BAB II LANDASAN TEORETIK
A. Teknik Show Not Tell 1. Pengertian Teknik Pembelajaran Sudrajat
(2008)
mengungkapkan
bahwa
istilah
pengajaran
dan
pembelajaran sering dianggap sama maknanya, padahal kedua istilah tersebut sangat berbeda. Istilah pengajaran cenderung berorientasi kepada guru sebagai pengajar, sedangkan istilah pembelajaran cenderung kepada siswa sebagai pembelajar. Pembelajaran secara umum menurut Gagne, Briggs dan Wager dalam Mahfuddin (2008: 14) diartikan sebagai suatu rangkai (kejadian, peristiwa, kondisi dan lain sebagainya) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi siswa belajar, sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan baik dan mudah. Mahfuddin (2008: 15) mengungkapkan bahwa pembelajaran meliputi kegiatan mengajar dan belajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru dan kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, yang keduanya saling berinteraksi dan saling terkait satu sama lain. Kegiatan mengajar dan belajar merupakan dua kegiatan yang berproses dari mulai perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi. Pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan perkembangannya secara optimal. Berkenaan dengan tujuan pembelajaran, Kemp dalam Uno (2010: 35) memandang bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan
7
yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Sebuah pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa memperoleh hasil belajar yang diharapkan untuk dicapai sebelumnya. Agar tercapai tujuan pembelajaran bahasa secara maksimal, hendaknya tiap siswa menerapkan teknik belajar sesuai dengan kebutuhannya. Dengan menggunakan teknik belajar yang tepat, diharapkan siswa dapat dengan mudah melakukan pembelajaran bahasa. Secara umum, dalam proses pembelajaran terdapat beberapa istilah yang sering
digunakan
serta
memiliki
kemiripan
makna.
Sudrajat
(2008)
mengemukakan beberapa istilah yang terdapat dalam proses pembelajaran, di antaranya adalah pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran
adalah
sudut
pandang
terhadap
proses
pembelajaran yang masih umum dan terbagi kedalam dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered approach). Sementara strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi yang mencakup sifat, lingkup dan kegiatan agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran bersifat konseptual dan terdiri dari metode dan teknik pembelajaran. Metode pembelajaran adalah alat untuk mencapai tujuan pembelajaran dan bersifat prosedural. Artinya penerapan pembelajaran bahasa harus dikerjakan
8
menurut langkah-langkah yang teratur dan bertahap. Mulai dari perencanaan pembelajaran, penyajian, sampai dengan penilaian dan hasil pembelajaran. Metode merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik dan bersifat implementatif, yang berarti pelaksanaan dari apa yang sesungguhnya terjadi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bimmel dan Rampillon (2000: 54) mengungkapkan bahwa “Lerntechniken bezeichnen dann eher Fertigkeiten, die Lernende einsetzen können, um etwas zu lernen,
z.
B.
die
Fertigkeit,
etwas
im
Wörterbuch
oder
in
einer
Grammatikübersicht nachschlagen zu können.” Dijelaskan bahwa teknik belajar lebih cenderung menunjukan keterampilan yang dapat diterapkan oleh siswa untuk mempelajari sesuatu, contohnya adalah keterampilan untuk dapat menemukan sesuatu di dalam kamus atau buku panduan gramatik. Sementara itu Mahfuddin (2008: 84) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran bahasa diperlukan teknik-teknik yang sesuai dengan kondisi bahasa yang digunakan dan situasi yang ada. Teknik ini dimaksudkan sebagai cara-cara menyajikan atau mempresentasikan bahasa kepada siswa. Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Rampillon (1996: 156) bahwa “Technik ist die Methode, mit den Zweckmäβigesten Mitetln ein bestimmtes Ziel zu erreichen, ein Werk oder Einleistung zu vollbringen.”
