BAB II KAJIAN TEORI
A.
Pengertian Supervisi Supervisi secara etimologi berasal dari kata "super" dan "visi" yang
mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktifitas, kreativitas, dan kinerja bawahan. Terdapat beberapa istilah yang hampir sama dengan supervisi, bahkan dalam pelaksanaannya istilah-istilah tersebut sering digunakan secara bergantian. Istilahistilah tersebut antara lain: pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi. Pengawasan mengandung arti suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat bagaimana kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Inspeksi dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan. Mulyasa, (2002:135), mendefinisikan supervisi sebagai segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya, untuk memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan metode-metode mengajar serta evaluasi pengajaran. Sementara dalam Petunjuk Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Sekolah, supervisi diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan i
7
situasi belajar mengajar yang lebih baik (Depdikbud, 2001:7). Sedangkan Pidarta memandang supervisi sebagai kegiatan membina atau membimbing guru agar bekerja dengan betul dalam mendidik dan mengajar siswanya (Pidarta 1992:99). Diantara beberapa definisi supervisi di atas terdapat beberapa kesamaan yaitu: (1) merupakan suatu proses pemberian bantuan, pengarahan, dan pembinaan, (2) pengajaran ditujukan kepada guru-guru, (3) bukan mencari kesalahan bawahan, (4) diberikan untuk membantu meningkatkan dan memperbaiki kemampuan guru dalam pengajaran, (5) meningkatkan prestasi belajar siswa. Soetopo
(Masaong,
2010:3)
supervisi
pembelajaran
sebagai
usaha
menstimulasi, mengkoordinasi, dan membimbing pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara individu maupun kelompok, dengan tenggang rasa dan tindakan-tindakan pedagogis yang efektif sehingga mereka lebih mampu menstimulasi dan membimbing sehingga siswa lebih mampu berpartisipasi dalam masyarakat yang demokratis. B.
Pelaksanaan Supervisi Peningkatan mutu pendidikan adalah merupakan salah satu tugas dari
supervisor. Hal ini adalah sebagai gambaran bahwa sistem pendidikan di Indonesia belum gagal, sebab ia mampu menempa manusia-manusia yang dapat melaksanakan pembangunan di segala bidang seperti sekarang (Pidarta, 1998:122). Dalam proses pendidikan terdapat 3 dimensi yang harus diperhatikan oleh supervisor, yaitu: (1) dimensi substantif, mengenai bahan apa yang akan diajar, (2) dimensi tingkah laku,
i
tentang bagaimana guru mengajar, (3) dimensi lingkungan fisik, mengenai sarana dan prasarana (Lawrence dalam Hamalik, 2002:226). Supervisor menurut Pidarta (1992:123) digolongkan menjadi 2 yaitu: (1) Kantor Diknas, dan (2) Kepala Sekolah. Supervisi diartikan sebagai pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membawa guru (orang yang dipimpin) agar menjadi guru atau personil yang semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya agar dapat meningkatkan
efektivitas
proses
pembelajaran
di
sekolah.
