BAB II KAJIAN TEORI
Kajian teori merupakan pedoman bagi pemecahan masalah suatu masalah. Teori-teori yang digunakan dapat diperoleh melalui kegiatan penelaah kepustakaan. Teori adalah alur logika atau penalaran yang merupakan seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum teori mempunyai tiga fungsi yaitu untuk menjelaskan, meramalkan dan pengendalian suatu gejala. 2.1 Proses Pembelajaran PKn 2.1.1 Pembelajaran 2.1.1.1
Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah pemerolehan pengetahuan tentang satu hal
atau ketrampilan melalui belajar pengalaman atau pengajaran. Pembelajaran berkaitan dengan pengajaran. Namun, kedua istilah tersebut berbeda. Pembelajaran merupakan perolehan pengetahuan tentang sesuatu hal atau keterangan melalui belajar. Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan seseorang yang dicapai melalui upaya orang tersebut, dan diperoleh bukan secara langsung dari proses pertumbuhan dirinya secara alamiah (Gagne dalam Sudjana, 2000).
9
10
Mahchfudz dan Siswanto (1997) memberikan penjelasan bahwa pembelajaran adalah suatu proses sistimatis yang tiap komponennya penting sekali bagi keberhasilan belajar siswa. Pembelajaran hanya berlangsung manakala usaha tertentu dibuat untuk mengubah sedemikian rupa, sehingga suatu hasil belajar dapat tercapai. Menurut Hamalik (1990) menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai suatu upaya orang yang bertujuan untuk membekali orang yang belajar. Sebagai suatu proses, pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan pada tahap yang berlangsung secara berkelanjutan. Adapun tahap-tahap itu adalah persiapan, pelaksanaan, penilaian, dan tindak lanjut. Dari beberapa difinisi pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa (peserta didik) dengan lingkungannya dalam rangka mengubah pengetahuan dan pemahaman melalui proses pemberian makna terhadap pengalamannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Guru sebagai pendidik, dan pengajar bertugas
menggugah
dan membantu
terjadinya
gejala belajar
dikalangan siswa. Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses,
11
perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. (Gagne dan Briggs, 1979). Istilah
“pembelajaran”
sama
dengan
“instruction
atau
“pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan, (Purwadinata, 1967). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar
12
(oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal. Dari pengertian tersebut dapat dirumuskan tentang makna atau pengertian pembelajaran yaitu: upaya pembimbingan terhadap siswa agar siswa itu secara sadar dan terarah berkeinginan untuk belajar dan memperoleh hasil belajar sebaik-baiknya, sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa yang bersangkutan, (Widi Rahardjo, 2005). Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen: 1) Siswa: seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 2) Guru: seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. 3) Tujuan:
pernyataan
tentang
perubahan
perilaku
(kognitif,
psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 4) Isi pelajaran: segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
13
5) Metode: cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan. 6) Media: bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa. 7) Evaluasi: cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. 2.1.1.2
Teori-Teori Pembelajaran
1) Deskriptif dan Prespektif Bruner
(Degeng,
1989)
mengemukakan
bahwa
pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran
yang optimal,
sedangkan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada bagaimana seseorang belajar. Sedangkan teori pembelajaran sebaliknya, teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain, teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengotrol variabelvariabel yang dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.
14
2) Behavioristik Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Pembelajaran selalu memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang kita inginkan. Hubungan stimulus dan respon ini bila diulangkan menjadi sebuah kebiasaan. Selanjutnya, bila siswa menemukan kesulitan atau masalah, guru menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi, sehingga akhirnya diperoleh hasil. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluar atau output yang berupa respon. 3) Kognitivisme Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya
15
sebagai hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut model peseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Teori ini juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. 4) Humanistik Selain teori belajar behavioristik dan teori kognitif, teori belajar humanistic juga penting untuk dipahami. Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori
humanistik
sangat
mementingkan isi
yang
dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori ini lebih banyak berbicara mengenai konsep-konsep pendidikan untuk dicita-citakan, serta proses belajar dalam bentuknya yang ideal.
