang akan diambil selama satu semester, setelah itu bila terdapat kejanggalan mata pelajaran yang diambil untuk satu semester ke depan maka tentu ada perubahan mata pelajaran dan kemungkinan adanya pembatalan mata pelajaran yang akan diambil.36 Dalam penyelenggaran Sistem Kredit Semester adalah kegiatan dan prktikum selama satu semester, selama satu semester peserta didik diwajibkan mengikuti pelajaran, mengerjakan tugas-tugas dan mengikuti ujian, biasanya kehadiran satu semester menjadi pertimbangan peserta didik agar bisa mengikuti ujian. Setelah itu hasil ujian dari masingmasing peserta didik diserahkan ke biro administrasi untuk mendapatkan indeks prestasi peserta didik selama satu semester.37
34
Slameto, op. cit., hlm. 270 Slameto, op. cit., hlm. 275 36 Slameto, op. cit., hlm. 280 37 Slameto, op. cit., hlm. 285 35
44
B. TINJAUAN UMUM TENTANG EVALUASI PEMBELAJARAN 1. Pengertian Evaluasi Program Pembelajaran Zainal Arifin menjelaskan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukkan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.38 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar menjelaskan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukkan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.39 Sedangkan Sudaryono menjelaskan bahwa evaluasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur efektifitas sistem pembelajaran secara keseluruhan,40 Stark dan Thomas di kutip dalam buku karangan S. Eko Putro Widoyoko menjelaskan, evaluasi adalah suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya.41 Sedangkan Pembelajaran sebagai sebuah sistem
38
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik dan Prosedur) (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 5. 39 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan (Panduan Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan) (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 2. 40 Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm 28. 41 S. Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran (Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 4.
45
menurut wina sanjaya adalah rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen dan mempunyai tujuan yaitu, membelajarkan peserta didik.42 Pembelajaran sebagai sebuah program menurut zainal arifin adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk
menciptakan
suatu kondisi
yang
memugkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas, dihadiri pendidik baik secara fisik atau tidak, untuk mengguasai kompetensi yang telah ditentukan.43 Dengan demikian, Pembelajaran bukan hanya berkenaan dengan komponen hasil belajar saja. Akan tetapi, berkaitan dengan semua komponen, antara lain, tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, pendidik, peserta didik, lingkungan dan lain sebagainya.44 Jadi, evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyuluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu,
sebagai
bentuk
melaksanakan pembelajaran.45
42
Wina Sanjaya, op. cit., hlm. 196 Zainal Arifin, op. cit., hlm. 10 44 Sudaryono, op. cit., hlm 28 45 Zainal Arifin, op. cit., hlm. 9-10 43
pertanggung
jawaban
pendidik
dalam
46
2. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Zainal Arifin menjelaskan bahwa ruang lingkup evaluasi pembelajaran yang bertitik tolak pada tujuan pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas sistem pembelajaran yang telah dilakukan oleh pendidik dalam proses pembelajaran.46 Zaenal Mustakim menjelaskan bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem adalah suatu kesatuan berbagai unsur yang mempunyai hubungan fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk mencapai tujuan/fungsi sistem tersebut. Jadi Sebagai sebuah sistem, pembelajaran mempunyai beberapa subsistem dan subsistem tersebut merupakan komponenkomponen yang saling berinteraksi dan mempunyai hubungan fungsional untuk mencapai suatu tujuan yaitu hasil belajar.47 Sudaryono
menjelaskan
bahwa
ruang
lingkup
evaluasi
pembelajaran secara umum di sekolah umum meliputi tiga aspek yaitu evaluasi program, evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.48 dengan penjelasan sebagai berikut: a. Komponen-Komponen Program Pembelajaran 1) Tujuan Pembelajaran Oemar Hamalik mengatakan tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu program
46
Zainal Arifin, op. cit., hlm. 24 Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2011), hlm. 55. 48 Sudaryono, op. cit., hlm. 28 47
