7
BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Partisipasi Partisipasi pemuda merupakan salah satu keniscayaan yang perlu untuk dilaksanakan.Istilah partisipasi ini biasanya merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan adanya keterlibatan segenap stakeholder terhadap aktivitas pembangunan. Dalam konteks tertentu istilah ini dikaitan dengan aktivitas pemuda yang mandiri, mobilitas sosial, pembagian yang merata terhadap hasilhasil pembangunan. Secara harfiah, Irfani (2004:1) mengemukakan bahwa partisipasi berarti "turut berperan serta dalam suatu kegiatan”, “keikutsertaan atau peran serta dalam suatu kegiatan”, “peran serta aktif atau proaktif dalam suatu kegiatan”. Partisipasi dapat didefinisikan secara luas sebagai "bentuk keterlibatan dan keikutsertaan pemuda secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan" Kata ‘keterlibatan’ dalam definisi partisipasi sendiri ditafsirkan secara beragam oleh banyak kalangan. Barry (2006:323) mengemukakan bahwa partispasi pada dasarnya merupakan hal ikut ambil bagian dalam suatu kegiatan, atau keikutsertaan dalam suatu kegiatan.Pandangan tersebut menunjukkan bahwa partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program pembangunan sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan diri sendiri.Ouchi dan Champbell (1984 :149) mengartikan partisipasi sebagai mengambil bagian
7
8
dalam suatu proses kegiatan tertentu pada suatu kegiatan kelompok. Mubyanto (2001:77) mengemukakan bahwa secara luas partisipasi berarti sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program pembangunan sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan diri sendiri. Sedangkan Slamet (2006:3) memaknai partisipasi sebagai keterlibatan aktif dan bermakna dalam proses pembentukan keputusan, pelaksanaan program-program secara sukarela, dan penerimaan manfaat dari hasil-hasil program yang telah dilaksanakan. Mengacu pada pendapat yang oleh para ahli di atas maka partisipasi pada dasarnya merupakan suatu bentuk keterlibatan aktif dan bermakna dalam proses kegiatan yang dilakukan secara sukarela guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Slamet (2006:93) mengidentifikasi bahwa partisipasi dapat berbentuk tenaga, uang dan material, sumbangan pikiran baik tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap evaluasi. Sedangkan Mubyanto (2001:46) membedakan bentuk partisipasi ke dalam bentuk, tenaga, barang atau material, uang, ide/gagasan, dan tanggung jawab. Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa partisipasi mengandung makna sebagai suatu bentuk keikutsertaan dalam
memberikan
sumbangan baik dalam berbentuk tenaga, uang dan material, sumbangan pikiran baik tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap evaluasi sehingga membantu pencapaian tujuan yang diharapkan.
9
Terkait dengan partisipasi pemuda maka partisipasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk keterlibatan aktif dan bermakna yang dilakukan pemuda dalam proses kegiatan yang dilakukan secara sukarela guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Irfani, 2004:1-2) mengemukakan bahwa terdapat 4 substansi pokok dalam pengertian partisipasi pemuda yang meliputi: a) partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, b) partisipasi dalam implementasi kegiatan, c) partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi hasil-hasil program, dan d) partisipasi dalam penerimaan manfaat/keuntungan yang diperoleh dari program. Keempat substansi pokok dalam pengertian partisipasi pemuda tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, `
Secara sederhana, bahwa Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan
yaitu: pengambilan bagian dengan menyalurkan ide, materi, tenaga, maupun ketrampilan untuk mengambil suatu keputusan yang dibuat, baik dalam sebuah organisasi maupun dalam kehidupan berpemuda dan pribadi. Namun, saat kita sudah memutuskan untuk ikut andil dalam pengambilan keputusan, kita juga harus mempertimbangkan resiko-resiko dan keuntungan apa saja yang didapat jika mengambil langkah ini dan itu, jangan sampai salah dalam mengambil keputusan karena asal berpartisipasi saja . Menurut Simon, 2007:1) bahwa proses pengambilan keputusan pada hakekatnya terdiri atas tiga langkah utama, yaitu: a) kegiatan Intelijen, menyangkut pencarian berbagai kondisi lingkungan yang diperlukan bagi keputusan, b) kegiatan desain, tahap ini menyangkut pembuatan pengembangan
