BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Motivasi Belajar
2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Mark dan Tombouch (dalam Bachtiar 2005), mengumpamakan motivasi sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasoline. Tidaklah menjadi berarti, betapapun baiknya mesin dan kehalusan penyetelan kita dalam mengoperasikan mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan betapapun baiknya potensi anak yang meliputi kemampuan intelektual atau bakat siswa dan materi yang akan termotivasi dalam belajar, maka proses belajar tidak akan berlangsung secara optimal Menurut Retno (2005), motivasi belajar adalah suatu dorongan atau semangat yang kuat dan luas untuk melakukan kegiatan belajar guna mendapatkan hasil belajar yang baik lagi. Menurut McClelland (dalam Wisnuwardana 2009) mengemukakan bahwa motivasi belajar berhubungan dengan kemampuan mengatasi rintangan dan memelihara semangat berusaha yang tinggi, bersaing melalui kerja keras, mengungguli orang lain baik didorong karena adanya harapan untuk sukses ataupun karena takut kegagalan. Menurut Sardiman (2006), motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Sedangkan motivasi 9
belajar menurut W.S Winkel & Hastuti (2006) adalah sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Keinginan untuk mencapai suatu hal tertentu berdasarkan pada motivasi tertentu. Begitu pula dengan seseorang yang melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan belajar, karena motivasi belajar merupakan daya penggerak dari dalam diri siswa, untuk mencapai taraf prestasi belajar setinggi mungkin demi penghargaan diri. Motivasi belajar merupakan bentuk peningkatan dari motivasi intrinstik, yaitu keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam individu (subyek pelaku pelajar) yang didasari pada kenyataan akan kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan. Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu agar diri kita atau siapapun juga menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi. Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberi arah kegiatan belajar, sehingga tetap diharapkan tujuan akan tercapai. Motivasi dapat dipandang sebagai suatu rantai reaksi yang dimulai dari adanya kebutuhan, kemudian timbul keinginan untuk memuaskannya (mencapai tujuan), 10
sehingga menimbulkan ketegangan psikologis yang akan mengarahkan perilaku kepada (kepuasan). Keadaan motivasi belajar terkait erat dengan struktur pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Cara meningkatkan motivasi belajar dengan memberikan hukuman diharapkan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang bersifat mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya. Meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi, akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa dalam proses belajar mengajar.
2.1.2
Aspek-aspek motivasi belajar Worrel dan Stillwel (dalam Harliana 1998), mengemukakan beberapa aspek-
aspek yang membedakan motivasi belajar tinggi dan rendah, yaitu : a. Tanggung jawab Mereka yang memiliki motivasi belajar tinggi merasa bertanggung jawab atas tugas yang dikerjakannya dan tidak akan meninggalkan tugasnya itu sebelum berhasil menyelesaikannya, sedangkan mereka yang motivasi belajarnya rendah, kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakannya, akan menyalahkan hal-hal di luar dirinya, seperti tugas yang terlalu banyak, terlalu sukar, sebagai penyebab ketidak berhasilannya. b. Tekun terhadap tugas, berkonsentrasi untuk meyelesaikan tugas dan tidak mudah menyerah Mereka dengan motivasi belajar tinggi dapat belajar terus menerus dalam waktu yang relatif lama dan tingkat konsentrasi baik. Sebaliknya mereka yang motivasi belajarnya rendah, umumnya memiliki konsentrasi yang rendah sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya dan akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. c. Waktu penyelesaian tugas 11
Mereka dengan motivasi belajar tinggi, akan berusaha menyelesaikan setiap tugas dalam waktu secepat dan seefisien mungkin, sedangkan mereka dengan motivasi belajar rendah, kurang tantangan untuk menyelesaikan tugas secepat mungkin sehingga cenderung memakan waktu lama, menunda-nunda dan tidak efisien. d. Menetapkan tujuan yang realistis Seseorang dikatakan memiliki motivasi belajar tinggi apabila ia mampu menetapkan tujuan yang realistis sesuai kemampuan yang dimilikinya. Ia juga mampu berkonsentrasi terhadap setiap langkah untuk mencapai tujuan dan mengevaluasi setiap kemajuan yang telah dicapai, sedangkan mereka dengan motivasi belajar rendah akan melakukan hal sebaliknya.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Worrel dan Stillwel dalam Harliana (1998), ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi belajar: a) Motivasi yang bersumber dari dalam diri individu (intrinsik) Motivasi yang bersumber dari dalam menjadi kontrol internal bagi individu dalam mengelola perilaku belajarnya sendiri (self management of learning). b) Motivasi yang bersumber dari luar diri individu (ekstrinsik) Motivasi yang bersumber dari luar (lingkungan), dapat diciptakan guru dengan menciptakan kondisi yang dapat menarik minat siswa, misalnya dengan gaya mengajar yang antusias, memberikan balikan, dan memberikan reward or incentives.