16
Dengan kata lain teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya. Dalam pembelajaran ini guru sebagai pembimbing memberi pengarahan agar siswa dapat mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai manusia yang unik untuk mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Dan siswa perlu melakukan
sendiri
berdasarkan
melibatkan
pribadinya
secara
inisisatif utuh
sendiri
(perasaan
yang
maupun
intelektual) dalam proses belajar, agar dapat memperoleh hasil. 2.1.1.3
Ciri-ciri Pembelajaran Menurut Eggen & Kauchak (1998) menjelaskan bahwa ada
enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu: 1) Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui
mengobservasi,
kesamaan-kesamaan
dan
membandingkan,
menemukan
perbedaan-perbedaan
serta
membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaankesamaan yang ditemukan. 2) Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran,
17
3) Aktivitas-aktivitas
siswa
sepenuhnya
didasarkan
pada
pengkajian. 4) Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi. 5) Orientasi
pembelajaran
penguasaan
isi
pelajaran
dan
pengembangan keterampilan berpikir. 6) Guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru. Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa sebagai berikut : 1) Motivasi belajar Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk
menyediakan
kondisi-kondisi
tertentu,
sehingga
seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang atau siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan
18
yang dihendaki dapat dicapai oleh siswa (Sardiman, A.M. 1992). 2) Bahan belajar Yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga kelas menjadi hidup. 3) Alat Bantu belajar Semua
alat
yang
digunakan
dalam
kegiatan
pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa). Informasi yang disampaikan melalui media harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberapa alat indera mereka. Sehingga, apabila pengajaran disampaikan dengan bantuan gambargambar, foto, grafik, dan sebagainya, dan siswa diberi kesempatan
untuk
melihat,
memegang,
meraba,
atau
mengerjakan sendiri maka memudahkan siswa untuk mengerti pengajaran tersebut.
19
4) Suasana belajar Suasana yang dapat menimbulkan aktivitas atau gairah pada siswa adalah apabila terjadi : a. Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun sebaliknya) yang intim dan hangat, sehingga hubungan guru-siswa yang secara hakiki setara dan dapat berbuat bersama. b. Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Hal ini dapat terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesesuaian dengan karakteristik siswa. c. Kegairahan
dan
kegembiraan
belajar
juga
dapat
ditimbulkan dari media, selain isi pelajaran yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga didukung oleh faktor intern siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat, perhatian, motivasi, dan lain sebagainya. d. Kondisi siswa yang belajar. Mengenai kondisi siswa, dapat diartikan sebagai berikut : 1. Siswa memiliki sifat yang unik, artinya antara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda. 2. Kesamaan siswa, yaitu memiliki langkah-langkah perkembangan, dan memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.
20
Kondisi siswa sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor intern dan juga faktor luar, yaitu segala sesuatau yang ada di luar diri siswa, termasuk situasi pembelajaran yang diciptakan guru. Oleh Karena itu kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa, bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitaor, motivator, dan pembimbing 2.1.2 Mata Pelajaran PKn 2.1.2.1
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia.
Selain itu mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan juga merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004). Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mengalami perkembangan sejarah yang sangat panjang, yang dimulai dari Civic Education, Pendidikan
Moral
Pancasila,
Pendidikan
Pancasila
dan
Kewarganegaraan, sampai yang terakhir pada Kurikulum 2004
21
berubah
namanya
menjadi
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan. PKn dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Landasan PKn adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan Nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional-Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2.1.2.2
Tujuan Pembelajaran Pkn
Tujuan mata pelajaran kewarganegaraan adalah sebagai berikut ini: 1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu kewarganegaraan. 2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti-korupsi.
