9
BAB II KREATIVITAS SISWA DALAM MEMANFAATKAN LIMBAH KERTAS PADA KONSEP DAUR ULANG LIMBAH
A. KREATIVITAS 1. Definisi Kreativitas Kreativitas dapat dipandang sebagai produk dari berpikir kreatif, sedangkan aktivitas kreatif merupakan kegiatan dalam pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong atau memunculkan kreativitas siswa. Menurut Supriadi (2001) kreativitas didefinisikan berbeda-beda tergantung pada bagaimana orang mendefinisikannya. Hal ini disebabkan oleh dua alasan, yaitu pertama kreativitas merupakan ranah psikologis yang kompleks dan multidimensional yang mengundang berbagai tafsiran yang beragam; kedua definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan yang berbeda-beda, tergantung dasar teori yang menjadi acuan pembuat definisi (Supriadi, 2001). 2. Kriteria Kreativitas Menurut Amabile (Supriadi, 2001) penentuan kriteria kreativitas menyangkut tiga dimensi, yaitu dimensi proses, person, dan produk. Ditinjau sebagai proses, menurut Torrance (Munandar, 2009) kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan masalah ini, menilai dan menguji dugaan hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Menurut Graham
10
Wallas (Ayan, 2002 dan Supriadi, 2001) kreativitas muncul dalam proses empat tahap : a. Tahap persiapan Pada tahap ini, otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi. b. Tahap inkubasi Dikenal sebagai tahap istirahat, masa menyimpan informasi yang sudah dikumpulkan, lalu berhenti dan tidak lagi memusatkan diri atau merenungkannya. Pada masa ini sangat penting meskipun tampak seperti pemborosan waktu, akan tetapi pikiran bawah sadar mengambil alih informasi, dimana terjadi penghubungan berbagai ide. c. Tahap pencerahan (iluminasi) Tahapan dimana gagasan muncul untuk memecahkan masalah. d. Tahap pelaksanaan (verifikasi) Tahapan dimana gagasan yang muncul dievaluasi secara kritis dan kemudian dihadapkan pada realitas. c
Iluminasi
b
d Inkubasi a Verifikasi Persiapan
Gambar 2.1 Tahap-Tahap Proses Kreatif Sumber: Supriadi (2001)
11
Dilihat dari dimensi person, Amabile (Supriadi, 2001) mengatakan bahwa pengertian person sebagai kreativitas identik dengan apa yang oleh Guilford (Supriadi, 2001) kemukakan, yaitu: “those patterns of traits that are characteristics of creative persons”. Dimana dimensi person ini meliputi ciri kognitif (aptitude) dan ciri non-kognitif (non-aptitude). Adapun ciri-ciri kognitif dari kreativitas terdiri dari orisinalitas; fleksibilitas; kelancaran; dan elaboratif, sedangkan ciri non-kognitif dari kreativitas meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif (Trihadiyanti dalam Susanto, 2008). Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kreatif Menurut Williams No.
Indikator Berpikir Kreatif
Definisi
Perilaku Siswa
1.
Berpikir lancar (fluency)
a. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan b. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal c. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban
a. Mengajukan banyak pertanyaan b. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah d. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya e. Lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anakanak lain f. Dapat dengan cepat melihat kelebihan atau kekurangan pada suatu objek atau situasi
2.
Berpikir luwes (flexibility)
a. Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi b. Dapat melihat suatu masalah dari sudut
a. Memberikan macammacam penafsiran (interpreatasi) suatu gambar, cerita atau suatu masalah
12
No.
3.
