BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Semantik Secara etimologis, semantik (Semantics) berasal dari bahasa Yunani semantika
yang
berarti
cabang
ilmu
yang
mempelajari
makna.
Banyak
definisi-definisi mengenai semantik yang menyatakan semantik sebagai dasar untuk mempelajari tentang makna dalam bahasa. Seperti yang dikemukakan oleh Schaff (1962: 3): “ Semantics is a branch of linguistic is concerned with the meaning and the changes in meaning of words and expression.” Maksud dari pernyataan di atas yaitu semantik adalah cabang dari linguistik yang fokus pada makna serta perubahan makna dari sebuah kata-kata dan ekspresi. Selanjutnya Huford dan Heasley (2007: 1) menyatakan: “ Semantics is the study of language and meaning. ” Maksud dari pernyataan di atas yaitu semantik mempelajari bahasa dan maknanya. Griffiths (2006: 1) menyatakan: “ Semantics is the study of the “ toolkit ” for meaning: knowledge encoded in the vocabulary of the language and in its patterns for building more elaborate meanings, up to the level of sentence meanings.” Pernyataan di atas yaitu semantik adalah “alat ” untuk mempelajari makna; pengetahuan yang terkode pada kosakata bahasa agar tersusun makna, sampai pada tingkat makna kalimat. Menurut Kreidler (1998: 18): “Semantics is mainly concerned with speaker’s competence to use language the language system in producing meaningful utterances and processing (comprehending) utterances produced by others. ”
9
Maksud dari
pernyataan di atas adalah semantik terfokus pada kemampuan pembicara menggunakan bahasa dengan menciptakan ujaran yang bermakna dan memproses (memahami) ujaran yang diucapkan oleh orang lain. Dari pendapat para ahli mengenai semantik, dapat disimpulkan bahwa semantik adalah bagian dari linguistik yang mempelajari tentang makna dalam bahasa, tersusun dan dapat diekspresikan untuk berkomunikasi. Meskipun beberapa ahli yang mengemukakan tentang semantik beragam dari tahun ke tahun, tetapi definisi semantik itu sendiri masih sama dengan sebelumnya.
2.2
Metafora Majas perbandingan metafora merupakan salah satu bentuk majas yang
penggunaannya secara sengaja ataupun tidak menyebar dari masyarakat sosial kalangan manapun. Metafora membandingkan suatu hal dengan hal lain yang sama dalam hal karakteristik dan sifat. Berbeda dengan majas perbandingan seperti simile yang memakai signal word; as, like, as if etc. Sebagai pembanding dua hal, metafora tidak menggunakan kata penghubung tersebut. Menurut Zanotto, Cameron dan Cavalcanti (2008: 1) “ People use metaphor in the ordinary moments of their lives. In family and work situations, they use metaphor to explain their thoughts and ideas to other people, and to express delight, caring, approval, as well as their more negative counterparts.” Manusia menggunakan metafora sehari-hari, dalam situasi kerja ataupun keluarga, yang menyampaikan suatu hal dalam bentuk rasa senang, sayang,
10
persetujuan, hal positif dan negatif lainnya. Manusia sering sekali menggunakan metafora yang ternyata mempunyai peran penting dalam struktur bahasa, hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Lakoff dan Johnson (1980: 8) berikut: “ the ubiquity of metaphor in ordinary, everyday speech and claimed that it has a central importance in language structure. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah metafora mempunyai peran penting di dalam struktur bahasa. Metafora mempunyai kompleksitas yang beragam. Keraf (2004: 139) menyatakan: “Metaphor is a kind of analogy that compares one thing to another directly, without using words, like, as if, and as so that the first thing is relieved directly to the second.” Metafora termasuk ke dalam analogi yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya, tanpa menggunakan kata-kata like (seperti), as if (jikalau), dan as (sebagai) agar hal pertama langsung merujuk pada hal kedua. Majas metafora ini sering digunakan sehari-hari tanpa kita sadari frekuensi penggunaannya. Ritchie (2013: 4) menyatakan: “ Metaphor has been variously defined in terms of substituting one word for another word with an apparently different meaning, comparing one idea to another, or creating an implicit analogy or simile.” Dari pernyataan di atas menurut Ritchie dapat dipahami bahwa metafora adalah istilah untuk mengganti suatu kata dengan kata lain yang berbeda arti atau maksud akan tetapi membandingkan ide dari kata tersebut untuk membuat analogi atau simile implisit. Kovecses (2002: 7) menyatakan hal yang sama: “Metaphor is a
11
figure of speech in which one thing is compared by saying that one is the other. ” Metafora adalah bahasa majas yang menyatakan perbandingan suatu hal adalah hal lain. Selain itu, Huford, Heasley dan Smith (2007: 331) berpendapat: “ Metaphors are conceptual (mental) operations reflected in human language that enable speakers to structure and construct abstract areas of knowledge and experience in more concrete experiential terms.” Pernyataan Huford, dkk menjadikan metafora sebagai operasi konsep (mental) yang tercermin pada bahasa manusia yang membuat penutur menata dan menafsirkan daerah pengetahuan abstrak dan pengalaman istilah experiensial yang lebih konkret. Dari pernyataan di atas metafora diklasifikasikan menjadi metafora konseptual. Menurut Kovecses (2010: 4): “In the cognitive linguistic view, metaphor is defined as understanding one conceptual domain in terms of another conceptual domain. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah pada sudut pandang linguistik kognitif, metafora didefinisikan sebagai pengertian satu konseptual domain akan konseptual domain lain. Kovecses (2010: 4) menambahkan: “ A convenient shorthand way of capturing this view of metaphor is the following: conceptual domain a is conceptual domain b, which is what is called a conceptual metaphor.” Metafora dapat mudah dipahami dengan membandingkan konseptual domain a adalah konseptual domain b (A=B). Maksud dari pernyataan di atas yaitu konseptual domain a (sumber) dan konseptual domain b (target yang dimaksud).
12
Menurut Kovecses (2010: 4): “ The conceptual domain from which we draw metaphorical expressions to understand another conceptual domain is called source domain, while the conceptual domain that is understood this way is the target domain.” Maksud dari pernyataan di atas, konseptual domain kita ambil dari ekspresi metaforika untuk memahami konseptual domain lain disebut sebagai domain sumber, sedangkan konseptual domain yang dipahami dengan cara tersebut disebut domain target.
2.3 Klasifikasi Metafora Konseptual Menurut Kovecses (2010: 33): “it is possible to classify metaphors in a variety of ways. These include classifi cations according to the conventionality, function, nature, and level of generality of metaphor.” Maksud dari pernyataan di atas adalah metafora dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu metafora konvensional, metafora menurut fungsi kognitif, metafora alami, dan metafora dari segi level generalitasnya. Menurut Kovecses dalam bukunya berjudul Where Metaphors Comes From (2015: 1): “ Conceptual metaphor theory can be considered a view metaphor in which metaphorical meaning construction is simply a matter of how our metaphors arise from correlations in experience or similarities between experiential domains”
Maksud dari pernyataan di atas adalah teori metafora konseptual dapat dikatakan
13
sebagai salah satu pandangan metafora yang makna metaforika memiliki kesamaan dan dikonstruksikan dengan pengalaman domain.
