BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pengertian Persepsi Slameto mengatakan Pesepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.1 Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium. Bagi seorang guru mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip yang bersangkutan dengan persepsi sangat penting karena: a. Makin baik suatu objek, orang, peristiwa atau hubungan diketahui, makin baik objek, peristiwa atau hubungan dapat diingat. b. Dalam pengajaran, menghindari salah pengertian merupakan hal yang harus dapat dilakukan oleh seorang guru, sebab salah pengertian akan menjadikan siswa belajar sesuatu yang keliru atau yang tidak relevan. c. Jika mengajarkan sesuatu guru perlu menggantikan benda yang sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut, maka guru harus mengetahui bagaimana gambar tersebut harus dibuat agar tidak terjadi persepsi yang keliru. Berdasarkan prinsip ini, dalam memberikan pelajaran seseorang guru harus dapat memilih bagian pelajaran yang perlu diberi tekanan agar mendapat 1
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 102.
13
perhatian dari siswa dan sementara itu harus dapat menentukan bagian pelajaran yang tidak penting sehingga dapat dihilangkan agar perhatian siswa tidak terikat pada bagian yang tidak penting ini. Selanjutnya seorang guru harus menjaga agar dalam satu kali pelajaran, ia tidak terlalu banyak menyampaikan hal- hal yang baru sehingga melebihi batas kemampuan persepsi siswa. Menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhdib Abdul Wahab, persepsi merupakan proses dari perbuatan mengamati, menilai, menginterpretasikan suatu objek sebagai hasil dari perlaku mengamati melalui panca indra, kemudian hasil tersebut di teruskan ke otak untuk diproses sehingga melahirkan reaksi sesuai dengan persepsi itu menyebabkan seseorang bereaksi untuk bergerak dan terpengaruh dalam melaksanakan kegiatan.2 Dapat di simpulkan dari penjelasan di atas bahwa persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan bagaimana seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luasnya ialah pandangan yaitu bagaimana seseorang mengartikan sesuatu. 3 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa persepsi adalahpandangan atau tanggapan
tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dengan demikian, yang dimaksud dengan persepsi tentang urgensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah pandangan atau tanggapan siswa tentang urgensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islamterhadap suatu progam pengajaran dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang optimal.
2
Abdul Rahman Shaleh dan Muhdib Abdul Wahab,Psikologi Suatu Pengantar,(Jakarta: Kencana, 2004), h. 89. 3 Alex Subor, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, Cet, 5, 2013), h. 445.
2.
Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan
fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai mengubah persepsinya. Dalam proses persepsi ada tiga komponen utama sebagai berikut : a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. b. Interpretasi adalah proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. c. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Jadi, persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai. 4
Menurut prof. Dr. Mar’at, bahwa persepsi itu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: a. Pengalaman Pengalaman masa lampau pada seseorang akan sangat mempengaruhi persepsinya terhadap suatu rangsangan yang akan datang dalam lingkungannya. b. Pendidikan
4
Ibid, h. 447.
Pendidikan yang dimiliki seseorang mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap persepsinya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik persepsinya terhadap suatu objek. c. Pengetahuan Pengetahun seseorang terhadap suatu objek dapat mempengaruhi persepsinya terhadap objek tersebut. 5
Persepsi merupakan salah satu faktor itu kejiwaan yang perlu mendapatkan perhatian dan mendalami persepsi seseorang merupakan tugas yang amat berat, karena persepsi setiap orang berbeda-beda. Perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: a. Perhatian Biasanya kita menganggap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokus perhatian kita pada satu objek atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya, menyebabkan perbedaan persepsi mereka. b. Set Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul. c. Kebutuhan Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian, kebutuhan-
5
Mar’at, Sikap Manusia Menerima Perubahan serta Pengukurannya , (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982),hh. 22-23.
kenutuhan orang berbeda-beda akan menyebabkan pula perbedaan persepsi. d. Sistem nilai Sistem nilai yang berlaku disuatu masyarakat berpengaruh terhadap persepsi. e. Ciri kepribadian Ciri kepribadian akan mempengaruhi perbedaan persepsi f. Gangguan kejiwaan Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut dengan halusinasi. Berbeda dari ilusi, halusinasi bersifat individual, jadi yang dialami oleh penderita yang bersangkutan saja.6
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa persepsi seseorang dapat pengaruhi oleh perhatian, harapan, kebutuhan, sistem nilai, ciri kepribadian dan gangguan kejiawaan. Menurut Alex Subor persepsi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: 1.