22
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Kurikulum KTSP, 2006). 2.1.3
Proses Pembelajaran PKn 2.1.3.1 Perencanaan Pembelajaran Memahami definisi perencanaan pembelajaran dapat dikaji dari kata-kata yang membangunnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) bahwa perencanaan adalah proses, cara, perbuatan merencanakan (merancangkan). Sedang pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Begitu juga dalam Oxford Advanced Learner‟s Dictionary tertulis bahwa perencanaan adalah the act or process of making plans for something (kegiatan atau proses merencanakan sesuatu), dan pembelajaran adalah the act of teaching something to somebody (kegiatan mengajarkan sesuatu kepada seseorang). Dalam buku yang berjudul Perencanaan Pembelajaran karya Abdul Majid (2005) bahwa perencanaan pembelajaran dibangun dari dua kata, yaitu: 1) Perencanaan, berarti menentukan apa yang akan dilakukan.
23
2) Pembelajaran, berarti proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan. Jadi, perencanaan pembelajaran adalah rencana guru mengajar mata pelajaran tertentu, pada jenjang dan kelas tertentu, untuk topik tertentu, dan untuk satu pertemuan atau lebih. Dalam buku yang berjudul Strategi Belajar Mengajar karya Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain (2002) komponen perencanaan pembelajaran terdiri dari: a. Tujuan (objective) Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan
suatu
kegiatan.
Tujuan
dalam
pembelajaran
merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan elat evaluasi. b. Bahan Pelajaran (material) Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik.
24
c. Metode (method) Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode-metode mengajar mencakup: 1) Metode proyek yaitu cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang
berhubungan
sehingga
pemecahannya
secara
keseluruhan dan bermakna. 2) Metode eksperimen yaitu cara penyajian pelajaran, di mana siswa
melakukan
percobaan
dengan
mengalami
dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. 3) Metode tugas dan resitasi yaitu metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. 4) Metode diskusi yaitu cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. 5) Metode sosiodrama yaitu mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. 6) Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memeragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang
25
dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. 7) Metode problem solving yaitu menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. 8) Metode karya wisata yaitu mengajak siswa belajar keluar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. 9) Metode tanya jawab yaitu cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. 10) Metode latihan yaitu suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. 11) Metode ceramah yaitu cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa. d. Alat (media) Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Misalnya: bagan, grafik, komputer, OHP, dan lain-lain. e. Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluasluasnya,
sedalam-dalamnya,
yang
bersangkutan
dengan
26
kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. Misalnya: tes tulis, lisan, praktek, dan lain-lain. 2.1.3.2
Pelaksanaan Pembelajaran Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan proses belajar
mengajar sebagai unsur inti dari aktivitas pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan rambu-rambu yang telah disusun dalam perencanaan sebelumnya. Pelaksanaan pembelajaran diterapkan ke dalam tiga langkah pembelajaran yaitu pertama kegiatan awal bertujuan untuk menarik perhatian siswa, menumbuhkan motivasi belajar siswa, dan memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan. Kedua kegiatan inti yang merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Di mana dilakukan pembahasan terhadap tema dan subtema melalui berbagai kegiatan belajar dengan menggunakan multi metode dan media sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Terakhir yaitu kegiatan penutup di mana dalam kegiatan penutup ini dilakukan evaluasi mengenai hasil pelaksanaan pembelajaran. (Sanjaya W, 2006) Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
27
A. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: 1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. 2) Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
yang
mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. 3) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. 4) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. B. Kegiatan Inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
28
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. 1) Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik atau tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam tak ambang, jadi guru belajar dari aneka sumber. b. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain. c. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. d. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. e. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. 2) Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru:
29
a. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna. b. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. c. Memberi
kesempatan
untuk
berpikir,
menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. d. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif. e. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar. f. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok. g. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok. h. Memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan.
pameran,
30
i. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. 3) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: a. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik. b. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber. c. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan. d. Memfasilitasi
peserta
didik
untuk
memperoleh
pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar. e. Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar. f. Membantu menyelesaikan masalah.