Wiles
(1987)
mengemukakan terdapat tiga aspek kegiatan supervisi yaitu aspek personil, aspek operasional, dan aspek material. Aspek personil meliputi subjek yang terlibat dalam suatu situasi supervisi. Aspek operasional mencakup aktivitas individu dan kelompok yang terlibat dalam suatu situasi dengan mendayagunakan segala sumber yang ada baik human resource dan nonhuman resource guna mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang telah ditetapkan. Aspek material mencakup segala benda baik yang bersifat hard ware maupun soft ware yang didayagunakan untuk memperlancar proses pembelajaran. Adapun aspek supervisi terdapat pada Tabel 1. C. N
Personil
1
Kepala sekolah
2
Guru
3
Karyawan
4
Pengawas
Tabel 1 Aspek Supervisi Pendidikan Material Operasional
o Kurikulum
Proses mengajar guru Buku pelajaran Proses belajar siswa Komputer Proses administrasi sekolah Sarana Pelaksanaan
i
prasarana Sumber: Burhanuddin, dkk (2007:3)
evaluasi
Dalam peningkatan keprofesionalan seorang guru oleh supervisor, diharapkan seorang guru tersebut : (1) mampu mengembangkan tanggung jawab yang baik, (2) mampu melaksanakan perannya secara berhasil, (3) mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan, (4) mampu melaksanakan perannya dalam proses belajarmengajar (Hamalik, 2002:226). Selain itu kepala sekolah sebagai supervisor menaruh perhatian kepada koordinasi antara guru kelas, memperhatikan kebutuhan orang tua siswa dan masyarakat, dan menjembatani lingkungan luar dan sekolah (Pidarta, 1992:125). Dengan adanya perhatian dari supervisor mengenai hal di atas, maka pendidikan sebagai salah satu bentuk investasi sumber daya manusia dapat terwujud. Pendidikan sebagai bentuk investasi sumber daya manusia memiliki 3 tujuan, yaitu: (1) pendidikan suatu bentuk konsumsi yang dapat memenuhi kepuasan seseorang untuk menikmati peralihan pengetahuan dan keterampilan pada waktu sekarang, (2) pendidikan dapat membantu peningkatan keterampilan dan pengetahuan bekerja lebih produktif sehingga dapat meningkatkan penghasilan tenaga kerja lulusan pendidikan di masa mendatang, (3) pendidikan dapat memberikan pengaruh terhadap pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan (Suryadi,1994). Secara tidak langsung supervisor mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia pada era globalisasi. Ini dapat dilihat dari sumber daya
i
manusia yang : (1) mampu mengarahkan diri sendiri untuk hidup mandiri, (2) dapat berpikir reflektif dan kreatif, (3) berani mengambil resiko dan siap untuk bersaing, (4) memiliki pribadi yang kuat, (5) memiliki semangat dan melaksanakan ilmu dan teknologi, (6) mampu berbahasa asing, (7) dapat membawa diri di dalam pergaulan dunia dan menghormati hak orang lain, (8) berwawasan yang luas ke depan serta tidak takut kepada perubahan, (9) mampu mengadakan kerjasama dalam waktu yang relatif lama, (10) Pancasilais, (11) taat beragama, (12) suka belajar dengan prinsipprinsip belajar seumur hidup (Pidarta, 1998:122). Kepala sekolah diharapkan memahami dan mampu melaksanakan supervisi karena keterlibatan guru sangat besar mulai dari tahap perencanaan sampai dengan analisis keberhasilannya. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas guru ialah melalui proses pembelajaran dan guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus agar dapat melaksanakan fungsinya secara profesional (Sahertian, 2000:1). Pelaksanaan supervisi yang diasumsikan merupakan pelayanan pembinaan guru diharapkan dapat memajukan dan mengembangkan pengajaran agar guru dapat mengajar dengan baik dan berdampak pada belajar siswa. Supervisi berfungsi membantu guru dalam mempersiapkan pelajaran dengan mengkoordinasi teori dengan praktik. Pandangan guru terhadap supervisi cenderung negatif yang mengasumsikan bahwa supervisi merupakan model pengawasan terhadap guru dengan menekan kebebasan guru untuk menyampaikan pendapat. Hal ini dapat dipengaruhi sikap supervisor seperti bersikap otoriter, hanya mencari kesalahan guru, dan menganggap i