Faktor Intern di antaranya adalah: a)
Kebutuhan psikologis Kebutuhan psikologis mempengaruhi persepsi seseorang.
b) Latar Belakang
6
Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Jakarta : Pustaka Setia, 1997), hh. 43-44.
Latar belakang individu dapat mempengaruhi hal-hal yang dipilih persepsi. c)
Pengalaman Pengalaman seseorang dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sesuatu.
d) Penerimaan Diri Penerimaan diri merupakan sifat yang penting mempengaruhi persepsi. e)
Kepribadian Kepribadian juga dapat mempengaruhi seseorang dalam persepsi.
2. Faktor eksteren a) Intensitas, pada umumnya rangsangan intensitas mendapat lebih banyak persepsi dari rangsangan yang kurang intensif. b) Ukuran, pada umumnya benda-benda yang lebih besar menarik perhatian. c) Kontras, biasanya hal-hal lain dari pada biasanya kita lihat akan cepat dan menarik perhatian. d) Gerakan, hal yang bergerak lebih perhatian dari pada yang diam. e) Ulangan, biasanya hal yang timbul berulang-ulang dapat menarik perhatian. f)
Keakraban, hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian.
g) Sesuatu yang baru, hal-hal yang baru dapat menarik perhatian.7
7
Alex Subor, Op.Cit, hh. 452- 454
Pendapat-pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : a.
Faktor Interen yaitu faktor yang berasal dari dalam diri manusia sendiri. Hal ini dapat berupa perhatian, harapan, kebutuhan, ciri kepribadian, latar belakang, pengalaman dan kemauan seseorang terhadap objek.
b.
Faktor Eksteren yaitu faktor yang berasal dari rangsangan seperti intensitas, ukuran stimulus, keakraban, ulangan stimulus, kontras stimulus dan sesuatu yang baru.
3.
Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Definisi Pendidikan Agama Islam lebih rinci tertera dalam kurikulum
Pendidikan Agama Islam adalah sebagai usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab Al-Qur’an dan Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengamalan.8 Hal ini sesuai dengan rumusan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Agama Islam bahwa Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Ahmad D. Marimba mengatakan Pendidikan Agama Islam yaitu 8
suatu bimbingan baik jasmani maupun rohani yang
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta, 2012 ), h. 201.
berdasakan hukum- hukum Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran dalam Islam. 9 b. Tujuan Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah
SWT
serta
berakhlak
mulia
dalam
kehidupan
pribadi,
bermasyarakat, bernegara dan berbangsa serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Adapun tujuan pengajaran Pendidikan Agama Islam antara lain: 1) Membina murid-murid untuk beriman kepada Allah SWT, mencintai, menaati-Nya, dan kepribadian yang mulia. 2) Memperkenalkan hukum-hukum agama dan cara –cara menunaikan ibadah serta membiasakan mereka senang melakukan syiar –syiar dan menaatiNya. 3) Mengembangkan pengetahua agama dan menegnalkan adab sopan santun dalam ajaran Islam. 4) Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri berpegang pada akhlak mulia. 5) Membina perhatian siswa terhadap aspek kesehatan seperti memelihara kebersihan.
9
Abdul Rachman Shaleh, Op. Cit. h. 7.