31
g. Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi. h. Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh. i. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. C. Kegiatan penutup Dalam kegiatan penutup, guru: 1) Bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri membuat rangkuman atau simpulan pelajaran. 2) Melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram. 3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 4) Merencanakan
kegiatan
tindak
lanjut
dalam
bentuk
pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. 5) Menyampaikan rencana pembelajaran pada berikutnya.
pertemuan
32
2.1.3.3
Evaluasi Pembelajaran Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian
terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002). Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai.
33
Berdasarkan tujuannya, terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dinyatakan sebagai upaya untuk memperoleh feedback perbaikan program, sementara itu evaluasi sumatif merupakan upaya menilai manfaat program dan mengambil keputusan (Lehman, 1990). Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Sedangkan jika ditinjau dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan. Erman (2003) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai penentuan kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap, minat, dan motivasi), dan psikomotor (ketrampilan, gerak, dan tindakan). Tampilan tersebut dapat dievaluasi secara lisan, tertulis, mapupun perbuatan. Dari penjelasan diatas maka kita dapat memahami bahwa evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh
34
pendidik (guru maupun dosen). Evaluasi pembelajaran bukanlah hanya suatu rangkaian kegiatan tanpa makna, tetapi evaluasi (evaluation) pembelajaran merupakan proses yang sistematis dari mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi informasi untuk menentukan siswa dalam mencapai tujuan instruksional. Lebih sederhananya evaluasi pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 2.2 Sumber Belajar Dalam pengertian yang sederhana sumber belajar (learning resource) adalah guru dan bahan-bahan pelajaran baik buku-buku bacaan atau semacamnya. Dalam desain pengajaran yang biasa disusun oleh guru terdapat salah satu komponen pengajaran yang dirancang berupa sumber belajar atau pengajaran yang umumnya diisi dengan buku-buku rujukan, padahal sumber belajar sesungguhnya tidaklah sesempit dan sesederhana itu. Segala daya yang dipergunakan untuk kepentingan proses atau aktivitas pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung, diluar peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung juga disebut sebagai sumber belajar. Menurut
AECT
(Association
Educational
Comunication
and
Tehnology) (As‟ari, 2007) sumber belajar yaitu berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam
35
belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar. Sumber belajar menurut AECT (Suratno, 2008) meliputi semua sumber yang dapat digunakan oleh pelajar baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, biasanya dalam situasi informasi, untuk memberikan fasilitas belajar. Sumber itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan tata tempat. Sudjana (Suratno, 2008), menuliskan bahwa pengertian sumber belajar bisa diartikan secara sempit dan secara luas. Pengertian secara sempit diarahkan pada bahan-bahan cetak. Sedangkan secara luas tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari berbagai pendapat mengenai definisi sumber belajar di atas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar yang bersumber dari guru dan bahan-bahan pelajaran, baik buku-buku bacaan atau semacamnya. Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang untuk belajar dan manampilkan kompetensinya. Sumber belajar meliputi, pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar (AECT 1994). Menurut Dirjen Dikti (1983), sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana seseorang mempelajari sesuatu. Degeng (1990) menyebutkan sumber belajar mencakup semua sumber yang mungkin dapat dipergunakan oleh si-
36
