21
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Quantum Writing 1. Pengertian Quantum Writing Berdasarkan KBBI, mengatakan Bahwa Quantum adalah bagian dari energi yang tidak dapat di bagi lagi.1 Poerdarminto mengungkapkan Bahwa Quantum adalah banyak bilangan jatah.2 Menurut De Porter, Bahwa Quantum dapat dipahami sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. 3 Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan Bahwa Quantum adalah bagian dari energi yang tidak dapat dipecahkan lagi sehingga dapat mengubah energi itu menjadi pancaran cahaya. Menurut DePorter, Bahwa Quantum sebagai “interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Hal ini berarti mampu merasakan dalam diri aliran cahaya keberadaan yang terjadi jika semua energi disalurkan menuju solusi-solusi yang berhasil. 4
1 2 3
4
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), 284. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2003). Bobbi DePorter, Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan, (Bandung : Kaifa, 2002), 16. Ibid. , 328.
21
22
Secara harfiah kegiatan menulis(writing) dapat diartikan sebagai kegiatan yang menggambarkan bahasa dengan lambang-lambang yang dapat dipahami dalam hal ini. Tarigan mengemukakan sebagai berikut: Menulis adalah mengemukakan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang. Dalam pembelajaran bahasa kemampuan menulis memiliki arti penting. Pertama, menulis dalam arti mengekspresikan pikiran dan perasaan dalam bahasa tulisan. Kedua, menulis dalam arti melahirkan bunyi-bunyi bahasa, ucapan-ucapan dalam bentuk tulisan. Dalam penelitian ini pengertian menulis berdasarkan pendapat yang pertama yaitu menulis sama dengan mengarang. Mengarang atau menulis memiliki bermacam-macam seperti yang diungkapkan oleh Nursito (2000: 5), bahwa : “Mengarang adalah mengungkapkan kemampuan berkomunikasi melalui bahasa yang tingkatannya lebih tinggi”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan Bahwa yang dimaksud menulis atau mengarang adalah mengekspresikan pikiran perasaan meliputi maksud, keinginan, informasi dalam bahasa tulisan yang tingkatannya paling tinggi. Adapun bagian terpenting dalam menulis yaitu terdapat paragraph, karena paragraf merupakan bagian dari suatu karangan. Sedangkan pengertian paragraf menurut Djago Tarigan adalah:
23
“Seperangkat kalimat tersusun -logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan”. 5 Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Quantum Writing adalah interaksi dalam proses belajar (menulis) niscaya mampu mengubah berbagai potensi menulis yang ada di dalam diri manusia menjadi ledakan/gairah yang dapat ditularkan kepada orang lain”.6 Membaca dan menulis adalah salah satu bentuk interaksi dalam proses belajar dan saling berkaitan.
5
6
Djago Tarigan, Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya, (Bandung: Angkasa, 1991), 11. Hernowo, Quantum Writing, 10.
24
2. Pendekatan Dalam Metode Quantum Writing Pendekatan dalam metode Quantum Writing disini adalah Quantum Learning, Quantum Learning merupakan metode pendekatan belajar yang bertumpu dari metode Freire dan Lozanov. Kemudian, Bobbi DePorter bersama Mike Hernacki mengembangkan konsep sugestopedia melalui berbagai penelitian sehingga menyodorkan konsep Quantum Learning ini. Quantum Learning mengutamakan percepatan belajar dengan cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Gaya belajar dengan mengacu pada otak kanan dan kiri menjadi ciri khasnya. Menurut Quantum Learning bahwa proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya dapat berarti-setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi- dan sampai sejauh mana guru mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran maka sejauh itulah proses belajar berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan begitu, pembelajar dapat mememori, membaca, menulis dan membuat peta pikiran dengan cepat. Dalam Quantum Learning, ada 5 prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek metode ini antara lain : segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum menemukan, akui setiap usaha pembelajar, dan jika layak dipelajari berarti layak untuk dirayakan. Quantum Learning mengutamakan isi dan konteks. Konteks berisi tentang suasana yang
25
memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan isi berisi tentang penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, ketrampilan belajar untuk belajar, dan ketrampilan hidup. Teknik
Quantum
adalah
pengubahan
bermacam-macam
interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai. Cara efektif pembelajaran dan keterlibatan siswa dan guru. Teknik
Quantum
mencakup
petunjuk
spesifik
untuk
menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Merancang kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Asas yang digunakan adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarlah dunia kita ke dunia mereka. 7 Konsep dasar yang diungkapkan di atas dapat diterapkan dalam proses belajar mata pelajaran Akidah Akhlak dengan pendekatan Quantum Learning (metode menulis), sesuai dengan kiat-kiat untuk Quantum Learning diantaranya “Anggaplah menulis sebagai kreativitas yang menyenangkan”. Hal ini berarti dimana setiap pribadi mempunyai bakat yang unik dan ingat Bahwa anda mempunyai banyak cara untuk mengatasi hambatan menulis dan kemampuan menulis secara kreatif. 7
Suyatno, Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra, ( Surabaya: SIC, 2004 ), 29 – 32.
26
3. Tujuan Pembelajaran Quantum Writing Tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran Quantum Writing menurut (Harwono, 2003) adalah : 1. Memunculkan sisi-sisi unik yang dimilikinya dan kemudian perlahanlahan dapat dikenalinya secara utuh.
2. Diharapkan dapat memberikan kebaruan tentang menulis.
3. Memunculkan penulis agar dirinya siap dan berani untuk menulis. 4. Untuk memperkaya mental seorang penulis.8 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Quantum Writing adalah untuk memunculkan potensi menulis khususnya pada anak agar mempunyai keberanian dan kesiapan mental untuk menulis serta anak mempunyai kebaruan tentang menulis.