Indikator Berpikir Kreatif
Berpikir orisinal (originality)
Definisi
Perilaku Siswa
pandang yang berbeda c. Mencari banyak alternatif atau arah yang berbedabeda d. Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran
b. Memberikan macammacam penafsiran (interpreatasi) suatu gambar, cerita atau suatu masalah c. Menerapkan suatu konsep atau suatu asas dengan cara yang berbeda-beda d. Memberi pertimbangan terhadap situasi yang berbeda dari yang diberikan orang lain e. Dalam membahas atau mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dengan mayoritas kelompok f. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macammacam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya g. Menggolongkan halhal menurut pembagian (kategori) yang berbeda-beda h. Mampu mengubah arah berpikir secara spontan
a. Mampu melahirkan ungkapan baru dan unik b. Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri c. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagianbagian atau unsur-unsur
a. Memikirkan masalahmasalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain b. Mempertanyakan caracara lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang lebih baru c. Memikirkan masalahmasalah atau hal-hal yang tidak pernah
13
No.
Indikator Berpikir Kreatif
Definisi
Perilaku Siswa
d.
e.
f.
g.
h.
i.
4.
Kemampuan memerinci (elaboration)
a. Mampu memperkaya dan mengembangkan gagasan b. Memperinci detil-detil dari suatu objek atau situasi sehingga lebih menarik
terpikirkan oleh orang lain Mempertanyakan caracara lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang lebih baru Memilih simetris dalam menggambar atau membuat desain Memilih cara berpikir yang lain daripada yang lain Mencari pendekatan Mencari pendekatan yang baru dari stereotif. Setelah membaca/ mendengar gagasangagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru. Lebih senang mensintesis daripada menganalisis sesuatu.
a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci. b. Mengembangkan atau memperkaya gagasangagasan orang lain. c. Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh. d. Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana.
14
No.
Indikator Berpikir Kreatif
Definisi
Perilaku Siswa e. Menambah garis-garis, warna-warna, detildetil (bagian-bagian) terhadap terhadap gambarannya sendiri atau gambar orang lain. Sumber: Munandar (1999)
Tabel 2.2 Indikator Kepribadian Kreatif No.
Indikator Kepribadian Kreatif
1.
2.
Definisi
Perilaku Siswa
Rasa Ingin Tahu
a. Selalu mengajukan banyak pertanyaan b. Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak c. Selalu memperhatikan orang, objek, dan situasi
a. Mempertanyakan segala sesuatu b. Senang menjajaki buku-buku, gambargambar, dan sebagainya untuk mencari gagasangagasan yang baru c. Tidak membutuhkan dorongan untuk menjajaki atau mencoba sesuatu yang belum dikenal d. Menggunakan semua panca inderanya untuk mengenal e. Tidak takut untuk menjajaki bidangbidang baru f. Ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian g. Ingin bereksperimen dengan benda-benda mekanik
Imajinatif
a. Perbuatan yang mampu memperagakan/ membayangkan hal-hal yang tidak/ belum pernah terjadi.
a. Membayangkan halhal yang belum terjadi b. Memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum pernah
15
No.
Indikator Kepribadian Kreatif
Definisi
Perilaku Siswa
c.
d.
e.
f.
dilakukan oleh orang lain Meramalkan apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain Mempunyai firasat tentang sesuatu yang belum terjadi Melihat hal-hal dalam suatu gambar yang tidak dilihat orang lain Membuat cerita tentang tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi/ tentang kejadian-kejadian yang belum pernah dialami.
3.
Berani Mengambil Resiko
a. Memberikan jawaban meskipun belum tentu benar b. Tidak takut gagal/ mendapat kritikan c. Tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang konvensional/ kurang berstruktur
a. Bersedia mengakui kesalahannya b. Berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal c. Tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain d. Melakukan hal-hal yang diyakini, meskipun tidak disetujui sebagian orang e. Berani mencoba halhal baru f. Berani mengakui kegagalan dan berusaha lagi.
4.
