BAB II KAJIAN TEORETIS 1.1
Hakekat Keterampilan Sebagai Bentuk Hasil Belajar
1.1.1 Pengertian Keterampilan Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak sapat dikatakan terampil. Sedangkan ruang lingkup keterampilan sendiri cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara,
melihat,
mendengar,
dan
sebagainya.
Dalam
pembelajaran,
keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat, dan tepat dalam melakukan atau menghadapi sesuatu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah suatu bentuk kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan dalam mengerjakan sesuatu secara efektif dan efisien. Menurut Gordon (dalam Satria yang diakses, 16 Juni 2013) menyatakan bahwa pengertian ketrampilan adalah kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Pengertian ini biasanya cenderung pada aktivitas psikomotor. Menurut Nadler (dalam Satria yang diakses, 16 Juni 2013) menyatakan bahwa
pengertian keterampilan (skill) adalah kegiatan yang
memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas. Menurut
7
8
Dunnette (dalam Satria yang diakses, 16 Juni 2013) menyatakan bahwa pengertian keterampilan adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari hasil training dan pengalaman yang didapat. Iverson (dalam Satria yang diakses, 16 Juni 2013) menyatakan bahwa mengatakan bahwa selain training yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan, ketrampilan juga membutuhkan kemampuan dasar (basic ability) untuk melakukan pekerjaan secara mudah dan tepat. Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ketrampilan (skill) berarti kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar (basic ability). Menurut Robbins (dalam Satria diakses, 16 Juni 2013) menyatakan bahwa pada dasarnya ketrampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu: 1. Basic literacy skill : Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengar. 2. Technical skill : Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan
teknik
yang dimiliki, seperti
menghitung secara
tepat,
mengoperasikan komputer. 3. Interpersonal skill : Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim.
9
4. Problem solving : Menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas untuk menajamkan logika, beragumentasi dan penyelesaian masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternatif dan menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik. 1.1.2 Keterampilan Operasi Hitung Kata keterampilan memiliki arti yang sama dengan kecekatan. Keterampilan atau kecekatan adalah kepandaian melakukan suatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah atau melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, tidak dapat dikatakan terampil. Seseorang yang terampil dalam suatu bidang tidak ragu-ragu melakukan pekerjaan dalam bidang tersebut, seakan-akan tidak dipikirkan lagi bagaimana melaksanakannya, dan tidak ada kesulitankesulitan yang menghambat. Keterampilan dapat diperoleh dengan cara berlatih terus menerus dan berulangulang. Keterampilan sering diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan fisik, padahal keterampilan lebih luas lagi cakupannya. Selain pekerjaan fisik, keterampilan juga mencakup pekerjaan non fisik seperti berfikir. Keterampilan fisik misalnya seseorang yang cekat dalam membuat kerajinan. Keterampilan yang berkaitan dengan berfikir salah satunya adalah cekat dalam melakukan operasi hitung pada mata pelajaran matematika. Jika seseorang dapat melakukan operasi hitung dengan cekatan, maka dapat dikatakan terampil. Ada beberapa operasi hitung yang dapat dikenakan pada bilangan bulat. Operasi-operasi tersebut adalah: (1) penjumlahan; (2) pengurangan; (3) perkalian; (4) pembagian. Operasi-operasi tersebut memiliki kaitan yang sangat erat
10
sehingga pemahaman konsep dan keterampilan melakukan operasi yang satu akan mempengaruhi pemahaman konsep dan keterampilan operasi yang lain (Muchtar A. Karim, 1996: 99). Operasi penjumlahan pada dasarnya merupakan suatu aturan yang mengaitkan setiap pasang bilangan dengan bilangan yang lain. Operasi penjumlahan ini mempunyai beberapa sifat yaitu: sifat pertukaran (komutatif), sifat identitas, dan sifat pengelompokan (asosiatif). Operasi hitung harus dikuasai oleh siswa sampai dengan taraf terampil. Keterampilan operasi hitung merupakan modal utama dalam pembelajaran matematika. Keterampilan operasi hitung harus dikuasai siswa agar pembelajaran matematika dapat berjalan dengan baik. Seseorang yang tidak dapat menghitung dengan benar, berarti dia tidak memiliki keterampilan operasi hitung. Seseorang yang dapat melakukan operasi hitung tetapi membutuhkan waktu lama, juga tidak dapat dianggap terampil dalam operasi hitung. Keterampilan operasi hitung memuat dua hal utama yaitu kecepatan dan ketepatan dalam melakukan operasi hitung. Keterampilan operasi hitung merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari dan dapat menunjang cara berfikir yang cepat, tepat dan cermat. Keterampilan ini sangat mendukung siswa untuk memahami simbol-simbol dalam matematika. Matematika adalah mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan operasi hitung. Hampir dalam setiap materi matematika selalu menggunakan operasi hitung. Hal ini berarti bahwa keterampilan operasi hitung menjadi bagian yang
