19
BAB II KEKERASAN MENURUT HUKUM PIDANA
A. Teori Kekerasan 1. Pengertian Kekerasan Membicarakan masalah kekerasan bukanlah suatu hal mudah, sebab kekerasan pada dasarnya adalah merupakan tindakan agresif yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Misalnya tindakan memukul, menusuk, menendang, menampar, meninju, menggigit, kesemuanya itu adalah bentukbentuk kekerasan. Selain itu juga, kadang-kadang kekerasan merupakan tindakan yang normal, namun tindakan yang sama pada suatu situasi yang berbeda akan disebut penyimpangan16. Misalnya Mike Tyson yang meninju Lennox Lewis dalam suatu Ring Tinju hingga knock out, sehingga akan disebut sebagai sang juara dalam pertandingan tinju, namun tidak ada seorangpun yang berani mengatakan itu adalah perbuatan kekerasan, bahkan seorang penegak hukum pun asyik menontonnya, akan tetapi jika Mike Tyson melakukannya terhadap istrinya atau orang lain atau terhadap Lennox Lewis itu di luar Ring, maka tindakan itu akan disebut tindakan kekerasan. Jadi kapan suatu tindakan kekerasan dapat dikategorikan sebagai tindakan agresif dan kapan tindakan kekerasan dapat dikategorikan sebagai suatu tindakan normal dan situasional. 16 Muhammad Mustofa. Prevensi Masalah Kekerasan Di Kalangan Remaja. (Makalah) Disampaikan pada Seminar Sehari Tentang Narkotika, Sek, dan Kekerasan Di Kalangan Remaja, Pada Jurusan KriminologiFISIP Universitas Indonesia: Depok, 18 Juli 1996.
19
20
Istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan sebuah perilaku, baik yang terbuka (overt) atau tertutup (covert) dan baik yang bersifat menyerang (offensive) atau yang bersifat bertahan (deffense) yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain17. Kekerasan (violence) menurut sebagian para ahli disebut sedemikian rupa sebagai tindakan yang mengakibatkan terjadinya kerusakan baik fisik ataupun psikis adalah kekerasan yang bertentangan dengan hukum. Oleh karena itu kekerasan adalah sebagai suatu bentuk kejahatan. Dalam pandangan klasik suatu tindak kekerasan (violence) menunjukan kepada tingkah laku yang pertama-tama harus bertentangan dengan undang-undang, baik berupa ancaman saja maupun sudah merupakan tindakan nyata dan memiliki akibat-akibat kerusakan terhadap harta benda atau fisik atau dapat mengakibatkan kematian pada seseorang18, defenisi sangat luas sekali karena menyangkut pula perbuatan “mengancam” di samping suatu tindakan nyata. Namun demikian kekerasan dilihat dari persfektif kriminologi, kekerasan ini menunjukan kepada tingkah laku yang berbeda-beda baik motif maupun mengenai tindakannya seperti perkosaan dan pembunuhan. Istilah kekerasaan digunakan oleh John Conrad dengan istilah “Criminally Violence”, sedangkan Clinard & Quenney menggunakan
17 Jack D. Douglas & Frances Chaput Waksler. Kekerasan. Dalam: Thomas Santos (ed). Teori-Teori Kekerasan. PT. Ghalia: Indonesia, Jakarta, 2002. hlm: 11. 18 Romli Atmasasmitha. Teori & Kapita Selekta Kriminologi.PT. Eresco: Bandung, 1992, hlm: 55.