9
Dari pemaparan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik merupakan sebuah cara khusus yang dilakukan untuk menyampaikan sesuatu agar lebih menarik dan mudah dipahami, hingga tujuan pembelajaran bisa dicapai dengan maksimal. Dalam sebuah proses pembelajaran tentunya dapat digunakan teknikteknik yang bisa menarik minat siswa hingga materi pelajaran bisa diserap dengan lebih efektif serta memberi kesan pada siswa dan materi tersebut tidak mudah dilupakan.
2. Pengertian Teknik Show Not Tell Teknik Show Not Tell yang berarti “menunjukkan bukan memberitahukan” merupakan bagian dari model pembelajaran Quantum Learning. Quantum Learning
berakar dari
upaya
Dr.
Georgi
Lozanov,
seorang
pendidik
berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya Suggestology atau Suggestopedia. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, serta setiap detil apapun dapat memberikan sugesti positif atau negatif. Teknik yang dikembangkan oleh Rebeka Caplan ini efektif untuk menulis puisi dan cerita. Teknik ini dalam bentuk karangan mengambil bentuk-bentuk kalimat yang memberitahukan kemudian mengubahnya menjadi kalimat-kalimat yang menunjukkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 179) ‘memberitahukan’ dimaknai sebagai menyampaikan kabar supaya diketahui sedangkan
kata
menunjukkan
(KBBI,
2008:
1506)
dimaknai
sebagai
memperlihatkan, menyatakan, menerangkan dengan bukti. Jadi dapat diartikan
10
kalimat memberitahukan sebagai kalimat yang menyampaikan kabar tanpa adanya fakta, sedangkan kalimat menunjukkan dapat diartikan sebagai kalimat yang memperlihatkan dan menerangkan suatu kejadian dengan bukti agar pembaca lebih percaya. Secara teknis, teknik Show Not Tell dilakukan dengan beberapa fase. Diawali dengan tahap persiapan yaitu siswa menuangkan ide, pikiran dan perasaannya dengan menulis ide-ide yang ada dengan cepat. Gagasan hasil menulis cepat kemudian dikembangkan dalam draft kasar. Dalam draft kasar ini siswa
diharuskan
menggunakan
kalimat-kalimat
menunjukkan
(bukan
memberitahukan). Fase berikutnya adalah berbagi. Setiap siswa membaca silang dengan siswa lain. Hal ini berguna untuk memberikan masukan akan draft kasar. Adanya masukan dan pendapat dari siswa lain akan diperbaiki dalam fase berikutnya. Setelah itu melakukan penyuntingan terhadap ejaan dan kalimat yang terasa janggal. Penulisan kembali merupakan fase selanjutnya sebelum melakukan evaluasi untuk memastikan telah selesainya apa yang ingin ditulis.
3. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Menggunakan Teknik Show Not Tell Tahap-tahap proses penulisan ini diambil dari Proyek Penulisan California (1999: 194) dan diuraikan dalam tahap-tahap sebagai berikut: a. Persiapan Tahap pertama yang dilakukan adalah mengelompokan dan menulis cepat. Pada tahap ini, siswa hanya akan membangun suatu fondasi untuk topik yang
11
berdasarkan pada pengetahuan, gagasan dan pengalamannya. Pengelompokan adalah suatu cara memilah gagasan dan menuangkannya ke atas kertas secepatnya, tanpa pertimbangan. Contohnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.1 Contoh Pengelompokan Berdasarkan Tema Freizeit
b. Draft-kasar Tahapan selanjutnya adalah mengeksplorasi dan mengembangkan gagasan. Di sini siswa mulai menelusuri dan mengembangkan gagasan-gagasan yang ada. Siswa harus memusatkan pada isi, daripada tanda baca, tata bahasa, atau ejaan. Siswa juga harus menggunakan kalimat menunjukkan bukan memberitahukan saat
menulis.