Inisiatif
Menurut Al-Bary (Ferdian, 2007) adalah perintis jalan, langkah pertama, ide usaha, bersifat penuh rencana
a. Memahami tujuan dan maksud kegiatan b. Mencari literature c. Mengetahui alat dan bahan yang dibutuhkan dalam merancang kegiatan praktikum Sumber: Ferdian (2007)
16
Bersikap kreatif membawa dampak positif pada diri sendiri dan lingkungan sekitar. Pada diri sendiri mendorong aktualisasi potensi yang dimiliki. Bagi orang lain memberikan kepuasaan karena tindakan yang dilakukan dalam waktu yang lebih cepat, memberi hasil yang lebih tepat, hasil yang lebih banyak, dan merupakan hasil karya yang orisinal dan unik (Dharma, 2008). Kreativitas ditinjau dari dimensi produk, menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas ialah sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Besemer dan Treffinger (Munandar, 2009) menyarankan bahwa produk kreatif dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu 1) kebaruan (novelty), 2) pemecahan (resolution), dan 3) kerincian (elaboration). Tabel 2.3 Kategori Produk Kreatif Menurut Besemer dan Treffinger No. 1.
2.
Kategori Produk Kreatif
Definisi
Kriteria Produk
Kebaruan (novelty)
Sejauh mana produk itu baru
a. Dalam hal: jumlah dan luas
Pemecahan (resolution)
Menyangkut sejauh mana produk itu memenuhi kebutuhan dari situasi bermasalah
a. Bermakna (valuable) menurut
proses yang baru, teknik baru, bahan baru, konsep baru yang terlibat b. Dalam hal di dalam dan di luar lapangan/bidang c. Dalam hal dampak dari produk terhadap produk kreatif di masa depan.
para pengamat karena memenuhi kebutuhan b. Logis, dengan mengikuti aturan yang ditentukan dalam bidang tertentu c. Berguna, karena dapat diterapkan secara praktis
17
No. 3.
Kategori Produk Kreatif Kerincian (elaboration)
Definisi Sejauh mana produk itu menggabung unsurunsur yang tidak sama menjadi keseluruhan yang canggih dan koheren (bertahan secara logis).
Kriteria Produk a. Organis, dalam arti mempunyai arti inti seputar mana produk itu disusun b. Elegan, yaitu canggih, mempunyai nilai lebih dari yang tampak c. Kompleks, yaitu berbagai unsur digabung pada satu tingkat atau lebih d. Dapat dipahami, karena tampil secara jelas e. Menunjukkan keterampilan/ keahlian yang baik, dikerjakan secara seksama. Sumber: Munandar (2009)
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Selain itu, ada beberapa faktor yang menunjang seseorang dalam berkreativitas. Susanto (2008) mengemukakan bahwa kreativitas dapat terwujud dengan adanya dorongan dalam diri individu (motivasi instrinsik) dan dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik), sebagai berikut : a. Motivasi untuk Kreativitas Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers, dalam Munandar, 1999). Motivasi intrinsik ini yang hendaknya dibangun dalam diri individu sejak dini. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan individu dengan kegiatan-kegiatan kreatif dengan tujuan untuk memunculkan rasa ingin tahu dan untuk melakukan hal-hal baru.
18
b. Kondisi Eksternal yang Mendorong Perilaku Kreatif Kondisi eksternal (dari lingkungan) secara konstruktif ikut mendorong munculnya kreativitas. Kreativitas memang tidak dapat dipaksakan, tetapi harus dimungkinkan untuk tumbuh. Menurut pengalaman Rogers (dalam Munandar, 1999) dalam psiko-terapi, penciptaan kondisi keamanan, dan kebebasan psikologis memungkinkan timbulnya kreativitas yang konstruktif. c. Keamanan Psikologis Hal ini dapat terbentuk melalui tiga proses yang saling berhubungan, yakni menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya, mengusahakan suasana yang didalamnya evaluasi eksternal tidak ada, sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam, dan memberikan pengertian secara empatis (dapat ikut menghayati). Dalam suasana ini ”real self” dimungkinkan untuk timbul, untuk diekspresikan dalam bentukbentuk baru dalam hubungannya dengan lingkungannya. Inilah pada dasarnya yang disebut memupuk kreativitas. d. Kebebasan Psikologis Memberikan kesempatan pada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya, permisif akan memberikan individu kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. Ekspresi dalam bentuk tindakan agresif tidak selalu dimungkinkan, namun tindakan-tindakan konstruktif kearah kreatif hendaknya dimungkinkan.