47
studi, bidang studi dan suatu mata pelajaran yang disusun berdasarkan tujuan institusional.49 Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. mau dibawa kemana peserta didik, apa yang harus dimiliki oleh peserta didik, semua tergantung kepada tujuan yang ingin dicapai. Jika diibaratkan, tujuan sama dengan komponen jantung dalam sistem tubuh manusia. Manusia tidak mungkin hidup tanpa jantung, oleh karena itu tujuan merupakan komponen yang pertama dan utama. Sesuai dengan standar isi, kurikulum yang berlaku untuk setiap satuan pendidikan adalah kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan karakter. Dalam kurikulum yang demikian tujuan yang diharapkan dapat dicapai adalah sejumlah kompetensi dan tingkah laku.50 W. Gulo yang dikutip oleh Wina Sanjaya menjelaskan bahwa istilah kompetensi dipahami sebagai kemampuan. Kemampuan itu bisa kemampuan yang tampak dan kemampuan yang tidak tampak. Kemampuan yang tampak itu tampil dalam bentuk tingkah laku sehingga dapat dilihat, diamati dan dilihat. Sedangkan kemampuan yang tidak tampak adalah kemampuan rasional yang disebut dengan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.51 Zainal Arifin menjelaskan bahwa kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi tujuan umum adalah sebagai berikut: 49
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 6. Zainal Mustakim, op. cit., hlm. 56 51 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 205. 50
48
a) Mempunyai keterkaitan antara tujuan pembelajaran umum dengan tujuan kulikuler. b) Mempunyai keterkaitan antara tujuan pembelajaran umum dengan tujuan kelembagaan. c) Kejelasan rumusan kompetensi dasar. d) Kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan perkembangan peserta didik. e) Pengembangan tujuan pembelajaran dalam bentuk hasil belajar dan indikator. f) Penggunaan kata kerja oprasional dalam indikator. g) Keterkaitan antara kompetensi dasar, indikator, dan hasil belajar.52 2) Isi/materi pelajaran Isi atau materi pelajaran merupakan komponen yang kedua dalam sistem pembelajaran. dalam konteks tertentu, materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaan. Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan manakala tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran (subject centered learning). Dalam kondisi semacam ini, maka pengguasaan materi pelajaran oleh pendidik mutlak diperlukan.53
52 53
Zainal Arifin, op. cit., hlm. 24 Zainal Mustakim, op. cit., hlm. 56
49
Pendidik perlu memahami secara detail isi materi pelajaran yang harus dikuasai peserta didik, sebab peran pendidik dan tugas pendidik adalah sumber belajar. Materi pelajaran tersebut biasanya tergambar dalam buku teks, sehingga sering terjadi proses pembelajaran adalah menyampaikan materi yang ada dalam buku. Berbeda dengan setting pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau kompetensi, tugas dan tanggung jawab guru bukanlah sebagai sumber belajar. Dengan demikian, materi pembelajaran sebenarnya dapat diambil dari berbagai sumber.54 Asep Herry Hermawan sebagaimana yang dikutip oleh Zainal Mustakim menjelaskan bahwa materi pembelajaran mengandung aspek-aspek tertentu sesuai dengan tingkatan yang ingin dicapai meliputi: a) Teori yaitu seperangkat konstruk atau konsep definisi atau preposisi yang saling berhubungan. b) Konsep adalah definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala c) Generalisasi yaitu kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus d) Prosedur yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang baru dilakukan peserta didik e) Prinsip yaitu ide utama f) Fakta yaitu sejumlah informasi khusus dslam materi yang dianggap penting g) Istilah yaitu kata-kata perbendaharaa yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi h) Contoh adalah hal atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian i) Definisi adalah penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal atau kata 54
Wina Sanjaya, op. cit., hlm. 207
50