lebih dari guru karena jabatannya. Kasus guru senior cenderung menganggap supervisi merupakan kegiatan yang tidak perlu karena menganggap bahwa telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih. Self evaluation merupakan salah satu kunci pelayanan supervisi karena dengan self evaluation supervisor dan guru dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing sehingga dimungkinkan akan memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan tersebut secara terus menerus. Fungsi utama supervisi adalah perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran serta pembinaan pembelajaran sehingga terus dilakukan perbaikan pembelajaran (Sahertian, 2000:131). Supervisi bertujuan mengembangkan situasi kegiatan pembelajaran yang lebih baik ditujukan pada pencapaian tujuan pendidikan sekolah, membimbing pengalaman mengajar guru, menggunakan alat pembelajaran yang modern, dan membantu guru dalam menilai kemajuan peserta didik. Purwanto (2003:86-87)
mengemukakan
fungsi
supervisi
menyangkut
dalam
bidang
kepemimpinan, hubungan kemanusiaan, pembinaan proses kelompok, administrasi personil, dan bidang evaluasi. Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan dasar adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang objektif (Sahertian, 2000:20). i
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang akan dikaji adalah tentang konsep supervisi, proses pelaksanaan supervisi, kegunaan supervisi, dan proses pembinaan guru dalam kegiatan supervisi Berdasarkan beberapa kajian terhadap pengertian supervisi dapat disimpulkan bahwa supervisi bertujuan mengembangkan iklim yang kondusif dan lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar, melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Dengan kata lain tujuan supervisi pengajaran adalah membantu dan memberikan kemudahan kepada para guru untuk belajar bagaimana meningkatkan kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar peserta didik. Secara khusus, Amatembun (dalam Mulyasa, 2002:137) mengemukakan bahwa tujuan supervisi adalah untuk : (1) membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah dalam merealisasikan tujuan tersebut, (2) memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didiknva menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif, (3) membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan-kesulitan belajar mengajar, serta menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan, (4) meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lain terhadap cara kerja yang demokratis dan komprehensif, serta memperbesar kesediaan untuk tolongmenolong, (5) memperbesar semangat guru-guru meningkatkan motivasi berprestasi untuk mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam profesinya, (6) membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan pengembangan program pendidikan di sekolah i
kepada masyarakat, (7) melindungi orang-orang yang disupervisi terhadap tuntutantuntutan yang tidak wajar dan kritik-kritik yang tidak sehat dari masyarakat, (8) membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam mengevaluasi aktivitasnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, (9) mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan di antara guru-guru. Sedangkan Sergeovanni (dalam Pidarta, 1992:99), menyatakan bahwa sehubungan dengan tujuan supervisi adalah: (1) tujuan akhir adalah untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan siswa, (2) tujuan kedua adalah membantu kepala sekolah dalam menyukseskan program pendidikan dari waktu ke waktu secara kontinu, (3) tujuan dekat adalah bekerja sama mengembangkan proses belajar mengajar yang tepat, dan (4) tujuan perantara adalah membina guru-guru agar dapat mendidik para siswa dengan baik atau menegakkan disiplin secara manusiawi. C.
Fungsi Supervisi Pendidikan Menurut
Masaong (2011:18), Supervisi pendidikan berfungsi untuk
memperbaiki situasi pembelajaran melalui pembinaan profesionalisme guru. Briggs (dalam
Sahertian,1986:25)
menyebutkan
fungsi
supervisi
sebagai
upaya
mengkoordinir, menstimulir dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru. Sedangkan Swearing mengemukakan delapan fungsi utama supervisi pendidikan, yaitu : (1) mengkoordinir semua usaha sekolah; (2) memperlengkapi kepemimpinan sekolah; (3) memperluas pengalaman guru-guru/staf; (4) menstimulir usaha-usaha yang kreatif; (5) memberikan fasilitas dan penilaian yang terus-menerus; (6) menganalisis situasi belajar mengajar; (7) memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staf; i
(8) mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan staf dan kemampuan mengajar guru. D.