belajar agar terjadi perilaku belajar. Dalam proses belajar komponen sumber belajar itu mungkin dimanfaatkan secara tunggal atau secara kombinasi, baik sumber belajar yang direncanakan maupun sumber belajar yang dimanfaatkan. Dalam pemanfaatan sumber belajar, guru mempunyai tanggung jawab membantu siswa belajar agar proses belajar menjadi lebih mudah, lebih lancar dan lebih terarah. Oleh sebab itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan khusus yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber belajar. Menurut Ditjend. Dikti (1983), guru harus mampu: (a) Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. (b) Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar. (c) Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran. (d) Menyusun tugas-tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah laku. (e) Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber. (f) Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar. (g) Menilai keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari bahan pembelajarannya. (h) Merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara efektif. Di samping kemampuan di atas, guru perlu (1) mengetahui proses komunikasi dalam proses belajar, yang bahannya diperoleh dari teori komunikasi dan psikologi pendidikan, (2) mengetahui sifat masing-masing sumber belajar, baik secara fisik maupun sifat-sifat yang ditimbulkan oleh faktor lain yang mempengaruhi sumber belajar tersebut, (3) memperolehnya, yaitu tahu benar di mana lokasi suatu sumber dan bagaimana cara memberikan pelayanannya. Kemampuan tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran bahwa guru perlu menyadari pentingnya kemampuan-kemampuan
37
khusus yang dikembangkan bila menginginkan proses belajar mencapai sasaran yang optimal. Sajian ini akan mencoba menyoroti dari tiga bagian yaitu, sumber belajar, pemanfaatan sumber belajar, dan pengelolaan sumber belajar. 2.3 Media Internet 2.3.1 Media Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Medòë adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan, AECT (Association of Education and Communication Tekhnologi) di Amerika, membatasi media dari segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2002) menyatakan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Brigs (dalam Sadiman, 2002) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar seperti buku, film, kaset, kaset bingkai. Asosiasi Pendidikan Nasional, NEA (National Education Association) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-
38
bentuk
komunikasi
baik
tercetak
maupun
audiovisual
serta
peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Kata media pengajaran terdiri dari kata “media” dan “pengajaran”. Media atau medium berasal dari kata latin “Medius” yang berarti “Tengah”. Dengan demikian dapat diketahui bahwa media adalah sesuatu yang menjadi perantara dengan yang lainnya. Dalam bahasa Arab, media berarti perantara (Washaail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach menyebutkan bahwa media jika dipahami dalam garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arsyad, 2002). Terkadang istilah media pendidikan sering diartikan bergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi. Seperti yang dikemukakan oleh Gagne dan Briggs bahwa secara implisit media pengajaran meliputi alat yang berupa fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari antara lain
39
buku, tape recorder, kaset, video camera, grafi, televisi, film, slide foto, gambar, dan komputer (Arsyad, 2002). Dari beberapa pengertian dan batasan tentang media pedidikan dan pengajaran tersebut diatas dapat diketahui bahwa salah satu hal yang mempengaruhi efektifitas proses belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas adalah penggunaan media pengajaran baik visual maupun audio visual. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas mengenai pengertian media pembelajaran, dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi media pembelajaran, yaitu segala alat fisik baik berupa buku, film, kaset, tape recorder yang dapat membantu guru dalam menyajikan pesan berupa materi kepada siswa sehingga merangsang siswa untuk belajar. Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, diantaranya : 1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika siswa tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke siswa. Obyek tersebut bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun
40
bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. 2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para siswa tentang suatu obyek, yang disebabkan karena: (a) obyek terlalu besar, (b) obyek terlalu kecil, (c) obyek yang bergerak terlalu lambat, (d) obyek yang bergerak terlalu cepat, (e) obyek yang terlalu kompleks, (f) obyek yang bunyinya terlalu halus, (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. 3) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya. 4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan 5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. 6) Media membangkitkan keinginan dan minat baru. 7) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. 8) Media memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.