20
21
istilah”Criminal violence”19, di Columbia istilah kekerasan dikenal dengan “La Violencia”. Kejahatan kekerasan oleh Yesmil Anwar20 diartikan sebagai: “....Penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan memar atau trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak...”. Berkaitan dengan masalah kejahatan, maka kekerasan sering merupakan pelengkap dari bentuk kejahatan itu sendiri. Bahkan ia telah membentuk suatu ciri tersendiri dalam khasanah tentang studi kejahatan. Semakin menggejala dan menyebar luas frekuensi kejahatan yang diikuti dengan kekerasan dalam masyarakat, maka semakin tebal keyakinan masyarakat akan penting dan seriusnya kejahatan semacam ini. Dengan demikian pada gilirannya model kejahatan ini telah membentuk persepsi yang khas di kalangan masyarakat. Dalam kamus bahasa Indonesia kekerasan diartikan dengan:21 “........Perihal yang bersifat, berciri keras, perbuatan seseorang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain, atau ada paksaan. Menurut penjelasan ini, kekerasaan itu merupakan wujud perbuatan yang lebih bersifat fisik yang mengakibatkan luka, cacat, sakit atau penderitaan pada orang lain. Salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah berupa paksaan atau ketidakrelaan atau tidak adanya persetujuan pihak lain yang dilukai.........”. Mansour Faqih pengertian kekerasaan adalah22 : “.......Pada objek fisik maupun psikologis, hanya saja titik tekannya pada bentuk penyerangan secara fisik seperti melukai atau 19Ibid: 57. 20 Yesmil Anwar. Saat Menuai Kejahatan: Sebuah Pendekatan Sosiokultural Kriminologi, Hukum. UNPAD Press: Bandung, 2004, hlm: 54. 21 Trisno Yuwono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, Arkola, Surabaya, 1994, hlm 223. 22 Abdul Wahid dan Moh. Irvan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasaan Seksual, Refika Aditama, Bandung, 2001, hlm. 30.
21
22
menimbulkan luka, cacat atau ketidaknormalan pada fisik-fisik tertentu.......”.
Dapat pula yang terjadi adalah kekerasaan fisik, namun berdampak lebih lanjut pada aspek psikologis. Orang yang menjadi korban kekerasan fisik dapat juga mengalami penderitaan psikologis yang cukup parah seperti stress dan kemudian memilih jalan bunuh diri. Asumsi yang muncul dan berlaku general, bahwa setiap modus kekerasaan itu merupakan wujud pelanggaran hak-hak asasi manusia, artinya berbagai bentuk kekerasan yang terjadi ditengah masyarakat misalnya berakibat bagi kerugian orang lain. Kerugian yang menimpa sesama secara fisik maupun non-fisik inilah yang dikategorikan sebagai pelanggaran hakhak asasi manusia. Menurut Roni Widodo mengambil kutipan dari WHO (WHO, 1999) menyatakan bahwa kekerasan adalah :23 “....Penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan memar atau trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak...”.
Kekerasan dapat dipandang dari tiga sudut pandang,24: 1. Sudut pandang psikologis: Kekerasan sebagai suatu ledakan kekuatan dalam wujud yang tidak masuk akal. 2. Sudut pandang etnis, Kekerasan adalah suatu serangan terhadap harta dan kebebasan orang lain. 3. Sudut pandang politis, Kekerasan adalah penggunan kekuatan untuk merebut kekuasaan atau penyalahgunaan kekuasaan secara tidak sah.
23 24
Roni Widodo, www.Sekitar kita.Com, Januari, 2007. Aris Budiman, Kekerasaan dalam Budaya Masyarakat, www.bkkbn.go.id, 01 Desember 2006, hlm. 1.
22
23
Menurut makalah referensi semiloka, bahwa:25 “Viktimisasi criminal kekerasan dapat dirumuskan sebagai tindakan-tindakan yang melawan hukum, yang dilakukan dengan sengaja oleh seseorang terhadap orang lain dan yang menimbulkan penderitaan mental, fisik dan sosial”.
2.
Bentuk-Bentuk Kekerasan Menurut I Marshana Windhu, secara sosiologis dikenal adanya dua
jenis kekerasan, yaitu26: 1. Kekerasan secara personal, yakni kekerasan yang dilakukan secara langsung. 2. Kekerasan struktural adalah kekerasan secara tidak langsung, misalnya penyalahgunaan sumber-sumber daya, wawasan dan hasil kemajuan untuk tujuan lain atau monopoli oleh segelintir orang saja maka ada kekerasan dalam sistem ini. artinya, bila anda berkuasa dan memiliki harta kekayaan yang melimpah, tentunya akan selalu cenderung untuk melakukan kekerasan, kecuali kalau ada hambatan yang jelas dan tegas.