6) Membiasakan sikap bersikap optimis, percaya pada diri sendiri, menguasai emosi, dan berlaku sabar. 7) Membiasakan siswa sopan santun. 8) Membiasakan agar menghargai kerja, menyakini kepentingan baik terhadap individu maupun masyarakat serta peranannya terhadap peningkatan hidup dan kemajuan bangsa. 9) Menjelaskan kepada siswa bahwa takhayul-takhayul dan adat kebiasan negatif yang terbesar dalam masyaraka bertentangan dengan ajaran islam dan menghambat kemerdekaan berpikir. 10) Membimbing siswa kearah sikap berinteraksi sosial yang baik dan memiliki hubungan baik dengan anggota masyarakat.10
b. Fungsi Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam di sekolah berfungsi sebagai berikut: 1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama –tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkan kembang lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut
berkembang
secara
optimal
sesuai
dengan
tingkat
perkembangannya. 10
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jarakta: Rineka Cipta, 2008 ), h. 1.
2) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain. 3) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangankekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran islam dalam kehidupan sehari–hari. 4)
Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
5) Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam. 6) Sumber lain, yaitu untuk memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.11
c.
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara lain : 1. Hubungan manusia dengan Allah SWT 2. Hubungan manusia dengan sesama manusia 3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri 11
hh. 21-22.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, Cet. 7, 2012).
4. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi lima unsur pokok, yaitu: 1) Al-Qur’an 2) Aqiqah 3) Syari’ah 4) Akhlak 5) Tarikh Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan kepada tiga unsur pokok yaitu,
keimanan, ibadah, Al-Qur’an. Sedangkan pada Sekolah Lanjut
Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) disamping ketiga unsur pokok diatas maka unsur pokok Syari’ah semakin dikembangkan. d. Visi dan Misi Pendidikan Agama Islam Adapun visi Pendidikan Agama Islam di sekolah umum adalah terbentuknya sosok anak didik yang memiliki karakter, watak kepribadian dengan landasan iman dan ketaqwaan serta nilai-nilai akhlak atau budi pekerti yang kokoh yang tercermin dalam keseluruhan sikap dan perilaku sehari –hari, untuk selanjutnya memberi corak bagi pembentukkan watak bangsa. Adapun misi Pendidikan Agama Islammenurut Djammas sebagai berikut: 1) Melaksanakan Pendidikan Agama Islam sebagai bagian integral dari ke seluruhan proses pendidikan di sekolah.
2) Menyelenggarakan Pendidikan Agama Islam di sekolah dengan mengintegrasikan aspek pengejaran, pengamalan serta aspek pengamalan bahwa kegiatan belajar mengajar di depan kelas diikuti dengan pembiasaan pengamalan ibadah bersama di sekolah, kunjungan dan memperhatikan lingkungan sekitar serta penerapan nilai dan norma akhlak dalam kehidupam sehari –hari. 3) Melakukan upaya bersama antara guru agama dan kepala sekolah serta seluruh unsur pendukung pendidikan di sekolah untuk mewujudkan budaya sekolah yang dijiwai oleh suasana dan disiplin keagamaan yang tinggi yang tercermin dari aktuaslisasi nilai dan norma keagamaan dalam keseluruhan interaksi antar pendidikan di sekolah dan di luar sekolah. 4) Melakukan penguatan posisi dan peran guru agama di sekolah secara terus–menerus baik sebagai pendidik maupun sebagai pembimbing dan penasihat, komunikator serta penggerak bagi terciptanya suasana dan keagamaan di sekolah. 12
Pembinaan Pendidikan Agama Islam dikembangkan dengan menekankan keterpaduan antara tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Untuk itu pendidik agama perlu mendorong dan memantau kegiatan Pendidikan Agama Islam yang dialami oleh peserta didiknya di dua lingkungan pendidikan lainnya (keluarga dan masyarakat), sehingga terwujud keselarasan dan kesatuan tindak dalam pembinaannya. 12
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012 ), hh. 18- 19.
Dilihat dari segi cakupan Pendidikan Agama Islam yaitu
mencakup
pendidikan yang berkaitan hubungan antara manusia denganTuhan dan hubungan manusia dengan manusia, atau pendidikan yang mencakup ajaran dunia dan akhirat yang didasarkan Al-qur’an dan hadist sebagai acuannya.