j) Preposisi yaitu suatu kata yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran.55 Zainal Arifin menjelaskan bahwa Kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi komponen ini adalah: a) Kesesuaiannya antara materi dengan kompetensi dasar atau hasil belajar b) Ruang lingkup materi pembelajaran c) Ukuran logis materi pembelajaran d) Kesesuaian materi dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik e) Waktu yang tersedia56 3) Metode pengajaran Thoifuri sebagaimana yang dikutip oleh Zainal Mustakim menjelaskan bahwa metode pengajaran adalah cara yang ditempuh pendidik dalam menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik secara tepat dan cepat berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Kedudukan metode pengajaran dalam pembelajaran adalah sebagai alat motivasi ektrinsik, strategi pembelajaran dan alat untuk mencapai tujuan.57 Zainal Arifin menjelaskan bahwa Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi komponen ini adalah:
55
Zainal Mustakim, op. cit., hlm. 65-66 Zainal Arifin, op. cit., hlm. 6 57 Zainal Mustakim, op. cit., hlm. 113 56
51
a) Kesesuaian metode dengan kompetensi dasar dan hasil belajar. b) Kesesuaian metode dengan kondisi kelas. c) Kesesuaian metode dengan perkembangan peserta didik. d) Kemampuan guru dalam menggunakan metode. e) Waktu yang tersedia.58 4) Media pembelajaran Zainal Mustakin menjelaskan bahwa media adalah sebagai alat, metoda dan teknik yang dapat digunakan dalam rangka memberi lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam proses pengajaran di sekolah. Dalam hal ini titik tekan dari media pengajaran adalah pada fungsinya sebagai alat peraga atau alat bantu.59 Yang dimaksud dengan alat bantu adalah alat peraga yang disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui pancaindra. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Dengan demikian, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengarahkan indra sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi. Sedangkan media adalah segala susuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, 58 59
Zainal Arifin, op. cit., hlm. 24 Zainal Mustakim, op. cit., hlm. 148
52
perasaan, perhatian dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.60 Heinich, DKK sebagaimana yang dikutip oleh Zainal Mustakim menjelaskan bahwa media (medium) sebagai alat perantara yang mengantarkan informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto, radio, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan atau informasi yang bertujuan instruksional.61 Selain itu, media sering dikaitkan dengan kata teknologi. Teknologi ini juga erat hubungannya dengan kata teknik yang berarti prosedur dan praktik yang sesungguhnya dalam kelas. Jadi teknologi bukan hanya pembuatan kapal terbang model mutahir dan semisalnya saja. Akan tetapi, melipat-lipat kertas menjadi pesawat juga termasuk teknologi.62 Zainal Arifin menjelaskan bahwa Kriteria yang digunakan untuk menevaluasi komponen ini adalah: a) Kesesuaian media dengan kompetensi dasar dan hasil belajar. b) Kesesuaian media dengan kondisi kelas. c) Kesesuaian media dengan perkembangan peserta didik. d) Kemampuan pendidik dalam menggunakan media. e) Waktu yang tersedia.63
60
Zainal Mustakim, op. cit., hlm. 149 Zainal Mustakim, op. cit., hlm. 150 62 Zainal Mustakim, op. cit., hlm. 151 63 Zainal Arifin, op. cit, hlm. 24 61
53
5) Sumber belajar Sumber belajar atau
learning
resources
adalah alat
pendidikan yang mempunyai fungsi untuk membantu proses belajar mengajar.64 Sedangkan menurut Mulyasa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik
dalam
memperoleh
sejumlah
informasi,
pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar mengajar.65 Zainal Arifin menjelaskan bahwa kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi komponen ini adalah: a) Kesesuaian sumber belajar dengan kompetensi dasar dan hasil belajar b) Kesesuaian sumber belajar dengan kondisi kelas c) Kesesuaian sumber belajar dengan perkembangan peserta didik d) Kemampuan peserta didik dalam menguasai sumber belajar e) Waktu yang tersedia66 6) Penilaian hasil belajar Penilaian hasil belajar yang dimaksud disini adalah penilai yang menggunakan tes maupun non tes. Zainal Arifin menjelaskan bahwa Kriteria yang digunakan untuk menevaluasi komponen ini adalah:
64
Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori Pendidikan (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993), hlm.119. 65 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 28. 66 Zainal Arifin, op. cit., hlm. 24
54