Teori kekerasan Struktural jika kita implementasikan secara empirik-realistik
(melihat di lapangan), maka teori telah berhasil diterapkan
pada jaman Soeharto (Orde Baru) melalui Angkatan Bersenjata dan Organisasi politik yang berkuasa berbaju kultural jawa. Secara singkat Soeharto bisa dibandingkan dengan Ken Arok, hanya zaman dan teknologi (bersenjata) yang berbeda. Sebagaimana dikatakan Romli Atmasasmita kekerasan dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan fisik ataupun psikis adalah kekerasan
25 Makalah Referensi Semiloka, Disharmoni Dalam Keluarga, DNIKS Univ. Indonesia, Dep. Sosial RI, Jakarrta, 1989, hlm.44. 26 I Marshana Windhu. Kekuasan dan Kekerasan Menurut Johan Galtung.Dalam Thomas Santos. Ghalia Indonesia: Jakarta, 1998, hlm:64.
23
24
yang bertentangan dengan hukum. Oleh karena itu, ia merupakan suatu kejahatan. Dengan pola pikir tersebut, maka istilah kekerasan atau violence semakin jelas, kekerasan ini dapat berarti kejahatan jika bertentangan dengan undang-undang27. Clinard & Quenney membedakan jenis-jenis Criminal Violence (Kekerasan) sebagai berikut:28 a) b) c) d) e)
Pembunuhan (murder) Pemerkosaan (rape) Penganiayaan berat (aggravated assault) Perampokan bersenjata (armed robbery) Penculikan (kidnapping)
Kejahatan kekerasan di atas adalah dapat digolongkan kepada kejahatan kekerasan individual (perseorangan), sedangkan yang termasuk kepada kejahatan kolektif (kelompok) adalah perkelahian massa, perkelahian natara gang remaja yang menimbulkan akibat kerusakan harta benda atau luka-luka berat atau kematian. Tingkah laku kekerasan yang dilakukan secara individual menurut John Conrad29 dapat dikelompokan kedalam 6 kelompok, yakni sebagai berikut: a) b) c) d) e) f) g) h) i)
Kekerasan yang dipengaruhi oleh faktor budaya Kekerasan yang dilakukan dalam rangka kejahatan Kekerasan patologis Kekerasan situasional Kekerasan yang tidak disengaja Kekerasan Institusional Kekerasan Birokratis Kekerasan teknologis Kekerasan diam
27 28 29
Romli Atmasasmita. Op cit:55. Ibid: 57. Muhammad Mustofa. Op cit: 4-6.
24
25
Kekerasan pertama, mengkategorikan bahwa kebudayaan menganggap bahwa suatu tingkah laku kekerasan adalah tingkah laku yang diharapkan untuk dilakukan dalam suatu situasi tertentu, dan kekerasan adalah merupakan cara hidup bagi kebudayaan tersebut. Kekerasan bentuk kedua, adalah kekerasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan kejahatan, misalnya perampokan dan perkosaan. Kekerasan patologis, seringkali orang mengidentikasikan dengan tindak kekerasan yang mengalami gangguan kejiwaan atau kerusakan otak. Kekerasan situasional dapat dikategorikan sebagai tindak kekerasan karena pengaruh provokasi dari luar yang tidak dapat dihadapinya lagi. Keadaan ini merupakan reaksi yang sangat langka dilakukan oleh pelaku. Kekerasan intitusional adalah kekerasan yang dilakukan terhadap orang yang sedang mengalami hukuman misalnya hukuman mati. Menurut Jack D. Douglas & Frances Chaput Waksler: Selain jenis kekerasan individu (sebagaimana di atas), kekerasan juga dapat dikatakan sebagai kekerasan kolektif, seperti misalnya perkelahian massa. Kekerasan kolektif biasanya dilakukan oleh segerombolan orang (mob) dan kumpulan orang banyak (crowd) dan dalam pengertian yang sempitnya dilakukan oleh gang. Pada umumnya, kekerasan kolektif itu muncul dari situasi konkrit yang sebelumnya didahului oleh sharing gagasan nilai, tujuan dan masalah bersama dalam periode waktu yang lebih lama. Masalah bersama adalah faktor paling penting dan bisa melibatkan perasaan akan bahaya, dendam dan amarah30.
