BAB II KAJIAN TEORI
2.1.
Kajian Teori
2.1.1. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Pembahasan mengenai strategi pembelajaran tidak akan lepas dari pembahasan strategi itu sendiri. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, dalam Istiyah, Asih Marwati, 2010:11) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model - pengolahan informasi; (3) model personalhumanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali
penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Gambar 1.
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai
kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan
dan
urutan-urutan
langkah
konstruksinya,
maupun
kriteria
penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Oxford (dalam Suherli K, 2010:16) dalam Penelitiannya tentang strategi pembelajaran mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai tingkah laku atau perbuatan yang disadari yang digunakan siswa untuk meningkatkan dan memperkokoh proses belajarnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep dasar strategi pembelajaran yaitu agar strategi pembelajaran yang efektif, kreatif, dan menyenangkan, maka guru lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkreasi, sehingga siswa bisa lebih aktif sebagaimana diisyaratkan. Karena itu, guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar bisa saja mengembangkan strategi pembelajaran sendiri dengan tujuan proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. 2.1.2. Pengertian Pembelajaran Siswa Aktif Dalam sebuah filosofi mengajar disebutkan bahwa mengajar yang baik bukan hanya mentransfer pengetahuan, akan tetapi membantu siswa dalam belajar. Belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian
informasi kedalam kepala seorang siswa, tetapi menumbuhkan keterlibatan mental dan tindakan. Belajar tidk sebatas melibatkan indera pendengaran, melainkan seluruh indera. Hal ini berarti bahwa belajar yang baik adalah belajar dengan cara melakukan. Pernyataan di atas sesuai dengan apa yang ditulis Konfusius yakni, „apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat, apa yang saya kerjakan saya paham‟. Lebih lengkap Silberman (dalam Istiyah, 2010:19) mengatakan, „apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya dengar dan lihat saya ingat sedikit, apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dengan orang lain saya paham, apa yang saya dengar, diskusikan dan lakukan menjadikan saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan, apa yang saya ajarkan kepada orang lain menjadikan saya seorang ahli‟. Pernyataan kedua tokoh itu muncul karena belajar di kelas cenderung tidak efektif, datar, pasif dan membosankan. Situasi yang terjadi adalah guru dominan menjelaskan dan siswa cenderung pasif. Ungkapan kedua tokoh tersebut memberikan inspirasi terhadap pembaharuan pendekatan yang muncul adalah pembelajaran siswa aktif. Menurut Silberman (dalam Istiyah, 2010:21), suatu pembelajaran dikatakan aktif
apabila para siswa banyak melakukan aktifitas. Mereka
menggunakan otaknya untuk mengkaji ide-ide, memecahkan masalah, dan menerapkan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menarik hati.
Dalam pembelajaran aktif, mengintegrasikan informasi, konsep-konsep baru ke dalam skemata atau struktur kognitif yang sudah mereka miliki melalui berbagai
cara
seperti
merumuskan
dan
memeriksa
kembali
serta
mempraktikannya. Hal ini berarti bahwa belajar merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan guru terhadap siswa. Prinsip ini didasarkan pada pandangan Piaget, bahwa pada diri siswa sudah terdapat skemata yang sewaktu-waktu dapat diaktifkan untuk mengkomodasi pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan baru. Dalam konteks pembelajaran PKn siswa dapat secara aktif memperoleh sendiri pengetahuan, pengalaman dalam memahami
pembelajaran
Pkn
sebagai
wahana
untuk
mengembangkan
kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pembelajaran siswa aktif berusaha sungguh untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar pada belajarnya sendiri. Mereka mengambil peran yang lebih dinamis dalam menentukan bagaimana dan apa yang akan mereka ketahui apa yang seharusnya bisa lakukan dan bagaimana mereka akan melakukannya. Modell and Michael (dalam Muhammad Noor, 2010:24) mendefinisikan lingkungan belajar aktif adalah suatu lingkungan dimana siswa didorong secara individual untuk terlibat di dalam proses membangun model mental mereka sendiri dari informasi yang mereka peroleh. Pembelajaran siswa aktif (dalam Indrawati, Wawan Setiawan, 2009:12) yaitu pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik dari pada berpusat pada guru.
Dari berbagai pendapat diatas, pembelajaran siswa yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua siswa secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Mengapa Muncul Pembelajaran Siswa Aktif ? Pemunculan pembelajaran siswa aktif didasari oleh beberapa alasan: a.
