BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang bersifat intuitif; atau organisasi pelbagai unsur bahasa yang masing-masing merupakan pola bermakna (Kridalaksana, 1984:183). Subjek adalah sesuatu yang dianggap berdiri sendiri dan yang tentangnya diberitakan sesuatu sedangkan predikat adalah bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri atas subjek itu. Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek dan jika ada boleh diikuti konstituen objek, pelengkap, atau keterangan (Putrayasa 2007). 2.2 Landasan Teori Sebuah penelitian perlu ada landasan teori yang mendasarinya karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Landasan teori yang digunakan diharapkan mampu menjadi dasar tumpuan seluruh pembahasan. Penelitian ini menggunakan teori X-bar dan kalimat. 2.2.1 Kalimat Moeliono dan Dardjowidjojo (2003:311) kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titi nada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya
Universitas Sumatera Utara
perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan huruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Sementara itu disertakan pula di dalamnya berbagai tanda baca yang berupa spasi atau ruang kosong; titik koma, titik dua atau sepasang garis pendek yang mengapit bentuk tertentu. Tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!) sepadan dengan intonasi selesai. Sedangkan tanda baca lainnya sepadan dengan jeda. Adapun kesenyapan diwujudkan sebagai ruang kosong setelah tanda titik, tanda tanya, dan tanda perintah atau ruang kosong sebelum huruf kapital permulaan. Menurut Robert Sibarani (1997:72) kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran yang lengkap, yang didahului oleh kesenyapan atau yang mewakilinya, dan yang diakhiri oleh intonasi akhir atau yang mewakilinya. Batasan kalimat tersebut menyatakan bahwa sebuah kalimat yang mengandung makna, pesan, atau pikiran tertentu yang
dapat dipahami tanpa atau dengan
bantuan konteks tertentu. Kalimat pada umumnya diawali oleh kesenyapan dalam bentuk komunikasi lisan atau diwakili oleh ruang kosong dan tanda huruf kapital dalam bentuk komunikasi tulisan. Kalimat juga diakhiri oleh tanda intonasi akhir seperti tanda tititk (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). Pesan yang berupa berita dan jawaban diakhiri dengan tanda titik, yang berupa pertanyaan diakhiri dengan tanda tanya, dan yang berupa seruan, perintah, salam, dan panggilan diakhiri dengan tanda seru. Jadi, setiap jenis kalimat dalam bentuk komunikasi tulisan diakhiri oleh salah satu tanda intonasi akhir itu. Dari batasan kalimat di atas jelaslah bahwa sebuah kalimat tidak harus berupa klausa atau bahkan tidak mesti terdiri atas beberapa kata. Hanya kalimat tertentu
Universitas Sumatera Utara
yang harus memunyai klausa dan terdiri atas beberapa kata. Hal itu bergantung pada tipe kalimatnya. Ada kalimat yang memunyai klausa dan ada juga yang tidak mempunyai klausa. Ada kalimat yang terdiri dari satu kata dan ada juga yang terdiri atas beberapa kata. Unsur inti di dalam sebuah kalimat sempurna adalah subjek dan predikat. Kedua unsur itu harus hadir di dalam kalimat sempurna. Kalimat sempurna memainkan peranan yang sangat penting di dalam pemakaian bahasa sebagai alat komunikasi karena makna kalimat sempurna dapat diketahui dengan jelas tanpa bantuan konteks yang mendahului dan mengikutinya. Oleh karena pentingnya kalimat sempurna di dalam pemakaian bahasa sebagai alat komunikasi, yang memiliki subjek dan predikat sebagai unsur intinya tipe kalimat perlu dikaji berdasarkan hubungan subjek dan predikat. Secara garis besar ada dua jenis predikat yaitu verba dan nonverba. Kalimat yang memiliki verba sebagai predikat dapat dipilah menjadi kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat refleksif, kalimat resiprokal, dan kalimat antipasif. Kalimat yang memiliki nonverba sebagai predikat disebut kalimat ekuasional. 2. Kalimat Aktif Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku dan objeknya berperan sebagai penderita. Predikat dalam kalimat aktif adalah verba transitif (Sibarani, 1997:155). Contoh: Mereka menghadiri pertemuan itu.