41
Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya: 1) Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik. 2) Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya. 3) Projected still media: slide, Over Head Projektor (OHP), in focus dan sejenisnya. 4) Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut multi media. Contoh: dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif. Dalam penelitian ini penulis ingin melihat media yang digunakan guru saat mengajar di kelas. Salah satunya yaitu dengan menggunakan media internet. 2.3.2 Internet Internet singkatan dari interconnection and networking. Internet
adalah
jaringan
informasi
global
terbesar
yang
memungkinkan orang untuk saling berhubungan secara mudah dan cepat melalui teknologi terutama Personal Computer (PC). Internet
42
diluncurkan pertama kali oleh J.C.R. Licklider dari Massachusetts Institute Technology (MIT) pada bulan Agustus 1962. Istilah internet jika diterjemahkan secara langsung berarti jaringan yang saling terhubung. Internet sendiri merupakan gabungan jaringan komputer di seluruh dunia yang membentuk suatu sistem jaringan informasi global. Semua komputer yang terhubung ke internet dapat mengakses semua informasi yang terdapat di internet secara gratis. Internet dapat digunakan sebagai sarana pertukaran informasi dari satu komputer ke komputer lain tanpa dibatasi oleh jarak fisik kedua komputer tersebut. Peranan internet yang sangat penting adalah sebagai sumber data dan informasi serta sebagai sarana pertukaran data dan informasi. Internet merupakan jaringan global yang menghubungkan beribu bahkan berjuta jaringan komputer (local/wide ared-network) dan komputer pribadi (stand alone), yang memungkinkan setiap komputer yang terhubung kepadanya bisa melakukan komunikasi satu sama lain (Brace, 1997). Jaringan ini bukan merupakan suatu organisasi atau institusi, karena tak satu pihak pun yang mengatur dan memilikinya. Brace juga menyebutkan internet sebagai suatu “kesepakatan”, karena untuk bisa saling berhubungan dan berkomunikasi setiap komputer harus menggunakan protokol standar yaitu Transmission
43
Control Protocol / Internet Protocol (TCP/IP) yang disepakati bersama. Dengan kata lain meskipun suatu komputer terhubung ke dalam jaringan internet, tetapi kalau ia tidak menggunakan standar komunikasi pengiriman dan penerimaan yang telah disepakati tersebut, tetap saja ia tidak bisa melakukan komunikasi. Internet disebut juga media massa kontemporer, karena memenuhi syarat-syarat sebagai sebuah media massa, seperti antara lain: ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim serta melewati media cetak atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat oleh penggunanya. Awalnya internet lahir untuk suatu keperluan militer Amerika Serikat. Pada awal tahun 1969, Avanced Research Project Agency (ARPA) dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat, membuat suatu eksperimen jaringan yang diberi nama ARPAnet untuk mendukung keperluan penelitian (riset) di kalangan militer. Tetapi pada perkembangan selanjutnya jaringan ini dipergunakan untuk keperluan riset perguruan tinggi yang dimulai dengan University of California, Stanford Research Institute dan University of Utah (Cronin, 1996). Perkembangan atau kemajuan teknologi internet yang sangat pesat dan merambah ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh
44
berbagai negara, institusi, dan ahli untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya untuk pendidikan atau pembelajaran. Berbagai percobaan untuk mengembangkan perangkat lunak (program aplikasi) yang dapat menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan atau pembelajaran terus dilakukan. Perangkat lunak yang telah dihasilkan akan memungkinkan para pengembang pembelajaran (instructional developers) bekerjasama dengan ahli materi (content specialists) mengemas materi pembelajaran elektronik (online learning material). 2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Internet Setiap
peralatan
teknologi
mempunyai
kelebihan
dan
kekurangan. Kelebihan dan kekurangan dari internet yaitu : 1) Kelebihan : a. Akses 2.4 Jam Akses informasi di internet tidak dibatasi waktu, karena dengan lingkup global, dunia maya yang dihadirkan „tidak pernah tidur‟. Misalnya, saat sebagian besar orang di Jakarta terlelap di tengah malam, masyarakat di Amerika justru sedang sibuk-sibuknya bekerja. Perbedaan zone waktu sudah tidak lagi menjadi kendala untuk menelusuri data di dunia maya. Responden penelitian yang dilakukan lewat internet bisa memberikan respon atau jawaban sesuai dengan kondisi dan situasi yang dikehendaki masing-masing individu.