4. Manfaat Quantum Writing
Manfaat yang dapat diambil dari Quantum Writing menurut (Harnowo, 2003) adalah sebagai berikut : 1. Proses belajar (menulis) praktis dan menyenangkan.
2. Menumbuhkan sikap positif siswa terhadap pembelajaran menulis.
3. Meningkatkan minat siswa untuk belajar. 8
Hernowo, Quantum Writing, 79.
27
4. Meningkatkan motivasi siswa.
5. Meningkatkan kemampuan menulis siswa. 6. Menumbuhkan penuh percaya diri terhadap menulis. 9
Sedangkan menurut pendapat Pennebaker (2003: 54), manfaat menulis yaitu: 1. Menulis menjernihkan pikiran.
2. Menulis mengatasi trauma.
3. Menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru.
4. Menulis membantu memecahkan masalah. 5. Menulis bebas membantu kita ketika kita terpaksa harus menulis.10
5. Karangan Narasi (deskripsi)
1. Pengertian dan Ciri-cirinya Narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain: narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada 9 10
Ibid. , 103. Hernowo, Quantum Writing , 54.
28
pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi berusaha menjawab “apa yang telah terjadi?” .11 Bila deskripsi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya suatu objek sehingga objek itu seolaholah berada di depan mata kepada pembaca. Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolaholah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang paling penting dalam sebuah narasi adalah unsur perbuatan dan tindakan. Narasi juga mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. 2. Jenis-jenis narasi Berdasarkan tujuannya, narasi dapat dibedakan ke dalam dau jenis yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif .12 Narasi ekspositoris hanya bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca, agar pengetahuannya bertambah luas. Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut.
11
12
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994), cet ke-10, 136. Ibid. , 136-138.
29
Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang. Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja. Narasi sugestif disusun dan disajikan sekian macam sehingga mampu menimbulkan daya khayal pembaca. Narasi sugestif berusaha untuk memberi suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada pembaca. Ia berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya.
6. Teknik Dalam Pembelajaran Quantum Writing 1. Macam-macam Teknik Dalam Pembelajaran Quantum Writing Teknik dalam
pembelajaran Quantum Writing sebenarnya
banyak macamnya, namun yang dirasa penulis sesuai dengan pembelajaran akidah akhlak adalah sebagai berikut : a. Menulis dari Gambar Teknik ini bertujuan agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan gambar yang dilihat. Misalnya, guru menunjukkan
30
gambar kebakaran yang melanda sebuah desa. Dari gambar tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarkan gambar. Alat yang dibutuhkan adalah gambar-gambar yang bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran, yang berukuran sama dengan kalender besar. Teknik ini dapat dijalankan secara perorangan maupun secara kelompok. Penerapan teknik ini adalah sebagai berikut : 1) Guru menyampaikan pengantar. 2) Guru menempelkan beberapa gambar didepan kelas. 3) Setelah
siswa
melihat
gambar
tersebut,
siswa
mulai
mengidentifikasikan gambar dan selanjutnya siswa membuat tulisan secara runtut dan logis. 4) Guru bertanya kepada siswa tentang alasan tulisan dibuatnya. 5) Guru merefleksikan pembelajaran. b. Menulis Diri Sendiri Teknik ini bertujuan agar siswa dapat menulis deskripsi tentang diri sendiri. Alat yang digunakan adalah lembar kosong. Teknik ini dapat dijalankan secara perorangan. Penerapan teknik ini adalah sebagai berikut : 1) Guru menyampaikan pengantar singkat. 2) Siswa diberi lembar kosong.
31
3) Siswa menggambar diri sendiri menurut persepsinya masingmasing, kemudian siswa menuliskan nama dibawah gambar tersebut. 4) di bawah nama, siswa menuliskan diri sendiri berdasarkan persepsinya masing-masing siswa. 5) Siswa menukarkan tulisan tersebut ke teman sebelahnya untuk dicermati dan dikoreksi. 6) Guru bertanya kepada siswa tentang alasan tulisan dibuatnya. 7) Guru merefleksikan pembelajaran. c. Menulis Buku Harian Teknik bertujuan agar siswa dapat menulis aktivitas yang mereka
lakukan
melalui
pengalaman
secara
runtut.
Siswa
menuliskan aktivitas yang mereka lakukan dalam sehari-hari ke dalam buku harian. Alat yang digunakan adalah kertas kerja atau buku siswa. Teknik ini dapat dijalankan secara perorangan. Penerapan teknik ini adalah sebagai berikut : 1) Guru menyampaikan pengantar singkat. 2) Siswa menuliskan aktivitas mereka ke dalam buku harian. 3) Siswa menukarkan tulisan tersebut ke teman sebelahnya untuk dicermati dan dikoreksi. 4) Guru menyuruh siswa untuk melaporkan hasil tulisannya di depan kelas. 5) Siswa lain mengomentari hasil laporan siswa tersebut
32
6) Guru merefleksikan pembelajaran. d. Meneruskan dan Mengawali Tulisan Dari teknik ini pembelajaran meneruskan tulisan atau mengawali tulisan, diperoleh kemampuan siswa dalam melengkapi ide atau gagasan secara baik dalam sebuah tulisan melalui penambahan beberapa paragraf atau dalam mengawali sebuah paragraf. Dalam proses melengkapi tersebut, siswa berada pada kondisi senang, ceria, dan penuh dengan tantangan dalam komunitas belajar yang kompetitif. Alat yang digunakan adalah lembaran fotokopi tulisan yang belum selesai gagasannya (tulisan tersebut yang semestinya 10 paragraf tetapi yang 3 paragraf terakhir dibuang) kemudian siswa menambahkan akhir atau awal paragraph sesuai dengan idenya. Fotokopi sesuai dengan jumlah siswa. Biasakan sebelum memulai, siswa dikondisikan melalui kegiatan persepsi melalui berbagai cara, misalnya nyanyian, puisi, permainan, dan gerakan. Dalam pelaksanaan teknik ini: 1) Guru menberikan persepsi atau pengantar dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 2) Guru memberikan rambu-rambu pelaksanaan. 3) Guru memberikan lembar fotokopi kepada siswa. 4) Setelah diberi waktu dan aba-aba, siswa mengerjakan tugas berupa meneruskan tulisan yang belum selesai dengan idenya
33
sendiri. atau mengawali tulisan yang belum ada awalannya sesuai dengan idenya sendiri. 5) Setelah waktu yang diberikan habis, guru menyuruh siswa untuk melaporkan hasil tulisannya didepan kelas. 6) Guru dan siswa lain mencermati dan mengomentari hasil laporan siswa tersebut. 7) Guru merefleksikan pembelajaran.13 2. Menunjukkan Bukan Memberitahukan (Show Not Tell) Penjelasan yang hidup adalah alat yang ampuh bagi para penulis.