Gaya pembelajaran yang cenderung “teacher center” Guru satu-satunya sumber informasi. Ia menjadi “yang maha tahu”,
sementara siswa menjadi “yang maha tidak tahu”, menjadi obyek pembelajaran yang harus menerima informasi apa pun dari guru. Siswa ibarat botol kosong yang selalu siap diisi air. Apa yang terjadi dengan gaya seperti itu? Kondisi seperti itu berdampak buruk bagi perkembangan siswa. Anak akan merasa bosan berada di sekolah karena ia pasif, tidak melakukan aktivitas yang menantangnya. Ia hanya diberikan hafalan-hafalan dan pertanyaan tertutup yang jawabannya harus sama dengan apa yang tertulis pada lembar jawaban. Semua itu dipastikan memasung ide kreatif siswa. Komunikasipun terjadi hanya satu arah antara guru dan siswa, sehingga sulit untuk membangun interaksi dengan sesama temannya. Padahal interaksi dengan sesama teman akan menumbuhkan kecerdasan sosial yang merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Siswa hanya melakukan aktivitas untuk tujuan guru, bukan untuk tujuan mengembangkan dirinya. Guru hanya menggunakan buku paket sebagai satu-satunya sumber pembelajaran. Sementara, potensi kekayaan lingkungan yang begitu besar seringkali diabaikan guru. Ia hanya mendiktekan dan memberikan contoh apa
yang harus dilakukan siswa. Hal itu sama sekali tidak menantang siswa untuk memunculkan kreativitasnya. Padahal, setiap siswa memiliki segudang ide dan kreativitas yang siap dimunculkan dan menjadi karya yang sangat dapat dibanggakan. b.
Alasan munculnya pembelajaran aktif adalah memaknai konsep belajar secara utuh. Sejalan dengan kemajuan yang dibawa oleh globalisasi, konsep belajar
pun mengalami perubahan paradigma, yakni dari paradigma lama ke paradigm baru. Ciri konsep belajar yang menggunakan paradigma lama adalah : 1). Guru merupakan satu-satunya sumber pengetahuan 2). Proses pembelajaran lebih besar dilakukan di dalam kelas 3). Guru sebagai pusat 4). Proses linier 5). Pembelajaran pasif, dll Sementara konsep paradigma baru ditandai sejumlah cirri, sebagai berikut : 1). Guru bukan satu-satunya sumber belajar 2). Belajar tidak harus di dalam kelas 3). Siswa sebagai pusat 4). Filosofi belajar seumur hidup 5). Belajar melalui multimedia
Ada beberapa definisi belajar yang mendukung paradigma baru pembelajaran. Diantaranya W.S. Winkel menyebutkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, akibat pengalaman dan latihan (Sudjana, dalam Istiyah, 2010:15). Pendapat lain dikemukakan oleh Whiterington (dalam Istiyah, 2010:15) bahwa, belajar adalah suatu proses dalam kepribadian sebagaimana dimanifestasikan dalam perubahan sikap dan kebiasaan. Dua definisi tersebut mengindikasikan bahwa proses belajar akan melahirkan perubahan seseorang baik dalam tataran kognitif, efektif, maupun psikomotor. Karena pembelajaran ini bersifat aktif (dalam Mohammad Noor, 2010:14), maka kegiatan pembelajaran harus berpusat pada siswa bukan pada guru. Dalam hal ini tentu peran guru untuk mengaktifkan siswa sangat diutamakan. Guru harus berperan sebagai fasilitator, bukan penceramah, sehingga siswa dapat belajar secara aktif dan mampu mngontrol proses belajar dan menghasilkan karyanya sendiri tanpa harus menguntip dari guru. Sampai dengan saat ini perkembangan teori belajar semakin pesat. Berbagai pemikiran tentang belajar, mengajar, dan membelajarkan siswa terus berkembang, baik berdasarkan pandangan yang berhubungan dengan hakikat materi yang harus dikuasai siswa, bahkan berdasarkan hal-hal yang dilakukan oleh siswa dalam belajar. Teori belajar (dalam Prof. S. Kusmana, 2010:5-7) yang berkembang pada abad ke-20 dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok
behavioristik dan kelompok kognitivistik. Menurut teori behavioristik belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang dapat diamati, yang terjadi melalui keterkaitan antara stimulus-stimulus dengan respon-respon berdasarkan prinsipprinsip mekanistik. Sedangkan menurut teori kognitivistik belajar merupakan suatu proses perolehan atau perubahan pandangan dalam (insight), pandangan luar (outlooks), harapan-harapan atau pola-pola berfikir. Belajar adalah suatu proses perjalanan panjang yang dilalui oleh siswa. Belajar memerlukan waktu dan setiap individu memiliki cara tersendiri dalam menempuhnya. Belajar bukanlah seperti menabung yang mengharapkan hasilnya dapat diperoleh secara pasti dalam kurun waktu yang tertentu. Belajar selalu menitik beratkan pada proses. Ada tiga alasan mengapa perlu belajar aktif, yaitu ; a. Karakteristik siswa 1. Rasa ingin tahu yang merupakan modal dasar bagi perkembangannya sikap kritis. 2. Imajinasi yang merupakan modal berfikir dan berperilaku kreatif. b. Hakikat belajar Belajar
adalah
proses
menemukan
dan
membangun
makna/pengertian oleh siswa terhadap informasi dan pengalaman yang disaring melalui persepsi, pemikiran, dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan Pengetahuan dibangun sendri oleh siswa.