2.3.1. Metafora Konvensional Menurut teori Kovecses (2010: 33): “ A major way in which metaphors can be classi fi ed is their degree of conventionality. In other words, how well worn or how deeply entrenched a metaphor is in everyday use by ordinary people for everyday purposes.” Maksud dari Kovecses yaitu, metafora konvensional adalah jenis metafora dilihat dari segi frekuensi penggunaan sebuah metafora yang terdapat pada benak manusia. Kovecses (2010: 34) menjelaskan: “we can say that a metaphor is highly conventional or conventionalized (i.e., well established and deeply entrenched) in the usage of a linguistic community.” Maksud dari pernyataan di atas adalah metafora konvensional (yang paten dan sangat dikenal) terletak pada frekuensi penggunaannya di masyarakat linguistik. Menurut Kovecses (2010: 35): “ The conventionalized metaphor is well worn out or even cliche that people use it naturally and effortlessly for their normal, everyday purposes.” Metafora konvensional adalah metafora yang frekuensi pemakaiannya di kalangan masyarakat sangat sering sehingga menjadi mati atau bahkan klise. Contoh dari metafora konvensional yaitu seperti berikut menurut Kovecses:
Argument is War: I defended my argument. Love is a Journey: We’ll just have to go our separate ways.
14
Theories are Buildings: We have to construct a new theory. Ideas are Food: I can’t digest all these facts. Social organizations are Plants: The company is growing fast. Life is a Journey: He had a head start in life. Contoh yang diberikan oleh Kovecses menjelaskan bahwa metafora tersebut tidak mengharuskan orang-orang untuk berpikir lebih lama dan langsung mengetahui maksud penutur atau penulis. Berikut adalah contoh yang diambil dari Hufford, Heasley, dan Smith (2007: 333): Contoh 1: Time is Money 1) My girlfriend spend too much time shopping. 2) She is wasting my time. 3) This delay will cost us two hours. 4) But we can save time by taking cab to my home. Contoh di atas berdasarkan dari Lakoff dan Johnson dalam buku karya Huford, dkk (2007: 333). Time is Money adalah metafora yang sudah terkonvensionalkan karena pemakaiannya pada masyarakat umum tidak jarang dan sangat sering sehingga penafsiran penggunaan metafora verba tidak diperlukan.
2.3.2 Metafora berdasarkan Fungsi Kognitif Menurut Kovecses (2010: 37): “ The function of metaphor is for ordinary people in thinking about and seeing the world. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah fungsi dari metafora adalah persepsi manusia tentang dunia. Kovecses (2010:
15
37) menambahkan: “On this basis, three general kinds of conceptual metaphor have been distinguished: structural, ontological, and orientational. ”
Berdasarkan
pernyataan Kovecses ada tiga jenis metafora konseptual menurut fungsi kognitif yang dibedakan menjadi struktural, ontologika, dan orientasional. Metafora tersebut terkadang bertepatan satu sama lain.
1. Metafora Struktural Menurut Kovecses (2010: 37): “The cognitive function of these metaphors is to enable speakers to understand target b by means of the structure of source a. ” Maksud dari pernyataan di atas yaitu fungsi kognitif dari metafora struktural adalah membuat pembicara memahami target b melalui struktur domain a. Kovecses (2010: 37) menambahkan: “ For example, the concept of time is structured according to motion and space. Given the time is motion metaphor. ”
Sebagai contoh, kita
memahami konsep waktu distrukturkan sebagai gerak dan ruang. Berarti metaforanya yaitu waktu adalah gerakan, contohnya: Time passing is motion of object The time will come when... The time has long since gone when... The time for action has arrived... In the weeks of following next Tuesday... On the preceding day... I’m looking ahead to Christmas... Thanksgiving is coming up on us... Time is flying by
16
Dalam contoh di atas, waktu adalah objek, dan waktu bergerak adalah pergerakan objek; masa depan bergerak maju dan masa lalu bergerak mundur. Menurut Kovecses (2010: 37): “We understand time in terms of some basic elements: physical objects, their locations, and their motion. There is a background condition that applies to this way of understanding time: the present time is at the same location as a canonical observer.” Maksud dari pernyataan di atas adalah kita memahami waktu dalam istilah dasar: objek fisik, lokasi, dan pergerakannya. Ada kondisi latar belakang yang diaplikasikan untuk memahami waktu: waktu sekarang adalah waktu sebagai lokasi observasi kanonika. Menurut Huford, Heasley, dan Smith (2007: 333): “ Structural Metaphors are abstract metaphorical systems in which an entire (abstract) complex mental concept is structured in terms of some other (concrete) concept involve multiple individual linguistic expressions that evoke some aspect of the metaphor.” Metafora struktural adalah abstrak metaforika sistem yang konsep mental (abstrak) kompleks distrukturkan ke dalam konsep (konkrit) yang meliputi beberapa ekspresi individual linguistik yang menerangkan aspek metafora itu sendiri. Contoh dari metafora struktural menurut Huford, Heasley, dan Smith yaitu, Contoh: Ideas are Money 1)
Jane put in her two cents’worth.
2)
John is rich in ideas.
3)
That book is a treasure trove of ideas.
4)
Mary has a wealth of new ideas.
17
Dari contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa metafora jenis ini menngkonkritkan (membendakan) hal-hal abstrak seperti ide dan waktu dibendakan dalam bentuk objek bergerak dan uang.
2. Metafora Orientasional Menurut Kovecses (2010: 40): “ Orientational metaphors provide even less conceptual structure for target concepts than ontological ones. Their cognitive job, instead, is to make a set of target concepts coherent in our conceptual system.” Maksud dari pernyataan di atas adalah metafora orientasional memberikan lebih sedikit struktur konseptual untuk target konsep daripada metafora ontological. Pekerjaan kognitif metafora ini membuat seperangkat konsep target koheren pada sistem konseptual manusia. Kovecses (2010: 40): menambahkan: “ By “ coherence, ” we simply mean that certain target concepts tend to be conceptualized in a uniform manner characterized by an “ upward ” orientation, while their “opposites” receive a “downward” orientation.” Maksud dari pernyataan di atas adalah arti dari koheren dapat dipahami bahwa beberapa konsep target sering dikonseptualkan dalam beragam bentuk dengan dikarakterkan “ atas ” sebagai orientasi dan “ bawah ” sebagai lawan dari orientasi atas. Menurut Kovecses (2010: 40): “The name “orientational metaphor” derives from the fact that most metaphors that serve this function have to do with basic human spatial orientations, such as up-down, center-periphery, and the like. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah nama dari metafora orientasional itu sendiri
18
diambil dari fakta bahwa sebagian besar metafora ini berhubungan dengan orientasi dasar manusia terhadap ruang, seperti naik-turun, tengah-pinggir, dan lain-lain. Contoh berikut dari metafora orientasional:
More is Up; Less is Down: Speak up, please. Keep your voice down, please. Healthy is Up; Sick is Down: Lazarus rose from the dead. He fell ill. Conscious is Up; Unconscious is Down: Wake up. He sank into a coma. Control is Up; Lack of control is Down: I’m on top of the situation. He is under my control.
Happy is Up; Sad is down: I’m feeling up today. He’s really low these days. Virtue is Up; Lack of Virtue is Down: She’s an upstanding citizen. That was a low-down thing to do.