Prinsip-Prinsip Supervisi Dalam melaksanakan tugasnya kepala sekolah yang berfungsi sebagai
supervisor
hendaknya
memahami
dan
mengimplementasikan prinsip-prinsip
supervisi. Prinsip-prinsip supervisi menurut Hariwung dan Sahertian (2000:131) adalah: 1. Supervisi hendaknya bersifat ilmiah yang mencakup unsur-unsur (a) sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinu;( b) objektif, artinya data yang didapat berdasarkan pada observasi nyata, bukan tafsiran pribadi; (c) menggunakan alat (instrumen) yang dapat memberi informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar; (d) supervisi dilakukan berdasarkan prinsip demokratis, bukan karena takut atau karena intimidasi atasan,tetapi dilakukan atas dasar kekeluargaan, melalui musyawarah, saling memberi dan menerima; (e) supervisi dilakukan dengan cara bekerja sama atau kooperatif dan selalu mengarahkan
kegiatannya
untuk
mencapai
tujuan
bersama
dengan
menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik; (f) supervisi dilakukan atas dasar kreativitas dan inisiatif guru sendiri dimana supervisor hanya memberikan contoh dan dorongan agar tercipta situasi belajar mengajar yang lebih baik; (g) supervisi dilakukan secara terbuka, tidak sembunyi-sembunyi, melainkan dengan cara terus-terang melalui pemberitahuan resmi atau tidak i
resmi sehingga guru yang akan disupervisi tahu bahwa dirinya akan disupervisi;
(h)
supervisi
hendaknya
dilakukan
secara
profesional,
berkesinambungan, dan teratur sehingga diharapkan tercipta self supervision. 2. Memperhatikan beberapa prinsip supervisi,sehingga dalam pelaksanaan supervisi hendaknya menghindari kesan sebagai berikut: (a) mencari-cari kesalahan dalam melaksanakan supervisi; (b) pelaksanaan supervisi yang sekedar formalitas; (c) tidak adanya rencana yang rinci secara sistimatis; (d) supervisi hanya diperuntukkan pada guru-guru tertentu saja (tidak menyeluruh) dan tidak kontinu; (e) tidak memberikan solusi dan tindak lanjut bila ditemukan kekurangankekurangan atau kesalahan yang dilakukan oleh guru; (f) hubungan bersifat birokratif atau sebaliknya membebaskan terhadap guru-guru yang disupervisi; (g)menakut-nakuti dengan memberikan beberapa bentuk sanksi yang akan diberikan; (h) tidak menghargai dan tidak memahami terhadap kemampuan, martabat, dan keunikan yang dimiliki tiap-tiap guru; (i) bersifat sombong menonjolkan diri bahwa dialah yang paling pandai; (j) memberikan nasehat diluar tugasnya tanpa diminta oleh guru yang disupervisi. E.
Teknik-Teknik Supervisi Supervisor hendaknya dapat memilih teknik supervisi yang tepat, sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk kepentingan tersebut, berikut diuraikan beberapa teknik supervisi yang dapat dipilih dan digunakan supervisor pendidikan.
i
Teknik-teknik supervisi menurut Pidarta (1992:111) meliputi: (1) teknikteknik yang berhubungan dengan kelas: (a) observasi kelas, (b) kunjungan kelas, (2) teknik-teknik dengan berdiskusi : (a) pertemuan formal, (b) pertemuan informal, (c) rapat guru, (3) supervisi yang direncanakan bersama : (a) teknik supervisi sebaya, (b) teknik yang memakai pendapat siswa dan alat elektronika, (4) teknik yang mengunjungi sekolah lain, (5) teknik melalui pertemuan pendidikan. Tujuan dari observasi kelas ialah ingin memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi di dalam proses belajar mengajar. Melalui data tersebut, supervisor dapat melakukan pembinaan terhadap guru yang diobservasi Pada teknik kunjungan kelas dalam supervisi, supervisor mengadakan observasi dalam satu pertemuan yang terdiri dari satu sampai tiga jam. Waktu observasi tersebut berguna untuk mengamati secara lengkap segala sesuatu yang terjadi dalam proses belajar mengajar. Tujuan yang diinginkan oleh teknik kunjungan kelas adalah: (1) membantu guru yang belum berpengalaman, (2) membantu guru yang telah berpengalaman tentang kekeliruan yang dia lakukan, (3)membantu guru pindahan yang belum jelas tentang situasi dan kondisi kelas yang dikerjakan, (4) membantu melaksanakan proyek pendidikan, (5) mengamati perilaku guru pengganti, (6) mendengarkan nara sumber mengajar, (7) mengamati tim pengajar melaksanakan tugasnya pada siswa dalam kelompok kecil/ kelompok besar, (8) mengamati cara mengajar bidang studi yang istimewa, (9)membantu menilai pemakaian media pendidikan. Neagley (dalam Pidarta,1992:112).