guru.
c. Karakteristik lulusan yang dikehendaki Agar mampu bertahan dan berhasil dalam hidup, lulusan yang diinginkan adalah generasi yang : 1. Peka (berfikir tajam, kritis, dan tanggap terhadap pikiran dan perasaan orang lain). 2. Mandiri (berani dan mampu bertindak tanpa selalu tergantung pada orang lain) 3. Bertanggung jawab berarti siap menerima akibat dari keputusan dan tindakan yang diambil. Menurut
Abimanyu
(2008:26-27)
bahwa
alasan
menggunakan
pembelajaran siswa aktif adalah : -
Siswa diaktifkan baik dari segi mental maupun fisik dalam menguasai materi pelajaran
-
Siswa akan lebih mudah menguasai materi pelajaran dan siswa diperluas pengetahuannya tentang materi pelajaran tersebut
-
Siswa dibiasakan tidak cepat puas dengan apa yang dipelajari dari materi ajar yang telah ada sehingga dapat dikembangkan sikap ingin tahu dan haus ilmu pengetahuan
-
Siswa akan termotivasi belajar dan dilatih dalam memecahkan masalah. Lingkungan
yang
mendukung
sangatlah
penting
bagi
siswa.
Perkembangan potensi siswa dapat didukung oleh seberapa jauh guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang membuat mereka nyaman, aman, dan tertantang dalam belajar. Oleh karena itu, berikut uraian untuk menemukan
strategi pembelajaran yang dipastikan akan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada pada siswa, sehingga siswa menjadi dirinya dengan segenap potensi yang dimilikinya. 2.1.3. Prinsip-prinsip pembelajaran siswa aktif Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal melalui kegiatan yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat anak berfikir tentang materi pelajaran. Tekhnik yang dipilih adalah tekhnik yang merangsang diskusi dan debat, mendorong adanya pertanyaanpertanyaan bahkan membuat siswa saling mengajar satu sama lain. Siswa adalah subyek belajar. Karena itu, siswa menjadi fokus pusat terhadap setiap usaha-usaha pendidikan. Menurut konsep psikologi belajar, siswa akan belajar efektif jika mengalami proses belajar sebagai berikut : 1.
Siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan belajar dan tidak hanya mendengarkan guru berbicara. Siswa terlibat secara fisik maupun mental yaitu meliputi pikiran dan perasaannya.
2.
Siswa memahami apa yang diharapkan guru dari dirinya. Pemahaman atas tugas-tugas yang diberikan guru.
3.
Siswa memperoleh pengetahuan akan kinerjanya sendiri. Hal tersebut memberikan dorongan atau motivasi untuk belajar. Umpan balik dari guru merupakan hal yang sangat berarti bagi siswa karena guru member rujukan bagi ukuran-ukuran keberhasilan.
4.
Siswa seperti juga semua orang, belajar dari keberhasilan dan kesalahan. Keberhasilan
mendorong
siswa
untuk
mengulangnya,
sedangkan
kesalahan akan akan bermanfaat bagi kegiatan belajar siswa apabila dituntut untuk memperbaikinya. 5.
Apa yang dipelajari siswa bermakna bagi dirinya. Ia akan mempelajari hal-hal yang akan dapat dipahami ataupun dikerjakan dengan bantuan kemampuan yang dimilikinya.
6.
Dalam pembelajaran, siswa memperoleh peluang untuk berhasil. Keberhasilan akan menimbulkan rasa senang, rasa senang akan member tenaga batin untuk belajar lebih lanjut.
7.
Di samping belajar hal-hal yang memungkinkan siswa untuk sukses yaitu tantangan. Kesulitan smpai taraf tertentu akan menumbuhkan rasa ingin tahu, penasaran sehingga ingin menjelajahi hal yang belum terang baginya.
8.