Rational is Up; Nonrational is Down: The discussion fell to an emotional level. He couldn’t rise above his emotions. etc Menurut Kovecses (2010: 40): “Upward orientation tends to go together with positive evaluation, while downward orientation with a negative one. But positive-negative evaluation is not limited to the spatial orientation up-down. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah orientasi atas sering berhubungan dengan evaluasi positif dan orientasi bawah berhubungan dengan evaluasi negatif. Tetapi evaluasi positif-negatif tidak terbatasi oleh spasial. Menurut teori Lakoff dan Johnson (pada Huford, dkk 2007: 333) mengemukakan bahwa: “ Orientational Metaphor give concepts spatial orientation by associating an abstract knowledge area with some aspect of experiential knowledge in how
19
human beings understand their orientation in physical space, i.e. up vs down, front vs back, etc.” Metafora orientasional yang mengacu pada konsep spasial atau ruang dengan mengasosiasikan wilayah pengetahuan ruang abstrak dengan aspek pengalaman dan pengetahuan manusia tentang bagaimana manusia menyadari orientasi ruang nyata. Orientasi metaphor atas (upward) lebih bermakna positive, sedangkan orientasi metaphor bawah (downward) lebih bermakna negative. Contoh 1: Happy is Up, Sad is Down 1) That smile make up my day so much. 2) He feels on top when you kiss him. 3) Sandra feeling down after she moved to another country. 4) She cannot express how down she was. Dalam contoh ini, Happy is Up dan Sad is Down dituturkan dengan bahasa yang berbeda dan merujuk pada suatu arahan seperti pada contoh yang mewakili kata happy dengan up
dan Sad dengan down yang mempunyai makna berlawanan
dengan kata happy. Selain itu, signal word yang tertera yaitu pada kata ruang orientasi itu sendiri seperti (Upward-Downward). Teori Kovecses (2010: 40) menyatakan: “ Orientational metaphor derives from the fact that metaphors serve this function have to do with basic human spatial orientations such as up-down, center-periphery, etc. It means all the concept characterized by “ upward ” orientation and opposites “downward” orientation.”
20
Berdasarkan pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metafora orientational memiliki fungsi yang berhubungan dengan orientasi ruang dan dikarakteristikan dengan atas-bawah, depan-belakang, dsb. Contoh 2: More is Up, Less is Down 1) You need to speak up with your parents about that. 2) I need keep up with the data source. 3) You should keep your voice down so he cannot hear you. 4) My mother tells me to calm down. Dalam contoh ini, More is Up dan Less is Down dituturkan dengan bahasa yang berbeda dan merujuk pada suatu arahan volume seperti pada contoh yang mewakili kata more dengan up dan less dengan down yang sama-sama mempunyai makna. Selain itu,
tentu metafora ini berdasarkan pengalaman dan pengetahuan
manusia pada wilayah ruang abstrak seperti up-down, middle-rear, front-back, top-bottom, etc. tetapi nyata adanya (berorientasi).
3. Metafora Ontologika Menurut Kovecses (2010: 38): “ Ontological metaphors provide much less cognitive structuring for target concepts than structural ones do. Their cognitive job seems to be to “merely” give a new ontological status to general categories of abstract target concepts and to bring about new abstract entities.” Maksud dari pernyataan di atas adalah metafora ontologika memberikan lebih sedikit struktur kognitif pada konsep target daripada metafora struktural. Tugas
21
kognitif metafora ini yaitu hanya memberikan status ontologika baru pada kategori umum konsep target abstrak dan menghadirkan entiti abstrak baru. Kovecses (2010: 38) menambahkan: “ This means that we conceive of our experiences in terms of objects, substances, and containers, in general, without specifying exactly what kind of object, substance, or container is meant. ” Maksud dari pernyataan di atas yaitu kita memahami pengalaman kita sendiri dalam istilah objek, substansi, atau kontainer umumnya tanpa menspesifikasikan objek, substansi, dan kontainer seperti apa. Menurut teori Lakoff dan Johnson (pada Huford, dkk 2007: 333) mengemukakan bahwa: “Ontological metaphors help structure our understanding of abstract concepts and experiences, such as events, activities, emotions, ideas, etc., in terms of our experience with actual physical objects and substances in the real world.” Dari pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa ontologika membantu kita memahami konsep dan pengalaman (acara, aktivitas, emosi, ide, dll) abstrak ke dalam bentuk objek fisik dan substansi nyata. Kovecses (2010: 39) menambahkan: “ In general, ontological metaphors enable us to see more sharply delineated structure where there is very little or none.” Maksud dari pernyataan di atas adalah metafora ontological membantu
kita meneliti lebih dalam pada gambaran struktur
yang sangat jarang bahkan tidak ada. Contoh bagan dari Kovecses mengenai metafora ontologika, sebagai berikut:
Source Domains
Target Domains
Physical object ⇒ nonphysical or abstract entities (e.g.,
22
the mind)
⇒ events (e.g., going to the race), actions (e.g., giving someone a call) Substance
⇒ activities (e.g., a lot of running in the game)
Container
⇒ undelineated physical objects (e.g., clearing in the forest)
⇒ physical and nonphysical surfaces (e.g., land areas, the visual field)
⇒ states (e.g., in love) Menurut Kovecses (2010: 39): “ The undelineated experiences receive a delineated status via ontological metaphors have specific jobs: (1) to refer to, to quantify, or to identify aspects of the experience. (2) Once a “non-thing” experience has received the status of a thing, the experience can be structured further by means of structural metaphors.” Maksud dari pernyataan di atas adalah memberikan pengalaman tak beracuan menjadi beracuan melalui metafora ontologika akan memiliki tugas spesifik yaitu: (1) sebagai referensi, sebagai kuantitas, atau untuk mengindentifikasi aspek dari pengalaman. (2) Ketika pengalaman abstrak menerima status sebagai suatu benda, pengalaman bisa distrukturkan lebih dalam dengan metafora struktural. Berikut adalah contoh yang diberikan oleh Kovecses mengenai metafora ontologika: Contoh 1: Physical Objects is Abstract entities 1) His mind is going to overload. 2) My mind could short-circuited any minute.
23
3) Her mind must get refresh. 4) My mind is in deep freeze. Dalam contoh 1 Abstract entities is Physical Object, dikonsepkan sebuah kata sifat abstrak yang tidak ada acuannya dalam kenyataan menjadi sebuah entiti atau benda dalam hal ini yaitu‘computer’ (komputer) yang memiliki acuan nyata. Signal word
yang tertera yaitu pada pemakaian kata sifat dari ‘computer ’ sendiri yaitu;
overload, short-circuited, refresh, dan deep freeze, yang sangat jelas mengacu pada sifat ‘computer’ pada umumnya. Contoh 2:Substances are
Activities
1) There was a lot of good sprinting in the race. 2) I couldn’t do much sprinting until the end. 3) I need to waste less energy when sprinting 4) He sleep solid, no one can wake him now. Dalam contoh 2 Activities is Substance, dikonsepkan sebuah kata sifat abstrak yang tidak ada acuannya dalam kenyataan menjadi ‘substance’ (zat).
Zat memiliki
empat wujud yaitu gas, cair, padat, dan plasma. Dalam contoh metafora terdapat kalimat a lot of , much, less, dan solid yang menerangkan zat cair, gas, dan padat. Contoh 3: Container is a State 1) I’ve had a full life. 2) Life is empty for him. 3) Her life is crammed with activities. 4) Get the most out of life.
