BAB II KAJIAN TEORI
1.1
Penilaian Kinerja dan Tujuan Penilaian Kinerja Kinerja merupakan istilah umum yang digunakan untuk mewujudkan
sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode seiring dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya
masa lalu atau yang diproyeksikan suatu dasar efisiensi,
pertanggung jawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya (Mulyadi, 2001: 6). Sedangkan penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi dalam mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan. Dalam penilaian kinerja dinilai kontribusi karyawan kepada organisasi selama satu periode (Mulyadi, 2001: 7) Sekiranya penilaian kinerja dilakukan secara benar, para karyawan, penyelia mereka, departemen sumber saya manusia, dan akhirnya perusahaan akan diuntungkna dengan pemastian bahwa individu berupaya memberikan kontribusi kepada fokus strategi organisasi. Penilaian kinerja dapat digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya memberikan penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik (Henry, 2006: 338).
1.2 Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Dan Elemen Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan ,kepada pihak-pihak diluar perusahaan (Baridwan,
2004:
merupakan
cara
17).
Laporan
utama
dengan
keuangan
(Financial
format-format
Statement)
standar
untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak luar, (Santoso, 2006). Laporan keuangan juga didefinisikan sebagai laporan keuangan yang menggambarkan
kondisi
keuangan dan hasil usaha suatu
perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2011: 105). Laporan Keuangan pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, laporan arus kas, catatan atas laporan arus kas dari jenis laporan di atas saling terintegrasi dan bersinergi yang dapat di gunakan sebagai sumber informasi atau gambaran keadaan perusahaan disuuatu periode. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat kita lihat betapa pentingnya laporan keuangan dalam keberlangsungan suatu
perusahaan , namun ada beberapa hal juga yang harus dipertimbangkan dalam laporan keuangan sebagai bahan referensi tambahan bahwa laporan keuangan memiliki elemen-elemen dasar seperti yang dipaparkan dalam buku (Iman Santoso; 2006) yakni; 1. Aktiva (assets). Kemungkinan manfaat ekonomis pada masa yang akan datang yang dimiliki atau dikendalikan suatu perusahaan sebagai suatu hasil transaksi kejadian pada masa lalu. 2. Kewajiban (liability). Kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomis pada masa yang akan datang yang ditimbulkan dari kewajibankewajiban perusahaan yang ada pada saat ini untuk mengorbankan aktiva atau memberikan jasa kepada pihak lain sebagai akibat dari transaksi atau kejadian pada masa lalu. 3. Ekuitas (equity). Hasil residu (nilai sisa) dari aktiva suatu perusahaan setelah dikurangi dengan kewajiban. Dalam suatu perusahaan, ekuitas merupakan bagian kepemilikan. 4. Investasi oleh pemilik (investment by owners). Pertambahan aktiva bersih (net assets) sesuatu yang bernilai dalam penyertaan dari perusahaan atau pihak lain untuk memperoleh atau memperbesar bagian kepemilikan dalam penyertaan oleh pemilik namun demikian dapat juga termasuk jasa ataupun pelunasan (pengambil alihan) kewajiban perusahaan. 5. Distribusi kepada pemilik (distribution to owners). Pengurangan aktiva bersih perusahaan sebagai hasil suatu pemindahan aktiva, pelayanan
jasa atas terciptanya kewajiban peruasahaan kepada pihak pemilik. Pengambilalihan atau memberikan jasa kepada pihak lain sebagai akibat transaksi atau kejadian pada masa lalu. 6. Laba komperhensif (comprehensive income). Perunahan dalam ekuitas dalam suatu perusahaan selamam suatu periode tertentu akibat transaksi dan kejadian serta keadaan lain yang berasal dari sumber-sumber yang bukan dari pemilik termasuk pula sebuah perubahan dalam ekuitas selama satu periode, kecuali yang berasal dari penyertaan oleh pemilik dan pengembalian kepada pemilik. 7. Pendapatan (revenues). Pemasukan atau peningkatan aktiva suatu perusahaan atau penyelesaian suatu kewajiban atau campuran keduanya selama suatu periode tertentu.akibat penyerahan atau pembuatan suatu produk, pelayanan jasa, atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang berkesinambungan. 8. Beban (expenses). Pengeluaran atau penggunaan aktiva atau terciptanya kewajiban atau campuran keduanya selama sutu periode tertentu akibat penyerahan atau pembuatan produk, pelayanan jasa atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang berkesinambungan. 9. Keuntungan (gains). Pertambahan ekuitas akibat transaksi yang bukan merupakan kegiatan utama (pheriperal) atau secara kebetulan terjadi (incendental) pada suatu perusahaan serta akibat transaksi dan kejadian lainnya yang memengaruhi perusahaan selama satu periode
tertentu kecuali hasil pendapatan (revenue) atau investasi yang berasal dari pemilik (investmen by owners). 10. Kerugian (losses). Pengurangan ekuitas akibat transaksi yang bukan merupakan kegiatan utama (pheriperal) atau secara kebetulan terjadi (incidental) pada suatu perusahaan serta akibat transaksi dan kejadian lainnya yang memengaruhi perusahaan sebagai suatu periode tertentu. 2.2.2 Pengguna Laporan Keuangan Pada dasarnya laporan keuangan digunakan untuk memperoleh informasi ataupun gambaran kondisi financial perusahaan selama suatu periode ataupun alat untuk mengukur seberapa besar keberhasilan perusahaan dalam menjalankan usaha. Pihak pihak yang berkepentingan menerima laporan keuangan mereka akan menafsirkan laporan keuangan itu untuk mengetahui apa yang telah terjadi dalam suatu perushaan, dengan demikian laporan keuangan merupaka data yang historis. Mereka yang
berkepentingan
terhadap
perkembangan
suatu
perusahaan
sangatlah perlu untuk mengetahui tentang kondisi keuangan serta haasilhasil usaha yang Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan dan hasil-hasil usaha perusahaan dapat dibedakan menjadi dua kelompok (santoso: 2006) yakni: Pihak internal (internal users) 1. Manajemen. Dengan mengetahui posisi keuangan dan hasil usaha pada periode yang lalu, akan dapat menyusun rencana yang lebih baik,
memperbaiki sistem pengawasannya, dan menentukan kebijakankebijakan yang lebih tepat. Hal yang penting bagi manajemen adalah mengukur cara kerja yang efisien, aktiva aman dan terjaga dengan baik dan terstruktur pemodalan yang sehat. Hal terpenting bagi manajemen adalah bahwa laporan keuangan tersebut merupakan alat pertanggung jawaban kepada pemilik atas kepercayaan yang telah diberikan. Pihak Eksternal (External Users) 1. Investor dan kreditor. Para penanam modal, bankers, para kreditor lainnya sangatlah berkepentingan terhadap laporan keuangan dimana mereka akan menanamkan modalnya. Dari laporan keuangan mereka dapat memproyeksikan keadaan keuangan melalui hasil usahanya pada masa yang akan datang juga untuk mengetahui jaminan atas investasinya (aman atau tidak aman). Sehingga mereka dapat mengambil langkah-langkah yang seharusnya ditempuh. 2. Pemegang saham. Pemegang saham berkepentingan terhadap laporan keuanagan terutama untuk perusahaan-perusahaan yang pengelolaanya diserahkan kepada orang-orang professional. Dari laporan keuangan ini dapat dinilai sukses tidaknya manajer dalam mengelola perusahaannya. Kesuksesan manajer biasanya diukur dengan besarnya laba yang diperoleh, karena hasil-hasil stabilitas serta kontiunitas atas keberlangsungan perusahaan tergantung dari cara kerja yang efisien. 3. Badan-badan pemerintah. Sanagat berkepentingan terhadap laporan
keuangan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Disamping itu pula laporan keuangan juga dibutuhkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS), dinas perindustrian, dinas perdagangan, dinas tenaga kerja dan dinas-dinas lainnya untuk digunakan sebagai dasar perencanaan pemerintah 4. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik
pada
perusahaan.
informasi Mereka
mengenai
juga
tertarik
stabilitas dengan
dan
profitabilitas
informasi
yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pesiun, dan kesempatan kerja. 5. Pelanggan. Para pelanggan yang berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan. 6. Masyarakat. Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. 7. Organisasi nirlaba (nonprofit organization). Organisasi nirlaba, seperti rumah sakit, sekolah-sekolah, yayasan dan organisasi nirlaba lainnya yang beroperasi untuk tujuan dan menghasilkan laba menggunakan informasi akuntansis sebagaimana yang dilakukan oleh badan usaha yang mencari laba.
2.2.3 Konsep Analisis Laporan Keuangan 2.2.3.1 Pengertian Analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu analisis dan laporan keuangan. untuk menjelaskan pengertian kata ini, kita dapat menjelaskannya
dari
masing-masing
kata.
Kata
analisis
adalah
memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil sedangkan laporang keuangan adalah neraca, laba rugi, dan arus kas. Kalau dua pengertian ini digabungkan maka analisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif, maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk menghasilkan keputusan yang tepat (Harahap, 2011: 190). Analisis laporan keuangan dilakukan untuk menggali informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan guna pengambilan keputusan di periode berikut. Menurut Harahap tujuan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas lebih dalam daripada yang tedapat di laporan keuangan yang biasa. 2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata atau (explicit) dari suatu laporan keuangan yang berada dibalik laporan keuangan atau (implicit).
3. Dapat
mengetahui
kesalahan
yang
terkandung
dalam
laporan
keuangan. 4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. 5. Mengetahui sifat-sifat yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi, peningkatan atau rating (Harahap, 2011: 195). Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai tujuan misalnya, dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternative investasi atau marger; sebagai alat forcasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa datang; sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya atau sebagai alat evaluasi terhadap manajemen (Dwi & Rifka 2007: 57) 1.2.4 Objek Analisis Laporan Keuangan Objek analisis laporan keuangan adalah: 1. Analisis laba/rugi Analisis laba/rugi merupakan media untuk mengetahui keberhasilan operasional perusahaan, keadaan usaha nasabah, kemampuannya memperoleh laba, dan efektifitas operasinya. 2. Analisis Neraca
Analisi neraca merupakan refleksi hasil yang diperoleh perusahaan selama
periode
tertentu
dan
modal
yang
digunakan
untuk
melaksanakan dan mencapainya. 3. Analisis Arus Kas Kas dapat menunjukan pergerakan arus kas darimana sumber kas diperoleh dan kemana dialirkan. Biasanya, dalam laporan arus kas sumber dan penggunaan (Harahap, 2011: 204) 2.3 Analisis Rasio 2.3.1 Definisi dan Keunggulan Analisis Rasio Rasio
keuangan
adalah
angka
yang
diperoleh
dari
hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap, 2011: 297) misalnya antara utang dan modal, antara kas dan total asset, antara harga pokok produksi dan total penjualan dan sebagainya. Tehnik ini sudah sangat lazim digunakan. Rasio keuangan juga merupakan upaya mengungkapkan hubungan matematik antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan atra pos satu dengan pos lainnya (Dwi & Rifka 2007: 80). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat melihat secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.
Keunggulan analisis rasio dibanding dengan tehnik analisis lainnya adalah sebagai berikut: 1. Rasio merupakan angka-angka atau iktisar statistik yang lebih mudah dibaca atau ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain. 4. Bermanfaat
untuk
bahan
dalam
mengisi
model-model
dalam
pengambilan keputusan dan model prediksi. 5. Menstandarisir size perusahaan. 6. Lebih muda membandingkan perusahaan dengan perusahaan yang lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series. 7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang (Harahap, 2011: 298). 2.3.2 Jenis Rasio Umumnya rasio yang dikenal dan popular adalah rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Berikut merupakan rincian dari rasio yang digunakan: 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos aktiva lancar
dan utang & Ashari, 2004 jangka pendek (Harahap, 2011: 301). Rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membaya kewajiban jangka pendek (Darsono & Ashari, 2004: 51) . Beberapa rasio likuiditas adalah sebagai berikut: a. Rasio lancar Rasio yang menunjukan sejauhmana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2011: 301). Rasio lancar juga merupakan kemampuan aktiva lancar dalam perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki, likuiditas jangka panjang ini sangat penting karena masalah arus kas jangka pendek bisa mengakibatkan perusahaan bangkrut (Darsono & Ashari, 2004: 32) Rasio keuangan juga dapat dihitung dengan cara . Aktiva lancar Ratio lancar = Utang Lancar b. Rasio kas atas utang lancar Rasio ini menunjukan porsi jumlah kas yang dapat menutupi utang lancar (Harahap, 2011: 302). Dengan rumus sebagai berikut:
Kas Ratio Kas atas utang lancar = Utang Lancar
2. Rasio solvabilitas Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajibankewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang (Harahap, 2011: 303). Selain itu juga para ahli lain juga menyatakan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayarkewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi (Darsono & Ashari, 2004: 54). Rasio solvabilitas antara lain: a. Rasio utang atas modal Rasio-rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar semakin kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga leverage. Untuk kenyamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama (Harahap, 2011: 303) rasio utang atas modal atau debt to equity ratio juga didefinisikan sebagai penunjuk presentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi
saham (Darsono & Ashari, 2004: 54). Ratio utang atas modal atau debt to equity ratio dikerjakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut . Total utang Ratio utang atas modal = Modal b. Rasio utang atas aktiva Rasio ini menunjukan sejauh mana utang dapat ditutupi oleh aktiva lebih besar rasionya lebih aman (solvable) bisa juga dibaca berapa porsi utang dibanding dengan aktiva. Supaya aman porsi utang terhadap aktiva harus lebih kecil (Harahap, 2011: 303)
rasio utang
pada aktiva atau debt to asset ratio juga di definisikan sebagai rasio total kewajiban terhadap aset, rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukan presentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang dan juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva
akibat
kerugian
tanpa
mengurangi
pembayaran bunga pada kreditor (Darsono & Ashari, 2004: 54). Rasio hutang atas aktiva atau debt to asset ratio dikerjakan dengan formulasi rumus sebagai berikut: Total utang Ratio utang atas aktiva = Aktiva 3. Rentabilitas
Rasio
rentabilitas
atau
disebut
juga
profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan labah melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas modal dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaannya dalam menghasilkan laba juga disebut operating ratio (Sofyan Harahap, 2011: 304). Beberapa jenis rasio rentabilitas ini dapat dikemukaan sebagai berikut: a. Margin Laba Angka ini menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan semakin besar rasio ini semakin baik karena di anggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi (Harahap: 2011: 304). Margin laba atau net profit margin juga didefinisikan sebagai besarnya presentasi keuangan bersih yang diperoleh perusahaan untuk setiap penjualan karna ada unsur pendapatan dan biaya non operasional (Darsono & Ashari, 2004: 56). Rasio ini dapat diukur dengan formulasi rumus sebagai berikut: Pendapatan Bersih Margin Laba = Penjualan b. Aset Turn Over Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik hal ini
berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba (Harahap, 2011: 305). Menurut Darsono & Ashari: (2004: 57) rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap Rp 1 aset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini dapat diformulasikan dalam bentuk rumus sebagai berikut: Pendapatan Bersih Aset Turn Over = Total Aktiva 4. Rasio Leverage Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadapa modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang (Harahap, 2011: 307). Rasio ini dapat diformulasikan dengan rumus sebagai berikut: Utang Leverage =
Modal
5. Rasio Aktivitas Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainya (Harahap, 2011: 308). Rasio ini antara lain adalah: a. Inventory turn over Rasio ini menunjukan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produk normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kegiatan penjualan atau sejenisnya berjalan cepat. Rasio ini juga didefinisikan sebagai rasio yang berguna untuk memenuhi kemampuan perushaan dalam mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan. Dengan mengetahui ratio ini, kita bisa mengetahui likuiditas dari persediaan yang dimiliki oleh perusahaan (Darsono &Ashari, 2004: 60). Rasio diformulasikasn dalam bentuk rumus sebagai berikut: Harga pokok penjualan Inventory turn over = Data – data persedian barang b. Fixed Aset turn over Rasio ini menunjukan berapa kali nilai aktiva berputar bila diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik artinya kemampuan aktiva telah menciptakan penjualan tinggi
(Harahap, 2011: 309). Rasio ini dapat diformulasikan dalam bentuk rumus sebagai berikut: Penjualan Fixed Aset turn over = Aktiva tetap bersih