i
Pertemuan formal adalah pertemuan yang sengaja diadakan pada waktu tertentu, yang dihadiri guru dengan supervisornya. Topik yang dibahas berupa hasil observasi supervisor terhadap aktivitas guru dalam kelas,atau dapat juga berupa topik yang lain. Sedang pertemuan informal adalah pertemuan-pertemuan yang tidak direncanakan waktu dan tempatnya. Pertemuan bisa terjadi sewaktu-waktu dan dimana saja bila diperlukan. Dalam pertemuan informal guru lebih melakukan ekspresi dibandingkan dengan pertemuan formal. Sedangkan rapat perlu dibedakan dengan pertemuan formal, ialah karena dalam rapat semua guru ikut terlibat, sedangkan dalam pertemuan formal belum tentu semua guru terlibat. Biasanya rapat guru diadakan secara berkala (misal 3 bulan sekali) atau menurut kebutuhan. Supervisi yang direncanakan bersama adalah supervisi yang telah direncanakan bersama oleh supervisor dan guru-guru yang dibimbingnya. Dalam perencanaan itu sudah ditentukan dan dibahas tentang: (1) bidang studi apa/pokok bahasan apa yang akan dikerjakan; (2) apa yang akan dituju oleh bidang studi/pokok bahasan tersebut; (3) konsep-konsep yang berhubungan dengan cara-cara mencapai tujuan; (4) kapan rencana itu akan dilaksanakan; (5) siapa saja yang akan dilibatkan dalam proses tersebut; (6) bagaimana prosedur supervisi yang akan dilaksanakan. Prinsip dari teknik supervisi sebaya yaitu guru yang sukses dalam pekerjaannya diberi kesempatan oleh supervisor membantu guru-guru yang lain dalam memperbaiki proses belajar mengajar. Guru tersebut ditunjuk oleh supervisor sebagai partnernya dalam bidang keahlian mereka untuk membantu guru-guru memajukan proses belajar-mengajar Supervisi yang memakai pendapat para siswa i
ialah bila supervisor dalam melaksanakan supervisor meminta bantuan beberapa siswa untuk menilai gurunya. Supervisi ini digunakan apabila supervisor merasa kesulitan mendekati guru yang akan disupervisi, misalnya guru gugup dalam mengajar apabila ditunggu supervisor. Dalam negara yang sudah maju, supervisi dapat dilakukan dengan menggunakan alat elektronika yang dipasang dalam kelas. Bila supervisor ingin mengobservasi kelas, supervisor tinggal mengaktifkan alat yang terpasang di setiap kelas. Teknik mengunjungi sekolah lain dilakukan ke sekolah yang sudah maju. Sekolah yang sudah maju biasanya menjadi kebanggaan pengelola sekolah di tempat itu. Mereka menceritakan kemajuan itu kepada guru sekolah lain atau mereka mengadakan kunjungan ke sekolah yang lebih maju. Bila kunjungan dilakukan seperti itu maka supervisi dengan mengunjungi sekolah lain sudah dijalankan. Supervisor
dapat
meningkatkan
memanfaatkan
kualifikasi
guru-guru
pertemuan-pertemuan yang
dibinanya.
pendidikan
untuk
Pertemuan-pertemuan
pendidikan berupa: diskusi panel, simposium, diskusi formal, dan sebagainya. Supervisor bekerjasama dengan kepala sekolah dengan mengirim beberapa guru untuk mengikuti pertemuan itu. Dalam hal ini tugas guru yang dikirim adalah: (1) menyiapkan diri tentang hal yang akan dibahas dalam pertemuan, (2) menjadi peserta yang baik dan bertanggung jawab dalam pertemuan, (3) membuat ringkasan hasil pertemuan, (4) melaporkan hasil pertemuan kepada supervisor, (5) melaksanakan hasil pertemuan itu di sekolah.