Dalam kekerasan kolektif, sekelompok individu yang tergabung dalam suatu kelompok melakukan tindakan kekerasan secara bersama-sama dan untuk
30
Jack D. Douglas, Op cit: 15.
25
26
kepentingan bersama, kekerasan kolektif ini dapat dikelompokkan menjadi tiga (3) kategori31, yakni: a) Kekerasan kolektif primitif b) Kekerasan kolektif reaksioner c) Kekerasan kolektif modern
Kekerasan kolektif primitif pada umumnya bersifat non-politis, yang ruang lingkupnya terbatas pada suatu kelompok komunitas lokal misalnya main hakim sendiri dalam bentuk pemukulan dan penganiayaan lain ketika seorang tersangka pelaku kejahatan tertangkap di wilayah tersebut. Kekerasan yang dilakukan untuk gagah-gagahan atau lucu-lucuan (just for fun), kekerasan bentuk ini biasanya dilakukan oleh remaja dalam bentuk vandalisme, termasuk kategori ini. Demikian pula melakukan penyerangan tanpa bersenjata terhadap kelompok lawan dapat dikategorikan ke dalam hal ini32. Kekerasan kolektif reaksioner biasanya merupakan reaksi terhadap penguasa, pemeransertanya bukan hanya suatu komunitas lokal, akan tetapi juga yang merasa berkepentingan dengan tujuan kolektif yang menentang suatu kebijakan atau terhadap sistem yang dianggap tidak adil atau tidak jujur. Bagian dari kekerasan kolektif lainnya adalah kekerasan kolektif modern, yakni kekerasan untuk mencapai tujuan ekonomis dan politisi dari suatu organisasi yang tersusun dan terorganisasi dengan baik. Kekerasan dalam pemogokan buruh, kekerasan politik, terorisme, serta kekerasan yang berkaitan dengan kejahatan terorganisasi masuk ke dalam kategori ini.
31
Muhammad Mustofa.opcit: 6-7. 32 Ibid: 6.
26
27
Memperhatikan defenisi dan berbagai bentuk kekerasan, satu-satunya karakteristik dari model kejahatan dengan kekerasan ini adalah adanya “agresivitas” atau apa yang dinamakan dengan “assaultive conduct”, menurut Gibbons33 membedakan dua macam assaultive conduct, yakni situasional or subcultural in character, dan Individualistic or psychogenic in character.
3.
Kekerasan Menurut Hukum Pidana Secara yuridis, apa yang dimaksud dengan kejahatan dengan kekerasan
tidak terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), hanya saja dalam Bab IX Pasal 89 KUHP dinyatakan bahwa: Membuat orang pingsan atau membuat orang tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan. Dengan demikian kejahatan kekerasan merupakan kejahatan yang dilakukan dan disertai dengan menggunakan kekuatan fisik yang mengakibatkan korban pingsan atau tidak berdaya. Kemudian dalam Pasal 285 KUH-Pidana kekerasan dinyatakan sebagai berikut: “Barang siapa dengan kekerasan memaksa seseorang wanita bersetubuh diluar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”
Dalam Pasal 289 KUH-Pidana kekerasan dinyatakan sebagai berikut: “Barang siapa yang dengan “kekerasan” atau ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukannya perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan..” 33
Romli Atmasasmita. Op cit: 57.
27
28
Berikut akan dijelaskan, beberapa Pasal yang menyangkut tentang kekerasan: Dalam Pasal 335 KUH-Pidana dinyatakan sebagai berikut: 1) Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling lama banyak empat ribu lima ratus rupiah 1. Barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, sesuatu perbuatan lain yang tak menyenangkan, atau dengan memakai ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri maupun terhadap orang lain 2. Barang siapa memaksa orang lain supaya melakukan tidak melakukan atau membiarkan sesuatu dengan ancaman pencemaran atau pencemaran tertulis 2) Dalam hal bagaimana dirumuskan dalam butir 2 kejahatan hanya dituntut atas pengaduan orang yang terkena.