Ketika
belajar
menulis
deskripsi,
bertujuan
untuk
mengembangkan gambaran visual dalam benak para pembaca. Penulis dapat mengubah pernyataan-pernyataan yang kering mengenai fakta menjadi
ilustrasi
yang
mempesonakan.
Karena
kata-katanya
menyebabkan terbentuknya gambaran dalam benak dan meningkatnya perasaan penulis maupun pembaca. Orang tidak hanya akan membaca dan memahami, tetapi mereka akan menghubungkan dan bereaksi.14 Perhatikanlah “kalimat yang memberitahukan”, Ini adalah hari yang indah. Jika kalimat ini diubah menjadi “paragraph yang menunjukkan”, Saat ia membuka jendela di hari Sabtu pagi yang cerah itu, ia merasakan kesegaran menebar di udara. Dedaunan di setiap pohon kemilau diterpa pantulan sinar matahari. Hamparan bunga yang beraneka warna menghiasi jalan masuk dan ia berseru, ‘Musim semi!’ 13 14
Suyatno, Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra, 81-94. Bobbi DePorter, Quantum Learning, 188-189.
34
Dan di atas semua itu, gumpalan-gumpalan awan putih berarak di langit biru yang sangat cerah.
7. Strategi Untuk Mengatasi Hambatan Diawal Menulis
Menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Teknikteknik mengajar tradisional mengabaikan kebenaran bahwa menulis adalah aktivitas seluruh otak. Sebenarnya, walaupun proses Penulisan yang lengkap melibatkan kedua belahan otak dengan cara yang bervariasi, peran otak kanan harus didahulukan. Belahan otak kanan adalah tempat munculnya gagasan-gagasan baru, gairah dan emosi. Kalau melewatkan langkah untuk membangkitkan energi otak kanan, maka memulainya saja tidak bisa, dan inilah hambatan menulis. Dua cara/strategi untuk mengatasi hambatan diawal menulis menurut De Porter Bobbi dan Hernacki Mike adalah sebagai berikut: 1.
Pengelompokan (Clustering) Pengelompokan adalah suatu struktur yang mengalir bebas, seperti struktur organik yang sama dengan diagram molekul dalam pelajaran kimia di SMU. Pengelompokan adalah suatu cara memilah gagasan-gagasan dan menuangkannya keatas kertas secepatnya, tanpa pertimbangan. Keuntungan dari strategi ini adalah : a) Melihat dan membuat kaitan antara gagasan.
35
b) Mengembangkan gagasan-gagasan yang telah dikemukakan. c) Menelusuri jalan pikiran yang ditempuh otak agar mencapai suatu konsep. d) Bekerja secara alamiah dengan gagasan-gagasan tanpa penyutingan atau pertimbangan. e) Menvisualkan hal-hal khusus dan mengingatnya kembali dengan mudah. f) Mengalami desakan kuat untuk menulis.15 Berdasarkan
penjelasan
diatas,
dengan
menggunakan
cara/strategi ini bertujuan untuk merangsang gagasan-gagasan dalam suatu
proyek
penulisan
yang
sebenarnya,
selanjutnya
untuk
memperhatikan setiap pola yang dapat menjadi titik awal dari rencana yang akan ditulis. 2.
Menulis cepat (Fastwriting) Menulis
cepat
membantu
mengatasi
hambatan-hambatan
masalah lembaran kosong, menulis cepat memberikan kemajuan nyata dan langsung. Berikut langkah-langkah strategi menulis cepat : a) Pilihlah suatu topik. b) Gunakan timer untuk jangka waktu tertentu. c) Mulailah menulis secara kontinyu walaupun apa yang ditulis adalah---“Aku tak tahu apa yang harus kutulis!”. 15
Ibid. , 179-181.
36
d) Saat timer berjalan, hindari : ¾
Pengumpulan gagasan
¾
Pengaturan kalimat
¾
Pemeriksaan tata bahasa
¾
Pengulangan kembali
¾
Mencoret atau menghapus sesuatu
e) Teruskan hingga waktu habis dan itulah saatnya berhenti. Menulis cepat bertujuan menjernihkan pikiran, memusatkan gagasan-gagasan, dan membuat yang tak tampak menjadi tampak.16
16
Bobbi DePorter, Quantum Learning, 186-188.