24
Dalam Contoh 3 Container is a State dikonsepkan sebuah kata sifat abstrak yang tidak ada acuannya dalam kenyataan menjadi ‘ container ’ (kontainer). Dalam hal ini kontainer adalah sebuah tempat yang benda dapat keluar masuk, mempunyai volume, dan dapat membendung sesuatu. Penggunaan kata full, empty, crammed, dan out merupakan kata-kata yang bisa menggambarkan sebuah dan sifat dari kontainer. Menurut Kovecses (2010: 39): “ we can conceive personification as a form of ontological. In personification human qualities are given to non human entities. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah personifikasi dapat dikategorikan sebagai ontologika karena kualitas dari manusia dapat diberikan pada entiti selain manusia. Contoh sebagai berikut: 1) His theory explained to me the behaviour of chickens raised in factories. 2) Life has cheated on me. 3) Cancer finally caught up with him. 4) The computer went dead on me Kovecses menambahkan (2010: 39): Theory, life, cancer, and computer are not humans, but they are given the qualities of human such as, explaining, cheating, caught up, dead and so on. In personifying nonhumans as human could make our understanding better.” Maksud dari pernyataan di atas adalah teori, kehidupan, kanker, dan komputer bukanlah manusia, tetapi mereka diberikan kualitas manusia seperti, menjelaskan, mencurangi, mati dan sebagainya. Dengan mempersonifikasikan entitas tersebut akan membuat pengetahuan kita lebih baik.
25
2.3.3 Metafora Alami Menurut Kovecses (2010: 42): “ Metaphors may be based on both knowledge and image. Most of the metaphors are based on our basic knowledge of concepts. In them, basic knowledge structures constituted by some basic elements are mapped from a source to a target.”
Maksud dari pernyataan di atas adalah metafora bisa berasal dari pengetahuan dan imajinasi. Kebanyakan metafora berasal dari pengetahuan umum tentang konsep. Pengetahuan umum terbentuk oleh beberapa unsur dasar yang menggambarkan sebuah sumber pada sebuah target. Menurut Kovecses (2010: 42): “Conceptual metaphor that can be called image-schema metaphor, however, it is not conceptual elements of knowledge (like traveler and destinations in the case of journey) that get mapped from a source to a target, but conceptual elements of image-schemas.” Maksud dari pernyataan di atas adalah jenis yang berbeda dalam metafora konseptual yang bisa disebut sebagai metafora image-schema, tidaklah memakai unsur konseptual pengetahuan (seperti musafir, destinasi, dan halangan dalam hal perjalanan) yang digambarkan dari sebuah sumber untuk sebuah target, tetapi unsur konseptual dari image-schema itu sendiri. Berikut adalah contoh yang diberikan Kovecses:
pass out space out zone out
26
tune out veg out conk out rub out snuff out out of order be out of something Menurut Kovecses (2010: 42): “ These phrases have to do with events and states such as losing consciousness, lack of attention, something breaking down, death, and absence of something. All of them indicate a negative state of affairs. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah frasa-frasa ini berhubungan dengan kejadian dan status seperti kehilangan kesadaran, kurang fokus, suatu hal yang pecah, kematian, dan absen dari suatu hal. Kesamaan frasa-frasa ini yaitu mengindikasikan suatu hal berstatus negatif. Kovecses (2010: 42) menambahkan: “ Image-schema metaphors relatively little from source to target. Metaphors of this kind have source domains that have skeletal image-schemas, such as the one associated with out. ” Pernyataan di atas menunjukkan bahwa metafora image-schema memiliki relatif sedikit penggambaran dari sumber ke target. Metafora jenis ini memiliki domain sumber yang berkerangka image-schema, seperti contoh yang berhubungan dengan out. Menurut Kovecses (2010: 43): “By contrast, Image-schemas are not limited to spatial relations, such as in-out. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah secara
27
kontras, image-schema tidak hanya terbatas pada hubungan ruang saja, seperti in-out. Kovecses (2010: 43) menambahkan: “ These basic image-schemas derive from our interactions with the world which is we contact physical objects, experience ourselves and other objects as containers with other objects in or outside of them, we move around and experience physical forces affecting us and try to resist these forces, such as when we walk against the wind.” Pernyataan di atas menunjukkan bahwa image-schema diambil dari interaksi manusia terhadap dunia yang kita melakukan kontak terhadap objek fisik, kita mengalami adanya objek sebagai kontainer dengan objek lain di dalam atau di luar dari objek kontainer tersebut, kita berjalan dan mengalami daya fisik yang mempengaruhi kita dan mencoba melawan daya tersebut, seperti berjalan melawan angin. Interaksi-interaksi tersebut seringkali terjadi pada pengalaman manusia. Menurut Kovecses (2010: 43): “These basic physical experiences give rise to what are called image-schemas, and the image-schemas structure many of our abstract concepts metaphorically. ”
Maksud dari pernyataan di atas adalah
pengalaman dasar fisik atau nyata inilah yang memberikan pemahaman pada image-schema, dan image-schema menstrukturkan banyak dari konsep abstrak kita secara metaforika. Berikut adalah contoh yang menerangkan tentang image-schema pada metafora: Image-Schema
Metaphorical Extension
in-out
I’m out of money.
front-back
He’s an up-front kind of guy.
up-down
I’m feeling low.
28
contact
Hold on, please. (“Wait”)
motion
He just went crazy.
force
You’re driving me insane.
Menurut Kovecses (2010: 43): “An interesting property of image-schemas is that they can serve as the basis of other concepts. Thus, for instance, the motion schema underlies the concept of a journey.” Maksud dari pernyataan di atas adalah hal menarik pada image-schema yaitu image-schema dapat menjadi dasar konsep lain. Seperti pada motion schema menjadi dasar konsep sebuah perjalanan. Kovecses (2010: 43) menambahkan: “The motion schema has the parts, initial point, movement, and end point, to which correspond in journeys the point of departure, the travel, and the destination. This way, most apparently nonimage-schematic concepts (such as journey) seem to have an image-schematic basis.”
Motion schema memiliki bagian-bagian seperti awal mula, pergerakan, dan akhir jalan, yang berhubungan dengan sebuah perjalanan berpoin pada kepergian, perjalanan, dan tempat destinasi. Dengan ini, konsep yang terlihat nonimage schematic seperti memiliki sebuah dasar image-schematic. Metafora image-schema berbeda dengan metafora image. Menurut Kovecses (2010: 44): “ Other kinds of image-based conceptual metaphors are richer in imagistic detail but do not employ image schemas. We can call them image metaphors. They are found in both poetry and other kinds of discourse.”
29
Ada jenis lain yang berbasis pada imajinasi metafora konseptual yang lebih banyak pada detil imajinasi tetapi tidak menggunakan image schema. Kita dapat menyebutnya sebagai image metaphor. Metafora jenis ini dapat banyak ditemukan pada metawacana dan puisi. Contoh yang diberikan Kovecses dalam memahami metafora sebagai berikut: 1) A: What are you doing? B: Watering the plants. 2) A: He laid pipe. Menurut Kovecses (2010: 44): “ Sentence (1) describes an act of urination, while (2) describes an act of copulation (or, for some speakers, defecation) in English slang. Sentences use image metaphors that map a detailed set of images from the source to the target.”
Kalimat (1) mendeskripsikan pekerjaan yaitu urinasi dan (2) mendeskripsikan pekerjaan bersetubuh (atau buang air dan bersetubuh untuk beberapa pembicara) dalam bahasa inggris slang. Menurut Kovecses (2010: 44): “ Sentence (1) as a demonstration of this point. In the sentence, the person watering the plants is the person urinating, the water is the urine, the watering can is the penis, the intended goal of the action of watering is the ground where the urine is directed.”