Kemudian pengertian kekerasan menurut hukum pidana tertuang juga di dalam Pasal 351 KUH-Pidana, Pasal ini hanya mengatakan bahwa penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama–lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya tiga ratus rupiah. Jelas dalam Pasal 351 KUHPidana kata “penganiayaan” tidak menunjuk kepada perbuatan tertentu, seperti misalnya kata “mengambil” dari pencurian. Maka dapat dikatakan, inipun nampak ada rumusan secara material tetapi tidak nampak secara jelas apa wujud akibat yang harus disebabkan. Pada dasarnya Rumusan Pasal 351 KUHPidana, Penganiayaan biasa dapat dibedakan menjadi : 1. Penganiayaan biasa yang tidak menimbulkan luka berat maupun kematian (ayat 1). 2. Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat (ayat 2). 3. Penganiayaan yang mengakibatkan kematian (ayat 3). 4. Penganiayaan yang berupa sengaja merusak kesehatan (ayat 4).
28
29
Perbedaan penggolongan penganiayaan seperti di atas, pada akibat dari penganiayaan, walaupun pada bentuk ke-4 merupakan perluasan arti dari penganiayaan. Penganiayaan biasa yang tidak menimbulkan luka berat maupun kematian dalam hal ini merupakan bentuk pokok, Menurut Adami Chazawi34 bentuk pokok artinya bahwa pada Pasal 351 KUH-Pidana memuat semua unsur dari tindak pidana Penganiayaan, berbeda dengan bentuk lain seperti Pasal 352 dan 353 KUH-Pidana, hal ini hanya penjabaran dari bentuk pokok tersebut. Sehingga penganiayaan dapat dirumuskan secara yuridis dalam Pasal 351 KUHP adalah: ”......Penganiayaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja yang ditujukan untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada tubuh orang lain, yang akibat mana semata-mata merupakan tujuan sipetindak......”
Dalam penganiayaan biasa Pasal 351 KUH-Pidana, kesengajaan pelaku tidak ditujukan pada akibat luka berat, sebab apabila ditujukan kepada luka berat tidak
lagi
menjadi
penganiayaan
biasa
melainkan
penganiayaan
berat
sebagaimana yang telah dirumuskan oleh Pasal 354 ayat (1) KUH-Pidana. Sikap batin pelaku dalam penganiayaan yang berupa kesengajaan, disamping ditujukan pada perbuatannya, juga harus ditujukan untuk menimbulkan rasa sakit atau lukanya tubuh orang. Menurut Kansil:35 Kesengajaan itu harus memenuhi 3 (Tiga) unsur tindak pidana yaitu: Perbuatan yang dilarang, Akibat yang menjadi pokok, alasan diadakan larangan itu dan bahwa perbuatan itu melanggar hukum.
34
Adami Chazawi, Kejahatan terhadap Tubuh dan Nyawa, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm 12 35 Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT Citra Adytia Bakti, Bandung, 1997, hlm
190
29
30
Berdasarkan apa yang diterangkan di atas, maka jelas bahwa penganiayaan ini merupakan tindak pidana materiil yang artinya akibat perbuatan menjadi sangat penting dalam rangka untuk menentukan tentang ada tidaknya penganiayaan, untuk dipandang telah terjadi penganiayaan secara sempurna, sepenuhnya pada apakah yang dituju telah terjadi ataukah
tindak pidana
penganiayaan itu. Tindak pidana penganiayaan ini memiliki beberapa pasal yang merinci dari penganiayaan biasa, ringan, berat, maupun sampai yang mengakibatkan kematian yang kesemuanya itu memiliki ancaman hukuman yang berbeda-beda.
B. Tentang Wushu 1. Pengertian, Sejarah Wushu Wushu di Indonesia lebih dikenal dengan nama “Kunthauw” dan lebih populer dengan nama “Kungfu”. Yang keduanya istilah tersebut, merupakan seni bela diri yang berguna baik untuk kesehatan, seni maupun untuk pembelaan diri. Wushu yang merupakan cabang olahraga memiliki sejarah ribuan tahun dan merupakan warisan budaya Cina yang sangat berharga yang sudah lama di praktekkan di Indonesia37.