19
4. Asumsi Tentang Kreativitas Menurut Supriadi (2001: 16) ada enam asumsi kreativitas yang diangkat dari teori dan berbagai studi tentang kreativitas, yaitu: a. Pertama, setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda. b. Kedua, kreativitas dinyatakan dalam bentuk produk-produk kreatif baik berupa benda maupun gagasan. c. Ketiga, aktualisasi kreativitas merupakan hasil dari proses interaksi antara faktor-faktor psikologis (internal) dengan lingkungan (eksternal). d. Keempat, dalam diri seseorang dan lingkungannya terdapat faktor-faktor yang dapat menunjang atau justru menghambat perkembangan kreativitas. e. Kelima, kreativitas seseorang tidak berlangsung dalam kevakuman, melainkan didahului oleh hasil-hasil kreativitas orang-orang yang berkarya sebelumnya. f. Keenam, karya kreatif tidak lahir hanya karena kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat.
5. Penelitian-Penelitian yang Relevan Penelitian umumnya menerapkan suatu metode atau pendekatan baru untuk melihat gambaran mengenai kreativitas siswa di sekolah. Adapun beberapa penelitian yang relevan pada kreativitas siswa dalam penelitian ini: Suparman (2005) melihat kemampuan berpikir kreatif siswa melalui kegiatan praktikum dengan cara mengobservasi perilaku siswa. Hasil penelitian
20
menunjukkan umumnya kemampuan berpikir kreatif siswa rendah dengan perolehan nilai tertinggi pada aspek elaborasi dan nilai terendah pada aspek orisinal. Adapun faktor yang mempengaruhi hasil pada penelitian tersebut adalah peranan guru dengan menghargai berbagai ide baru, berbagai pertanyaan, dan jawaban siswa untuk mengembangkan kreativitas dan mendorong kemampuan tersebut bagi siswa. Serta menumbuhkan komunikasi yang baik antara guru dan siswa. Susilowati (2005) dalam penelitiannya melalui perencanaan praktikum dengan pembelajaran berbasis inkuiri pada konsep lingkungan, melihat kemampuan berpikir kreatif siswa pada perencanaan praktikum yang dibuat serta kemunculan indikator berpikir kreatif selama penelitian berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan merencanakan praktikum dan kemampuan berpikir kreatif mengalami peningkatan dari kurang menjadi cukup melalui pembelajaran berbasis inkuiri. Sedangkan Septiani (2007) melakukan penelitian melalui cara yang sama, yaitu merencanakan percobaan namun dengan menggunakan metode yang berbeda (think-pair-square) dimana rancangan percobaan pada awalnya dibuat oleh masing-masing individu, kemudian berpasangan (2 orang), dan selanjutnya gabungan dari beberapa individu (kelompok). Hasil penelitian menunjukkan rancangan percobaan yang dibuat secara individu termasuk kategori cukup, berpasangan (kategori baik), dan kelompok (kategori sangat baik). Penelitian terhadap kepribadian kreatif dan sikap kreatif dilakukan Trihadiyanti (2005) melalui pembelajaran berbasis masalah pada topik
21
pencemaran air. Dengan hasil penelitian pada umumnya termasuk sedang untuk aspek kepribadian kreatif dan sikap kreatif yang dijaring melalui angket. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferdian (2007) yang menekankan pada hubungan antara kepribadian kreatif dengan kemampuan merencanakan percobaan melalui metode merancang percobaan pada konsep difusi-osmosis. Hasil perolehan data penelitian menunjukkan korelasi sedang dan signifikan antara kepribadian kreatif dan merencanakan percobaan, dengan kategori sedang bagi keduanya dan ciri kepribadian kreatif, yaitu aspek berani mengambil resiko yang paling banyak muncul. Adapun faktor yang mempengaruhi kemampuan merancang percobaan selain kepribadian kreatif adalah keterampilan proses sains merencanakan percobaan yang perlu dikembangkan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa. Penelitian mengenai kreativitas melalui merancang percobaan dilakukan Widyantari (2008) dengan pembelajaran problem based instruction pada konsep pencemaran tanah yang berkaitan dengan pemanfaatan sampah sebagai upaya untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah pencemaran tanah. Penelitian ini menekankan pada kemampuan berpikir kreatif siswa yang dijaring melalui lembar observasi, angket, soal tes berupa esai, dan laporan praktikum. Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan siswa dapat mengekspresikan kreativitasnya secara bebas dengan model pembelajaran problem based instruction. Afianti, dkk. (2009) melakukan penelitian mengenai kreativitas siswa dalam kegiatan merencanakan percobaan pada pembelajaran pencemaran air melalui
22
metode investigative practical work. Dimana siswa dilibatkan untuk merancang sendiri cara terbaik untuk menyelesaikan masalah melalui: tahap pengajuan masalah yang diberikan oleh guru; tahap perencanaan percobaan yang dilakukan siswa secara individu dan kelompok; tahap realisasi rancangan percobaan; tahap evaluasi; dan tahap presentasi dimana siswa mengomunikasikan hasil percobaan melalui presentasi secara lisan.