37
8. Langkah-langkah Pembelajaran Quantum Writing De Porter Bobbi dan Hernacki Mike mengungkap bahwa untuk melangkah ke proses penulisan seutuhnya maka langkah-langkah yang perlu ditentukan adalah : 17 1. Persiapan Siswa
melakuakan
pengelompokan
(clustering)
atau
menentukan kalimat memberitahukan untuk dikembangkan menjadi paragrap pada tahap ini hanya membangun suatu fondasi untuk topik yang berdasarkan pada pengetahuan, gagasan dan pengalaman. 2. Draft Kasar Pada tahap ini mulai menekuni dan mengembangkan gagasangagasan. Pusatkan dulu pada isi sebelum melangkah ke tata bahasa atau ejaan. Pada tahap ini mulai menerapkan kalimat memberitahukan menjadi kalimat menunjukkan/memperagakan. 3. Berbagi Bagian proses ini sebagai penulis kita merasa sangat dekat dengan tulisan kita sehingga sulit bagi kita untuk menilai secara objektif. Untuk mengambil jarak dengan tulisan maka perlu meminta orang lain dan memberi umpan balik. 4. Memperbaiki (Revisi) Pada tahap ini setelah mendapat umpan balik tentang tulisan mana yang baik dan mana yang perlu digarap lagi. 17
Ibid. , 194-198.
38
Memanfaatkan umpan balik yang dapat memperbaiki hasil tulisan kita. 5. Penyuntingan Pada tahap ini perbaikilah semua kesalahan ejaan, tata bahasa dan tanda baca. 6. Penulisan Kembali Pada tahap ini tulis kembali dan masukan isi yang baru dan perubahan penyuntingan. 7. Evaluasi Pada tahap ini, penulis memeriksa semua tulisannya dan memperbaiki semua tulisan apa ejaannya sudah tepat atau belum.
39
B. Tinjauan Teoritis Tentang Prestasi Belajar Akidah Akhlak 1. Pengertian Prestasi Belajar Akidah Akhlak Prestasi belajar adalah salah satu permasalahan yang mendasar yang harus diperhatikan dalam dunia pendidikan, karena dari prestasi belajar dapat diketahui kualitas dan mutu pendidikan. Selain dapat juga diketahui sejauh mana keberhasilan anak didik dalam proses belajarnya. Untuk memperoleh pengertian yang obyektif tentang prestasi terutama prestasi belajar Akidah akhlak di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas terlebih dahulu tentang pengertian prestasi. Pengertian prestasi sudah banyak dikemukakan oleh para ahli, namun disini penulis akan menyajikan beberapa definisi prestasi menurut sebagian ahli, diantaranya adalah menurut: a. Drs. Syaiful Bahri Djamarah Berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian hasil usaha suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai dalam periodde dan waktu tertentu.18
18
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), 19.
40
b. Suharsimi Arikunto Mengungkapkan bahwa prestasi adalah nilai yang harus mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang ditetapkan disetiap bidang studi.19 c. Nasrun Harahap dkk Memberikan
batasan
bahwa
prestasi
adalah
penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.20 Selanjutnya, belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Bisa juga diartikan sebagai perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman individu dari interaksi dengan lingkungan.21 Sejalan dengan itu, Nana Sudjana mengartikan belajar sebagai suatu proses yang ditandai dengan perubahan adanya perubahan pada diri seseorang.22 Belajar
adalah
serangkaian
kegiatan
jiwa
raga
untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
19 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 282. 20 21 22
Syaiful Bahri Djamarah , Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, 21. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990), 84. Slameto, Belajar Dari Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), 56.
41
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Akidah menurut Mahmud Syaltut yaitu sisi teoritis yang harus pertama kali diimani atau diyakini dengan keyakinan yang mantap tanpa keraguan sedikitpun.23 Sedangkan Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan adanya dorongan dari luar dirinya.24 Jadi Akidah Akhlak yaitu suatu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah formal dan merupakan bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang didalamnya mencakup persoalan keimanan dan sifat baik buruk (budi pekerti) yang dapat mengembangkan kepribadian peserta didik.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Akidah akhlak adalah hasil penilaian dari kegiatan belajar mengajar Akidah akhlak, baik yang dikerjakan secara individu atau kelompok setelah melalui proses latihan-latihan atau praktek-praktek dalam membentuk kepribadian peserta didik
sesuai dengan ajaran Islam yang
dinyatakan dalam bentuk angka, simbol-simbol, atau huruf yang diperoleh setelah mengadakan evaluasi dan dalam periode tertentu (minggu, bulan, semester). 23
24
Tim Studi Islam IAIN Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam, (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2004), 75. Ibid. , 110.
42
2.
Fungsi Prestasi Belajar Akidah Akhlak Adanya penilaian yang diberikan oleh seorang pendidik terhadap anak didiknya sebagai hasil yang telah dicapai dalam proses transformasi pengetahuan atau dalam proses belajar mengajar tidak hanya untuk evaluasi sesaat, tetapi juga memiliki peranan atau fungsi yang berkelanjutan dalam jangka yang panjang, baik bagi pendidik, anak didik, system, ataupun sekolah. Adapun beberapa fungsi prestasi yang telah dikemukakan oleh Cronbach adalah sebagai berikut: a. Sebagai feed back bagi guru dalam mengajar. b. Untuk keperluan bimbingan penyuluhan. c. Untuk keperluan seleksi. d. Untuk keperluan penempatan dan penjurusan. e. Untuk menentukan isi kurikulum. f. Untuk menentukan kebijakan sekolah.25 Dari beberapa fungsi prestasi yang dikemukakan oleh Cronbach diatas dapat diketahui bahwa, prestasi memiliki peranan penting yakni sebagai evaluasi keseluruhan dari komponen yang ada di sekolah dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar selanjutnya. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dijelaskan secara luas tentang fungsi prestasi, diantaranya adalah sebagai berikut:
25
Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), 4.
43
a. Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai, artinya dengan adanya prestasi akan dapat diketahui bagaimana kemampuan serta nilai siswa setelah mengikuti program tertentu. b. Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Maksudnya bahwa setelah adanya prestasi yang menunjukkan hal pernah dikerjakan, apa sudah sesuai dengan keinginan atau belum, dan keinginan untuk mengetahui kemampuan terpenuhi. c. Sebagai bahan infentarisasi dalam inovasi pendidikan dan sebagai feed back dalam meningkatkan mutu pengajaran. Maksudnya setelah diketahui prestasinya, maka bisa dijadikan salah satu bahan acuan dasar pertimbangan
untuk
memperbaiki
bila
nanti
masih
terdapat
kekurangannya, serta meningkatkannya agar menjadi lebih baik atau paling tidak mempertahankan agar tetap baik. d. Sebagai indikator intern atau ekstern dari institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti dapat dijadikan sebagai indikator tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan anak didik. Sedangkan indikator ekstern berarti bahwa tinggi rendahnya prestasi dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak di masyarakat. Asumsinya bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan pula dengan kebutuhan masyarakat.
44
e. Sebagai
indikator
daya
serap
siswa
terdapat
pelajaran
yang
diterimanya.26 Dan fungsi prestasi yang telah banyak dikemukakan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa secara spesifik fungsi prestasi belajar Akidah akhlak tidak jauh berbeda dengan fungsi prestasi belajar lainnya yakni sebagai bahan evaluasi pelajaran Akidah akhlak secara jangka panjang guna menciptakan keberhasilan selanjutnya. Menyinggung masalah evaluasi, maka akan kita bahas tentang kegunaan dan peranannya, yaitu sebagai alat penilaian bagi guru untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung, atau untuk menentukan angka siswa, barometer untuk mengukur keberhasilan guru dalam menyajikan bahan pengajaran dan sebagai feed back bagi guru dan murid dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.27 Berdasarkan pendapat Drs. Wayan Nurkantana evaluasi merupakan salah satu alat untuk menentukan angka atau nilai siswa. Adapun cara yang digunakan adalah dengan menggunakan metode tes dan observasi.28 Sedangkan menurut Drs. Lalu Muhammad Azhar, metode untuk mengetahui prestasi siswa menggunakan teknik tes dan teknik non tes.29 26 27
28 29
Ibid. , 3. Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), 117. Wayan Nurkantana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), 106. Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar, 124.
45
Agar lebih jelas maka penulis akan menyajikan berbagai jenis metode dan teknik yang digunakan untuk mengetahui prestasi siswa, yaitu: 1.
Teknik tes, yang termasuk didalamnya adalah: a. Tes lisan, yang bermanfaat untuk: 1) Menilai
kemampuan
siswa
dalam
memecahkan
permasalahan. 2) Menilai proses berfikir siswa terutama untuk hal-hal yang menyangkut sebab akibat. 3) Menilai
kemampuan
siswa
mengkomunikasikan
hasil
belajarnya dengan lisan sekaligus kemampuan berbahasa lisannya. 4) Menilai
kemampuan
siswa
mempertanggungjawabkan
pendapatnya berhubungan dengan ide yang dikemukakannya. b. Tes perbuatan, yaitu tes yang berhubungan dengan kemampuan siswa melakukan suatu tindakan, yang berhubungan dengan aspek seperti psikomotor, tes ini berguna untuk: 1) Menguji kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat pelajaran tertentu. 2) Menguji kemampuan siswa melakukan suatu perbuatan yang dituntut berdasarkan teori tertentu. 3) Menguji kemampuan siswa untuk hal-hal yang sulit dilakukan secara tes tulisan.
46
4) Memotivasi siswa agar bersungguh-sungguh pada masa selanjutnya. c. Tes tulisan (tertulis) yaitu dilakukan secara tertulis baik item tesnya maupun jawabannya. 2.
Teknik non tes Teknik ini umumnya menggunakan cara berikut: a. Wawancara (interview), yakni Tanya jawab tentang materi tertentu secara lisan. b. Angket (kuesioner), yakni wawancara secara tertulis, pertanyaan maupun jawaban melalui daftar isian. c. Observasi (pengamatan), yakni melakukan pengamatan pada suatu topik yang umumnya dibarengi dengan kegiatan diskusi, kerja kelompok, eksperimen, menarik kesimpulan sementara, atau merumuskan hipotesis baik individu atau kelompok. d. Skala penilaian (rating scale), yakni penilaian yang lebih banyak berhubungan dengan masalah sikap (penilaian kualitatif) dengan menggunakan skala penilaian kualitatif. e. Daftar cek (chek list), yakni penilaian dengan menggunakan daftar cek yang pada umumnya dilakukan berbarengan dengan kegiatan observasi.
47
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Akidah Akhlak Prestasi merupakan sebuah penilaian terakhir yang diberikan oleh pendidik terhadap anak didik sebagai hasil yang telah dicapai dalam proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan prestasi belajar khususnya prestasi belajar Akidah akhlak, terdapat elemen yang saling mendukung dan melengkapi dalam proses pembelajaran, diantaranya selain anak didik itu sendiri, pendidik, system, kurikulum, maupun perangkat pembelajaran lainnyapun turut menentukan dalam meningkatkan keberhasilannya. Anak didik sebagai obyek yang dijadikan sasaran dalam meningkatkan prestasi belajar harus semaksimal mungkin untuk belajar, sedangkan pendidik harus benar-benar memahami dan melaksanakan prinsip-prinsip umum dalam
melaksanakan
prestasi
belajar
mengajar.
Pada
dasarnya
keberhasilan atau dengan kata lain prestasi belajar yang dicapai seseorang itu
merupakan
hasil
interaksi
antara
berbagai
faktor
yang
mempengaruhinya, baik dari dalam (eksternal) maupun dari luar (internal). Ada beberapa faktor yang saling melengkapi yang hampir tidak bisa saling dipisahkan dalam mempengaruhi prestasi belajar. Diantaranya adalah: a. Faktor internal 1) Faktor jasmani (fisologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
48
2) Faktor psikologis, terdiri atas : a) Faktor intelektif, yang meliputi factor potensial yaitu kecerdasan dan bakat. b) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. b. Faktor eksternal, terdiri atas: 1)
Faktor sosial, terdiri atas: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.
2)
Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan, tehnologi, dan kesenian.
3)
Faktor lingkungan fisik seperti: fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim.
4)
Faktor spiritual atau keamanan.30 Faktor-faktor tersebut di atas saling berinteraksi secara langsung
ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Disamping itu ada
pula
yang
mengklasifikasikan
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar sebagai berikut: a. Faktor dalam terdiri dari: 1) Fisiologi: factor ini menyangkut bagaimana fisik maupun kondisi panca indera. 30
130.
H Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
49
2) Psikologis:
faktor
ini
berhubungan
dengan
bakat,
minat,
kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif. b. Faktor luar terdiri dari: 1) Lingkungan, meliputi lingkungan luar maupun sosial. 2) Instrumental terdiri dari kurikulum atau bahan pelajaran guru atau pengajar, sarana dan fasilitas administrasi atau manajement.31 Sedangkan dari suharsimi memberikan garis besar tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menjadi dua bagian yaitu: a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia yang diklasifikasikan menjadi faktor psikologis dan biologis. b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang terdiri dari factor manusia dan non manusia.32 Dari faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar diatas, penulis juga akan menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Akidah akhlak. Diantaranya adalah: 1.
Faktor Intern, merupakan factor yang timbul dari dalam dirinya baik fisik maupun psikis, yang meliputi: a. Faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu akan cepat lelah, kurang semangat, mudah pusing, mengantuk dan sebagainya, hendaknya ia belajar pada lembaga
31
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 71. Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 21. 32
50
pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu untuk meminimalisir pengaruh kecacatan tersebut.33 Seperti halnya pemerolehan bahasa pada saat seseorang kanak-kanak yaitu dengan mendengar, apabila terdapat kerusakan pada alat dengar maka seseorang tersebut tidak akan memperoleh bahasa dan berbuntut pada timbulnya kebisuan. b. Faktor psikologis, yaitu masalah perasaan atau kejiwaan seseorang, diantaranya: 1) Inteligensi,
yaitu
kemampuan
psiko-fisik
untuk
mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.34 Secara teori bahwa seseorang yang memiliki inteligensi yang tinggi maka prestasinyapun akan meningkat dan umumnya mudah untuk belajar, begitu juga sebaliknya bagi seseorang yang memiliki inteligensi rendah maka tingkat prestasinyapun akan menurun dan cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat dalam berfikir. Maka dapat dikatakan bahwa kecerdasan dapat mempengaruhi dalam prestasi belajar Akidah akhlak,
karena
ketika
seseorang
saling
berkomunikasi
membutuhkan kecakapan untuk menata bahasa yang baik dan benar untuk disampaikan, disini terdapat proses berpikir, sedangkan berpikir membutuhkan kecerdasan.
33 34
Slameto, Belajar Dari Faktor-Faktor , 54. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), 134.
51
2) Minat (interest), merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.35 Dalam diri seorang anak didik ketika tidak terdapat minat pada suatu pelajaran misalnya Akidah akhlak, maka akan menimbulkan suatu masalah terhadap
pola
belajarnya,
dan
akhirnya
berdampak
pada
prestasinya. 3) Motivasi, menurut Wasty Soemanto mengutip pendapat Mc Donald bahwa motivasi merupakan suatu perubahan tenaga dalam diri/pribadi seseorang, yang ditandai oleh seseorang dengan dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.36 Apabila dalam diri anak didik terdapat motivasi yang besar dalam belajar Akidah akhlak maka sejalan dengan itu prestasinyapun akan meningkat, karena motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasi yang dimiliki, maka akan semakin besar kesuksesan belajarnya.37 Sehingga ada motivasi yang timbul dari dirinya sendiri dan motivasi yang timbul karena dorongan dari luar dirinya. 2.
Faktor Ekstern merupakan faktor yang timbul dari luar dirinya sendiri seperti faktor lingkungan sekitar. Keadaan lingkungan tempat tinggal juga
35 36 37
Ibid. , 136. Wayan Nurkantana, Evaluasi Pendidikan , 229. Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), 8485.
52
sangat penting dalam mempengaruhi seseorang dalam menguasai bahasa dengan baik.38 Faktor lingkungan meliputi: a. Lingkungan Keluarga Lingkungan
keluarga
merupakan
lingkungan
dimana
seseorang tersebut tinggal, dari sini semua interaksi akan berlangsung, peran orang tua dalam lingkungan keluarga sangat diperlukan yakni sebagai kontrol dasar sebelum seorang anak masuk pada lingkungan diluar. Adapun faktor-faktor yang mendukung dalam lingkungan keluarga meliputi: 1)
Cara Orang Tua Mendidik Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama, keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan pendidikan dalam ukuran besar.
2)
Relasi Antar Anggota Keluarga Demi kelancaran belajar dan keberhasilan anak, perlu terjalin relasi yang harmonis dalam keluarga, yaitu hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang disertai bimbingan, dan bila perlu orang tua memberikan sedikit guna mensukseskan belajar anak.
38
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 243.
53
3)
Suasana Rumah Agar anak merasa tenang dalam belajar, maka perlu diciptakan suasana yang tenang dalam rumah. Ini juga membantu dalam mencapai prestasi yang tinggi.
4)
Keadaan Ekonomi Keadaan ekonomi erat kaitannya dalam belajar anak. Anak yang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, ia juga harus terpenuhi fasilitas belajarnya. Hal ini semua akan dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai uang yang cukup.
5)
Pengertian Orang Tua Orang tua wajib memberi pengertian dan dorongan serta membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak
di
sekolah, paling tidak menjadi mediator dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi saat anak tumbuh di lingkungan keluarga.
Kesemua faktor tersebut diatas, akan menjadi bekal pada anak saat anak harus berinteraksi dengan lingkungan diluar keluarganya. Selain kontrol terhadap perilaku, peran keluarga dalam prestasi belajarnyapun perlu dibangun misalnya pada prestasi Akidah akhlak, mungkin penanamannya melalui komunikasi yang dijalin. Dengan pembiasaan berakhlak baik, akhirnya kebiasaan itupun akan menjadi kebutuhan dan mendukung sepenuhnya terhadap keberhasilannya.
54
b. Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua anak dalam
memperoleh
pendidikan
setelah
lingkungan
keluarga.
Lingkungan sekolah menjadi tempat dimana seorang anak akan dipasrahkan sepenuhnya oleh keluarga untuk mendapat pengetahuan yang dibutuhkan. Maka dari itu, komponen-komponen yang ada perlu diperhatikan guna meningkatkan prestasi muridnya, misalnya: 1) Metode Pengajaran Metode
pengajaran
merupakan
sebuah
cara
untuk
mentransformasikan pengetahuan. Diharapkan dari metode ini mempunyai pola-pola yang inovatif dalam proses belajar mengajar khususnya Akidah akhlak agar terjadi kenyamanan pada anak didik dalam menerimanya. Sejalan dengan ini bahwa metode sangat berperan dalam meningkatkan prestasi dan tidak jarang ketika metode yang digunakan terlalu monoton akan menimbulkan kejenuhan terhadap anak didik sehingga dampak yang ditimbulkan akan berakibat kemalasan dalam proses belajar mengajar. 2) Kurikulum Merupakan seperangkat program atau rencana belajar siswa dibawah tanggungjawab sekolah. Kurikulum berisikan rencana materi yang akan menjadi bahan yang akan diberikan pada siswa sesuai kebutuhan yang ada.
55
3) Relasi Guru Dengan Murid Proses belajar mengajar yang baik akan berjalan apabila terjadi hubungan baik antara guru dengan muridnya, artinya komunikasi yang terjalin sangat harmonis sehingga saling mendukung antara keduanya. Kenyataan yang ada di lingkungan sekolah, bahwa Akidah akhlak merupakan pelajaran yang sedikit sulit untuk dipelajari, maka untuk menepis hal semacam ini hendaknya seorang guru bisa menjadi relasi yang pintar bagi siswanya. Apabila hal ini sudah terjalin, dimungkinkan selain senang terhadap gurunya senang pula terhadap pelajaran yang diberikannya. 4) Relasi Siswa Dengan Siswa Hubungan harmonis antar siswa sangat mendukung dalam kenyamanan dalam proses belajar mengajar. Sehingga mereka saling mendukung dalam meningkatkan prestasi. Kesadaran untuk menjadi yang terbaik diantara yang paling baik, merupakan modal bagi mereka untuk saling bersaing dengan cara yang sehat, sehingga komunikasi yang dijalinpun harmonis. 5) Instrument Merupakan alat peraga yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Misalkan dalam pengajaran Akidah akhlak, instrument ini sangat diperlukan. Ini sangat berperan penting dalam meningkatkan prestasi anak didik.
56
6) Keadaan Gedung Dalam
proses
belajar
mengajar
terdapat
beberapa
komponen yang mendasar yaitu murid, guru, gedung, materi pelajaran. Salah satu komponen yang ada adalah gedung, ini merupakan fasilitas yang mendukung dalam proses pengajaran, karena tanpa fasilitas yang ada dimungkinkan proses belajar mengajar yang ada dapat terganggu. Karena kenyamanan yang ada berpengaruh terhadap proses belajar anak didik. 7) Disiplin Sekolah Peraturan yang dibuat berisikan aturan-aturan atau normanorma untuk menjadikan siswa menjadi disiplin, bukan menjadikan siswa terkekang dengan aturan sekolah. Apabila kesadaran untuk mematuhi aturan itu terbangun maka secara sadar merekapun menjalankannya tanpa ada rasa ketakutan ataupun paksaan yang nantinya juga akan membunuh semangatnya untuk bisa lebih maju. 8) Waktu Sekolah Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah. Memilih dan menggunakan waktu yang tepat dan efisien dalam proses belajar mengajar di sekolah akan memberi pengaruh yang positif, misalnya waktu pagi, akan memberikan suasana yang sejuk dan santai dari pada siang hari yang kondisinya kebanyakan lebih panas, dan belajar di waktu pagi akan lebih nyaman.
57
c. Lingkungan Masyarakat Kehidupan seorang anak tidak hanya pada lingkungan keluarga saja, tetapi juga akan menghadapi masyarakat yang berbedabeda dan heterogen. Maka dari itu, masyarakat mempunyai andil dalam proses belajarnya, misalnya: 1) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat Kegiatan siswa dalam masyarakat sedikit akan berpengaruh dalam perkembangan kepribadiannya, baik yang positif ataupun negatif. Karena semakin banyak gesekan secara langsung dalam masyarakat dengan sendirinya tanpa disadari terjadi proses belajar. 2) Media Massa Yang dimaksud media massa disini adalah segala bentuk media yang mempunyai pengaruh terhadap seorang anak, misalnya televisi. Tayangan-tayangan dalam televisi mempunyai pengaruh yamng cukup kuat terhadap pola pikir anak, baik yang positif maupun negatif. Karena media ini selain dalam bentuk audio juga berbentuk visual. Dari media ini diharapkan kepada para orang tua mendampingi dan membimbing
anak ketika
anak-anaknya
menonton. 3) Teman Bergaul Teman bergaul adalah salah satu faktor terpenting dalam kehidupan anak. Karena anak-anak selalu dengan temannya ketika
58
bermain dan belajar. Ini juga akan mempengaruhi proses belajarnya. 4) Bentuk Kehidupan Masyarakat Bentuk kehidupan masyarakat akan memberikan sifat yang sama terhadap proses belajar anak. Anak banyak belajar dari kehidupan masyarakat. Seperti halnya dalam proses berbahasa, seorang anak akan memperoleh bahasa sesuai dengan tempat dimana ia tinggal.
4. Indikator Prestasi Belajar Akidah Akhlak Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, seorang guru atau pendidik memiliki pandangan masing-masing. Agar setiap guru mempunyai kesamaan pandangan dan pedoman yang sama dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar, terutama pada mata pelajaran Akidah Akhlak, maka digunakan kurikulum sebagai pedomannya, yakni dengan mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu pokok bahasan pada siswa. Proses belajar mengajar dianggap berhasil jika memenuhi halhal berikut: a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu, maupun kelompok.
59
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual, maupun kelompok.39 Selain daya serap dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran yang dikhususkan dan ditekankan kepada siswa, indikator prestasi belajar dalam proses belajar mengajar juga ditekankan kepada pendidik. Pendidik
atau
guru
memiliki
peranan
penting
dalam
melaksanakan dan memajukan proses kerja pendidikan dalam segala aspeknya. Untuk mengetahui berhasil tidaknya dalam mendidik, ada beberapa kriteria keberhasilan mendidik, yaitu: a.
Memiliki sikap suka belajar
b.
Tahu tentang cara belajar
c.
Memiliki rasa percaya diri
d.
Memiliki prestasi tinggi
e.
Memiliki etos kerja
f.
Kreatif dan produktif
g.
Puas dan sukses yang dicapai
39
Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 120.
60
5. Penilaian Prestasi Belajar Akidah Akhlak Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar Akidah akhlak, dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.40 Ini bisa dilakukan dengan tes sebagai berikut: a. Tes Formatif Tes ini digunakan untuk mengukur setiap satuan bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap satuan bahasan tersebut dan sebagai feed back dalam memperbaiki proses belajar mengajar. b. Tes Sub Formatif Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran atau satuan bahan yang telah diajarkan dalam waktu tertentu, tujuannya adalah untuk menetapkan prestasi belajar siswa, hasilnya diperhitungkan untuk menentukan raport. c. Tes Sumatif Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, tujuannya ialah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode tertentu. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau ukuran kualitas sekolah. d. Tes Diagnostik Tes ini digunakan untuk mengetahui masalah-masalah apa yang diderita atau mengganggu anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti program tertentu, dan bagaimana
40
M Uzer Usman dan Lilies Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, ), 9.
61
usaha untuk memecahkannya. Waktu pelaksanaannya dapat dilakukan setiap saat sesuai dengan kebutuhan. 41
41
H Abu Ahmadi dan Widodo, Psikologi Belajar, 201-202.
62
C. Tinjauan Teoritis Tentang Efektivitas Quantum Writing Sebagai Metode Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah akhlak. Di dalam proses belajar mengajar, salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan siswa adalah penerapan pembelajaran. Suatu sistem pendidikan yang menggunakan penerapan pembelajaran yang tepat, maka bisa dipastikanbahwa tujuan pendidikan yang diharapkan dapat diraih dengan mudah. Adapun penerapan pembelajaran Akidah akhlak yang tepat, efektif dan efisien untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan pendekatan pembelajaran
Quantum Learning dengan metode
Quantum Writing,
Pembelajaran dengan metode
Quantum Writing, adalah
interaksi dalam proses belajar (menulis) niscaya mampu mengubah berbagai potensi menulis yang ada di dalam diri manusia menjadi ledakan/gairah yang memiliki manfaat dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar dan meningkatkan motivasi siswa sehingga meningkat pula prestasi belajar siswa pada pembelajara Akidah akhlak yang akhirnya dapat ditularkan kepada orang lain. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran sebagian proses belajar siswa ditentukan oleh peranan guru. Guru yang kompeten akan
63
lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, sehingga prestasi belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Pembelajaran itu akan berhasil apabila mencapai beberapa kriteria prestasi belajar yang telah dijelaskan, yang mana secara garis besarnya, prestasi belajar tersebut dapat digolongkan menjadi keberhasilan mengajar guru dan keberhasilan belajar siswa. Keberhasilan mengajar guru menekankan pada pembelajaran sebagai suatu proses haruslah merupakan interaksi dinamis, sehingga siswa mampu mengembangkan prestasinya untuk belajar sendiri. Sedangkan
keberhasilan
belajar
siswa
menekankan pada tingkat
penguasaan tujuan oleh siswa. Dari uraian di atas, maka secara teoritis penulis berkesimpulan bahwa pembelajaran dengan pendekatan metode
Quantum Learning dengan
Quantum Writing mempunyai peran yang efektif, serta dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajara Akidah akhlak.