Keimanan,
ketaqwaan dan akhlak mulia tidaklah terwujud tanpa agama. Hanya agamalah yang dapat menuntun manusia menjadi manusia yang bertaqwa. Pembinaan serta tuntunan itu dilaksanakan bangsa indonesia melalui proses pendidikan. Disinilah fungsi Pendidikan Agama Islamsebagai mata pelajaran dalam program pendidikan di sekolah. e.
Metode Mengajar dalam Pendidikan Agama Islam Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar
yang dipergunakan oleh seorang guru.13 Metode pengajaran memiliki kedudukan yang amat strategis dalam mendukung keberhasilan pengajaran. Melalui metode pengajaran, mata pelajaran dapat disampaikan secara efisien, efektif dan terukur dengan baik, sehingga dapat dilakukan perencanaan dan perkiraan dengan tepat. Adapun metode mengajar Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut : 1)
Metode Ceramah Metode ceramah adalah suatu cara penyajian atau penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik.
2)
Metode Tanya Jawab Metode tanya jawaba adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran 13
Nik hartati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 67.
yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca. Sedangkan murid memberikan jawaban berdasarkan fakta. 3)
Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu cara atau penyajian, penyampaian bahan pembelajaran diaman pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik
atau
membicarakan
dan
mengalisis
secara
ilmiah
guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atau sesuatu masalah. 4)
Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorangg guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid –murid sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan murid mempertanggungjawabkan.
5)
Metode Demonstrasi Metode
demonstrasi
adalah
suatu
cara
mengajar
dimana
guru
mempertunjukkan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya. 6)
Metode eksprimen Metode eskperimen adalah suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan sesuatu percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil memberikan arahan.
7)
Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah suatu cara mengajar dimana guru membagi murid –muridnya kedalam kelompok belajar tertentu dan setiap kelompok diberi tugas –tugas tertentu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. 8)
Metode Kisah Metode kisah adalah suatu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran melalui kisah dan cerita.
9)
Metode Amsal Metode amsal adalah suatu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran dengan membuat melalui contoh atau perumpamaan.
10)
Metode Targib dan Tarhib Metode targib dan tarhib adalah cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap dan hukuman terhadap keburukkan agar peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.
f. Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama. Kompetensi dasar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama. Kemampuan berorientasi pada perilaku afektif dan psikomorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah SWT. Kemampuan –kemampuan yang tercantum dalam
komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan umum yang harus dicapai di Sekolah Menengah Pertama, yaitu: 1)
Beriman kepada Allah SWT.
2)
Dapat membaca surat-surat pilihan Al-Qur’an dengan tajwidnya, menyalin dan mengartikannya.
3)
Mampu beribadah dengan baik dan benar dengan tuntunan syariat Islam baik ibadah wajib maupun ibadah sunnah.
4)
Dapat meneladani sifat dan kepribadian Rasulullah dan khulafaur Rasyidin.
5)
Mampu mengamalkan sistem muamalah Islam dan tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penilaian yang dilakukan mencakup seluruh standar kompetensi dan
indikator pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah:
a) Menerapkan tata cara membaca Al-Qur’an menurut tajwid, mulai dari cara membaca Al-syamsiyah dan qomariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf. b) Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek –aspek rukun iman mulai dari iman kepada Allah SWT sampai kepada iman pada qadha dan qadar asmaul husna. c) Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab dan namimah.
d) Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat munfarid dan jamaah baik shalat wajib maupun shalat sunnat. e) Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di nusantara.14 Adapun kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Pertama wajib memuat: 1)
Pendidikan Agama
2)
Pendidikan kewarganegaraan
3)
Bahasa
4)
Matematika
5)
Ilmu pengetahuan alam
6)
Ilmu pengetahua sosial
7)
Seni dan budaya
8)
Pendidikan jasmani /olahraga
9)
Keterampilan / kejuruan
10)
Muatan lokal
Berdasarkan kurikulum tersebut Pendidikan Agama termasuk Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari dasar dan inti kurikulum pendidikan nasional, dan dengan ini Pendidikan Agama Islam pun terpadu dalam sistem pendidikan nasional.