Contohnya
adalah
12
sebagai
berikut:
Setelah
siswa
mengelompokan berdasarkan tema Freizeit, siswa memilih satu aktivitas yang sering dilakukan saat waktu luang, misalnya lesen. Setelah itu siswa diminta untuk bereksplorasi dan menuliskan kalimat-kalimat yang berkaitan dengan lesen. Siswa dapat menulis tentang jenis buku apa yang sering dibaca, seberapa sering siswa membaca, mengapa siswa senang membaca, dan lain sebagainya. Kemudian siswa mengembangkan gagasan tadi menjadi paragrafparagraf yang menunjukkan. c. Berbagi Seorang teman siswa membaca draft tersebut dan memberikan umpan balik. Bagian dari proses ini sangat penting. Menurut instruktur menulis, Michael Carr, ini juga merupakan bagian yang paling sering diabaikan. Sebagai penulis, siswa merasa dekat dengan tulisannya sehingga sulit untuk menilai secara objektif. Untuk mengambil jarak dengan tulisannya sendiri, siswa perlu meminta seorang teman untuk membacanya dan memberikan umpan balik. Teman sekelas siswa tersebut akan membaca dan mengatakan kepadanya bagian mana yang benar-benar kuat. Hendaknya mereka juga menunjukan ketidakkonsistenan, kalimat yang tidak jelas, atau transisi yang lemah. Berikut beberapa petunjuk untuk berbagi, yang pertama adalah untuk penulis. Siswa mengatakan kepada temannya sebagai pembaca apa yang ingin dicapai dengan menulis karangan itu. Siswa hendaknya menyambut semua umpan balik tanpa emosi, siswa juga dituntut untuk mendengarkan tanpa
13
menjelaskan kepada pembaca. Kemudian siswa diperbolehkan bertanya untuk mendapatkan kejelasan. Petunjuk untuk pembaca diantaranya adalah hanya membaca isinya saja dan mengabaikan tata bahasa dan ejaan. Pembaca harus menunjukan kepada penulis kata-kata, frasa dan bagian utama yang paling baik dari sudut pandang pembaca. Pembaca diperbolehkan untuk bertanya kepada penulis apapun yang terlintas di dalam pikiran saat membaca tulisan tersebut. Pembaca juga hendaknya mengatakan kepada penulis jika menurut pembaca tulisan ini berhasil mencapai tujuan yang direncanakan. Pembaca dapat memberi saran kepada penulis bagaimana tulisan tersebut dapat dijadikan lebih kuat dan lebih jelas. d. Memperbaiki Dari umpan balik tersebut siswa memperbaiki tulisannya. Kini, setelah siswa mendapatkan umpan balik tentang mana yang baik dan mana yang perlu diperbaiki lagi, siswa mengulangi dan memperbaiki karangannya. Siswa adalah tuan dari tulisannya sendiri, dan siswa membuat keputusan terakhir untuk mengambil atau mengabaikan umpan balik tersebut. Siswa hendaknya memanfaatkan umpan balik yang dianggap membantu. e. Penyuntingan Siswa memperbaiki semua kesalahan, tata bahasa, dan tata baca. Pada tahap ini, siswa diharuskan memeriksa semua kesalahan ejaan, tata bahasa, dan tanda baca. Siswa harus memastikan penggunaan kata kerjanya tepat dan kalimat-kalimatnya lengkap.
14
f. Penulisan kembali Siswa menulis kembali karangan tadi, dengan memasukkan isi yang baru dan perubahan-perubahan penyuntingan. g. Evaluasi Siswa memeriksa apakah tugas ini sudah selesai. Tiap siswa harus memastikan telah menyelesaikan apa yang direncanakan dan apa yang ingin disampaikan. Walaupun ini merupakan proses yang terus berlangsung, tahap ini menandai akhir pemeriksaan. Penjelasannya dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:
1. Persiapan
2. Draft-kasar 7. Evaluasi 3. Berbagi
6. Penulisan kembali 4. Memperbaiki
5. Penyuntingan
3. Berbagi
4. Memperbaiki 4. Memperbaiki 3. Berbagi
Gambar 2.2 Pola Putaran Penulisan
15
Ketika dijelaskan dengan cara di atas, proses penulisan ini tampak logis dan linear. Dalam praktiknya, proses ini lebih merupakan pola putaran-balik. Misalnya, siswa dapat melalui tahap satu hingga empat, lalu berputar-balik melalui tahap tiga dan empat sebelum melanjutkan ke tahap lima, enam dan tujuh. Semakin kompleks tulisan, dan semakin banyak yang harus diperbaiki, makin banyak putaran yang dilakukan. Selain itu pola putaran kedua dapat diabaikan bila tujuan penulisan sudah tercapai pada pola putaran pertama.
4. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Show Not Tell Kelebihan dari teknik Show Not Tell adalah pola putaran penulisan yang dapat memberikan informasi dari pembaca dalam fase berbagi. Selain itu bisa meminimalkan kesalahan yang muncul dalam penulisan. Kesalahan di sini berupa ejaan, kepaduan paragraf dan struktur ide yang akan diungkapkan. Maka dengan menerapkan teknik ini siswa diharapkan mampu menulis sebuah karangan dengan baik. Ketika siswa menggunakan “menunjukkan bukan memberitahukan”, paragraf terbentuk secara alamiah dan berkesan hidup. Hal terbaik tentang “menunjukkan bukan memberitahukan” adalah bahwa setiap siswa akan menulis dengan deskripsi uniknya sendiri untuk masing-masing kalimat. Teknik ini juga mempunyai banyak aplikasi, di antaranya dapat digunakan untuk karakterisasi, efektif untuk puisi dan cerita, dan terutama sangat baik untuk menulis karangan. Kekurangan dari teknik Show Not Tell adalah teknik ini sedikit akan membingungkan karena banyaknya tahapan yang harus dilalui. Akan tetapi
16
setelah mendapatkan perlakuan, tentu siswa akan terbiasa menggunakan teknik Show Not Tell.
B. Hakikat Menulis 1. Pengertian Menulis Dalam
Wikipedia
disebutkan
bahwa
“Schreiben
bezeichnet
das
Aufzeichnen von Schriftzeichen, Buchstaben, Ziffern oder musikalischen Noten.” Dari pengertian menulis yang ada dalam Wikipedia di atas, dijelaskan bahwa menulis menunjukan pelukisan dari lambang, grafik, huruf atau angka. Mengacu pada penjelasan tentang lambang, Tarigan (2008: 22) mengungkapkan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut. Wegner dalam Schreiber (2002: 70) mengungkapkan definisi dari menulis, yakni: Schreiben ist keine Sprachfertigkeit, die als ,,Nebenprodukt” einer anderen einfach mit gelernt werden kann, sondern wird in erster Linie durch das Schreiben selbst angeeignet. Daraus folgt, daß sich der Unterricht auf den Schreibprozess zu konzentrieren hat. Natürlich darf dabei nicht vergessen werden, dass das Schreiben und die anderen Fertigkeiten in einer Wechselbeziehung stehen, sich teilweise bedingen (z.B bei einer Vorlesungmitschrift) oder stützen (z.B bei schriftlichen Notizen für einen Vortrag). Dari pendapat Wegner tentang pengertian menulis di atas, diungkapkan bahwa menulis bukanlah keterampilan berbahasa yang dianggap mudah, tetapi
17
menulis membutuhkan latihan agar siswa terbiasa untuk menulis. Menulis juga berhubungan dengan keterampilan lainnya, contohnya ketika menulis catatan saat kuliah, dibutuhkan keterampilan mendengar dan menulis. Menulis pun menunjang kegiatan lainnya, contohnya pada saat memberi ceramah dibutuhkan catatan kecil untuk melihat apa saja yang akan dibicarakan ketika ceramah. Selain itu Ulrich dalam Bausch (1989: 206) mengungkapkan pengertian menulis yakni: Schreiben, d.h das Erstellen von Texten (schriftlich fixierte Sprachäuβerungen), ist ein überaus komplexer Vorgang, für den sowohl inthaltliche kriterien (Stringenz, Sclüssigkeit der gedanklichen und/oder poetischen Entwicklung) als auch die Beachtung von formal grammatischen Regeln und Regeln des Sprachgebrauch (situations-, adressaten-, textformbedingt) und Anforderungen an die äuβere Form (grapische Gliederung) bestimmend sind. Lado (1987: 287) mengungkapkan bahwa menulis adalah “… die Fähigkeit, Strukturen, Leksikalische Einheiten und ihre konventionale Wiedergabe in normalen, auf Tatsachen beruhenden Schreibsituationen zu verwenden.” Dari dua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah aktivitas yang kompleks dan memerlukan penguasaan aturan tata bahasa, kemampuan sruktur, kesatuan bahasa serta kemampuan untuk mereproduksi semua hal tersebut menjadi tulisan yang berdasarkan kenyataan dengan tidak mengabaikan bentuk luar. Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Jung (1992: 12) yang mengungkapkan definisi menulis sebagai berikut: Schreiben ist eine hӧchst komplexe Fertigkeit ist, die eine sprachliche und gedankliche Tätigkeit bei gleichzeiten Kenntnis im Bereich des Wortschatzes, der Grammatik, der Textkonstruktion und dem jeweiligen thematischen Bereich verlangt.