10
dan penganalisaan berbagai rangkaian kegiatan yang mungkin dilakukan, dan c) kegiatan pemilihan, pemilihan serangkaian kegiatan tertentu dari alternative yang tersedia. Proses pengambilan keputusan dalam organisasi ialah kumpulan yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama, didalam organisasi rentan terjadinya selisih pendapat begitu juga keputusan dalam mengambil sikap, dapat diartikan cara organisasi dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan ada beberapa metode yang sering di gunakan oleh para pemimpin, yaitu: a) Kewenangan Tanpa Diskusi (Authority Rule Without Discussion) Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan
berkaitan
dengan
persoalan-persoalan
rutin
yang
tidak
mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya. Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para anggota organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang
11
lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual. b) Pendapat Ahli (expert opinion) Kadang-kadang seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota organisasi yang dianggap ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota lainnya. Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit. c) Kewenangan Setelah Diskusi (authority rule after discussion) Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness)
12
dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi sangat diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh. Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan. Artinya bagaimana para anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan
kelompok
bahwa
pendapatnya
yang
perlu
diperhatikan
dan
dipertimbangkan. d) Kesepakatan (consensus) Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota dari suatu organisasi mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan dengan persoalanpersoalan yang kritis dan kompleks. Namun demikian, metode pengambilan keputusan yang dilakukan melalui kesepakatn ini, tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling menonjol adalah dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.
13
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman, tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode lebih unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada faktor-faktor: a) jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan, b) tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok, dan c) kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut. a. Partisipasi dalam implementasi kegiatan, Partisipasi dalam implementasi kegiatan dilakukan dengan melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana. Berhasilnya suatu program pembangunan tergantung dari keikutsertaan pemuda dalam berpartisipasi pada seluruh kegiatan. Koentjaraningrat, menyatakan bahwa partisipasi
pemuda, terutama pemuda
pedesaan dalam pembangunan sebenarnya menyangkut dua tipe yang pada prinsipnya berbeda yaitu: 1) Partisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama dalam proyek pembangunan yang kusus. Dalam tipe yang pertama,
pemuda pedesaan diajak, diperintahkan
untuk mengerjakan pekerjaan yang sifatnya fisik. Kalau pemuda ikut sertaberdasarkan atas keyakinanya bahwa proyek itu akan bermanfaat baginya, maka mereka akan berpartisipasi dengan semangat dan spontanitas, tanpa mengarapkan upah yang tinggi. Sebaliknya, kalau mereka hanya diperintah dan dipaksa oleh atasan untuk menyumbangkan tenaga atau harta bendanya kepada proyek tadi, maka mereka tidak akan turut berpartisipasi dengan
14
semangat tadi. Contoh. Partisipasi orang desa dalam pembangunan jalan, membuat saluran irigasi. 2) Partisipasi
sebagai
individu
diluar
aktivitas-aktivitas
bersama
dalam