30
Pada kalimat (1) sebagai demonstrasi. Dalam kalimat di atas seseorang menyiram tanaman adalah seseorang yang sedang kencing, air adalah kencing, penyiram tanaman adalah alat kelamin, tujuan dari tindakan ini yaitu tanah yang urin tersebut dijatuhkan. Kovecses (2010: 44) menambahkan: “ There is no general structural metaphor involved in this mapping. The mapping is of the one-shot generated by two images brought into correspondence of one onto the other.” Tidak terdapat metafora struktural secara umum yang terlibat dalam penggambaran ini. Penggambaran ini hanya one-shot digambarkan oleh dua image yang membawa korespondasi oleh satu imej pada imej
yang lain.
2.3.4 Metafora pada tingkat generalitas Menurut Kovecses (2010: 44): “ Conceptual metaphors can be classi fi ed according to the level of generality at which they are found. ”
Maksud dari
pernyataan di atas adalah metafora konseptual dapat diklasifikasikan pada tingkat generalitasnya. Kovecses (2014: 45) menambahkan: “ For example, the motion schema can be realized not only as a journey but also as a walk, a run, a hike, or mountain climbing. These are speci fic-level instances of the generic motion schema.”
Berdasarkan pernyataan di atas menerangkan bahwa contoh dari skema motion bisa disadari tidak hanya sebagai sebuah perjalanan tetapi sebagai berjalan,
31
berlari, mendaki gunung, dan menyusuri. Contoh-contoh tersebut adalah tingkat spesifik dari skema motion. Menurut Kovecses (2014: 44): “Conceptual metaphors can be generic-level or speci fic-level ones. The ones that we have discussed are all speci fi c-level metaphors: life is a journey, an argument is war, ideas are food, etc”
Maksud dari pernyataan di atas adalah metafora konseptual bisa menjadi tingkat generik atau tingkat spesifik. Semua metafora yang sudah dibahas adalah metafora tingkat spesifik seperti: life is a journey, an argument is war, ideas are food, dll. Kovecses (2014: 45) menambahkan: “ Generic-level metaphors: events are actions, generic is specific are designed to perform special jobs that are different from of speci fi c-level metaphors. ” Metafora tingkat generik: events are actions, generic is specific dibuat untuk
melakukan pekerjaan khusus yang berbeda dari
metafora tingkat spesifik. Kovecses (2010: 45) menjelaskan: “ The events are actions metaphor accounts for many cases of personification, while generic is specific metaphor helps us interpret proverbs and other cliched phrases ”
Metafora events are actions
membantu kita dalam memahami kasus-kasus yang berhubungan personifikasi, sedangkan metafora generic is specific membantu kita mengintepretasikan peribahasa dan frasa klise.
32
2.4 Domain Sumber dan Domain Target Menurut Kovecses (2010: 18) Domain sumber terbagi menjadi tiga belas jenis yaitu; the human body (tubuh manusia), health and illness (kondisi ubuh), animals (hewan), plants (tanaman), buildings and construction (konstruksi bangunan), machines and tools (Alat dan Mesin), games and sport (permainan dan olahraga), money and economic transactions (uang dan transaksi ekonomi), cooking and food (Memasak dan Makanan), heat and cold (panas dan dingin), light and darkness (Cahaya dam Kegelapan), forces (daya), movement and direction (Gerak dan Arahan). Begitu pula dengan domain target yang terbagi menjadi tiga belas jenis yaitu; emotion (emosi), desire (hasrat), morality (moralitas), thought (pikiran), society and nation(masyarakat dan negara), politics
politik), economy (ekonomi), human
relationship (hubungan manusia), communication (komunikasi), time (waktu), life and death (hidup dan mati), religion (agama), events and actions (kejadian dan tindakan). Menurut Kovecses (2010: 17): “Conceptual metaphors consist of a source domain and target domain, as well as set mappings between them. ”
Metafora
konseptual terdiri dari domain sumber dan domain target serta pemetaaan antara kedua domain.
2.4.1 Domain Sumber 1. Human Body Menurut Kovecses (2010: 18): “The human body is ideal source domain, for it is clearly delineated and we know it well.” Maksud dari pernyataan di atas adalah,
33
tubuh manusia adalah domain sumber yang tepat karena jelas dan kita mengenal bagian tubuh manusia sendiri. Dalam hal ini Kovecses memberikan contoh sebagai berikut. Contoh 1 1) The heart of the problem. 2) To shoulder responsibility. 3) The head of the department. Kovecses (2010: 18) menambahkan: “The human body plays a key role in the emergence of metaphorical meaning in English and other “ Western ” languages and culture. Bernd Heine and others have abundantly demonstrated its central importance in human conceptualization in languages and cultures around the world.” Maksudnya adalah tubuh manusia berperan penting dalam pengenaan makna metaforika dalam bahasa inggris atau bahasa “ barat ” lain dan segi tradisi; Bernd Heine dkk, telah banyak mendemonstrasikan peranan penting tubuh manusia pada konseptualisasi manusia di dalam bahasa-bahasa dan tradisi-tradisi di seluruh dunia.
2. Health and Illnesses Menurut Kovecses (2010: 19): “ Both the general properties of health and illness and particular illnesses frequently constitute metaphorical source domains. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah properti umum seperti sehat dan sakit dan beberapa penyakit sering digunakan sebagai konstitusi metaforika pada domain sumber.
Berikut adalah contoh sederhana yang diberikan oleh Kovecses:
34
1) A healthy society 2) A sick mind 3) She hurt my feelings.
3. Animals Menurut Kovecses (2010: 19): “ The domain of animals is an extremely productive source domain. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah Domain pada binatang sangatlah produktif sebagai sumber. Kovecse menambahkan (2010: 19): “ Human beings are especially frequently understood in terms of (assumed) properties of animal. Thus, we talk about someone being a brute, a tiger, a dog, a sly fox, a bitch, a cow, a snake, and so on. ” Manusia lebih memahami suatu ide jika disamakan dengan properti hewan, kita membicarakan suatu hal tentang seseorang itu adalah rubah, anjing betina, ular, sapi, dll.
Kovecses (2010: 19) pula menambahkan:
“But the metaphorical use of animal terms is not limited to human beings, as indicated by the example “It will be a bitch to pull this boat out of the water.” In this instance, the term bitch denotes any difficult situation. Maksud dari pernyataan di atas adalah penggunaan makna secara metafora binatang tidak hanya pada manusia tetapi bisa juga pada suatu situasi gentir. Seperti pada contoh “It will be a bitch to pull this boat out of the water.” Penggunaan frasa bitch tidak ditujukan pada manusia akan tetapi pada keadaan yang menyusahkan. Kovecses (2010: 19) menjelaskan: “ The body parts of animals are also commonly used in the metaphorical conceptualization of abstract domains. This way of understanding non-physical domains is also very common in languages of the world.”
35
Bagian tubuh dari binatang juga biasa digunakan dalam pemaknaan konseptual metaforis pada domain abstrak. Dengan begini memahami domain non-fisikal juga umum pada bahasa-bahasa di dunia.
4. Plants Menurut Kovecses (2010: 19) “ People cultivate plants for a variety of purposes: for eating, for pleasure, for making things, and so on. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah manusia menanam tanaman untuk berbagai kebutuhan; untuk makan, untuk kesenangan, untuk membuat sesuatu, dll. Kovecses (2010: 19) menambahkan: “When we use the concept metaphorically, we distinguish various parts of plants; we are aware of the many actions we perform in relation to plants; and we recognize the many different stages of growth that plants go through.” Ketika menggunakan konsep metaforika, manusia membedakan beberapa jenis tanaman; dan sadar mengerjakan suatu hal yang berhubungan dengan tanam-menanam; dan menyadari perkembangan tumbuhan itu sendiri. Berikut adalah contoh yang diberikan Kovecses. Contoh: 1) He cultivated his friendship with her. 2) The fruit of her labor. 3) Exports flourished last year.