i
Tugas supervisor adalah mengarahkan dan membimbing para guru dalam proses belajar mengajar (Pidarta, 1992:113). Dengan adanya pengarahan dan pembimbingan dari supervisor, seorang guru diharapka dapat: (1) membuat perencanaan mengajar, (2)melaksanakan pembelajaran, (3) menilai proses dan hasil belajar siswa, (4) mempunyai sikap dan sifat yang baik; ini ditandai dengan: adil, percaya dan suka kepada siswa, sabar dan rela berkorban, memiliki wibawa terhadap siswa, penggembira, bersikap baik terhadap guru-guru lainnya, bersikap baik dengan masyarakat, benar-benar menguasai mata pelajaran, suka kepada mata pelajaran yang diberikannya,dan berpengetahuan luas Purwanto, (2003:91) (5) mempunyai peran yang baik,yang bisa dilihat dari penceramah, nara sumber, fasilitator, konselor, pemimpin kelompok, tutor, manajer, kepala laboratorium, perancang program, dan manipulator yang dapat mengubah situasi belajar Oliva (dalam Sahertian, 2000:134). Agar supervisi yang dilakukan supervisor mencapai hasil yang baik, hendaknya supervisor: (1) bersikap\ bersahabat, (2) mendengarkan pembicaraan dan hati-hati, (3) berusaha meningkatkan partisipasi, (4) ikut menyumbang teknik menganalisis permasalahan dan mencari sebab-sebabnya, (5) memberi saran-saran, (6) mencatat rencana dan saran-saran, (7) berusaha agar sebab-sebab permasalahan diketemukan secara jelas, (8) buat ringkasan tentang ide-ide, kesimpulan, dan keputusan, (9) buat penilaian tentang pertemuan itu. Marks (dalam Pidarta,1992:121). Sesuai dengan pembahasan masalah supervisi dalam tulisan ini ,maka aspekaspek yang perlu disupervisi meliputi
i
1) kurikulum; dalam kaitannya dengan kurikulum, maka hal-hal yang perlu disupervisi adalah : (a) pemahaman guru terhadap kurikulum, (b) penjabaran guru terhadap teknik penilaian, (c) penjabaran dan penyesuaian kurikulum, 2) Kegiatan belajar mengajar yang meliputi : (a) rencana pekan efektif, (b) penyusunan program tahunan oleh guru, (c) penyusunan program semester oleh guru, (d) membuat silabus, (e) membuat rencana pengajaran, (f) membuat analisis materi pelajaran, (g) analisis ulangan harian,(h) pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan, (i) program kokurikuler, (j) program bimbingan dan konseling, (k) jurnal kegiatan belajar mengajar. Supervisor pada lembaga pendidikan sekolah dasar dalam mengarahkan dan membimbing guru agar mencapai hasil yang baik, supervisor harus membuat angket penilaian sebagai alat bantu pada saat supervisor mengadakan supervisi. Angketangket yang harus dibuat antara lain: (1) lembar monitoring penerimaan dan orientasi siswa baru, (2) pengendali jadwal pelajaran, (3)pemantauan pelaksanaan ulangan umum,(4) pemantauan ujian akhir, (5) lembar supervisi administrasi sekolah , (6) lembar supervisi administrasi kelas ; (7) lembar observasi kelas. F.
Evaluasi Supervisi
1.
Konsep Evaluasi Supervisi Pembelajaran Menurut Nurkancana dalam Masaong (2010 : 192) Evaluasi dilakukan
berkenaan dengan proses kegiatan untuk menentukan nilai sesuatu. Berdasarkan pengertian tersebut jelaslah bahwa evaluasi adalah proses menentukan nilai seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu unutk mencapai suatu tujuan. i
Masaong (2010 : 192) mengatakan evaluasi adalah supervisi adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan supervisor dengan menggunakan patokan-patokan tertentu guna mencapai tujuan supervisi pada khususnya dan tujuan pendidikan pada umumnya yang telah ditentukan sebelumnya. Sebelum dilakukan evaluasi, terlebih dahulu dilakukan pengukuran. Echols dalam Masaong (2010 : 192) berpendapat bahwa secara etimologis, pengukuran merupakan terjemahan dari measurement. Adapun secara terminologis, pengukuran diartikan sebagai suatu usaha untuk mengetahui sesuatu sebagaimana adanya. Berdasarkan hasil pengukuran inilah kemudian dapat dilihat bagaimanakah supervisi telah dilakukan. Guna melaksanakan evaluasi, ditempuh teknik-teknik tertentu. Sesuai dengan maksud evaluasi teknik adalah suatu yang dapat ditempuh oleh seseorang dalam melakukan sesuatu. Berarti teknik evaluasi adalah suatu cara yang di tempuh oleh seseorang dalam mengadakan evaluasi. Teknik evaluasi terdiri dari dua macam yaitu teknik tes dan teknik nontes. Tes adalah jumlah tugas yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain ketika orang trsebut harus mengerjakannya sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberi tes. Teknik nontes merupakan teknik evaluasi yang dilakukan selain tes seperti observasi, wawancara, angket, sosiometri, anekdot record, dan skala penelitian. 2.