a) Kesesuaian metode dengan kompetensi dasar dan hasil belajar b) Kesesuaian penilaian dengan kompetensi dasar, indikator dan hasil belajar c) Kesesuaian penilaian dengan tujuan, fungsi dan unsur-unsur penting dalam penilaian d) Aspek-aspek yang dinilai e) Kesesuaian penilaian dengan perkembangan peserta didik f) Jenis dan alat penilaian.67 b. Komponen-Komponen Proses Pembelajaran 1) Tujuan kegiatan pembelajaran Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Secara umum kegiatan belajar mengajar harus mempunyai tujuan yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu, sadar akan tujuan yang ingin dicapai dengan menempatkan peserta didik sebagai satu pusat perhatian.68 Nana Syaodih Sukmadinata sebagaimana yang dikutip oleh Zainal Mustakim menjelaskan bahwa terdapat beberapa tujuan kegiatan belajar mengajar diantaranya adalah: a) Mengambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik dengan menggunakan kata kerja yang khusus tentang sumber-sumber yang dapat digunakan peserta didik dan orangorang yang dapat diajak bekerja sama. 67 68
Zainal Arifin, op. cit., hlm. 25 Zainal mustakim, op. cit., hlm. 63
55
b) Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam bentuk ketepatan dan ketelitian respon, kecepatan, panjangnya dan frekuensi respon. c) Mengabarkan kondisi-kondisi atau lingkungan fisik, kondisi atau lingkungan psikologis.69 2) Interaksi dalam Kegiatan Pembelajaran Dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan adanya suatu jalan interaksi yang direncanakan (prosedur), hal ini didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu adanya langkah sistematik dan relevan.70 Prosedur atau langkah-langkah kegiatan belajar mengajar yang digunakan hendaknya dapat: a) Memberikan peluang bagi peserta didik untuk mencari, mengolah dan menemukan sendiri pengetahuan di bawah bimbingan pendidik. b) Menggunakan metode yang bervariasi dengan mengombinasikan antara kegiatan belajar individual, pasangan, kelompok dan klasikal dengan menyentuh seluruh aspek perilaku individukognitif, afektif dan psikomotorik
69 70
Zainal Mustakim, op. cit., hlm. 63. Sudaryono, op. cit., hlm. 45
56
c) Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual peserta didik seperti bakat, kemampuan, minat, latar belakang keluarga, sosial ekonomi dan budaya yang bersangkutan.71 Langkah-langkah kegiatan itu disebut dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang secara garis besar adalah kegiatan pendahuluan, kegiatan inti , dan kegiatan akhir dan tindak lanjut kegiatan pembelajaran72 Dalam melakukan langkah-langkah belajar terdapat beberapa pendapat yang telah digunkan yaitu: a) Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran (Subject oriented) b) Pendekatan yang berpusat pada peserta didik (Student oriented) c) Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan (Social-cultural oriented).73 3) Aktivitas Peserta Didik Belajar bukanlah menghafal sejumlah kata atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktifitas peserts didik. aktifitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktifitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktifitas yang bersifat psikis seperti aktifitas mental.74
71
Zainal Mustakim, op. cit., hlm. 64 Zainal Mustakim, Loc. Cit. 73 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru) (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 134. 74 Wina Sanjaya, op. cit., hlm. 225 72
57
Moh. Uzer Usman menjelaskan bahwa dalam aktifitas belajar, pendidik perlu mengembangkan aktifitas, kreatifitas, motivasi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Beliau mengemukakan bahwa terdapat hal-hal yang perlu dipikirkan dalam kegiatan belajar mengajar yaitu: a) Dikembangkannya rasa percaya diri peserta didik dan mengurangi rasa takut. b) Memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah. c) Melibatkan peserta didik dalam menentukkan tujuan dan evaluasi. d) Memberi pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter. e) Melibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar secara keseluruhan.75 Widada sebagaimana yang dikutip oleh Zainal Mustakim memaparkan, untuk meningkatkan aktifitas dan kreatifitas peserta didik, pendidik dapat menggunakan pendekatan-pendekatan sebagai berikut: a) Self esteem approch yaitu memperhatikan kesadaran atau harga diri peserta didik b) Creative approach yaitu mengembangkan problem solving inquiri dan role playing c) Self actualization yaitu mengupayakan seluruh aspek kepribadian peserta didik d) Multiple talent approch yaitu mengupayakan pengembangan seluruh potensi untuk menunjang kesehatan peserta didik 75
Moh uzer usman, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan) (Bandung: PT. Rosda Karya, 2001), hlm. 24.