45
b. Kecepatan Bila dibandingkan dengan sumber data tradisional, riset melalui internet jauh lebih cepat, karena bersifat real-time. Kita tinggal mengklik berbagal icon, selanjutnya tinggal menunggu hasil (tentunya tergantung pada fasilitas modem dan ISP atau Internet Service Provicer yang dipergunakan). Pencarian informasi secara elektronik melalui mesin pencari (search engines) sangat menghemat waktu, apalagi kalau dibandingkan dengan pencarian lewat katalog perpustakaan atau pencarian buku, majalah, jurnal dirak-rak perpustakaan. Sebagai contoh halaman web juga menjanjikan proses yang lebih cepat dan lebih murah. c. Kenyamanan Penelitian lewat internet tidak harus menghadapi berbagai persoalan birokratis, seperti ijin dari berbagai instansi untuk keperluan pengumpulan data, „kerahasiaan‟ informasi, dan keharusan untuk datang sendiri ke instansi yang bersangkutan. Selain itu, berbagai fitur yang dirancang khusus dan user-friendly sangat memudahkan peneliti mengakses berbagal situs Internet.
46
d. Kemudahan Akses Menjamurnya bisnis warnet (warung internet) di Indonesia (khususnya di kota-kota besar) membuat akses terhadap internet menjadi lebih mudah. Persaingan antar warnet dalam hal harga, kecepatan akses, dan fasilitas pendukung lainnya membuat para pengguna internet lebih nyaman dan mudah memanfaatkan internet untuk keperluan penelitian, pendidikan maupun tujuan lainnya. Informasi ilmu pengetahuan misalnya dapat kita cari di google atau kita juga bisa masuk ke wikipedia.com untuk mencari artikel mengenai pengetahuan yang ingin kita peroleh e. Biaya Relatif Murah Dibandingkan dengan membeli jurnal asli (misalnya Mc Kinsey Quarterly), penelusuran informasi lewat intemet jauh lebih murah. Apalagi banyak situs yang menyediakan jasa informasi secara cuma-cuma. Seseorang tinggal men-download atau mencetak file atau naskah tertentu sesuai kebutuhannya. Selain itu internet juga dapat kita gunakan untuk memperoleh berita terupdate. Banyak situs berita yang sekarang dapat kita manfaatkan
untuk
mencari
berita,
misalnya
detik.com,
vivanews.com, okezone.com, kompas.com. Berita tersebut dapat kita peroleh secara gratis. Selain itu dengan adanya bisnis
47
online, kita juga dapat menjalankan bisnis online di internet, dapat berupa PPC, affiliasi, PTR. f. Interaktivitas Dan Fleksibilitas Topik dan hasil penelitian yang kita lakukan bisa didiskusikan melalui sarana mailing list atau chatting tertentu. Selain itu, kita juga bisa mengikuti perkembangan terbaru atau meminta komentar dan penilaian dari berbagai pihak mengenai hasil karyanya yang telah diposting. 2) Kekurangan : a. Ketergantungan Pada Jaringan Telepon dan ISP (Internet Service Provider) Fasilitas jaringan telepon dan ISP sangat berpengaruh terhadap biaya pemakaian internet dan kemungkinan akses secara keseluruhan. Hingga saat ini, biaya penggunaan internet di Indonesia masih relatif mahal, karena tarif telepon ditentukan berdasarkan pulsa yang digunakan, bukannya atas dasar jumlah panggilan (number of calls). Selain itu, saluran telepon di Indonesia
masih
relatif
lambat,
yang
pada
gilirannya
menyebabkan waktu akses menjadi lebih lama dan biaya akses menjadi mahal. Sementara itu, terbatasnya bandwidth sistem transmisi yang disediakan ISP dan banyaknya pelanggan yang
48