36
5. Buildings and Constructions Menurut Kovecses (2010: 19) “ Human beings build houses and other structures for shelter, work, storage, and so on. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah manusia membangun rumah dan bangunan lain untuk penampungan, bekerja, tempat penyimpana, dll. Kovecses (2010: 19) menambahkan: “Both the static object of a house and its parts and the act of building it serve as common metaphorical source domains.” Maksud dari pernyataan di atas adalah dua objek statik dari rumah dan bagiannya dan juga aksi membangun sendiri umum dijadikan sebagai domain sumber metaforika. Contoh: 1) A towering genius 2) He’s in ruins financially. 3) She constructed a coherent argument
6. Machines and Tools Menurut Kovecses (2010: 20): “People use machines and tools to work, play, fight, and for pleasure. Again, both the machines and tools and the activities related to them show up as metaphorical expressions. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah manusia menggunakan mesin untuk bekerja, bermain, dan kesenangan semata. Mesin dan alat dan aktivitas dihubungkan dan ditunjukkan sebagai ekspresi metaforika. Berikut adalah contoh diberikan oleh Kovecses. Contoh: 1) The machine of democracy
37
2) Conceptual tools 3) She produces a book every year.
7. Games and Sport Menurut Kovecses (2010: 20): “ People play and they invent elaborate activities to entertain themselves. Games and sport are characterized by certain properties that are commonly used for metaphorical purposes. ”
Maksud dari
pernyataan di atas adalah manusia bermain dan membuat aktivitas yang menghibur mereka. Games and Sport (Olahraga dan Permainan) dikarakteristikan dengan beberapa properties yang biasanya digunakan untuk metaforika. Untuk memperjelas, Kovecses (2010: 20) menambahkan: “ For example, many games have rules, and this property occurs in examples such as “He plays by the rules” and “We want an even playing field.” Maksud dari pernyataan di atas adalah contoh permainan memiliki peraturan-peraturan dan properti ini terjadi dalam “He plays by the rules” dan “We want an even playing field.” Penggunaan plays by the rules dan even playing field adalah contoh penggunaan metafora jenis ini. Contoh lain dari Kovecses: 1) To toy with the idea 2) He tried to checkmate her. 3) He’s a heavyweight politician.
38
8. Money and Economic Transactions Menurut Kovecses (2010: 20): “ From early on, people living in human society have engaged in economic transactions of various kinds. These transactions often involve the use of money and commodities in general.” Maksud dari pernyataan di atas adalah Manusia hidup dalam masyarakat yang senang melakukan berbagai jenis transaksi ekonomi umumnya meliputi penggunaan uang dan komoditas. Kovecses (2014: 20) menambahkan: “ The commercial event involves a number of entities and actions: a commodity, money, handing over the commodity, and handing over the money. Our understanding of various abstract things is based on this scenario or parts of it.” Maksud dari pernyataan di atas adalah kejadian komersial meliputi beberapa entitas atau aksi-aksi: sebuah komoditas, uang, memberikan komoditas, memberikan uang. Dalam pemahaman manusia tentang beraneka ragam hal abstrak berbasis pada skenari atau bagian dari domain sumber ini. Below are some examples: 1) Spend your time wisely. 2) I tried to save some energy. 3) She invested a lot in the relationship.
9. Cooking and Food Menurut Kovecses (2010: 20): “ Food as an activity has been with us ever since the beginnings of humanity.” Maksud dari pernyataan di atas adalah makanan sebagai aktivitas telah ada sejak awal permulaan manusia. Kovecses (2014: 20)
39
menambahkan:
“Cooking involves a complex process of several elements: an agent,
recipe, ingredients, actions, and a product, just to mention the most important ones.” Memasak meliputi proses kompleks dari beberapa elemen: pelaku, resep, bahan mentah, aksi, dan produk jadi, yang sangat penting. Kovecses (2010: 20) menambahkan: “ The activity with its parts and the product serve as a deeply entrenched source domain.” Aktivitas dengan bagian-bagian dan produk digunakan sebagai domain sumber yang sangat dikenal. Berikut adalah contoh dari Kovecses: 1) What’s your recipe for success? 2) That’s watered-down idea. 3) He cooked up a story that nobody believed
10.
Hot and Cold Menurut Kovecses (2010: 21): “ Heat and cold are extremely basic human
experiences. We feel warm and cold as a result of the temperature of the air that surrounds us.” Maksud dari pernyataan di atas adalah temperatur adalah pengalaman mendasar manusia, mengalami hangat dan dingin adalah hasil dari temperature udara disekeliling manusia. Kovecses menambahkan (2010: 21) “ We often use the temperature domain metaphorically to talk about our attitude to people and things.” Maksud dari pernyataan di atas adalah manusia biasa menggunakan temperatur sebagai domain sumber metaforika terhadap sikap seseorang atau suatu hal. adalah contoh dari Kovecses: 1) In the heat of passion
40
Berikut
2) A cold reception 3) An icy stare 4) A warm welcome Seperti yang ada pada contoh di atas; kata-kata icy menunjukkan properti dari temperatur yang terkadang ditunjukkan sebagai kondisi cuaca.
11. Light and Darkness Menurut Kovecses (2010: 21): “ Light and darkness are also basic human experiences. The properties of light and darkness often appear as weather conditions when we speak and think metaphorically. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah cahaya dan kegelapan merupakan pengalaman dasar manusia. Properti dari cahaya dan kegelapan biasa tergambarkan sebagai kondisi cuaca ketika manusia berfikir dan berucap secara metaforika. Berikut adalah contoh dari Kovecses. 1) A dark mood 2) She brightened up. 3) A cloud of suspicion 4) There was a cloud over their friendship. 5) I do not have the foggiest idea. 6) She was in a haze of confusion.
12. Force Menurut Kovecses (2010: 22):
41
“ There are various kinds of forces: gravitational, magnetic, electric, and mechanical. The forces take many shapes in the physical world: waves, wind, storm, fire, and agents of pushing, pulling, driving, or sending another thing.” Maksud dari pernyataan di atas adalah ada beberapa jenis daya: gravitasi, magnetik, elektrik, dan mekanikal. Daya ini mempunyai banyak bentuk fisik dalam dunia: gelombang, angin, badai, api, dan pelaku yang melakukan pendorongan, penarikan, pengemudian, atau melemparkan benda lain. Kovecses (2010: 22) menambahkan “These forces effect various changes in the thing acted on. There are as many different effects as there are different forces. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah Daya-daya ini memberikan pengaruh yang bervariasi pada hal-hal yang dikenakan. Ada banyak efek yang berbeda sama seperti daya yang berbeda. 1) She swept me off my feet. 2) You’re driving me nuts. 3) Don’t push me! 4) I was overwhelmed.