B. PRAKTIKUM Dalam pendidikan IPA kegiatan laboratorium (praktikum) merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar, khususnya Biologi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan IPA (Rustaman dkk., 2005). Woolnough & Allsop (Rustaman dkk., 2005) mengemukakan empat alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum, sebagai berikut : 1. Praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA. Belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi, siswa yang termotivasi untuk belajar akan bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Melalui kegiatan praktikum, siswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. 2. Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Dengan kegiatan praktikum, siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan
bereksperimen
dengan
melatih
kemampuan
mereka
dalam
mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur yang
23
sederhana atau lebih canggih, menggunakan dan menangani alat secara aman, merancang, melakukan dan menginterpretasikan eksperimen. 3. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah Banyak para pakar pendidikan IPA menyakini bahwa cara yang terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai saintis. Di dalam kegiatan praktikum menurut pandangan metode inkuiri, siswa bagaikan seorang saintis yang sedang melakukan eksperimen. Disini siswa dituntut untuk merumuskan masalah, pengukuran
secara
merancang eksperimen, merakit alat, melakukan
cermat,
menginterpretasikan
data
perolehan,
serta
mengomunikasikannya melalui laporan yang harus dibuatnya. 4. Praktikum menunjang materi pelajaran. Kegiatan praktikum memberi kesempatan bagi siswa untuk menemukan teori dan membuktikan teori. Selain itu praktikum dalam pelajaran Biologi dapat membentuk ilustrasi bagi konsep dan prinsip Biologi. Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Adapun macam-macam bentuk praktium yang dikemukakan Woolnough (Rustaman dkk., 2005) bahwa bentuk praktikum bisa berupa : 1. Bentuk praktikum latihan Bentuk praktikum ini digunakan untuk mengembangkan keterampilan dasar. Keterampilan dikembangkan melalui latihan-latihan menggunakan alat, observasi, mengukur dan kegiatan lainnya.
24
2. Bentuk praktikum bersifat investigasi (penyelidikan) Bentuk praktikum ini digunakan untuk aspek tujuan kemampuan memecahkan
masalah.
Melalui
kegiatan
praktikum
siswa
memperoleh
pengalaman mengindetifikasi masalah nyata yang dirasakannya, merumuskan masalah tersebut secara operasional, merancang cara terbaik untuk memecahkan masalahnya,
dan
mengimplementasikannya
dalam
laboratorium
serta
menganalisis dan mengevaluasi hasilnya. Bentuk praktikum investigasi ini memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar divergent thinking dan memberi pengalaman merekayasa suatu proses yang diperlukan dalam pengembangan teknologi. 3. Bentuk praktikum bersifat memberi pengalaman. Tujuan dari bentuk praktikum ini ialah meningkatkan pemahaman materi pelajaran. Kontribusi praktikum dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran dapat terwujud apabila siswa diberi pengalaman untuk mengindera fenomena alam dengan segenap inderanya. Pengalaman langsung siswa terhadap fenomena alam menjadi prasyarat penting untuk mendalami dan memahami materi pelajaran. Apabila kegiatan praktikum berformat discovery, fakta-fakta yang diamati menjadi landasan pembentukan konsep atau prinsip dalam pikirannya. Apabila kegiatan praktikum bersifat verifikasi, fakta-fakta yang diamati menjadi bukti konkret kebenaran konsep atau prinsip yang dipelajarinya sehingga pemahaman mahasiswa lebih mendalam (Rustaman dkk., 2005).