Universitas Sumatera Utara
3. Kalimat Pasif Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita. Istilah penderita dimaksudkan untuk menyatakan bahwa subjek dikenai tindakan. Setelah membandingkan kalimat aktif dengan kalimat pasif, dapat diketahui bahwa kalimat pasif merupakan kebalikan dari kalimat aktif karena subjek dalam kalimat aktif melakukan tindakan sedangkan subjek kalimat pasif dikenai tindakan (Sibarani, 1997:157). Contoh: Pameran itu akan dibuka oleh bapak gubernur. 4. Kalimat Refleksif Kalimat reflleksif adalah kalimat yang pelaku dan penderita mengacu pada orang atau makhluk yang sama. Kalimat medial ini dapat berkonstruksi aktif dan pasif. Dalam konstruksi kalimat aktif, subjeknya berperan sebagai pelaku dan objeknya sebagai penderita. Dalam kalimat pasif, subjeknya sebagai penderita dan objeknya sebagai pelaku. Perlu diperhatikan bahwa yang menderita hanya sebagian dari tubuh atau dirinya seperti kakinya, pipinya, dan tangannya (Sibarani, 1997:176). Contoh: Disombongkannya dirinya di hadapan orang banyak. 5. Kalimat Resiprokal Kalimat resiprokal adalah kalimat yang pelakunya melakukan tindakan yang berbalas-balasan. Kalimat resiprokal memiliki dua atau lebih pelaku dan mereka melakukan tindakan yang berbalas-balasan. Berdasarkan fungsi sintaksisnya,
Universitas Sumatera Utara
semua pelaku kalimat resiprokal berfungsi sebagai subjek. Ada dua kemungkinan pelaku yaitu dalam bentuk frase koordinatif seperti saya dan dia dan dalam bentuk pronomina jamak seperti kami, kita, dan mereka (Sibarani, 1997:177). Mereka saling membentak. 5. Kalimat Antipasif Kalimat antipasif adalah kalimat berpredikat verba yang tidak dapat dipasifkan. Verba dalam kalimat antipasif tidak berperan sebagai transit atau jembatan untuk menghubungkan subjek dengan objek. Verba seperti ini disebut verba intransitif. Kalimat yang memiliki verba intransitif itu tidak dapat dipasifkan atau diubah menjadi kalimat pasif karena kalimat itu tidak memiliki objek yang berperan sebagai penderita atau tidak memiliki verba yang membutuhkan objek sebagai penderita yang menerima tindakan yang dinyatakan oleh verba (Sibarani, 1997: 178). Contoh: Pancasila merupakan dasar negara kita. 6. Kalimat Ekuasional Kalimat ekuasional adalah kalimat berpredikat nonverba yang identitas subjeknya diperkenalkan oleh predikat itu. Dalam kalimat ekuasional, subjek berkategori nomina atau pronomina dan predikat berkategori nomina, ajektiva, numeralia, atau adverbia (frase preposisional) (Sibarani, 1997: 180-181). Berdasarkan kategori predikat itu, kalimat ekuasional dapat dipilah sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
a. Kalimat nomina Kalimat nomina adalah kalimat yang berpredikat nomina. Contoh: Dia guru saya. b. Kalimat statif Kalimat statif adalah kalimat yang berpredikat ajektiva. Contoh: Pernyataan orang itu benar. c. Kalimat numeral Kalimat numeral adalah kalimat yang berpredikat numeralia. Contoh: Anaknya banyak. d. Kalimat spasial Kalimat
spasial adalah kalimat yang berpredikat frase preposisi yang
menyatakan tempat. Kalimat ini juga disebut kalimat adverbia karena frase preposisi itu berfungsi sebagai keterangan. Contoh: Ibu ke pasar. 2.2.2 Teori X-bar Dalam teori X-bar kalimat mempunyai tiga konstituen langsung, yakni dua konstituen frase (NP dan VP) dan satu konstituen sebagai verba bantu (Haegeman, 1992:27-28).