mengakses pada waktu bersamaan memperlambat akses penggunaan internet. b. Selektivitas dan Anonimitas Salah satu persoalan dalam mencari data atau informasi dari lewat internet adalah sulitnya mengidentifikasi identitas responden. Setiap orang, termasuk yang bukan target respon, bisa mengisi kuesioner secara on-line tanpa bisa dicegah atau dibatasi. Belum lagi adanya kenyataan bahwa setiap orang bisa memiliki sejumlah alamat e-mail berbeda dan belum tentu menggunakan identitas asli. Semua ini membuat riset secara online harus benar-benar selektif dalam menentukan sampling dan cara responden memberikan jawaban. c. Clutter dan “Never-Ending Search” Informasi yang tersedia di internet sangat besar jumlahnya, namun tidak semuanya dibutuhkan. Pencarian tanpa strategi khusus bisa diibaratkan mencari jarum dalam jerami, sehingga seseorang dapat „terjerumus‟ ke dalam belantara informasi tanpa ujung. Ini sering membuat seseorang yang baru pertama kali menggunakan internet mengalami frustrasi, karena bukannya mendapatkan informasi, tetapi justru menghabiskan waktu dan uang untuk pencarian yang tak tentu arah. Selain itu, godaan di internet relatif amat besar, terutama bagi mereka yang
49
suka menelusuri situs-situs pornografi, yang ujung-ujungnya membuat pencarian informasi menjadi tidak efektif dan lepas kendali. d. Reliabilitas dan Validitas Sumber Acuan Daftar Pustaka Setiap orang bebas membuka homepage sendiri dan menampilkan berbagai informasi di sana. Implikasinya, tidak semua data dan informasi yang kita peroleh melalui internet dapat diandalkan dan valid untuk dijadikan acuan dalam suatu penelitian. Selain itu, sumber informasi di internet mudah berubah, misalnya homepage yang telah berubah atau bahkan sudah tidak ada lagi. Akibatnya, kita harus selalu mencermati perubahan tersebut bila mengutip sumber bersangkutan. e. Virus Salah satu masalah yang juga tak kalah peliknya adalah risiko terkena virus komputer yang mudah menyebar lewat jaringan internet, baik lewat e-mail maupun file-file yang didownload. 2.4 Penelitian Yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu: 1)
Penelitian yang dilakukan oleh Artmy Tirta Ikhwanto (2009) dengan judul “Penggunaan Media Internet Sebagai Sumber Belajar Pada Mata
50
Pelajaran Sejarah Kelas X di SMA Laboratorium UKSW Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009”. Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan yaitu siswa yang menggunakan media internet sebagai sumber belajar pada mata pelajaran sejarah, prestasi belajar siswanya rata-rata 96,47 lebih baik dari pada nilai rata-rata siswa yang tidak menggunakan media internet sebagai sumber belajar 67.4. Hasil dari penelitian ini menunjukkan meningkatnya prestasi belajar siswa mata pelajaran sejarah dengan menggunakan media internet siswa di kelas X SMA Laboratorium UKSW Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009. 2)
Penelitian yang dilakukan oleh Roisu Jaya, S.Pdi dalam penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Internet Sebagai Media Pembelajaran di SMPN 02 Malang” dari Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa, pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran bisa dikatakan cukup efektif. Hal ini di karenakan 49% responden mengatakan bahwa pemanfaatan internet itu dapat membantu memberikan pemahaman yang lebih dalam terhadap materi yang sedang dibahas, sebab dapat menjelaskan konsep yang sulit atau rumit menjadi mudah dan lebih sederhana, sehingga hal itu dapat menambah motivasi siswa untuk terus belajar dan memanfaatkan internet sebagai
media pembelajaran dan secara tidak langsung dapat
mempengaruhi prestasi mereka di sekolah.
51
2.5 Kerangka Pikir
Perencanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran
Penerapan Media Internet
Gambar 1. Kerangka Pikir
Untuk
dapat
menyampaikan
materi
pelajaran,
seorang
guru
membutuhkan alat atau media agar materi yang disampaikan mudah dipahami oleh siswa. Salah satunya yaitu dengan menggunakan media internet. Di dalam menggunakan media tersebut, pastinya sudah ada hal-hal apa saja yang diperlukan selama proses pembelajaran berlangsung, mulai dari persiapan sebelum menggunakan media internet, pelaksanaan selama menggunakan media internet, hingga ke tahap evaluasi.