25
C. PENCEMARAN LINGKUNGAN Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982 dalam Masbin, 2010). Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh buangan limbah yang mengandung bahan kimia dapat berakibat buruk terhadap organisme bahkan pada manusia karena bahan polutan yang dibuang dalam bentuk limbah dapat berpindah diantara media udara, air, dan tanah (Surtikanti, 2009). Dilihat dari media penyebaran bahan polutan tersebut maka pencemaran lingkungan terbagi menjadi tiga macam, yaitu pencemaran udara, air, dan tanah.
D. KONSEP DAUR ULANG LIMBAH Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah
26
secara benar maka bisa menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis. Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair, atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3). Berdasarkan hukum pasal 1 ayat 1 (Surtikanti, 2009) Bahan Berbahaya dan Beracun adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Bahan kimia B3 memiliki karakteristik berdasarkan klasifikasi B3 (pasal 5 ayat 1 Peraturan Pemerintah dalam Surtikanti, 2009), yaitu: 1. Mudah meledak (explosive); 2. Pengoksidasi (oxidizing); 3. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable); 4. Sangat mudah menyala (highly flammable); 5. Amat sangat beracun (extremely toxic); 6. Sangat beracun (highly toxic); 7. Beracun (moderately toxic); 8. Korosif (corrosive); 9. Bersifat iritasi (irritant); 10. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
27
11. Karsinogenik (carcinogenic); 12. Teratogenik (teratogenic); 13. Mutagenik (mutagenic). Adapun salah satu cara menanggani masalah yang ditimbulkan dari limbah atau sampah, yaitu dengan cara mendaur ulang limbah tersebut. Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru (Alamendah, 2011). Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga dalam proses hierarki sampah 4R (Reuse, Reduce, Recycle, dan Replace) (Alamendah, 2011).
Gambar 2.2 Lambang (logo) Daur Ulang yang Berlaku secara Internasional Sumber: Alamendah, 2011
28
Berikut pemaparan mengenai beberapa usaha dalam mengurangi limbah dalam kehidupan sehari-hari seperti reuse, recyle, reduce, dan replace (Prima, 2011) tersebut: 1. Reuse Memanfaatkan ulang (reuse), yaitu menggunakan kembali barang bekas tanpa pengolahan bahan untuk tujuan yang sama atau berbeda dari tujuan asalnya. Misalnya, kaleng bekas minuman digunakan sebagai tempat pensil atau kotak bekas sepatu digunakan untuk menyimpan surat. 2. Recycle Mengolah kembali (recyle), yaitu kegiatan yang memanfaatkan barang bekas dengan cara mengolah materinya untuk digunakan lebih lanjut. Kertas daur ulang dan kompos merupakan contoh hasil kegiatan recyle. 3. Reduce Mengurangi (reduce) adalah semua bentuk kegiatan atau perilaku yang dapat mengurangi produksi sampah. Sebagai contoh jika hendak berbelanja sebaiknya membawa kantung belanja yang ramah lingkungan sehingga tidak perlu meminta kantung plastik kepada penjual untuk menyimpan barang belanjaan. 4. Replace Menggantikan dengan bahan yang bisa dipakai ulang (replace) adalah upaya mengubah kebiasaan yang dapat mempercepat produksi sampah, terutama sampah yang mempunyai sifat sukar diolah dan berbahaya. Contohnya adalah mengganti kebiasaan memakai kantong plastik dengan kertas atau daun.