2.1.4
Fungsi Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2006), terdapat tiga fungsi motivasi dalam belajar, yaitu: a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan Pada mulanya siswa tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong siswa untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar. b) Motivasi sebagai penggerak perbuatan Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap siswa itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung , yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Disini siswa sudah melakukan aktifitas belajar dengan 12
segenap raga dan jiwa. Akal pikiran berproses dengan sikap pada yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan.
c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan Siswa yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang siswa yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti siswa akan mempelajari mata pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari siswa merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar.
2.1.5. Cara Guru Menumbuhkan Motivasi dalam Kegiatan Belajar di Sekolah Menurut Sardiman (2006), ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu 1. Memberi Angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai pada raport angkanya baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. 2. Hadiah Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut. 3. Saingan/Kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 4. Ego-involvement Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. 13
5. Memberi Ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar kalu mengetahui kalau ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. 6. Mengetahui Hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar. 7. Pujian Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. 8. Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prisnip pemberian hukuman. 9. Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik. 10. Minat Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga dengan minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. 11. Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirinya sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar. 1.2. Bimbingan Kelompok 2.2.1 Pengertian Bimbingan Kelompok Winkel & Sri Hastuti (2006), bimbingan Kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri..Bimbingan
14
kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.
Menurut Prayitno (1995) bimbingan kelompok
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lainlain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya. Sementara itu, Dewa Ketut Sukardi (2008) menyatakan bahwa bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebaginya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan yang optimal.
2.2.2
Tujuan Bimbingan Kelompok Tujuan Bimbingan Kelompok menurut Bannet dalam Romlah (2001) adalah: 15
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar hal-hal yang penting dan dapat berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan pribadi dan sosial b. Memberikan layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok c. Pencapaian tujuan secara ekonomis dan efektif daripada melalui kegiatan bimbingan individual d. Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara efektif, yaitu dengan mempelajari masalah-masalah umum yang dialami oleh individu dengan merendahkan hambatan emosional melalui kelompok, maka pemahaman terhadap individu akan lebih mudah.
2.2.3
Teknik-teknik Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok memiliki beberapa tehnik. Menurut Romlah (2001)
tehnik-tehnik bimbingan kelompok meliputi : home room, karya wisata, diskusi kelompok, organisasi murid, psikodrama, bermain peran dan kerja kelompok. 1) Home room Home room adalah suatu kegiatan bimbingan kelompok yang dilakukan dalam ruang atau kelas dalam bentuk pertemuan antara konselor/ guru dengan kelompok untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu terutama hal-hal atau masalah-masalah yang berhubungan dengan pelajaran, kegiatan sosial,cara berpakaian atau masalah-masalah lain di luar sekolah. 2) Karyawisata Karyawisata dilaksanakan dengan mengunjungi dan mengadakan peninjauan terhadap objek-objek yang menarik yang berkaitan dengan pelajaran tertentu. Mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Hal ini akan mendorong aktivitas penyesuaian diri, kerja sama, tanggung jawab, kepercayaan diri serta mengembangkan bakat dan cita-citanya. 3) Diskusi Kelompok Diskusi kelompok adalah suatu cara dimana murid-murid akan mendapatkan kesempatan dalam memecahkan masalah-msalahnya secara bersama-sama. Setiap murid mendapat kesempatan untk menyumbangkan pikiran atau idenya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. 4) Kegiatan kelompok Kegiatan kelompok merupakan tehnik yang dalam bimbingan kelompok karena kelompok memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil jika dilakukan dalam kelompok. Untuk mengembangkan bakat-bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan dapat dilakukan melalui kegiatan 16
kelompok. Dengan kegiatan ini setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk menyumbangkan pikirannya. 5) Remidial Teaching Remidial Teaching adalah tehnik bimbingan kelompok yang berbentuk pengajaran yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa untuk membantu kesulitan belajar yang dihadapi. Remidial teaching dapat berbentuk penambahan pelajaran, pengulangan kembali, sesuai tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa. 6) Psikodrama Psikodrama adalah tehnik dalam bimbingan kelompok untuk memecahkan masalah-masalah psikis yang dialami oleh individu. Dalam tehnik ini siswa memerankan suatu peranan tertentu tentang konflik atau ketegangan yang dialami. Dengan bermain peran diharapkan konflik atau ketegangan dapat dikurangi atau dihindarkan. 7) Sosiodrama Sosiodrama merupakan tehnik dalam bimbingan kelompok untuk memecahkan masalah-masalah sosial melalui kegiatan bermain peran. Dalam sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peranan tertentu dari suatu masalah sosial.