Dalam proses pembelajaran diterapkan variasi metode dan tekhnik yang menarik untuk memungkinkan siswa belajar secara individual dan kelompok
9.
Siswa mendapat peluang untuk melakukan sesuatu. Konsep pendidikan yang sangat populer di Indonesia (dalam Prof. S.
Kusmana, 2010:13) adalah konsep yang dipopulerkan oleh Ki Hajar Dewantara. Konsep ini sejalan dengan prinsip belajar aktif yakni setiap materi pembelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman siswa yang ada sebelumnya. Materi pembelajaran yang baru disesuaikan secara aktif dengan pengetahuan siswa yang sudah ada (Mulyasa, dalam Prof. S. Kusmana, 2010:13).
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran siswa aktif adalah sebuah pendekatan baru dalam belajar. Dari pendekatan tersebut tersirat suatu harapan cerah yang dituntut dalam setiap pembelajaran sebagai usaha mempertinggi atau mengoptimalkan kegiatan belajar siswa dalam proses pembelajaran 2.1.4. Meningkatkan Hasil Belajar PKn Melalui Strategi Pembelajaran Siswa Aktif Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari segi hasil. Asumsi dasar ialah proses pembelajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula, ada korelasi antara proses pembelajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha untuk menciptakan kondisi proses pembelajaran yang optimal, maka tinggi pula hasil dari pembelajaran itu. Hasil belajar dalam kontesktual menekankan pada proses yaitu segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Arifin (2009:21) mengemukakan hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu : kognitif, efektif, dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, yaitu mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks, mulai dari yang mudah sampai yang sukar, dan mulai dari yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak. Arikunto (2009:6-7) menjelaskan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa terdapat dua kemungkinan yaitu memuaskan dan tidak memuaskan. Memuaskan jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan hal ini menyenangkan, akibatnya akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat
agar dilain kesempatan mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi. Tidak memuaskan jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha agar lain kali keadaan ini tidak akan terulang, maka ia akan giat belajar. Nana Syaodih (dalam Istiyah, 2010:16) mengatakan bahwa, hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki siswa sebagai akibat dari proses yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah yang bersifat kognitif, efektif dan psikomotor yang disengaja maupun tidak disengaja. Hasil belajar siswa adalah segala kemampuan yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuanan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari serta sikap dan cara berfikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Mulyasa (2006) bahwa proses dan hasil belajar peserta didik bergantung pada kompetensi guru dan keterampilan mengajarnya. Oleh karena itu, guru harus mampu mengaktualisasikan dalam pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus mampu menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktifitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah mereka menerima
pengalaman belajar atau pembelajaran. Hasil belajar adalah kemamupan aktual
siswa yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dicapai sebagai hasil dari apa yang dipelajarinya dan dapat diukur dengan tes. Hasil Belajar siswa dalam pelajaran PKn adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran PKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya, baik untuk masa kini maupun masa yang akan dating yang meliputi, keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Agar hasil belajar pada pembelajaran PKn meningkat, maka dalam pembelajaran harus menarik minat siswa sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik sehingga prestasi siswa meningkat. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor adalah strategi pembelajaran siswa aktif. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan strategi pembelajaran siswa aktif dapat meningkatkan hasil belajar maupun kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, dimana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya dengan menemukan pengetahuan dan ketempilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya tidak hanya sekedar menghapal materi belaka tetapi lebih pada kegiatan belajar yang sebenarnya melalui proses pembelajaran.
Dengan demikian strategi pembelajaran siswa aktif diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran PKn kelas VIII di SMP Negeri 3 Paguat, serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran efektif, aktif dan kreatif. 2.2.
Hipotesis Berdasarkan
rumusan
masalah
dan
dikemukakan, maka hipotesis penelitian adalah
kajian
teoretis
yang
telah
“Jika menggunakan strategi
pembelajaran siswa aktif dalam pelajaran PKn, maka hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Paguat akan meningkat“. 2.3.
Indikator Penelitian ini dikatakan berhasil jika hasil belajar siswa kelas VIII SMP
Negeri 3 Paguat pada mata pelajaran PKn berdasarkan aspek yang diamati meningkat 80% dengan nilai 75-89 pada materi sajian sebagai hasil dari penerapan strategi pembelajaran siswa aktif yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Hal ini mengacu pendapat
Hendriastuti (2008:8) bahwa suatu pokok
bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara individual, jika siswa tersebut memperoleh nilai ≥ 80. Sedangkan kelas dapat dikatakan tuntas belajarnya pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan jika mencapai ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya.