BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Kemampuan 2.1.1 Pengertian Kemampuan Menurut Anggiat M. Sinaga dan Sri Hadiati (dalam Nasrianti Burhan: 2001) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil. Selanjutnya menurut Robbin, 2007 kemampuan berarti kapasitas seseorang individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (Ability)adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. 2.2 Hakikat Memerankan 2.2.1 Pengertian Memerankan Menurut Muhammad Noor (2010:54) bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Menurut Hafiz Muthoharoh, 2009 bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Metode pengajaran simulasi terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: (1) Permainan simulasi (simulation games) yakni suatu permainan di mana para pemainnya berperan sebagai tempat pembuat keputusan, bertindak seperti jika mereka benar-benar terlibat dalam suatu situasi yang sebenarnya, dan atau berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan peran yang ditentukan untuk mereka, (2) Bermain peran (role playing) yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasti berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan kembali situasi sejarah/peristiwa masa lalu, menciptakan kemungkinan-kemungkinan kejadian masa yang akan datang, menciptakan peristiwa mutakhir yang dapat diperkaya atau mengkhayal situasi pada suatu tempat dan/ atau waktu tertentu, dan (3) Sosiodrama (sociodrama) yakni suatu pembuatan pemecahan masalah kelompok yang dipusatkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan relasi kemanusiaan. Sosiodrama memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menentukan
alternatif
pemecahan masalah yang timbul dan menjadi perhatian kelompok. Selanjutnya menurut Eko Budi Santoso, 2011 bermain peran atau role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh
hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Jadi bermain peran atau role playing adalah sebuah permainan di mana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Siswa dapat berperan sebagai dan perilaku seperti orang lain sesuai dengan skenario yang telah disusun gurunya. Dalam hal ini diharapkan siswa memperoleh inspirasi dan pengalaman baru yang dapat memeperngaruhi sikap siswa. Guru mengatur sedemikian sehingga cerita yang disusun cukup bagus dan dapat menarik perhatian siswa, sehingga semata-mata semua siswa dapat masuk didalamnya, ikut merasakan dan ikut mengalaminya. Dengan demikian siswa diharapkan dapat menyesuaikan diri dalam situasi seperti pada cerita tersebut, serta dapat mengembangkannya. 2.3 Langkah-Langkah Memerankan Menurut Eko Budi Santoso 2011 langkah-langkah memerankan yaitu sebagai berikut : 1. Persiapan 1) Menentukan permasalahan sebagai topik 2) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK) 3) Merumuskan langkah-langkah bermain peran 4) Menyiapkan cerita yang akan dimain perankan 5) Mengidentifikasi peran yang diperlukan, lokasi, pengamat, dan sebagainya. 2. Pelaksanaan
1) Pemanasan 2) memilih peserta 3) mengatur tempat main 4) mempersiapkan pengamat 5) memainkannya 6) diskusi dan evaluasi 7) memainkan kembali 8) diskusi dan evaluasi 9) mengemukakan pengalaman dan generalisasi Selanjutnya menurut Tika Hartika (2010:13) lanhkah-langkah memerankan yaitu: 1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. 2. Menunjuk beberapa orang siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan belajar mengajar 3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 5 orang 4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai 5. Memanggil siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan 6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya sambil memerhatikan dan mengamati skenario yang sedang diperagakan 7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing peserta didik diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas 8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya 9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
10. Evaluasi 11. Penutup. Jadi langkah-langkah memerankan yaitu: 1. Guru menyiapkan skenario dongeng atau cerita yang akan diperankan 2.
Guru membagi siswa dalam kelompok untuk mempelajari tokoh-tokoh dalam dongeng tersebut
3. Guru memanggil siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan 4. Memberikan penguatan 5. Masing-masing kelompok memperhatikan dan mengamati skenario yang sedang diperagakan 6. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing peserta didik diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas 7. Siswa menyampaikan hasil kesimpulanya dengan bimbingan guru. 8.
Salam penutup
2.3 Tujuan Memerankan Menurut Alisa Dikin, 2012 bermain peran digunakan dengan tujuan: 1. Agar menghayati kejadian atau hal yang sebenarnya terdapat dalam realita kehidupan 2. Agar memahami sebab akibat suatu kejadian 3. Sebagai penyaluran/pelepasan ketegangan dan perasaan tertentu 4. Sebagai alat mendiagnosa keadaan, kemampuan dan kebutuhan siswa 5. Pembentukan konsep diri (self concept)
6. Menggali peran-peran seseorang dalam suatu kehidupan kejadian dan keadaan 7. Menggali dan meneliti nilai-nilai atau norma-norma dan peran budaya dalam kehidupan 8. Membantu siswa dalam menhklasifikasikan atau memperinci, memperinci, memperjelas pola berpikir, berbuat dan memiliki keterampilan dalam membuat atau mengambil keputusan menurut caranya sendiri. 9. Alat penghubung untuk membina struktur sosial dan sistem nilai lingkungannya. 10. Membina kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, berpikir kritis analitis berkomunikasi, hidup dalam kelompok dan lain-lain. 11. Melatih siswa dalam mengendalikan dan memperbaharui perasaan, cara berpikirnya dan perbuatannya Memerankan baik untuk mengungkap: 1) Pertentangan antar pribadi (interpersonal conflicts) yaitu mengungakapkan perasaan orang-orang yang bertentangan dan menentukan cara-cara pemecahannya. 2) hubungan antar kelompok (intergroup relations) mengungkapkan masalah hubungan antarsuku, bangsa, kepercayaan, dan sebagainya 3) kemelut pribadi (individual dillemas) yaitu kemelut ini timbul bila seseorang terpaut
antara
dua
nilai
yang berbeda
atau antara dua
kepentingan yang berbeda dan para siswa sulit memecahkan persoalan
tersebut karena penilaian mereka masih mengutamakan dirinya sendiri (egosentris) 4) Masalah-masalah lampau atau sekarang yang mengandung problematika. Hal ini meliputi situasi yang kritis, pada waktu yang lampau atau sekarang dimana para pejabat dan pemimpin politik menghadapi berbagai permasalahan dan harus mengambil keputusan. 2.4 Manfaat Memerankan Menurut Alin Sadikin, 2011 manfaat bermain peran adalah sebagai berikut. 1. Membantu siswa menemukan makna dirinya dalam kelompok 2. Membantu siswa memecahkan persoalan pribadi dengan bantuan kelompok 3. Memberi pengalaman bekerja sama dalam memecahkan masalah 4. Memberi siswa pengalamn mengemabangkan sikap dan keterampilan memecahkan masalah 2.5 Kelebihan Dan Kelemahan Memerankan Seperti halnya metode pembelajaran pada umumnya, metode bermain peran memiliki kelebihan disamping kelemahan-kelemahannya. Menurut Muhammad Noor (2010:54) kelebihan dan kelemahan metode bermain peran yaitu sebagai berikut: a. Kelebihan Memerankan 1) Melibatkan
seluruh
siswa
dapat
berpartisipasi
mempunyai
kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama 2) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh
3) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda 4) Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan 5) Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak b. Kelemahan Memerankan 1) Sosiodrama dan bermain peran memerlukan waktu yang relatif panjang 2) Melakukan kreatifitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun siswa didik, dan ini tidak semua guru maupun siswa yang memilikinya 3) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk melakukan suatu adegan tertentu 4) Apabila pelaksanaan metode bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai 5) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode bermain peran. Selanjutnya menurut Santrock, 2012 kelebihan dan kekurangan bermain peran yaitu: a. Kelebihannya:
1) Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan
diperankan. Sebagai pemain harus memahami,
menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama. 2) Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain peran para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia. 3) Bakat
yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga
dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. 4) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaikbaiknya. 5) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya. 6) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain. b. Kekurangannya: 1) Sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif. 2) Banyak memakan waktu. 3) Memerlukan tempat yang cukup luas. 4) Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara para pemain dan tepuk tangan penonton/pengamat.
2.6 Hakikat Dongeng 2.6.1 Pengertian Dongeng Mendongeng
merupakan
keterampilan
berbahasa
lisan
yang
menyenangkan. Mendongeng sangat penting bagi penumbuhkembangan keterampilan berbicara, bukan hanya sebagai keterampilan komunikasi, melainkan juga sebagai seni. Menurut Yudi Irawan (2010:1) mendongeng adalah menceritakan dongeng, yaitu cerita yang tidak benar-benar terjadi (fiksi), terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh kepada pendengar. Selanjutnya menurut D.A Aditya (2010:38) dongeng adalah cerita khayalan atau cerita fantasi yang tidak masuk akal. Cerita yang disampaikan dalam dongeng merupakan cerita yang tidak pernah terjadi dan tidak mungkin terjadi. Dongeng termasuk jenis prosa lama. Jadi dongeng adalah cerita khayalan yang tidak benar-benar terjadi atau cerita fantasi yang tidak masuk akal. Menyampaikan
dongeng
yang
menarik
memang
membutuhkan
keterampilan khusus. Mulai dari cara menyampaikan cerita, kontrol volume dan intonasi suara, hingga menirukan suara maupun perilaku tiap-tiap karakter yang ada dalam cerita perlu diperhatikan. Dongeng dapat menjadi cara yang sangat efektif dalam berkomunikasi dan memasukan informasi pada pendengar selain itu juga dengan mendongeng dapat meningkatkan kognitif, afektif dan psikomotor bagi. Tentu mendongeng sebelum tidur dan mendongeng di kelas jelas berbeda.
Memasukan informasi haruslah melalui suatu hal yang disenangi, pembelajaran yang menyenangkan akan memudahkan dalam menyerap informasi dan salah satunya yaitu dengan dongeng, pada fase ini, siswa mampu berimajinasi atau berfantasi berbagai hal. Mereka memainkan kursi sebagai mobil, kereta atau kuda, bermain peran dan lain-lain. Kemampuan anak yang berimajinasi ini perlu difasilitasi untuk meningkatkan daya imajinasinya yang kemudian akan mampu mengembangkan kognitif dan daya ingat. Dongeng biasanya menceritakan hal-hal yang fantastis dan tidak masuk akal serta berlatar belakang atau dunia binatang. Isi cerita dongeng biasanya mencerminkan kehidupan bermasyarakat disuatu daerah tertentu. 2.7 Jenis-Jenis Dongeng Menurut Suryati terdapat banyak jenis– jenis dongeng. Secara umum dongeng dibedakan menjadi enam jenis, yaitu: 1. Dongeng Fabel Cerita fabel atau cerita binatang adalah cerita yang tokoh-tokohnya adalah binatang-binatang. Dalam cerita fabel, binatang-binatang tersebut memiliki sifat dan perilaku seperti manusia, misalnya bersifat baik, rendah hati, bisa tertawa, bisa menangis, dan mampu berkata-kata. 2. Dongeng Biasa Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang. Misalnya dongeng AndeAnde Lumut, Joko Kendil, Joko Tarub, Sang Kuriang, serta Bawang Putih dan Bawang Merah
3. Dongeng Legenda Dongeng legenda yaitu dongeng yang mengisahkan tentang terjadinya nama, antara lain : nama tempat, gunung, danau atau sungai. Dongeng yang berasal dari legenda dapat diadopsi dan disesuaikan dengan karakteristik anak. 4. Dongeng Mithe atau Mitos Mitos adalah cerita yang menceritakan tentang dewa-dewa, mahluk halus, dan hal-hal lain yang bersifat gaib yang berkaitan dengan kepercyaan masyarakat tempat cerita tersebut tumbuh dan berkembang. Menurut Dendy Sugono (2007:128) mitos bermula dari pemikiran manusia yang tidak mau menerima begitu saja semua fenomena alam yang ditangkap dengan akal dan panca indranya. Karena dorongan naluri yang amat kuat, pikiran manusia itu ingin mencari sesuatu yang dianggap lebih konkret daripada kenyataan duniawi. Namun, dalam usaha menemukan yang lebih nyata dan lebih kekal itu, seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu cenderung membayangkan sesuatu dengan dunia angannya sendiri. Dongeng mithe biasanya berkenaan dengan dongeng–dongeng aneh, tentang mahluk – mahluk halus, seperti jin, setan, siluman, roh halus dan sejenisnya yang tidak ada di alam nyata dan tidak dapat dijangkau oleh logika. 5. Dongeng Hikayat
Dongeng hikayat yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah. Kadang – kadang didongengkan secara berlebihan, sehingga tidak masuk akal. 6. Dongeng Lelucon Dongeng lelucon adalah dongeng yang menceritakan tentang kelucuan seorang tokoh, sehingga mengundang tawa pada para pembaca atau pendengar. Selanjutnya Menurut Anti Aarne dan Stith Thompson 2013, dongeng dikelompokkan dalam lima golongan besar, yaitu: 1. Dongeng Jenaka atau dongeng humor Dongeng ini menceritakan tentang kehidupan orang-orang yang karena kepandaian, kejenakaan atau sering mengalami suka-duka bahkan kerugian dalam hidup mereka. Dengan ini memberi tamzil bagi kehidupan manusia untuk selalu berhati-hati dan arif dalm kehidupan agar tidak mendapat kesusahan. Contoh- contoh cerita ini: pak pandir , pak Belalang, Lebai malang, dan lain-lain. Dari pengaruh sastra asing (Arab), misalnya cerita Abu Nawas (tokoh yang berpurah- purah bodoh, tapi dengan akalnya yang cerdik selalu membela orang yang lemah). 2. Dongeng Peri Dongeng yang melukiskan tentang kehidupan makhluk-makhluk halus, peri, dan semacamnya. Dalam bahasa Inggris dongeng-dongeng makhluk halus dan peri ini disebut fair tale, untrue story, dan tale abaout
fairies. Dalam sastra Indonesia cerita-cerita ini misalnya dongeng Kuntilanak, Harimau Jadian, dan lain-lain. 3. Dongeng Alam (Asal mula sesuatu) Sebuah cerita fantasi mengenai kejadian-kejadian alam seperti terjadinya gempa bumi, gerhana bulan, gunung meletus, dan lain-lain. Dongeng ini muncul dalam kebudayaan primitif tatkala manusia masih terbatas dan sederhana cara berpikirnya. Pemikiran orang-orang primitif ini kerapkali dipengaruhi oleh emosi manakalah penalaran mereka kurang dapat memecahkan gejala-gejala alam. Terjadinya gempa bumi, gunung meletus, gerhan bulan, badai topan, dan sebagainya menurut pemikiran mereka karena di balik alam semesta ini ada semacam kekuata gaib (supernatural) yang mahadasyat, dan dapat juga menolong manusia, sehingga untuk memperoleh keselamatan dari kekuatan gaib untuk mereka mempercayainya, menghormati dan memuja kekuatan gaib yang ada di dalam gejala-gejala alam itu. Hal ini dilakukan lewat tradisi religi dan upacara-upacaranya, dan diekspresikan juga dalam dongeng alam dan juga dongeng peri (makhlukmakhluk halus). Contohnya dongeng Gerhana Bulan, Gempa Bumi dan lain-lain. 4. Parabel Dongeng atau cerita khayal yang mengandung ajaran putra dan bersifat didaktik. Parabel ini berasal dari istilah dalam bahasa Inggris
parable story designed to teach amoral lesson. Maka ditinjau dari fungsi didaktiknya cerita-cerita burung bayam, 1001 malam, hikayat Lukman Hakim, Kancil yang cerdik, dan lain-lain yang tergolong parabel. 5. Sage Istilah sage di dalam kamus Rider’s Dictionary disebut ”saga” (old story of hersic deeds-cerita lama tentang perbuatan kepahlawanan). Peristiwa-peristiwa kepahlawanan itu bagian dari sejarah. sebagai
dongeng
yang
mengandung
sedikit
sage
unsur-unsur
juga sejarah
didalamnya dan dihiasi dengan kesaktian dan keajaiban. Jadi sage merupakan cerita khayal yang mengandung unsur sejarah. 6. Dongeng berumus Dongeng berumus adalah dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan. Dongeng ini terbagi menjadi tiga, yaitu dongeng bertimbun banyak (cumulative tales), dongeng untuk mempermainkan orang (catch tales), dan dongeng yang tidak mempunyai akhir (endless tales). 2.8 Manfaat dongeng Menurut Rahayu Nur Abdilah (2007) ada lima manfaat dongeng yaitu: 1. Merangsang kekuatan berpikir Semua dongeng memiliki alur yang baik, yang membawa pesan moral, berisi tentang harapan, cinta dan cita-cita. Sehingga anak-anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. 2. Sebagai media yang efektif
Dongeng merupakan media yang sangat efektif untuk menanamkan berbagai nilai, etika pada anak bahkan untuk memenuhi rasa empati. Misalnya nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan dan kerja keras. 3. Merangsang kepekaan anak terhadap bunyi-bunyian Saat mendongeng, bakat akrobatik suara sangat berguna. Bagaimana menirukan suara orang tua yang lemah dan gemetar, suara tokoh yang disegani, suara hewan dan sebagainya. Berusaha menghidupkan kata-kata yang dipilih si pengarang dengan dengan sangat cermat. Kata-kata bisa jadi sangat mengagumkan jika diuacapkan dengan intonasi dan ekspresi yang berbeda. Hal ini akan pendengarang anak terhadap nuansa bunyi-bunyian. 4. Menumbuhkan minat baca Dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku yang kerap didengarkan, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku-buku pengetahuan, sains, agama dan lain sebagainya. Afsandiyar 2007 (dalam rahayu nur abdilah) mengatakan tanpa disadari orang tua (khususnya ibu) yang sering dibacakan atau bercerita pada anakanaknya sejak kecil, ternyata mampu menciptakan anak-anak yang mencintai buku dan gemar membaca ketika sudah besar. 5. Menumbuhkan rasa empati Orang tua tentunya ingin anak-anaknya memiliki banyak pengetahuan yang berguna agar bisa memahami dan mempunyai rasa empati terhadap
orang lain. Tokoh-tokoh yang di dalam cerita atau yang disampaikan pendongeng akan terasa hidup. Anak akan terbiasa dan mampu membedakan tokoh yang satu dengan yang lain. Bahkan, anak akan menjadi tokoh yang baik menjadi idolanya. Sebuah cerita yang mampu membangkitkan emosi dan contoh teladan kehidupan apabila tersamapaikan dengan tepat dan benar akan berdampak besar pada proses perkembangannya. Hal ini dapat diperkuat padabila cerita yang disajikan sama persis dengan cara anak-anak tersebut menyerap sesuatu yaitu melalui pendekatan visual (gambar), auditorial (suara) dan kinestetikal (gerak). Selanjutnya menurut Godam, 2010 ada beberapa Manfaat dari Dongeng yaitu: 1. Mengajarkan nilai moral yang baik Dengan memilih dongeng yang isi ceritanya bagus, maka akan tertanam nilai-nilai moral yang baik. Setelah mendongeng sebaiknya pendongeng menjelaskan mana yang baik yang patut ditiru dan mana-mana saja yang buruk dan tidak perlu ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai tindak kenakalan dapat dikurangi dari menanamkan perilaku dan sifat yang baik dari mencontoh karakter ataupun sifat-sifat perilaku di dalam cerita dongeng. Mendongeng mungkin memiliki efek yang lebih baik daripada mengatur anak dengan cara kekerasan (memukul, mencubit, menjewer, membentak, dan lain-lain) 2. Mengembangkan Daya Imajinasi
Sayang sekali saat ini jarang sekali kaset tape atau cd audio dongeng maupun cerita suara yang dijual di toko kaset dan cd. Atau mungkin sudah tidak ada sama sekali. Padahal cerita-cerita dalam bentuk suara dapat membuat anak berimajinasi membayangkan bagaimana jalan cerita dan karakternya. Anak-anak akan terbiasa berimajinasi untuk memvisualkan sesuatu di dalam pikiran untuk menjabarkan atau menyelesaikan suatu permasalahan. 3. Menambah Wawasan Anak-anak yang terbiasa mendengar dongeng dari pendongengnya biasanya akan bertambah perbendaharaan kata, ungkapan, watak orang, sejarah, sifat baik, sifat buruk, teknik bercerita, dan lain sebagainya. Berbagai materi pelajaran sekolah pun bisa kita masukkan pelan-pelan di dalam cerita dongeng untuk membantu buah hati kita memahami pelajaran yang diberikan di sekolah. 4. Meningkatkan Kreativitas Kreatifitas bisa berkembang dalam berbagai bidang jika dongeng yang disampaikan dibuat sedemikian rupa menjadi berbobot. Kita pun sah-sah saja apabila ingin menambahkan isi cerita selama tidak merusak jalan cerita sehingga menjadi aneh tidak menarik lagi. 5. Mendekatkan Anak Dengan Orangtua Terjadinya interaksi tanya jawab antara anak dengan orangtua secara tidak langsung akan mempererat tali kasih sayang. Selain itu tertawa bersama-sama juga dapat mendkatkan hubungan emosional antar anggota
keluarga. Apabila sering dilakukan maka bisa menghilangkan hubungan yang kaku antara anak dengan orangtua yang mendongengkan. 6. Menghilangkan Ketegangan / Stress Jika anak sudah hobi mendengarkan cerita dongeng, maka anak-anak akan merasa senang dan bahagia jika mendengar dongeng. Dengan perasaan senang dan mungkin diiringin dengan canda tawa, maka berbagai rasa tegang, mud yang buruk dan rasa-rasa negatif lain bisa menghilang dengan sendirinya. 2.9 Syarat-syarat Mendongeng Menurut Yudi Irawan (2010:4) sarana yang digunakan mendongeng, syaratsyarat yang perlu diperhatikan yaitu: A. Syarat Fisik a) Pendongeng harus mampu menggunkan penghasil suara secara lentur sehingga dapat menghasilkan suara yang bervariasi, sama halnya dengan dalang, yaitu harus mampu menyuarakan peran apa pun dan adegan apa pun. b) Pendongeng harus mampu menggunakan penglihatan secara lincah dan lentur sesuai dengan keperluan. Jika mendongeng di hadapan pendengar harus menggunakan mata untuk kepentingan ganda, yaitu mata digunakan untuk
memperkuat
mimik dan mata juga
sebagai
sarana untuk
berkomunikasi dengan pendengar. Jika akan mendongeng dengan membaca naskah, pendongeng harus mempelajari terlebih dahulu mempelajari naskah dongeng. Untuk keperluan itu, pemanfaatan mata secara lincah berarti
penggunaan mata dengan gerak yang cepat untuk menangkap maksud naskah dongeng secara utuh. B. Syarat Mental/Rohani dan Daya Pikir a) Pendongeng harus bersikap mental serius, sabar dan lapang dada, disiplin, taat beribadah, berakhlakul kharimah dan senang berkesenian. Semua sikap mental tersebut sangat diperlukan oleh pendongeng, karena mendongeng memerlukan pemahaman yang sangat mendalam. Pemahaman dan penghayatan
dilakukan
dengan
penuh
keseriusan,
kesabaran,
dan
kedisiplinan. Pendongeng harus berlapang dada karena mungkin menerima kritik dari pendengar atau dari pihak lain. Tanpa sikap mental berlapang dada, tidak akan menjadi pendongeng yang dari waktu kewaktu akan meningkat kemampuannya. c) Dengan kehendaknyatanpa memperhatikan ide dasar (naskah) dongeng. Ide dasar (naskah) dongeng itu tidak selalu disampaikan secara eksplisit. Di sinilah
dituntut
secara
cerdas
mampu
menangkapnya.
Dengan
kecerdasannya, juru wicara dapat mengelompokkan kata, frasa dan kalimat sehingga ide (naskah) dongeng secara utuh benar-benar dikuasainya dengan baik. Kreativitas diperlukan ketika mendongeng dan harus mampu secara kreatif mendongang sehinnga menarik. Jika membacakan naskah dongeng, kadang-kadang harus menambah kata-kata tertentu, tetapi kadang sebaliknya atau mungkin menggantinya yang lebih tepat. Malahan pada saat berlangsung pembacaan naskah, kadang perlu melakukan improfisasi yang menambah lebih tepat dan indahnya naskah yang dibacakannya.
d) Pendongeng harus berpengetahuan umum luas dan berketerampilan bahasa (Indonesia). Pengetahuan umum sangat bermanfaat bagi pendongeng. Dengan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Hal ini sangat diperlukan oleh pendongeng. Rasa percaya diri dapat memanfaatkan mental pendongeng. Tambahan lagi, dengan pengetahuan umum yang luas itu pula dapat memberikan kritik terhadap kekurangan atau kesalahan yang mungkin terdapat di dalam naskah. Sementara itu, keterampilan berbahasa sangat diperlukan karena dalam pelaksaan tugasnya pendongeng berurusan dengan keterampilan berbahasa, sekurang-kurangnya tiga keterampilan berbahasa,
yakni
menyimak,
membaca, dan berbicara. Dua keterampilan yang sangat domain ialah membaca dan berbicara. Keterampilan membaca diperlukan ketika harus mampu menggunakan lafal dan intonasi yang benar dan indah. Benar berarti sesuai dengan kaidah, sedangkan indah berarti memperdengarkan nilai menyentuh aspek keindahan di telinga dan juga pada imajinasi. Keterampilan berbica juga diperlukan ketika harus melakukan dialog sebab di dalam ada dialog antara pemeran yang satu dan pemeran yang lain. Hal lain yang demikian terdapt di dalam dongeng, baik yang disajikan dengan membacakan naskah. Jika mendongeng dengan membacakan naskah dongeng, dituntut mampu membaca dengan gaya berbicara. Dengan kata lain, ketika membacakan naskah tersebut sesungguhnya berbicara atau meskipun membaca, sesungguhnya itu berbicara. Berkenaan dengan itu, harus mampu
mempunyai pengetahuan yang memadai tentang kaidah bahasa yang mencakupi kaidah fonologis (lafal dan ejaan), morfologis (bentuk kata:dasar dan keturunan), sintaksis (frasa, klausa dan kalimat) dan kewacanaan (lisan). 2.10 Langkah-langkah Mendongeng Menurut Yudi Irawan (2010:25) Berikut ini langkah-langkah dalam mendongeng, yaitu: 1. Menguasai dongeng secara utuh 2. Berdiri pada posisi yang strategis dan variasikan sesuai dengan alur dongeng. 3. Berkonsentarasi sebelum memulai 4. Menkondisikan pendengar untuk siap mendengarkannya 5. Mulai mendongeng dengan cara yang benar dan indah. 6. Melanjutkan dongeng sesuai dengan alur dan berimprovisasi secar kreatif dengan penghayatan (gunakan warna suara yang bervariasi sesuai dengan watak dan kondisi emosi tokoh dongeng dan tampilkan dengan akting yang benar dan indah) 7. Mengakhiri dongeng dengan cara yang benar dan indah.