14
Ibid, h. 113
Kenyataan tersebut pada dasarnya cukup menguntungkan bagi Pendidikan Islam, sebab posisinya semakin kuat. Kalau selama ini mungkin Pendidikan Agama merasa tersisih, dengan UU Nomor 20 tahun 2003 ini status Pendidikan Agama adalah sama kuatnya dengan pendidikan umum. 15 g.
Landasan Pendidikan Agama Islam Firman Allah SWT yang menyatakan tentang dasar Pendidikan Agama Islam:
Artinya: “ dan demikianlah Kami wahyukan (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelum kamu tidak mengetahui apakah al-kitab (Al-Qur’an) dan tidak mengetahui apakah itu iman, tetapi kamu tidak menjadikan alqur’an itu cahaya,yang Kami tunjukkan dengan siapa kami kehendaki 15
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, Cet. 9, 2011), hh. 40-41.
di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya Kami benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (Q.S. Al-Syura(42):5216
Hadist Nabi Muhammad SAW yang dapat dijadikan dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, antara lain hadits dari Adam bin Dzaib bin Abdurrahman dari Abu Huhairah r.a bersabda Rasulullah SAW:
ْﻛُﻞﱡ ﻣَﻮْ ﻟُﻮْ ٍدﯾُﻮْ ﻟَ ُﺪﻋَﻞَ ا ْﻟﻔِﻄْﺮَ ِة ﻓَﺎِنﱠ اَﺑَﻮَاهُ ﯾُﮭَ ﱢﻮدَاﻧِ ِﮫ اَوْ ﯾُﻨَﺼﱢﺮَاﻧِ ِﮫ اَو ﯾُﻤﺠﱢ ﺴَﺎ ﻧِ ِﮫ
Artinya:“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka orang tuanyalah yahudi, nasrani dan majusi”. ( HR. Bukhori dan Muslim )
1.
Urgensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum sesuai dengan
ketentuan undang-undang pada beberapa pasal dari Undang-Undang Nomor. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 37 ayat (1) menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan Agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan / kejuruan dan muatan lokal . 16
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an & Terjemahan, h. 489.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa Pendidikan Agama Islam harus diberikan sebagai mata pelajaran di setiap sekolah pada setiap jenis, jalur dan jenjang dimanapun sekolah itu berada sesuai dengan yang dianut peserta didik. Bahkan
menurut undang-undang kursus-kursus juga harus mendapatkan
Pendidikan Agama Islam. Perlu diingat bahwa dalam pelaksanaan Pendidikan Agama harus memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut: a.
Pelaksanaan pendidikan agama harus mengacu pada kurikulum pendidikan agama yang berlaku sesuai agama yang dianut peserta didik.
b.
Pendidikan agama harus mendorong peserta didik untuk taat menjalankan agamanya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan agama sebagai landasan etika dan moral dalam berbangsa dan bernegara.
c.
Pendidikan agama harus menumbuhkan sikap kritis, kreatif, inovatif dan dinamis sehingga menjadi pendorong peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d.
Pendidikan agama harus mampu mewujudkan keharmonisan, kerukunan, dan rasa hormat internal agama yang dianut dan terhadap pemeluk agama lain.
e.