pembangunan. Dalam tipe partisipasi ini tidak ada proyek aktivitas bersama yang kusus, tapi masik termasuk proyek pembangunan, tidak bersifat fisik dan tidak memerlukan perintah atau paksaan dari atasanya, tetapi berdasarkan kemauan mereka sendiri. 3) Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi hasil-hasil program. Pemantauan dan Evaluasi (monev) partisipatif adalah merupakan bentuk pendekatan pelibatan masyarakat dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat yang memposisikan masyarakat tidak hanya sebagai pihak penerima tetapi sekaligus sebagai pelaku program. Pemahaman teknik pelaksanaan monev partisipatif sangat diperlukan bagi pelaku program/proyek yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Dalam session ini peserta diajak memahami pengertian pemantauan dan evaluasi, komparasi monev secara konvensional maupun secara partisipatif. Untuk penajaman analisis dan keterampilan peserta diajak menganalisa kasus dan melakukan permainan peran (role play) bagaimana melakukan pemantauan secara partisipatif. Untuk melengkapi bahasan pemantauan dan evaluasi partisipatif modul ini dilengkapi dengan bahan bacaan untuk memahami kajian teoritis baik pemantauan konvensional maupun partisipatif. 4) Partisipasi dalam penerimaan manfaat/keuntungan yang diperoleh dari program. Menurut Cohen dan Uphop banyak cara untuk mengklarifikasikan
15
dan menganalisis manfaat-manfaat dari
hasil pembangunan. Dari segi
distribusi dapat dilihat pada jumlah maupun kualitas manfaat. Dari segi lain dapat dibedakan antara material benefit dan social benefits. Material benefits dalam menganalisa akan berhubungan
dengan konsumsi atau pendapatan,
kekayaan, sedangkan social benefits seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, air bersih, jalan-jalan, fasilitas transportasi. (1977:47) 5) Partisipasi masyarakat dalam menilai pembangunan. Menurut Cohen dan Uphoff, membedakan tiga jenis Evaluasi: a) Project Contered Evaluation, b). Political Activities, dan c) Public Opinion Efforts. Project Contered Evaluation, bila evaluasi ini
dipandang sebagai proses evaluasi formal,
sedangkan dalam Political Activities berkaitan dengan pemilikan anggotaanggota parlemen rakyat setempat atau pemimpin setempat. Public Opinion Efforts, opini publik dalam mengevaluasi suatu program tidak secara langsung, melainkan mempengaruhi melalui mass media/surat kabar. Misalnya: melalui surat pembaca dalam mengungkapkan beberapa gagasan. Konsorsium Pengembangan Pemuda Nusa Tenggara (dalam Irfani, 2004:1-2) menafsirkan partisipasi berdasarkan tingkat keterlibatan pemuda sebagai menjadi beberapa tahap sebagai berikut: a. Tahap Mobilisasi Partisipasi tahap ini dicirikan oleh adanya penggunaan teknologi luar tanpa minta pendapat dari pemuda, dan pemudapemuda dikerahkan untuk melaksanakannya.Mobilisasi dikritik karena dianggap bukan menyertakan pemuda melainkan mengerahkan pemuda. Keterlibatan atau keikutsertaan pemuda
16
dalam suatu kegiatan tidak lahir secara sukarela melainkan dengan cara diperintah atau dipaksa. Karena itu tahap mobilisasi dianggap sama sekali tidak partisipatif, bahkan bertentangan dengan prinsip-prinsip pendekatan partisipatif. Dengan cara mobilisasi seringkali pemuda hanya dijadikan obyek pembangunan. b. Tahap Pengenalan Partisipasi Tahap partisipasi jenis ini memiliki ciri adanya penggunaan teknologi luar yang tanpa meminta pendapat dari pemuda.Keterlibatan pemuda dalam hal ini masih terbatas, seringkali sebagai obyek percobaan penggunaan teknologi baru. Pemuda memang diminta untuk melakukan ujicoba secara terbatas sebelum memutuskan apakah sesuatu kegiatan atau teknologi akan diterapkan secara lebih luas. Tetapi apa yang disebut partisipasi pemuda sesungguhnya belum tumbuh benar. Artinya, rancangan kegiatan dan keputusan tentang jenis kegiatan atau teknologi yang diadopsi masih ditentukan oleh orang luar, bukan oleh pemuda sendiri sehingga nyaris menempatkan mereka sebagai sekedar pelaksana kegiatan saja. c. Tahap Pemberdayaan Pemuda Tahap ini memiliki ciri adanya teknologi tepat guna dari luar yang diperkenalkan, dan pemuda didorong atau diberikan motivasi untuk meningkatkan kemampuannya. Pada tahap ini, keterlibatan pemuda mulai menjadi pertimbangan utama dalam proses perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian hasil program. Tetapi, karena selama ini pemuda jarang diberi kesempatan untuk berperan aktif, maka orang luar (lembaga program) masih harus memotivasi pemuda agar mau berperan aktif, dan mampu menentukan pilihan teknologi atau kegiatan.
17
d. Tahap Kesetaraan/Kesejajaran Ciri-ciri pokok partisipasi dalam tahapan ini antara lain teknologi lokal dipergunakan, teknologi tepat guna dari luar diperkenalkan, dan pemuda sudah mampu memilih teknologi yang paling cocok untuk dirinya sendiri. Tahap ini bisa disebut sebagai bentuk partisipasi yang paling ideal.Orang luar menjadi mitra sejajar pemuda (orang dalam).Pemuda sudah memiliki kemauan dan kemampuan untuk menentukan apa yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan hidupnya. Program direncanakan, dilaksanakan, serta dinilai bersama pemuda. Nitisemito (2006:23) mengemukakan cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi antara lain adalah dengan cara mengikutsertakan secara langsung setiap orang dalam proses pengambilan keputusan dan pembuatan perencanaan, menjelaskan maksud dan tujuan, meminta saran dan tanggapan, meminta informasi memberikan kesempatan ikut memiliki saham, serta meningkatkan pendelegasian wewenang. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut: a.
Mengikutsertakan mereka secara langsung dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan Dalam proses pengambilan keputusan dan pembuatan perencanaan
sebaiknya mengikutertakan secara langsung anggota yang mempunyai tugas untuk melaksanakan keputusan dan perencanaan tersebut. Dengan mengikutsertakan mereka secara langsung keputusan dan perencanaan akan menjadi lebih baik sebab kita akan mendapatkan bahan-bahan yang berguna dari mereka. Selain itu, karena mereka merasa diikutsertakan secara langsung dalam proses pengambilan
18
keputusan dan pembuatan perencanaan mereka akan merasa lebih bertanggung jawab sehingga dapat dihrapkan semangat dan kegairahan kerja menjadi meningkat. Seorang pemimpin yang genius serta mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang sangat luas mungkin dapat mengambil keputusan dan membuat perencanaan yang baik tanpa dibantu oleh siapapun. Akan tetapi karena dalam keputusan dan perencanaan tersebut tidak ada unsur partisipasi. Hal ini dapat menimbulkan rasa kurang bertanggung jawab dalam melaksanakannya. Padahal kita mengetahui bahwa pada umumnya seorang pemimpin tidak akan melaksanakan sendiri selurh keputusan dan perencanaan, Sehingga keputusan dan perencanaan yang baik itu hanya akan tinggal di atas kertas. Pengikutsertaan secara langsung dalam pengambilan keputusan ini tidaklah berarti bahwa kita harus mengikutsertakan semua anggota. b. Menjelaskan maksud dan saran tentang keputusan dan perencanaan yang akan dikeluarkan Dalam praktek sangat sulit untuk mengikutsertakan semua pihak secara langsung,baik dalam pengambilan keputusan ataupun dalam pembuatan perencanaan. Padahal kita menyadari sepenuhnya bahwa dalam pengambilan keputusan dan pembuatan perencanaan perlu adanya landasan partisipasi.Untuk itu, harus dicari cara-cara lain agar keputusan dan perencanaan yang dibuat dilandasi partisipasi.Untuk mereka yang karena pertimbangan ekonomis dan praktis tidak dapat diikutsertakan secara langsung.Pimpinan harus berusaha menjelaskan maksud dan tujuan dari keputusan dan perencanaan yang dibuat.
19
Dengan demikian, mereka akan merasa diikutsertakan sehingga partisipasi dapat ditimbulkan, dengan menjelaskan maksud dan tujuan keputusan dan perencanaan tersebut, selain partisipasi dapat ditimbulkan, kemungkinan kesalahpahaman dalam menafsirkan keputusan dan perencanaan dapat diminimalkan. c. Meminta tanggapan dan saran tentang keputudan dan perencanaan yang akan dikeluarkan Bagi pihak tertentu menjelaskan maksud dan tujuan keputusan dan perencanaan yang dibuat dapat menimbulkan kepuasan sehingga partisipasi dapat diharapkan. Namun, bagi pihak lain mungkin cara ini kurang dapat menimbulkan kepuasan
sehingga
partisipsi
kurang
dapat
diharapkan.
Sebaliknya
mengikutsertakan seluruhnya secara langsung dalam pengambilan keputusan dan pembuatan perencanaan ini dilaksanakan, baik secara ekonomis maupun secara praktis. Untuk mengatasi itu, bagi pihak yang merasa kurang puas dengan penjelasan semata dapat dilakukan cara lain. Kepada mereka dapat minta tanggapan dan sarannya tentang keputusan dan perencanaan yang akan dikeluarkan. Dengan cara ini diharapkan mereka yangt tidak puas hanya dengan penjelasan ini merasa lebih puas. Hal ini disebabkan mereka merasa lebih diikutsertakan. Dengan meminta tanggapan dan saran, selain partisipasi dapat ditingkatkan, kemungkinan tanggapan dan saran tersebut cukup berharga sehingga dan perencanaan yang akan dikeluarkan dapat lebih disempurnakan. Meskipun demikian, tidak semua dapat dimintai tanggapan dan sarannya sehingga jumlah
20
yang dapat dimintai tanggapan dan saran jauh lebih sempit ruang lingkupnya daripada dengan jalan menjelaskan. d. Meminta informasi tentang segala sesuatu kepada mereka dalam usaha membuat keputusan dan perencanaan Upaya untuk dapat menimbulkan partisipasi sebaiknya mengikutsertakan secara langsung, baik dalam pengambilan keputusan maupun pembuatan perencanaan. Namun, cara ini sulit dilakukan kepada semua pihak karena pertimbangan ekonomis ataupun pertimbangan praktis. Menjelaskan semata tentang maksud dan tujuan keputusan dan perencanaan yang dibuat mungkin kurang dapat menimbulkan kepuasan bagi mereka. Sedang meminta tanggapan dan saran ruang lingkupnya jauh lebih sempit sebab tidak semua pihak mampu kalau dimintai tanggapan atau saran. Oleh karena itu, pimpinan harus mencari cara lain tersebut antara lain dengan meminta informasi kepada mereka tentang segala sesuatu dalam rangka pengambilan keputusan dan pembuatan perencanaan. Dengan cara ini, selain partisipasi dapat ditingkatkan lebih baik, pimpinan akan mendapatkan informasi yang sangat berharga. Kalau memungkinkan untuk dilaksanakan baik dari segi pertimbangan ekonomis maupun pertimbangan prakis. Cara ini hendaknya dijalankan seluas-luasnya. Pendapat tersebut tidak seluruhnya benar sebab seringkali dari anggota yang paling rendah itu kita mendapatkan butir-butir mutiara yang sangat berharga. Pandangan di atas menunjukkan bahwa partisipasi pemuda dapat ditingkatkan jika setiap orang memahami substansi dari perlunya keterlibatan dalam kegiatan. Oleh karenanya agar setiap orang memiliki partisipasi yang tinggi
21
maka perlu dilibatkan secara aktif mulai dari kegiatan perencanaan, pengambilan keputusan bahkan sampai kegiatan evaluasi dan pengawasan. Melalui strategi ini diharapkan dapat
meningkatkan partisipasi
pemuda dalam
segala segi
pembangunan di desa.
2.2 Hakikat Pemuda Kurniasi (2008:1) mengemukakan bahwa pemuda adalah kata yang mempunyai banyak pengertian, namun dari pengertian-pengertian pemuda mengarah pada satu maksud yaitu kumpulan orang-orang yang masih memunyai jiwa, semangat, dan ide yang masih segar dan dapat menjadikan Negara ini lebih baik, orang-orang yang mempunyai pemikiran yang visioner. Bahkan
revolusi
suatu
bangsa
itu
biasanya
didobrak
oleh
pemudanya.Terlepas dari apakah pemuda itu perlu digolongkan berdasarkan umur atau tidak.Pelopor yang melakukan langkah-langkah konkret bagi perubahan bangsa kearah yang lebih baik dan kepekaan terhadap realita social yang ada di pemuda, memang menjadi ciri utama yang melekat pada pemuda. Di setiap bangsa, partisipasi pemuda ternyata tidak sedikit.Pemuda menorehkan sejarah penting bagi negeri tersebut.Nursyam (2010:1) mengemukakan bahwa secara definitif seseorang dianggap pemuda jika dari sisi usia adalah dalam bentangan usia 10-24 tahun. Di sisi lain, seseorang bisa saja dianggap muda jika yang bersangkutan memiliki semangat sebagaimana kaum muda. Bisa jadi usianya tua kira-kira 40 tahunan akan tetapi masih berjiwa muda. Pemuda adalah the leader of tomorrow.Makanya di tangan kaum mudalah nasib sebuah bangsa dipertaruhkan. Jika kaum mudanya memiliki semangat dan
22
kemampuan untuk membangun bangsa dan negaranya, maka sesungguhnya semuanya itu akan kembali kepadanya. Hasil pengembangan bidang olah raga sepak bola dalam aspek apapun sebenarnya adalah untuk kepentingan dirinya dan pemudanya. Para generasi pendahulu telah menghasilkan karya besar bagi bangsa ini. Kemerdekaan bangsa merupakan karya monumental yang luar biasa yang dihasilkan oleh para founding fathers negeri ini, yang tidak lain adalah para pemuda. Kemerdekaan bangsa ini bukan dihasilkan melalui warisan para penjajah, namun dihasilkan melalui tercecernya keringat dan darah, semangat dan aktivitas, retorika dan diplomasi yang dilakukan oleh para pendahulu. Partisipasi pemuda dalam sejarah negara dan bangsa Indonesia pertama kali dapat dilihat dari kebangkitan bangsa tahun 1908 atau tepatnya ketika berdiri Boedi Oetomo tanggal 20 September 1908. Melalui proses kebangkitan bangsa ini, maka para pemuda telah menggelorakan semangat agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tidak terserak-serak dalam arti wilayah, suku, ras, agama dan sebagainya akan tetapi telah memiliki kesadaran berorganisasi sebagai persyaratan untuk kebangkitan nasional. Mereka dikenal sebagai generasi 08. Salah satu tonggak lain, persatuan dan kesatuan bangsa sebenarnya ketika terjadi Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini berarti bahwa pemuda telah memiliki partisipasi yang sangat signifikan dalam proses pembentukan negara kesatuan Republik Indonesia. Melalui Sumpah Pemuda: Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa Indonesia merupakan titik awal bagi proses pembentukan negara bangsa yang kemudian dikenal sebagai negara dan bangsa Indonesia.
23
Kongres para pemuda di tahun tersebut tentunya tidak bisa dibayangkan seperti rapat umum di zaman sekarang. Rapat Umum para pemuda kala itu tentu berada di bawah bayang-bayang kekuasaan kaum kolonialis, sehingga akan terdapat banyak kesulitan yang dihadapi. Meskipun begitu, para pemuda dengan sangat antusias dan semangat akhirnya dapat mencetuskan gagasan mengenai Indonesia pasca penjajahan, Indonesia merdeka.Mereka inilah yang kemudian disebut sebagai generasi tahun 28. Pemuda kemudian juga berhasil menorehkan tinta emas bagi perjalanan bangsa
ini
ketika
di
tahun
1945
kembali
mereka
merenda
dan
mengimplementasikan gagasan mengenai satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa dalam bentuk kemerdekaan bangsa, yang teks proklamasinya dibacakan oleh Ir. Soekarno tepat jam 10 tanggal 17 Agustus 1945. Melalui proklamasi kemerdekaan ini, maka bangsa Indonesia yang selama ini tidak memiliki kedaulatan yang terfragmentasi dalam kerajaan-kerajaan, maka menyatu menjadi satu yaitu bangsa Indonesia.
Lagu Satu Nusa Satu Bangsa yang sering
dikumandangkan pada waktu upacara merupakan simbol dan substansi dari menyatunya segenap elemen bangsa Indonesia. Mereka dikenal sebagai generasi muda. Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa pemuda pada dasarnya adalah kelompok pemuda yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai generasi penerus pengembangan bidang olah raga sepak bola yang sangat memegang partisipasi penting bagi kelangsungan bangsa dan negara.
24
2.3 Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Bidang Olah Raga Sepak Bola Partisipasi adalah istilah dalam ilmu manajemen. Meskipun demikian saat ini istilah partisipasi tidak lagi menjadi monopoli ilmu manajemen,a artinya istilah itu menjadi milik umum dalam arti yang luas. Istilah partisipasi sering kita jumpai dalam surat kabar, majalah, pidato para pemimpin, bahkan dalam percakapan sehari-hari. Istilah partisipasi diambil dalam bahasa asing yang artinya mengikutsertakan pihak lain. Seorang pemimpin akan lebih berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya bila mampu meningkatkan partisipasi bawahannya. Oleh karena itu, setiap pemimpin dalam bidang apapun, mulai dari tingkat paling atas sampai tingkat yang paling bawah, harus mampu meningkatkan partisipasi bawahannya. Secara harfiah, partisipasi berarti "turut ikutserta dalam suatu kegiatan”, “keikutsertaan atau partisipasi dalam suatu kegiatan”, “partisipasi aktif atau proaktif dalam suatu kegiatan”. Partisipasi dapat didefinisikan secara luas sebagai "bentuk keterlibatan dan keikutsertaan pemuda secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan" Didalam pemuda, pemuda merupakan suatu entitas yang sangat potensial.Ibarat satu mata rantai yang terjurai panjang, posisi pemuda dalam pemuda menempati mata rantai yang paling sentral, berfungsi sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa yang telah diletakkan oleh generasi sebelumnya dan berkemampuan untuk mengisi dan membina kemerdekaan.Kedudukannya yang strategis ini membuat setiap bangsa menaruh berbagai harapan yang sangat besar kepada mereka.
25
Harapan yang sangat besar terhadap pemuda ini, pada sisi lain menimbulkan tanggung jawab yang sangat besar yang harus dipikul oleh pemuda .Artinya pemudaharus menjadi sosok yang mampu memenuhi harapan tersebut.Sementara itu menjadi sosok yang diharapkan itu tidak jadi dengan sendirinya.Mereka harus mampu ditempa dan menempa dirinya. Untuk lebih mengoptimalkan partisipasi pemuda dalam pengembangan bidang olah raga sepak bola di desa, maka perlu didukung dengan kegiatan pembinaan dan pengembangan pemuda melalui aspek sebagai berikut: a) menciptakan suasana kepemimpinan yang memberikan rangsangan dan peluang seluas-luasnya bagi pemuda untuk berpartisipasi dan berprestasi dalam usaha pengembangan bidang olah raga sepak bola; b) mempersiapkan pemuda untuk membentuk dan memperkokoh partisipasi dan fungsinya dalam pengembangan bidang olah raga sepak bola yang mencakup aspek ideologi, politik, sosial budaya, dan mempertahankan keamanan; c) memberikan kepada pemuda dengan berbagai ketrampilan, kemampuan dan keahlian profesional serata pengembangan etos kerja; d) meningkatkan dan mengembangkan sistem pengelolaan, koordinasi, penyelengaraan,
ketenagaan
dan
penyebaran
informasi
kepemudaan;
e)
menunjang pembinaan dan pengembangan pemuda dengan mendorong partisipasi pemuda luas dalam penyediaan fasilitas dan sarana kepemudaan dan dalam pengelolaannya. Melalui strategi ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi pemuda dalam mengaktualisasikan partisipasi nya untuk memacu pengembangan bidang olah raga sepak bola desa.
26
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa pemuda dapat meningkatkan partisipasi nya dalam kegiatan pengembangan bidang olah raga sepak bola di desa melalui tiga bidang kegiatan. Selanjutnya untuk lebih memantapkan implementasi ketujuh bidang tersebut sangat diperlukan pembinaan kepada mereka sehingga secara optimal dapat meningkatkan partisipasi pemudadalam kegiatan pengembangan bidang olah raga sepak bola di desa. Melalui partisipasi pemuda dalam kegiatan pengembangan bidang olah raga sepak bola di desa merupakan kontribusi nyata dari pemuda untuk meningkatkan kapabilitasnya sebagai generasi pembaharu bangsa.