37
Yu Gongbao. Wushu Exerice for Life Enhancement. Foreign Languages Press: Beijing, 1991. hlm 456
30
31
Kungfu dalam hal ini, diartikan sebagai suatu seni bela diri dengan teknik pertahanan dan penyerangan atas lawan. Daya tarik Wushu adalah pada lengkapnya seni ini dilihat dari aspek olahraga, kesehatan bela diri, seni maupun pada kemampunnya pada sifat ksatria. Di Cina pertama kalinya berkembang, Wushu dipraktekkan untuk mengantisipasi ancaman dari musuh saat sedang berperang, secara garis besar 38. Dalam bahasa Cina wushu berarti seni perkasa atau seni perang. Didaratan Cina, wushu juga disebut sebagai “kuoshu” yang berarti seni nasional karena masyarakat cina sebagian besar memang sangat fanatik dalam mencintai seni ini, sehingga menguasai seni dapat memberikan simbol bagi keperkasaan seseorang. Perkembangan wushu yang pesat tidak terlepas dari jasa Lee Siao Lung (Bruce lee), yang mempopulerkannya di dunia dengan nama kungfu, sehingga pada zamannya demam kungfu betul-betul terasa dan mewabah hampir kesemua penjuru dunia. Generasi setelah Bruce Lee, yang kini mendobrak popularitas wushu adalah Chen Lung (Jacky Chen) Dan Li Lian Lee (Jet Lee)39. Sebenarnya dalam bahasa Cina kungfu sendiri memiliki arti yang begitu luas daripada sekedar seni nasional atau seni bela diri saja. Kungfu dapat berarti disiplin atau keterampilan yang membutuhkan usaha keras untuk menguasainya. Kungfu juga berarti sebuah usaha keras yang dijalankan, suatu tugas kekuatan, suatu pengusahaan dari bidang pendidikan atau keterampilan dalam segala
38 Guide Books. Kejuaraan nasiona;l wushu 2007.Pra Kualifikasi pon XVII/2008. Pardede Hall Medan, 28-31 Juli 2007, hlm: 20. 39 China Wushu Associations. The People’s Republic of China. Haifeng Publishing Co, Ltd, 1991, hlm541.
31
32
bentuknya. Sering pula kungfu digunakan sebagai ekspresi dari upaya suatu latihan. Wushu selain mempunyai nama dengan sebutan istilah “kungfu”, wushu juga bisa disebut sebagai “Chang quan”40 di mana seni bela diri ini lebih mengutamakan tendangan gesit dan kuat, atau seni bela diri ini lebih condong kepada aliran Utara, dapat kita bandingkan dengan aliran Selatan yang mengandalkan pada pukulan dan serangan pendek. Wushu dapat digambarkan secara baik apabila kita memahami filosofinya, setiap gerakan menampilkan aplikasi pertarungan dan estetika. Kekayaan akan isi, keindahan gerakan, faktor kerumitan, dijiwai oleh kreativitas yang begitu tinggi, serta metode latihan yang diakui oleh sains merupakan eleman yang menjadikan wushu sebagai bela diri yang menarik untuk dilihat, dirasakan serta untuk dilatih. Wushu dikembangkan selama berabad-abad oleh masyarakat Cina, seiring dengan upaya untuk mempertahankan hidup. Perkembangannya dimulai dari masyarakat yang primitif, meskipun pada saat itu bentuk wushu jauh lebih indah daripada perkembangan sekarang. Pada saat wushu muncul dari kebutuhan masyarakat untuk mempertahankan diri dari binatang buas dan dalam rangka mencari makan. Hal ini dilakukan, karena pada zaman dahulu kala manusia hidup berdampingan dengan hewan. Keadaan tubuh manusia sangatlah lemah dibandingkan dengan hewan yang begitu kuatnya, singa, harimau, dan sebagainya dibekali kuku yang sangat kuat sekali, kerbau, banteng mempunyai 40
Ibid: 45.