18
Disebutkan bahwa kegiatan menulis harus ditunjang oleh penguasaan kosakata dan pengetahuan tata bahasa yang baik. Jika siswa telah menguasai kosakata, maka siswa akan lebih mudah menulis karangan. Jika siswa mempunyai pengetahuan bahasa yang baik, tentu saja hasil tulisannya akan lebih mudah dimengerti oleh pembaca. Dari konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah sebuah proses menuangkan ide atau gagasan seseorang kedalam bentuk tulisan hingga hasil pemikiran orang tersebut bisa diapresiasi oleh pihak lain. Adapun tujuan dari menulis adalah untuk mengubah keyakinan pembaca, menanamkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca, merangsang proses berpikir pembaca, menyenangkan atau menghibur pembaca, serta memberitahu pembaca dan memotivasi pembaca.
2. Komponen-komponen Menulis Komponen yang dibutuhkan dalam menulis menurut Wegner dalam Schreiber (2002: 70): … dessen Vermittlung und Anwendung einem Schreibkurs zugrunde gelegt werden kann. Das Modell besteht aus drei Komponenten. Ein grundlegendes Element ist der Wissensspeicher des Schreibenden, in dem sich sein Weltwissen, das Wissen über unterschiedliche Adressaten von Texten, sprachliche Fertigkeiten sowie Kenntnisse über Textsorten und Textbaupläne befinden. Zweite Komponente ist die “task environment”, d.h. die Schreibanweisung und der bereits produzierte Text. Die dritte, zentrale Komponente bildet der eigentliche Schreibprozess, der seinerseits in die Teilschritte Planung, Formulierung und Überarbeitung untergliedert ist. Dari pendapat Wegner tentang komponen-komponen menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga komponen menulis, yaitu pengetahuan
19
umum tentang menulis seperti pengetahuan tentang perbedaan sasaran (pembaca) berdasarkan teks-teks, keterampilan berbahasa seperti pengetahuan tentang jenisjenis teks dan rancang bangun teks. Petunjuk menulis dan teks yang akan dihasilkan setelah mengetahui dan memahami pengetahuan umum tentang menulis. Komponen ketiga merupakan komponen paling penting yang membentuk proses menulis, merumuskan hasil tulisan dan pengecekan dari hasil tulisan yang telah dihasilkan.