Evaluasi Terhadap Guru yang Disupervisi Evaluasi terhadap guru yang disupervisi dimaksudkan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan antara kemampuan, keterampilan, kepuasan dan disiplin i
kerja guru sebelum dan sesudah mendapatkan pembinaan. Hal tersebut penting untuk mengetahui adda atau tidaknya perubahan dan atau peningkatan sehinggga pada gilirannya dapat meningkatkan keberhasilan supervisi. Menurut Masaong (2010 : 196) pertama-tam supervisor harus mengetahui performance guru yang meliputi kemampuan mengajar, keterampilan mengajar, kepuasan, dan disiplin kerjanya. Usaha untuk mengetahui kemampuan mengajar dilakukan dengan menggunakan alat penilaian kemampuan guru. Usaha untuk mengetahui keterampilan mengajar guru juga menggunakan format observasi keterampilan mengajar. Usaha untuk mengetahui kepuasan kerja guru dengan dengan mengetahui seberapa jauh performansi guru tersebut. Berdasarkan pada uraian tersebut maka akan diketahui pada bagian-bagian mana guru mempunyai masalah. Selanjutnya dapat dirumuskan langkah-langkah supervisi sesuai dengan yang mereka butuhkan. .Berdasarkan pada pada pengetahuan tentang hal-hal yang harus dibina tersebut sekanjutnya suoervisor melaksanakan pembinaan terhadap guru yang bersangkutan. Dari hasil pembinaan guru inilah kemudian dilakukan pengukuran ulang atas performansinya untuk membandingkan performansi guru sebelum dan sesudah mendapatkan supervisi. 3.
Evaluasi Terhadapa Prestasi Belajar peserta didik Setelah Guru Disupervisi. Alfonso dalam Masang (2010 : 197) menyatajan bahwa perilaku belajar
peserta didik ditentukan oleh perilaku mengajar gurunya. kebalikannya, perilaku mengajar guru ditentukan oleh perilaku supervisornya. Berdasarakan figure tersebut, i
sangat jelas diketahui bahwa supervisi terhadap guru memberikan kontribusi bagi kemampuan mengajar guru. Parameter yang dapat dilihat antara lain adalah segi kemampuan dan hasil belajar peserta didik. Mula-mula supervisor harus mengetahui performa peserta didik terlebih dahulu. salah satu cara untuk mengevaluasi terhadap performance peserta didik adalah dengan mengevaluasi hasil belajarnya yang lazim menggunakan tes dan nontes. Setelah diketahui performa peserta didik tersebut, barulah supervisi terhadap guru dapat dilakukan. Hasil supervisi ini diharpakan dapat meningkatkan kemampuan guru. Hal tersebut pada gilirangnya juga meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, setelah gurunya mendapat pembinaan, perlu dilakukan pengukuran ulang atas prestasi belajar peserta didik. Berdasarkan
hasil
pengukuran
ulang
tersebut,
kemudian
dilakukan
perbandingan antara prestasi belajar peserta didik sebelumnya gurunya mendapatkan supervisi dan setelah gurunya mendapatkan pembinaan. Adapun prosedur membandingkan prestasi belajar peserta didik sebelumnya gurunya mendapatkan layanan pembinaan dengan sesudah mendapatkan supervisi tidak berbeda dengan ketika kita membandingkan keterampilan mengajar guru setelah mendapatkan supervisi. Jika terjadi perbedaan, berarti layanan supervisi terhadap guru juga memberikan kontribusi dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik sebagai tujuan akhir kegiatan supervisi.
i