32
33
tanduk yang kokoh runcing, beruang dikarunia tenaga yang luar biasa. Sedangkan manusia tidak memiliki fasilitas seperti yang dimiliki oleh hewanhewan tersebut41. Namun manusia dikarunia kelebihan yakni akal atau memiliki otak yang lebih dari pada hewan, dengan otaknya manusia memiliki daya berpikir yang begitu tinggi sehingga tidak musnah dimangsa oleh binatang. Akal budi adalah pembeda antara manusia dengan binatang. Perhatikanlah uraian berikut ini42: 1. Gaya gerak manusia secara alamiah besar kemungkinannya dikalahkan oleh binatang, tetapi dengan peralatan yang berhasil diciptakannya akhirnya manusia juga lebih unggul dari binatang. Didaratan dengan menggunakan mobil, dilautan dengan kapal, di udara dengan pesawat. Dengan daya gerak bantuan peralatan demikian manusia dengan mudah mengalahkan binatang dan lebih lincah dalam menghindarkan diri dari bahaya yang mengancamnya 2. Naluri untuk mempertahankan diri juga lebih canggih demi keselamatan dirinya, manusia mempergunakan untuk dalam menyerbu lawan yang mengancam dan sekaligus mempertahankan diri. Manusia mempergunakan senapan dalam usaha mempertahankan diri terhadap binatang buruannya.
Dari hasil pemikiran otaknya, manusia mulai menerapkan sistem perkelahian jarak jauh dengan menggunakan batu untuk dilontarkan kearah lawan-lawannya. Keahlian tersebut merupakan dasar dari penggunaan senjata rahasia yang dilempar. Pada saat manusia menyaksikan burung bangau bertempur melawan seekor ular, dari cara burung bangau menyerang dan menangkis dengan sayapnya, maka dengan kecerdasan otaknya, manusia dapat menciptakan jurus bangau terbang. 41 Sugiharto (et al). Wushu Variasi & Perkembangnnya. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2000. hlm: 2-4. Lihat pada sumber aslinya, Bruce Lee. Chines Gung Fu The Philosophical Art Self Defense. Ohara Publications, Inc, Santa Clarita, California, 1993. 42 Supartono. Ilmu Alamiah Dasar. Ghalia Indonesia: Jakarta, 1999, hlm: 21.
33
34
Dari mencontoh gerakan-gerakan binatang, dengan kecerdasan otaknya, manusia akhirnya menemukan gerakan wushu. Dengan menggunakan fasilitas dari alam semesta, digunakanlah tongkat kayu sebagai senjata dengan batu tajam diujungnya, sehingga menyerupai bentuk tombak. Dari alam, binatang dan lainnya yang terdapat di alam ini, manusia menyadari dan menginsyafi bahwa kekerasan dapat dikalahkan dengan kelemasan bila pihak lawan ternyata lebih tangguh. Pengamatan itu kemudian menjadikan manusia menggunakan kelemasannya untuk mematahkan yang keras43. Apa yang dikemukakan di atas, adalah sesuai dengan filsafat Lao-Tze yang berbunyi bahwa “Di dunia ini tidak ada benda yang lemasnya melebihi air, akan tetapi mempunyai daya penggempur yang sedemikian dahsyat”44. Dari filsafat air tersebut, Wushu juga disebut sebagai “Yu Su” yang artinya ilmu kelemasan. Hal ini mengingat seorang yang memiliki kepandaian silat, sukar untuk ditangkap atau dipukul, senantiasa lemas dan licin laksana ular dan belut. Di samping itu juga, yang bersangkutan tak mudah dipegang, karena memiliki kegesitan yang luar biasa bagaikan burung walet45. Dari penyebutan wushu sebagai “Yu Su”, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua golongan besar. Pertama: Uay Kung (gwa kang), adalah ilmu silat yang menggunakan kekerasan, namun tidaklah mutlak kekerasan yang digunakan, karena bagaimanapun juga Uay Kung termasuk ke dalam wushu sehingga jelas masuk kedalam sifat kelemasan juga. Dapat disimpulkan bahwa
43
Yagyu Munenori. The Life-Giving Sword. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2007, hlm 56-80. Fung Yu Lan. Sejarah Filsafat Cina. Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2007, hlm 56. Von Bruce Tagner. Teknik Dasar Kungfu Tai Chi. PT. Gramedia: Jakarta, 1975, hlm, 56.