Universitas Sumatera Utara
Dalam sebuah kalimat, baik AUX yang overt maupun tidak , kala ditempatkan di bawah simpul terpisah dan dilabeli dengan INFL (infleksi). Infleksi mengganti AUX. Pada kalimat tanpa AUX yang overt, kala diusulkan sebagai sebuah kategori yang didominasi oleh INFL (Haegeman, 1992:28). S
NP
INFL
VP
(lampau)
Poirot
-ed
abandon the investigation
Pada diagram di atas, INFL ditetapkan untuk kala lampau yang mendominasi afiks -ed. VP merupakan sebuah konstituen terpisah dari kala lampau. INFL adalah sebuah simpul yang diperlukan untuk mendominasi semua infleksi verba, termasuk orang dan properti jumlah (Haegeman,1992:29). Pengertian infleksi menurut Kridalaksana (2001:83) ada dua yaitu, pertama, infleksi adalah perubahan bentuk kata yang menunjukkan pelbagai hubungan gramatikal; mencakup deklinasi nomina, pronomina, dan ajektiva, konjungsi verba. Kedua, infleksi adalah unsur yang ditambahkan pada sebuah kata untuk menunjukkan suatu hubungan gramatikal. Pengertian modalitas menurut Chaer (1994:262-263) adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yaitu mengenai perbuatan, keadaan, dan peristiwa; atau juga sikap terhadap lawan
Universitas Sumatera Utara
bicaranya. Sikap ini dapat berupa pernyataan kemungkinan, keinginan, atau juga keizinan. Dalam bahasa Indonesia dan sejumlah bahasa lain, modalitas ini dinyatakan secara leksikal. Umpamanya dengan kata-kata mungkin, barangkali, sebaiknya, seharusnya, tentu, pasti, boleh, mau, ingin, dan seyogyanya. Pengertian komplemen menurut Kridalaksana (2001:114) ada dua yaitu, pertama, komplemen adalah kata atau frasa yang secara gramatikal melengkapi kata atau frasa lain dengan menjadi subordinat padanya; dalam arti yang luas mencakup objek langsung dan objek tak langsung; dalam arti yang sempit: hanya dipakai oleh ungkapan yang berfungsi sebagai keterangan untuk menyatakan waktu,cara, tujuan, dan sebagainya; kedua, komplemen adalah bagian dari frase verbal yang diperlukan untuk membuatnya jadi predikat yang lengkap dalam klausa; misalnya, guru adalah komplemen dalam ia menjadi guru, begitu pula patung yang bisu dalam Pak guru menganggap Tuti patung yang bisu. 2.3 Tinjauan Pustaka Suatu penelitian maupun hasil penelitian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari unsur-unsur lainnya, baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan permasalahan yang sedang dibahas oleh seorang peneliti atau penulis. Sebuah karya ilmiah mutlak membutuhkan referensi atau acuan yang menopang penelitian yang sedang dikerjakan. Sejauh yang peneliti ketahui, belum ada penelitian yang meneliti Struktur Kalimat Bahasa Batak Toba Berdasarkan Hubungan Subjek dan Predikat Analisis Teori X-Bar. Pembicaraan tentang struktur kalimat sudah banyak, tetapi penelitian terdahulu tentang struktur kalimat selama ini masih menggunakan teori tradisional. Misalnya, Tresiya (1981) dalam
Universitas Sumatera Utara
skripsinya Analisis Kata dan Kalimat Berdasarkan Tata Bahasa Tradisional mengemukakan bahwa kalimat hanya terdiri atas subjek, predikat, objek, dan keterangan. Subjek dijelaskan sebagai hal atau sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan; predikat dijelaskan sebagai unsur kalimat yang membicarakan subjek; objek dijelaskan sebagai unsur kalimat yang menderita akibat tindakan pada predikat; dan keterangan dijelaskan sebagai unsur kalimat yang memberi keterangan pada predikat. Selain Tresiya (1981), Situngkir (1986) dalam skripsinya Analisis Kalimat Berdasarkan Tinjauan Struktural membicarakan kalimat dari segi fungsi, kategori, dan makna. Fungsi adalah peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih luas; misalnya, nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek. Kategori merupakan kelas kata dari satuan sintaksis tersebut, misalnya subjek kalimat tersebut berkelas kata verba atau nomina. Zega (1988) dalam skripsinya Transformasi Kalimat Bahasa Nias membicarakan bahwa kalimat bahasa Nias terbagi atas struktur dalam dan struktur luar sebuah kalimat. Kalimat aktif dapat ditransformasikan menjadi kalimat pasif. Transformasi
kalimat
dapat
mengalami
proses
penambahan
(addition),
penghilangan (deletion), permutasi (permutation,rearrangement), dan pergantian (subtitution). Seperti halnya Zega (1988), Maria (1991) dalam skiripsinya Transformasi Kalimat Bahasa Angkola juga membicarakan bahwa kalimat bahasa Angkola juga terbentuk atas struktur dalam dan struktur luar. Misalnya, struktur dalam sebuah kalimat orang itu berkedai maka struktur luarnya adalah pemilik kedai itu.
Universitas Sumatera Utara
Boru karo (1987) juga dalam skripsinya Sintaksis Bahasa Batak Karo Dialek Karo Gugung hanya menjelaskan tentang pengertian frase, kalimat tunggal, dan kalimat majemuk beserta jenis-jenisnya. Meskipun demikian, penelitian tersebut telah memberikan sumbangan yang berarti dalam sintaksis bahasa Indonesia.
Universitas Sumatera Utara