13. Movement and Direction Menurut Kovecses (2010: 22) “Movement can involve a change of location, or it can be stationary (as in the case of shaking, for instance). When it involves a change of location, it is associated with direction: forward and backward, up and down. ” Pergerakan meliputi perpindahan lokasi, atau bisa saja ditempat (seperti bergetar). Ketika terjadi perpindahan tempat, maka diasosiasikan dengan arahan: maju dan mundur, atas dan bawah. Kovecses (2010: 22) menambahkan: “Changes of
42
various kinds are conceptualized metaphorically as movement that involves a change of location. ” Perpindahan inilah yang di konseptualisasikan ke dalam metaforika bergerak dan berganti tempat. 1) He went crazy. 2) She solved the problem step by step. 3) Inflation is soaring. 4) Our economy is galloping ahead
2.4.2 Domain Target 1. Emotion Menurut Kovecses (2010: 23): “The domain of emotion is a superior target domain.” Maksud dari pernyataan di atas adalah domain dari emosi adalah domain target superior. Kovecses (2014: 23) menambahkan: “ Emotion concepts such as anger, fear, love, happiness, sadness, shame, pride, and so on are primarily understood by means of conceptual metaphors.” Konsep emosi seperti marah, takut, cinta, kebahagiaan, kesedihan, rasa malu, rasa bangga, dll dapat dimengerti maknanya oleh konseptual metafora.
Berikut adalah contoh dari emosi
1) She was deeply moved. 2) He was bursting with joy. 3) He unleashed his anger. Kovecses (2010: 23) menyatakan:
“ Because emotions are largely
comprehended via force metaphors. The word emotion derives from the Latin e
43
meaning [out] and movere meaning [to move.] ”
Emosi biasanya disandingkan
dengan metafora daya. Kata emosi diambil dari bahasa latin e yang berarti keluar dan movere yang berarti bergerak.
2. Desire Menurut Kovecses (2010: 23): “ Desire is similar to emotion. It is also comprehended as a force, physical one and physiological force like hunger or thirst. It is also often understood in terms of heat.” Maksud dari pernyataan di atas adalah hasrat mirip dengan emosi. Bisa disandingkan dengan suatu daya, fisikal dan psikologikal seperti lapar dan dahaga. Bisa pula dimengerti dalam hal panas. 1) The jacket I saw in the shop window pulled me into the store. 2) She is hungry for knowledge. 3) I am starved for affection. 4) He’s burning to go.
3. Morality Menurut Kovecses (2010: 23): “Moral categories such as good and bad, as well as honesty, courage, sincerity, honor, and their opposites, are largely understood by means of more concrete source concepts.” Maksud dari pernyataan di atas adalah kategori moral seperti baik buruk, juga kejujuran, keberanian, keyakinan, kehormatan, dan kebalikannya, biasanya dimengerti dengan konsep yang lebih konkrit. Kovecses (2010: 24) menambahkan: “Among these, economic transactions,
44
forces, light and dark, and up-down orientation are especially important.” Beberapa diantaranya adalah transaksi ekonomi, daya, cahaya dan kegelapan, dan orientasi naik-turun sangat penting. Berikut adalah contoh yang diberikan Kovecses. 1) I’ll pay you back for this. (Economic Transaction) 2) She resisted the temptation. (Forces) 3) He’s a shady character. (Light and Dark) 4) That was a lowly thing to do.(Up-down)
4. Thought Menurut Kovecses (2010: 24) “ How the human mind works is still little known. This situation makes it no surprise that people, both lay persons and experts, try to understand the mind by resorting to metaphors of various kinds.” Maksud dari pernyataan di atas adalah bagaimana cara berpikir manusia masih sulit dimengerti. Situasi yang membuat tidak aneh inilah yang membuat manusia, perorangan dan para ahli, mencoba untuk memahami pikiran dengan memasukkan metafora pada hal yang bervariasi. Kovecses (2010: 24) menambahkan: “Rational thought is comprehended as work—the manipulation of objects in a workshop. Less-active aspects of thought are understood in terms of perception, such as seeing. ” Pikiran rasional dapat dipahami kerja - sebagai manipulasi dari objek dalam workshop. Aspek pikiran sedikit-aktif dipahami dalam istilah persepsi, seperti melihat Some examples to demonstrate this follow: 1) She’s grinding out new ideas.
45
2) He hammered the point home. 3) He searched for the memory. 4) I see your point.
5. Society and Nation Menurut Kovecses (2010: 24): “ The concepts of society and nation are extremely complex, and this complexity calls for metaphorical understanding. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah konsep dari masyarakat dan negara sangatlah kompleks, dan kompleksitas tersebut membuat pemahaman secara metaforika. Kovecses (2010: 24) menambahkan: “Common ways of comprehending society and nation involve the source concepts of person and family. ” Umumnya memahami masyarakat dan negara meliputi konsep sumber keluarga atau perorang. Contoh sebagai berikut: 1) What do we owe society? 2) neighboring countries 3) a friendly nation 4) the founding fathers of the country
6. Politics Menurut Kovecses (2010: 24): “Politics has to do with the exercise of power. Political power is conceptualized as physical force. ”
Maksudnya politik
berhubungan dengan kekuasaan. Kekuasaan politik dikonseptualkan sebagai daya
46
fisikal. Kovecses (2010: 24) menambahkan: “ Politics has many additional aspects that are understood by means of a variety of further source domains, including games and sport, business, and war. ”
Politik memiliki aspek tambahan yang dapat
dipahami melalui variasi domain sumber, termasuk permainan dan olahraga, bisnis, dan peperangan. Contoh sebagai berikut: 1) They forced the opposition out of the House. 2) The president plays hardball. 3) There was a great deal of haggling over the issue. 4) The fight erupted over abortion.
7. Economy Menurut Kovecses (2010: 25): “ Economy is usually comprehended via metaphor. Its most commonly used source domains include building, plants, and journey (movement, direction). ” Maksud dari pernyataan di atas adalah Ekonomi biasanya dipahami melalui metafora. Umumnya menggunakan domain sumber bangunan, tanama, dan perjalanan (pergerakan, arahan). Contoh sebagai berikut: 1) Germany built a strong economy. 2) The growth of the economy 3) They pruned the budget. 4) China’s economy is galloping ahead.
8. Human Relationship
47
Menurut Kovecses (2010: 25) “ Human relationships include such concepts as friendship, love, and marriage. These and similar concepts are metaphorically viewed as plants, machines, and buildings.” Maksud dari pernyataan di atas adalah hubungan
manusia
meliputi
konsep
pertemanan,
cinta,
dan
pernikahan.
Konsep-konsep ini dipahami secara metaforika melalui tanaman, mesin, dan bangunan, seperti pada contoh berikut: 1) Their friendship is in full flower. 2) It’s a budding relationship. 3) They had to work on their relationship. 4) They built a strong marriage.
9. Communication Menurut Kovecses (2010: 25): “We conceive human communication as involving a speaker and a hearer, a message consisting of some meaning encoded in linguistic expressions, and a transfer of this message from the speaker to the hearer along some channel.” Maksud dari pernyataan di atas adalah Kita mengenal komunikasi yang meliputi adanya pembicara dan pendengar, pesan yang terdiri dari beberapa makna terkodasi dalam ekspresi linguistik, dan pesan yang terkirim dari pembicara kepada pendengar melalui channel. Kovecses (201010: 25) menambahkan: “Metaphorically, we view the linguistic expressions, meanings, and the transfer of the message as containers, objects, and sending” Secara metaforika, kita melihat ekspresi linguistik, makna, dan pesan yang terkirim sebagai kontainer, objek, dan mengirim. Berikut adalah contoh untuk mengilustrasikan domain ini:
48
1.You are putting too many ideas into a single sentence. 2.That’s a dense paragraph. 3.She gave me a lot of information. 10. Time Menurut Kovecses (2010: 26): “ Time is a notoriously dif fi cult concept to understand. The major metaphor for the comprehension of time is one according to which time is an object that moves. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah waktu adalah konsep yang sulit untuk dipahami. Umumnya metafora untuk memahami waktu itu sendiri ialah waktu sebagai objek yang bergerak. Sebagai contoh berikut: 1) The time will come when . . . 2) Christmas is coming up soon. 3) Time flies. 4) In the following week 5) Time goes by fast.