58
e) Inquiri approch yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan proses mental f) Pictorial riddle approch yaitu mengembangkan metode untuk membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif g) Ayntetic approch yaitu pendekatan yang lebih memusatkan pada peserta didik.76 4) Pendidik sebagai pembimbing Pendidik sebagai pembimbing harus menghidupkan dan memberikan motivasi. agar terjadi proses interaksi yang kondusif, harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses belajar sehingga menjadi tokoh yang dapat ditiru. Selain sebagai pembimbing, Moh Uzer menjelaskan bahwa tugas pendidik tidak hanya sebagai pembimbing. Akan tetapi, sebagai pengajar, pemdidik dan pemimpin.77 Selain itu, menurut Oemar Hamalik menjelaskan bahwa pendidik bertugas sebagai konselor, evaluator, pengajar, penanya, perencana, ekspeditur, pengatur, pembimbing, dan supervisor.78 Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya terdapat beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik yaitu: a) Kompetensi Profesional Kompetensi profesional yaitu kemamupan yang harus dimiliki oleh pendidik dalam hal pengetahuan yang luas dari
76
Zainal Mustakim, op. cit., hlm. 66-67 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT, Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 27. 78 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Cet-1 (Jakarta:Bumi Aksara, 2001), hlm. 39. 77
59
bidang studi yang diajarkan, dapat memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar b) Kompetensi Kemasyarakatan Kompetensi kemasyarakatan yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik dalam hal berkomunikasi, baik dengan peserta didik, sesama pendidik maupun masyarakat luas. c) Kompetensi Personal ”Kompetensi personal yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik dalam kepribadian yang mantap dan patut diteladani sehingga mampu menjadi seorang pemimpin.”79 d) Kompetensi Pedagogik Kemampuan pendidik dalam mengaktualisasikan landasan mengajar, pemahaman terhadap peserta didik, menguasai ilmu mengajar
(didaktik
metodik),
menguasai
mengenali lingkungan masyarakat,
teori
motivasi,
menguasai penyusunan
kurikulum, menguasai teknik penyusunan RPP, menguasai pengetahuan evaluasi pembelajaran, dll. 80 5) Kedisiplinan Disiplin dalam kegiatan mengajar diartikan sebagai tingkah laku yang diatur sedimikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak pendidik maupun peserta didik dengan sadar. Langkah-langkah yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah
79 80
Zainal Mustakim, op. cit., hlm. 66-67 E. Mulyasa, op. cit., hal. 75
60
digariskan, penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.81 Zainal Mustakim menjelaskan bahwa untuk membentuk disiplin belajar peserta didik terdapat strategi umum merancang disiplin peserta didik adalah sebagai berikut: a) Konsep diri, untuk menumbuhkan konsep diri sehingga peserta didik dapat berprilaku disiplin, pendidik disarankan untuk bersifat empatik, menerima, hangat dan terbuka. b) Keterampilan berkomunikasi yaitu keterampil berkomunikasi pendidik yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan peserta didik. c) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami, pendidik disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu peserta didik dalam mengatasinya. d) Klasifikasi nilai, pendidik membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaan sendiri tentang nilai-nilai dan membantu sistem nilainya sendiri. e) Analisis transaksional, pendidik disarankan belajar sebagai orang dewasa terutama ketika nerhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah. f) Terapi realitas, pendidik bersikap positif dan bertanggung jawab.
81
Zainal Mustakim, op. cit., hlm. 68
61
g) Disiplin yang berintegrasi, menekankan pengendalian penuh oleh pendidik untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan. h) Modifikasi perilaku, perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, perlu diciptakan lingkungan yang kondusif. i) Tantangan bagi disiplin, pendidik diharapkan cekatan, sangat terorganisasi dan dalam pengendalian yang tegas.82 c. Hasil pembelajaran Hasil pembelajaran jangka pendek yaitu kesesuaian dengan indikator, hasil pembelajaran jangka menegah yaitu target untuk setiap bidang pembelajaran, dan hasil pembelajaran jangka panjang yaitu setelah peserta didik terjun ke masyarakat.83 3. Tujuan Evaluasi Pembelajaran Sukardi menjelaskan bahwa tujuan evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Menilai ketercapaian (attainment) tujuan, ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara belajar peserta didik. b. Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi. c. Memotivasi belajar peserta didik. d. Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling. e. Menjadikan hasil belajar sebagai dasar perubahan kurikulum.84 f. Menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuan peserta didik.85
82
Zainal Mustakim, Loc. Cit. Zainal Arifin, op. cit., hlm. 25 84 Sukardi, op. cit., hlm. 9-11 85 Nunuk Suryani dan Leo Agung. S, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm. 163. 83
62
4. Fungsi Evaluasi Pembelajaran S. Eko Putro Widoyoko menjelaskan bahwa fungsi evaluasi program pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Mengomunikasikan program kepada publik seperti orang tua peserta didik dan masyarakat luas. b. Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan dalam menyusun program
pembelajaran
berikutnya,
kelanjutan
dari
progam
pembelajaran dan memodifikasi program. c. Penyempurnaan program yang ada. d. Meningkatkan partisipasi dari orang tua peserta didik dan masyarakat luas berkenaan dengan pembelajaran.86 e. Mengembangkan suatu program pendidikan.87 f. Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan pembelajaran.88
86 87
S. eko Putro Widoyoko, op. cit., hlm. 11-14 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm.
171. 88
Sukardi, op. cit., hlm. 4