Satuan pendidikan yang berciri khas agama dapat menciptakan suasana keagamaan dan menambah muatan pendidikan agama sesuai dengan kebutuhan seperti tambahan materi, jam pelajaran. Pendidikan Agama Islamsebagai mata pelajaran menjadi bagian integral
yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, juga saling melengkapi dan saling
memperkaya satu dengan yang lainnya, oleh sebab itu, dalam kerangka operasional pelaksanaan pengajaran pendidikan umum dengan pengajaran Pendidikan Agama Islam harus saling melengkapi baik secara konsep (bahan ajar) maupun praktik pendidikan. Setiap kegiatan pembelajaran terdapat unsur mendidik sebagai rohnya proses pembelajaran yang dijalankan. Tumbuh dan berkembangnya keimanan pada diri siswa, dan semakin mampu mengembangkan akhlak mulia serta mengenal nilai moral agama dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Peserta didik pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sedang mengalami perubahan jasmani yang sangat cepat dan mengakibatkan kegoncangan emosi, sehinggan memerlukan agama untuk menentramkan batinnya. Keberhasilan atau tidakberhasilan Pendidikan Agama Islam dialamatkan kepada guru agama sebagai sumber utama. Itulah salah satu beban guru yang kadang-kadang berakibat merusak martabatnya yang seharusnya dihargainya. Permasalahannya adalah bagaimana upaya kita agar semua lembaga persekolahan memiliki guru agama atau sekurang-kurangnya setiap sekolah seorang guru agama dan kelas / jam pelajaran. Bagaimana usaha kita agar guru agama betulbetul dapat menjalankan tugasnya secara profesional dan menjadi panutan bagi peserta didik. Menurut Muhaimin ada tiga aspek penting yang menyentuh
Pendidikan
Agama Islam secara terpadu, yaitu: a. Knowing, yakni agar para peserta didik dapat mengetahui dan memahami ajaran dan nilai-nilai agama.
b. Doing, yakni agar peserta didik dapat mempraktikkan ajaran dan nilainilai agama. c. Being, yakni agar peserta didik dapat menjalani hidup sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai agama.17
Manusia taqwa adalah manusia yang secara optimal menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan masyarakat. Menghayati dan mengamalkan dibina dan dituntun sedini mungkin melalui proses pendidikan yang juga diperankan dalam Pendidikan Agama Islam. Firman Allah SWT:
17
Nusa Putra, Santi Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, cet. 3. 2013), h. 3.
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap nyawa mereka (seraya berfirman) : Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab :” Betul ( Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi.” ( kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kami tidak mengatakan “ sesungguhnya kami (bani adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ( ke-Esaan Tuhan).( Q. S Al-Araf: 172)18
Pengembangan Pendidikan Agama Islam sebagai budaya sekolah berarti bagaimana mengembangkan Pendidikan Agama Islam di sekolah, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Diposisikan sebagai pijakkan nilai-nilai, semangat, sikap dan perilaku para aktor sekolah, seperti kepala sekolah, guru dan ketenaga kependidikan lainnya. Orang tua murid dan peserta didik. Menurut Muhaimin ada beberapa alasan mengenai perlunya Pendidikan Agama Islam sebagai budaya sekolah, yaitu: a.
Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
18
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an & Terjemahan, h. 173.
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia. Pada pasal 1 ayat 2 bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai –nilai agama. b.
Pendidikan Agama Islam baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah antara lain bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berahklak mulia, yaitu berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, jujur, adil berdisiplin, menjaga keharmonisan personal dan sosial serta mengembangkan budaya Agama dalam komunitas sekolah.
c.
Orang tua memiliki hak prerogatif untuk memilih sekolah bagi anakanaknya. Sekolah yang berkualitas semakin dicari dan yang mutunya rendah akan ditinggalkan. Di era globalisasi ini sekolah –sekolah yang bermutu dan memberikan muatan agama lebih banyak menjadi pilihan pertama bagi orang tua di berbagai kota. Muatan agama tersebut merupakan fondasi hidup individu untuk menangkal pengaruh yang negatif di era globalisasi ini.
d.
Selama ini banyak orang mempersepsi prestasi sekolah hanya dilihat dari dimensi yang tampak, bisa diukur terutama perolehan nilai UNAS dan kondisi fisik sekolah. Padahal ada dimensi yang lain yaitu dimensi soft yang mencakup nilai-nilai, keyakinan, budaya, dan norma prilaku sehinggan menjadi unggul.
e.