3. Tahapan Menulis Pada saat akan menulis, siswa biasanya melewati tahapan-tahapan terlebih dahulu. Biasanya diawali dengan mencatat ide-ide dalam bahasa Jerman atau bahasa ibu, kemudian menyusun ide tersebut menjadi sebuah kerangka karangan selanjutnya mulai menulis dengan menggunakan kata-kata baru yang muncul. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wegner dalam Schreiber (2002:70) yang mengurutkan tahapan dalam menulis dalam beberapa fase. Pertama adalah tahap berpikir dan mulai menulis. Kemudian membuat catatan tentang apa saja yang akan ditulis dalam bahasa Jerman atau dalam bahasa ibu. Tahap selanjutnya adalah penyusunan ide-ide disusul dengan menulis yang relatif cepat berdasarkan rancangan tulisan kemudian mulai mengolahnya serta melengkapi dan mengoreksinya. Terakhir adalah sebisa mungkin menggunakan banyak kata-kata yang baru. Berdasarkan pemaparan diatas, tahap-tahap menulis yang dikemukakan oleh Wegner banyak memberikan manfaat ketika akan mulai menulis. Hal
20
tersebut akan memudahkan siswa untuk menjaring banyak ide hingga tidak mengalami kebuntuan pada saat menulis. Selain itu siswa juga akan terbiasa untuk menulis dengan cepat kemudian mengoreksinya kembali dengan menggunakan banyak kata-kata baru. Untuk
memperlancar
proses
menulis,
terdapat
kiat-kiat
untuk
memperlancar penulisan seperti yang diungkapkan oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (1999: 199). Kiat pertama adalah persiapan. Waktu ekstra dibutuhkan dalam persiapan, maka siswa harus memulai untuk menulis dengan secepatnya. Sebagai alternatif musik klasik akan membantu membuat pikiran siswa tenang. Siswa juga hendaknya mencari waktu yang tepat untuk menulis, beberapa orang menulis sangat baik pada pagi hari, sementara yang lain lebih memilih untuk menulis di malam hari. Siswa harus menemukan waktu yang tepat untuk dirinya sendiri. Kiat lainnya adalah dengan melakukan olahraga, ini akan membuat siswa segar dan memberikan oksigen yang cukup baik bagi otak, dimana keduanya dapat membantu pikiran siswa ketika menulis. Kemudian siswa dianjurkan untuk banyak membaca, apapun jenisnya karena membaca membuat siswa bersentuhan dengan
kehidupan
serta
penggunaan
bahasa
dan
gaya-gaya
tulisan.
Pengelompokan pekerjaan akan membantu siswa menulis dengan lebih baik. Kiat terakhir adalah hendaknya siswa menggunakan warna-warna berbeda untuk tiaptiap bagian atau gagasan yang akan membantu siswa melihat semua bagian kertas secara lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa tahapan dalam menulis terbagi menjadi tiga. Tahap pertama adalah tahap persiapan, tahap kedua adalah tahap penulisan dan
21
tahap ketiga adalah tahap perbaikan. Jika tahapan-tahapan menulis tersebut dilakukan dengan maksimal, maka siswa akan dapat menulis karangan dengan baik.
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan landasan teori di atas diperoleh pemikiran mengenai efektivitas teknik Show Not Tell pada pembelajaran menulis karangan siswa. Di dalam keterampilan menulis pada mata pelajaran bahasa Jerman, siswa diharapkan mampu menulis kalimat-kalimat berbahasa Jerman dengan baik. Beberapa kesulitan yang dihadapi siswa pada saat menulis adalah sulit menuangkan ide, keterbatasan struktur dan kosakata yang dimiliki serta ketakutan akan melakukan kesalahan dalam menulis. Untuk meminimalkan kesulitan tersebut siswa dapat menggunakan pemilihan teknik pembelajaran yang tepat. Salah satu teknik pembelajaran untuk menulis karangan dengan susunan yang baik adalah dengan menggunakan teknik Show Not Tell. Pada praktiknya siswa dirangsang mengungkapkan perasaan mereka dengan cara membuat kalimat-kalimat terlebih dahulu yang merupakan draft kasar. Setelah itu siswa mengubah kalimat-kalimat yang memberitahukan menjadi paragraf yang menunjukkan. Penggunaan teknik Show Not Tell di dalam pembelajaran menulis diharapkan dapat mengatasi permasalahan siswa dalam menulis, seperti: sulitnya menulis karangan berbahasa Jerman dengan baik, karena kurangnya persiapan dan terbatasnya ide, serta terjadinya kebuntuan pada saat menulis.
22
Dari pemaparan di atas dapat diduga bahwa penggunaan teknik Show Not Tell dapat efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa. Dengan kata lain penggunaan teknik Show Not Tell dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.
D. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis karangan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan teknik Show Not Tell. H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis karangan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan teknik Show Not Tell.
23