11. Life and Death Menurut Kovecses (2010: 26): “ The metaphorical conceptualization of life and death is pervasive in both everyday language and literary works. Life is understood as a journey to some destination.” Maksud dari pernyataan di atas adalah konseptualisasi metaforika dari hidup dan mati dapat dipahami dalam bahasa keseharian dan karya literal. Hidup dipahami sebagai perjalanan ke suatu destinasi. Kovecses (2010: 26) menambahkan: “ Moreover, it is metaphorically day, light,
49
warmth, and others. Birth is conceived of as arrival, whereas death is viewed as departure, as well as night, darkness, and cold. ” dapat dipahami dengan siang, cahaya, kehangatan dll. Kelahiran sebagai kedatangan, begitu pula mati sebagai kepergian, malam, dan dingin. 1) The baby will arrive soon. 2) Grandpa is gone. 3) His father passed away.
12. Religion Menurut Kovecses (2010: 26): “Key aspects of religion involve our view of God and our relationship to God. God, similar to the concepts of society and nation, is conceptualized as a person: Father, Shepherd, King, and the like. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah Aspek agama meliputi pemahaman pada tuhan dan hubungan pada tuhan. Tuhan, mirip dengan konsep dari sosialitas dan negara, dikonseptualkan sebagai seseorang: Ayah, Penggembala, Raja, dan hal yang mirip lainnya. Kovecses (2010: 26) menambahkan: “ It follows from the metaphor that believers are viewed as God’s children, sheep, or subjects. Other aspects involve the conceptualization of such as eternity, life after and before death, and so on. ” Metafora domain ini menggambarkan manusia sebagai anak tuhan, domba, atau subjek. Dalam domain ini Kovecses tidak memberikan contoh.
50
13. Events and Actions Menurut Kovecses (2010: 26): “ Events and actions are superordinate concepts that comprise a variety of different kinds of events and actions. For example, reading, making a chair, doing a project in the lab, plowing, or whatever are kinds of actions. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah peristiwa dan tindakan adalah konsep umum yang terdiri dari beragam jenis kejadian dan aksi. Sebagai contoh, membaca, membuat sebuah kursi, melakukan proyek di laboratorium, mencangkul, atau beberapa jenis aksi lainnya. Kovecses (2010: 26) menambahkan: “ Aspects of events and actions are often comprehended as movement and force. These aspects include such notions as change, cause, purpose, means, and so on. ” Aspek pada peristiwa dan kejadian sering dipahami sebagai pergerakan dan daya. Aspek tersebut meliputi gagasan pada perubahan, penyebab, alasan, makna, dan lainnya. Berikut adalah beberapa contoh yang di berikan Kovecses: 1) He went crazy. 2) She turned thirty last month. 3) You’re driving me nuts. 4) The goal sent crowd into frenzy 5) She has reached her goal in life.
2.5 Model Analogika Metafora Menurut Ritchie (2013: 29): “ The most fully developed analogical model is based on the idea that metaphor begins by aligning topic and vehicle in a one on one
51
mapping. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah model analogika yang sudah dikembangkan adalah ide yang berbasis pada sebuah metafora terdiri dari sumber dan target yang disatu gariskan dalam penggambarannya. Ritchie (2013: 29) menambahkan: “ Only a limited number of elements from vehicle and topic are mapped, and no element of domain is mapped onto more than one of the other ” Maksud dari pernyataan di atas adalah hanya beberapa unsur dari domain target dan domain sumber yang dapat digambarkan, dan tidak ada unsur dari domain tersebut yang dapat menstrukturkan lebih dari satu.
2.5.1 Model Komparasi Menurut Ritchie (2013: 26): “Comparison models treat metaphors as implicit comparisons or similes. The view is easiest to apply to metaphors that link two concepts with similar behavioral characteristics. ” Maksud dari pernyataan di atas adalah model perbandingan memberlakukan metafora sebagai perbandingan implisit atau simile. Hal ini mudah dipahami dengan memberlakukan metafora yang mempunyai dua sifat dan karakteristik konsep yang sama. Ritchie (2013: 26) menambahkan: “in this view Achilles is a lion is comparison of Achilles like a lion in term of the fighting prowess of Achilles and that of a lion” Pada model ini, Achilles is a lion dikomparasikan dengan Achilles is like a lion dalam hal kekuatan dari singa.
52
Tabel 2.1 Model Komparasi bridge ‘Achilles is a lion’ (Fighting prowess of lion)
“Achilles is like a lion’ (fighting prowesss)
is equivalent to
2.5.2 Model Atribusi Menurut Ritchie (2013: 28): “ Attribution models focusing on the attributes of the vehicle that are transferred to the topic. If an acquaintance remarks, ‘ Sam is a pig, ’ in a context in which eating is salient, qualities such as consuming more than his share of food or eating in a sloppy manner may be attributed to Sam.” Maksud dari pernyataan di atas adalah Model atribusi berfokus pada target yang di transfer ke sumber. Jika sumber seperti pada kalimat ‘Sam is a pig,’ yang dalam konteks makan adalah hal terpenting, maka kualitas seperti mengkonsumsi makanan lebih dari yang dibatasi atau memakan dengan cara yang menjijikan dapat dikaitkan pada Sam. Ritchie (2013: 28) menambahkan: “ In a context in which orderliness or disorder is salient, qualities such as being slovenly may be attributed to Sam (Bortfeld and McGlone, 2001; Searle 1993). ” Jika konteks yang dimaksud adalah ketidakrapihan atau kecacatan itu penting, kualitas seperti jorok dapat dikaitkan pada sam (dikutip dari Bortfeld dan McGlone, 2001; Searle 1993).
53
Searle menyatakan (pada Ritchie 2013: 28): “ further points out that the properties need not be genuine properties, and in many cases the properties that are transferred are culturally associated with the vehicle. ” Dari pernyataan di atas Searle memberikan poin pada properti untuk tidak harus asli, dalam hal ini properti yang ditransfer bisa telah membudaya dengan ranah sumber. Menurut Searle (dalam Ritchie 2013: 28): “ Given suitable pens, pigs are generally not slovenly, but they are often confined in small spaces in which it is difficult to clean themselves, the property of slovenliness and dirt have come to be culturally associated with pigs. ” Jika babi dimasukkan ke dalam kandang yang sesuai, maka babi ini secara umum tidak jorok, tetapi karena mereka kerap dimasukkan ke dalam kandang sempit yang sulit untuk membuat mereka tetap bersih, maka properti dari jorok dan kotoran dapat dikaitkan secara budaya pada babi. Berikut adalah contoh model analogi tersebut. Tabel 2.2 Model Atribusi
Sam (person)
Pig (culturally Associated) Pig in general
Behavior and Habit of Sam
(Slovenliness, Dirty) Eating more, Fat
Sam is Pig (Slovenliness, Dirty Eating more, Fat)
54
Ritchie (2013: 28) melanjutkan: “Similarly, as Searle points out, gorillas are shy, sensitive vegetarians, but they have been culturally represented (e.g. in movies) as ugly, powerful, and uncontrollable. ” Sama halnya dengan yang Searle sudah poinkan, gorila pada umumnya pemalu, pemakan rumput yang sensitif, tetapi mereka direpresentasikan secara budaya (perfilman) sebagai buruk rupa, kuat, dan tidak terkendali.
55