Budaya sekolah merupakan faktor yang lebih penting dalam menentukan sukses atau gagalnya sekolah. Jika prestasinya yang diakibatkan oleh terciptanya budaya sekolah yang disemangati oleh ajaran agama dan nilainilai agama islam maka akan bernilai ganda yaitu di satu pihak sekolah itu sendiri akan memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif dengan tetap menjaga nilai-nilai agama sebagai akar budaya bangsa. 19
Pendidikan Agama Islambukan hanya sekedar memberikan pengetahuan tentang keagamaan, melainkan justru yang lebih utama adalah membiasakan siswa taat dan patuh menjalankan ibadah dan berbuat bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang telah di tetapkan dalam agama Islam. 20 Dalam hal itu faktor penting yang memegang peranan yang menentukan dalam kehidupan siswa adalah agama. Tetapi dunia modren kurang menyadari betapa penting dan hebatnya pengaruh agama dalam kehidupan siswa atau remaja, terutama pada orang-orang yang mengalami kegonjangan jiwa, diaman umur siswa pada tingkat sekolah Menengah Pertama terkenal dengan umur gonjang, karena pertumbuhan yang dialuinya dari segala bidang dan segi kehidupan.21 Pendidikan Agama Islam sangat penting sebab dengan pendidikan Islam, orang tua, guru berusaha secara sadar memimpin dan mendidik anak diarahkan pada perkembangan jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama sesuai dengan ajaran agama Islam.
19
Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009 ), hh. 309-311 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Rosdakarya, 2007), h. 158. 21 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,2005), hh.81-82. 20
Pendidikan Agama Islam hendaknya ditanamkan sejak kecil sebab pendidikan pada masa kanak –kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya. Sebagaimana menurut Zakiyah Darajat bahwa pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan latihan yang dilaluinya sejak kecil. Jadi, perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman hidup sejak kecil, baik dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat terutama pada masa pertumbuhan. Perkembangan agama pada anak terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil dalam keluarga, di sekolah dan lingkungan masyarakat. Pendidikan Agama Islam perlu diajarkan sebaik –baiknya dengan memakai metode dan alat yang tepat serta manajemen yang baik. Bila Pendidikan Agama Islam di sekolah dilaksanakan dengan sebaik – baiknya, maka akan banyak membantu mewujudkan harapan setiap orang tua, yaitu memiliki anak yang beriman, berbudi luhur, cerdas, terampil, berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Mengingat betapa pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam mewujudkan harapan setiap orang tua dan masyarakat, serta untuk membantu terwujudnya tujuan pendidikan nasional, maka Pendidikan Agama Islam harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan sebaik –baiknya. 22 2.
Faktor–faktor yang mempengaruhi persepsi siswa tentang urgensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
22
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hh. 22-23.
a. Faktor Motivasi belajar siswa Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi sangat menentukan berhasil atau tidaknya dalam proses pembelajaran. Jika ada motivasi maka siswa ada kecenderungan untuk belajar mata pelajaran yang di senanginya. b. Faktor Lingkungan selama hidup anak didik tidak bisa menghindari diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interkasi kedua lingkungan yang berbeda ini selalu
terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik.
Keduanya mempunyai pengaruh cukup signifikan terhadap belajar anak di sekolah.23 c. Faktor sarana dan prasarana Faktor sarana dan prasarana sangat mendukung dalam proses belajar mengajar di sekolah. Sarana merupakan faktor mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, sedangkan prasarana merupakan faktor secara tidak langsung mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya lampu, kamar mandi dll.24 d.
Faktor latar belakang pendidikan guru Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kualitas guru. Tinggi atau rendahnya latar belakang guru berbanding lurus dengan
23
Syaiful bahri djammarah, Psikologi belajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 2, 2011), hh.
176- 200.
24
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta: 2010), h. 2012.
tingkat kualitas guru. Semakin tinggi pendidikan guru semakin luas dan dalam ilmu pengetahuan guru. e.