2.2.4 Prosedur Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok dalam pelaksanaannya melalui beberapa tahap.Tahapantahapan disini bukanlah suatu tahapan yang mempunyai fase yang berbeda-beda dan terpisah, namun merupakan fase yang saling berhubungan. Pada pelaksanaan eksperimen bimbingan kelompok ini adalah mengacu pada tahap-tahap bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh (Prayitno 1995) dan beberapa pakar bimbingan kelompok yang meliputi empat tahap yang sebelumnya diawali dengan tahap permulaan atau tahap awal untuk mempersiapkan anggota kelompok. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran.
17
A. Tahap Awal (Pregroup) Tahap awal merupakan langkah persiapan. Tahap ini lebih menekankan pada persiapan untuk memimpin, kemudian cara mengumumkan mencari anggota kelompok serta merencakan jenis kelompok (kelompok terbuka dan tertutup), keanggotaan kelompok, jumlah anggota kelompok, frekuensi dan lamanya pertamuan kelompok, dan tempat pertemuan. Persiapan yang sistematis sangatlah penting untuk membantu proses selanjutnya.
B. Tahap I (Pembentukan) Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap perlibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan atau harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian ataupun seluruh anggota. Tahap ini merupakan tahap keheningan atau kecanggungan. Dalam tahap ini anggota kelompok mulai belajar terlibat dalam interaksi kelompok. Fungsi dan tugas utama pemimpin kelompok dalam tahap ini adalah mengajarkan cara berpartisipasi dengan aktif sehingga dapat meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan kelompok yang produktif. Menurut Prayitno (1995) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap awal ini adalah sebagai berikut: a. Mengungkapakan pengertian dan tujuan kegiatan bimbingan kelompok b. Menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok c. Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri d. Permainan penghangatan/pengakraban C. Tahap II (Peralihan) Tahap kedua adalah tahap peralihan atau transisi. Pada tahap ini suasana kelompok mulai terbentuk dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh. Karakteristik tahap transisi ditandai oleh perasaan khawatir, defence (bertahan), dan berbagai bentuk perlawanan. Pada kondisi demikian pemimpin kelompok perlu memberikan motivasi dan reinforcement kepada anggota agar mereka peduli tentang apa yang dipikirkan terhadapnya dan belajar mengekspresikan diri sehingga anggota lain bisa mendengarkan. Menurut Prayitno (1995), kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah: a. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap selanjutnya b. Menawarkan kepada anggota kelompok apakah sudah siap untuk menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya c. Membahas suasana yang terjadi d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota e. Kalau perlu kembali kepada aspek pada tahap yang pertama (tahap pembentukan) 18
D. Tahap III (Kegiatan) Tahap ini merupakan inti kegiatan kelompok sehingga aspek-aspek yang menjadi pengiringnya cukup banyak. Pada kegiatan ini saatnya anggota berpartisipasi untuk menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab pada kehidupan mereka. Jadi mereka harus didorong untuk mengambil keputusan, pendapat dan tanggapan mengenai topik masalah yang dihadapi untuk digali dalam kelompok. Fungsi utama pemimpin pada tahap kegiatan ini adalah memberikan penguatan secara sistematis dari tingkah laku kelompok yang diinginkan. Selain itu dapat memberikan dukungan pada kesukarelaan anggota untuk mengambil risiko dan mengarahkan untuk menerapkan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kegiatan yang harus dilakukan pada tahap kegiatan ini adalah: a. Masing-masing anggota secara bebas mengutarakan pendapat terhadap topik masalahnya b. Menetapkan topik/masalah yang akan dibahas terlebih dahulu c. Anggota membahas masing-masing topik/masalah secara mendalam dan tuntas d. Kegiatan selingan E. Tahap IV (Pengakhiran) Tahap keempat adalah tahap akhir yang merupakan tahap konsolidasi dan terminasi. Pada tahap ini “pokok perhatian utama adalah bukanlah berapa kali kelompok itu bertemu namun pada hasil yang telah dicapai pada kelompok ketika menghentikan pertemuan” Prayitno (1995). Pada saat kelompok memasuki tahap pengakhiran, kegiatan kelompok sebaiknya dipusatkan pada pembahasan tentang apakah anggota kelompk akan mampu menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada kehidupan anggota sehari-hari. Tugas utama yang dihadapi para anggota selama tahap akhir yaitu mentransfer apa yang telah mereka pelajari dalam kelompok ke dunia luar. Peranan pemimpin kelompok adalah tetap mengusahakan suasana yang hangat memberikan pernyataan dan mengucapakan terima kasih atas keikutsertaan anggota serta memberi semangat untuk kegiatan lebih lanjut dengan penuh rasa persahabatan dan simpati, di samping itu fungsi pemimpin kelompok pada tahap ini adalah memperjelas arti dari tiap pengalaman yang diperoleh melalui kelompok dan mengajak para anggota untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari serta menekankan kembali akan pentingnya pemeliharaan hubungan antar hubungan anggota setelah kelompok berakhir. Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah: a. Pemimpin kelompok menyatakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri b. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan c. Membahas kegiatan lanjutan d. Mengemukakan kesan dan harapan
19
Setelah semua tahap terlaksana, kemudian dilakukan evaluasi dan follow up. Follow up dapat dilaksanakan secara kelompok maupun secara individu. Pada kegiatan tindak lanjut ini para anggota kelompok dapat membicarakan tentang apa yang telah ditempuh. Pemimpin kelompok dapat memberikan evaluasi dengan memberikan pertanyaan atau wawancara dengan batas tertentu dan dilihat apakah para anggota sudah menguasai topik yang dibicarakan atau belum. Hal tersebut dapat memberikan gambaran akan keberhasilan kegiatan kelompok.
2. 3 Hasil Temuan yang relevan Berdasarkan penelitian Siti Mualifah (2009) yang melakukan penelitian PTBK “Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Menata Produk Melalui Strategi Layanan Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Kelas III Penjualan 2 SMK Negeri 1 Klaten Tahun ajaran 2008/2009”, menunjukkan bahwa skor angket pada kondisi awal tertinggi 73 meningkat 27% menjadi 100 pada kondisi akhir, dan predikat ketuntasan pada awal: cukup meningkat menjadi amat baik pada kondisi akhir dan hasil belajar siswa dalam menata produk meningkat 22%, yaitu dari ratarata 66,17 pada kondisi awal menjadi 86,00 pada kondisi akhir. Berdasarkan penelitian Riza, Anastasia (2012) yang melakukan penelitian eksperimen “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Field Trip Berbasis Lingkungan Pada Siswa Kelas XI SMA ALMUAYYAD Surakarta”, menunjukan bahwa layanan bimbingan kelompok field trip berbasis lingkungan dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas XI SMA di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta tahun 2012. Analisis data yang digunakan dalam tindakan ini deskriptif kuantitatif. Hal ini dapat dilihat dari hasil
20
perbandingan antara skor pra tindakan 112,2, skor tindakan I 133,9 dan tindakan II 141,8 yang mengalami peningkatan motivasi belajar pada siswa kelas XI. Sedangkan menurut penelitian Fadli Van Gobel (2012) yang melakukan penelitian eksperimen “Pengaruh Layanan Informasi dan Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Kota Gorontalo”, menunjukkan bahwa layanan informasi dan bimbingan kelompok berpengaruh dan juga memiliki perbedaan pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Hasil perhitungan grup esperimen X1, diperoleh harga thitung sebesar -5,76, dan Grup eksperimen X2 diperoleh harga t hitung sebesar -4,09. sedangkan t daftar pada taraf nyata 5% sebesar 2,05.
2.4 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang rendah pada siswa XI IPS 2 di SMA Negeri 3 Salatiga.
21