44 45
34
35
Uay Kung didapati 70 % kekerasan dan 30% kelemasan. Tetapi ada juga yang menggunakan kelemasan full 100% yakni Nei Kung, sebagai jenis “Yu Su” kedua.
2) Jenis-Jenis Wushu 1) Wushu Modern Setelah berdirinya RRC (Republik Rakyat Cina), komisi pendidikan jasmani, kebudayaan dan olahraga Cina memfokuskan bentuk baru dari Wushu atau Yu Su (Cing Sai Taolu), berdasarkan karakteristik khas dari wushu tradisional (Ce Sien Taolu). Materi pengajaran dan peraturan pertandingan telah dipublikasikan demi pengembangan popularitas wushu modern ini46. Wushu modern memiliki karakteristik dari gerakan yang cepat dan penuh semangat yang dikombinasikan dengan beberapa gerakan lambat. Untuk mencapai penampilan yang sempurna dalam peragaan wushu modern diperlukan pengembangan otot-otot dan tulang sendi sebagai pendukung intensitas peningkatan gerak. Meskipun dalam beberapa hal dilakukan modifikasi untuk memberi peningkatan penekanan pada aspek olahraga maupun seninya, karakteristik wushu tradisonal dipertahankan, sebagai has dari polesan tersebut, wushu modern terkesan lebih artistik atau berseni, halus dan lebih anggun, karena aspek olahraga dan seninya lebih ditonjolkan.
46
Sugiharto (et al).Op cit: 146.
35
36
Pada wushu modern lebih ditekankan pada latihan individu (Taolu)47 dengan tanpa mengabaikan latihan yang menonjolkan aspek bela diri yang disuguhkan dalam bentuk perkelahian bebas (San Shou). Bersamaan dengan wushu modern, gaya tradisional juga dipertahankan dan menjadi terkenal pada tahun-tahun belakang ini. Dalam wushu tradisional, tidak ada penentuan peraturan keseragaman, komposisi dan tingkatan latihan berapa lama peserta harus berlatih. Tetapi mereka menentukan gaya khusus dari perguruan (jurus Tradisional), seperti kelenturan dan kegesitan gerakan dari Zha Chuan, pukulan yang cepat dari Fanzi Wushu tradisional, merupakan sumber dari wushu modern. Dalam wushu modern terdapat tujuh jurus yang dapat dikelompokan ke dalam tiga jenis, pertama jurus tangan kosong yang terdiri dari Tai Chi Chuan, Chang Chuang dan Nan Chuan. Kedua jurus senjata panjang, yang terdiri dari tombak dan toya. Ketiga jurus senjata pendek, yang terdiri dari golok dan pedang. Selain jurus-jurus tersebut, terdapat juga Sanshou yakni perkelahian bebas48. 2) Wushu Tradisional Wushu tradisonal merupakan induk dari wushu modern salah satu alirannya adalah Shaolin Chuan yang populer berasal dari biara shaolin (Shaolin She). Shaolin chuan yang merupakan nama lain dari Chang Chuan tradisional merupakan suatu gaya yang menyebar keseluruh Cina dan dewasa ini dianggap
47
Ibid: 148. Jusuf Sutanto. Tai Chi Chuan: 54 Jurus Pedang Penyambung Rasa. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, 1988,
48
hlm 68.
36
37
sebagai suatu komponen utama Chang Chuan. Karakteristik dari gerakan Shaolin adalah cepat, keras, gesit, dan sederhana. Gerakan Shaolin Chuan memiliki bentuk yang cepat, sebagaimana dinyatakan bahwa kepala memiliki bentuk tetapi gerakan pukulan tak berbentuk. Jadi pada intinya mempelajari Wushu tradisonal adalah mempelajari Shaolin secara umum.
37