Faktor pengalaman mengajar guru. Orang
tidak
pernah
membantah
bahwa
pengalaman
mengajar
mempengaruhi mutu kegiatan pembelajaran. Karena besar pengaruhnya terhadap mutu guru, maka masalah pengalaman mengajar ini pun dibuat dalam rubrik portofolio dalam rangka setifikasi guru.25
B. Penelitian yang Relevan Pada dasarnya penelitian ini sudah banyak dikaji mengenai persepsi oleh orang-orang sebelumnya seperti yang dikaji oleh: a. Ibnu Mas’ud dengan judul Persepsi Siswa Tentang Pelaksanaan Remdial Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Bandar Sei Kijang. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa tentang pelaksanaan remedial pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Bandar Sei Kijang ialah Persepsi siswa tentang pelaksanaan remedial pada bidang study Pendidikan Agama Islam tergolong kurang baik dengan hasil persentase 68,88%, salah satu faktor penyebabnya kurangnya tingkat kesadaran siswa.
25
Syaiful Bahri Djammarah, Guru dan Anak dan Didik Dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis Psikologi, ( Jakarta: Rineka Cipta,2010), h. 355.
b.
Muhammad Ramtani dengan judul Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 06 Rumbai Kota Pekanbaru. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 06 Rumbai kota pekanbaru yang tergolong kepada kategori “baik”. Hal ini dibuktikan dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 71,0% dengan jumlah siswa 74 siswa. Artinya menurut siswa, guru yang di SMP Negeri 06 Rumbai Kota Pekanbaru yang memiliki kompetensi profesiaonal yang baik.
C. Konsep Operasional Konsep operasional adalah konsep yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap konsep teoretis. Konsep operasional ini diperlukan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penelitian ini, seperti yang disebutkan pada konsep teoretis bahwa kajian ini menyangkut dengan persepsi siswa tentang urgensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sungai Mandau kecamastan Sungai Mandau Kabupaten Siak. 1.
Persepsi siswa tentang urgensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Adapun persepsi siswa tentang urgensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang Penulis maksudkan adalah berupa tanggapan atau pandangan siswa SMP Negeri 2 Sungai Mandau Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak tentang pentingnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Untuk mengetahui persepsi siswa tersebut indikator yang digunakan adalah:
a.
Siswa beranggapan setelah mempelajari
mata pelajaran Pendidikan
Agama Islamsiswa memiliki kekuatan spiritual keagamaan. b.
Siswa beranggapan setelah mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa bisa membentuk kepribadian yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
c.
Siswa beranggapansetelah mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Islamsiswa bisa berakhlak mulia.
d.
Siswa beranggapan bahwa setelah mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa bisa mengendalikan diri dari perbuatan yang melanggar norma agama.
e.
Siswa beranggapan bahwa manfaat dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa untuk memiliki kecerdasan.
f.
Siswa
beranggapan
bahwa
mata
pelajaran
Pendidikan
Agama
Islambertujuan agar siswa taat menjalankan ajaran agama Islam. g.
Siswa beranggapan bahwatujuan mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam agar siswa rajin beribadah.
h.
Siswa beranggapan bahwa tujuan mempelajarimata pelajaran Pendidikan Agama Islam agar siswa bersikap cerdas, jujur dan adil.
i.
Siswa beranggapan bahwa matapelajaran Pendidikan Agama Islam bertujuan agar siswa bersikap disiplin dan menghargai agama yang lain.
j.
Siswa beranggapan bahwa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki kualitas yang tinggi di sekolah sama dengan mata pelajaran umum.
k.
Siswa beranggapan bahwa setelah mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam akan menambah pengetahuan tentang ajaran agama Islam.
l.
Siswa beranggapan bahwa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mencakup nilai-nilai dan keyakinan dalam menjalankan ajaran agama Islam
m. Siswa beranggapan bahwa setelah mempelajari mata pelajaranPendidikan Agama Islam perilaku siswa sesuai dengan ajaran Islam. n.
Siswa beranggapan bahwa setelah mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa semakin taat kepada Allah SWT.
o.
Siswa beranggapan bahwa setelah mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa bisa menjaga nilai-nilai agama Islam.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi siswa tentang urgensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sungai Mandau Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak. a. Faktor motivasi dari orang tua b. Faktor lingkungan c. Faktor media pembelajaran d. Faktor latar belakang pendidikan guru e. Faktor Pengalaman mengajar guru