11
sangat penting dalam matematika dan mutlak diperlukan agar siswa dapat belajar matematika dengan baik termasuk bagi siswa kelas IV SD. Jika keterampilan ini belum dikuasai dengan baik, maka pembelajaran matematika akan terhambat. Contohnya adalah jika siswa tidak dapat mengalikan dengan baik, maka materi tentang operasi hitung bilangan bulat juga tidak akan dapat dikuasai dengan baik. 1.1.3 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Dalam proses belajar mengajar perlu diperhatikan faktor-faktor seperti kemauan dan minat siswa turut menentukan keberhasilan belajarnya. Adapun pengertian belajar secara umum yaitu mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang ini lebih dikenal dengan sebutan guru. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar. Witherington (dalam Suryono dan Haryono, 2012 : 11) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
12
Pendapat yang hampir sama dinyatakan oleh Crow and Crow dan juga Hilgard. Menurut Crow and Crow (dalam Suryono dan Haryono, 2012 : 12) menyatakan bahwa belajar merupakan diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru. Belajar dikatakan berhasil jika seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya, sehingga belajar semacam ini disebut dengan rote learning, belajar hafalan, belajar melalui ingatan, by heart, diluar kepala tanpa mempedulikan makna. Menurut Hilgard (dalam Suryono dan Haryono, 2012 : 12)
belajar
adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi. Selanjutnya bersama-sama dengan
Marquis,
Hilgard memperbarui definisinya dengan menyatakan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran dan lain-lain sehingga terjadi perubahan dalam diri. Witherington, Crow and Crow serta Hilgard tergolong ahli pendidikan yang berpengaruh oleh behaviorisme. Gege (dalam Suryono dan Haryono, 2012 : 12) mendefinisikan belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Oxvord Advanced Learner’s Dictionary (1990 :709) mendefinisikan
belajar
sebgai
kegiatan
memperoleh
pengetahuan
atau
keterampilan melalui studi, pengalaman atau karena diajar. Gagne, (dalam Suryono dan Haryono, 2012 : 12) menyatakan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan mausia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan
13
kemampuannya, yaitu peningkatan kemampuan untuk melakkan berbagai jenis kinerja. Hampir mirip dengan devinisi Gagne, DiVesta and Thompson, (dalam Suryono dan Haryono, 2012 : 12-13) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Secara lebih ringkas Gagne and Berliner (1970) dalam sumber yang sama, menyatakan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena
pengalaman. Dalam Buku Perangkat Pembelajaran KTSP SMA (2009), belajar didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar. Lebih dijelaskan lagi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik dengan sumbr-sumber atau objek belajar, baik yang secara sengaja dirancang (by design) maupun yang tidak secara sengaja dirancang tetapi dimanfaatkan (by utilization). Driver and Bell (dalam Suryono dan Haryono, 2012 : 13) mendefinisikan belajar adalah suatu proses aktif menyusun makna melalui setiap interaksi dengan lingkungan, dengan membangun hubungan antara konsepsi yang telah dimiliki dengan fenomena yang sedang dipelajari. Illeris (2000) dan Ormorod, 1995 (dalam Suryono dan Haryono, 2012 : 14) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang membawa bersama-sama pengaruh
dan
pengalaman
kognitif,
emosional,
dan
lingkungan
untuk
memperoleh, meningkatkan atau membuat perubahan didalam pengetahuan,
14
keterampilan, nilai-nilai dan cara pandang (word views) dari seseorang. W.S Winkel (dalam Suryono dan Haryono, 2012 : 14) seorang kognitivis, menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktiv dengan lingkungan yang menghasilkan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Dalam konteks neuropsikologi, Wikipedia (diakses 31 Agustus 2009) telah mendefinisikan belajar sebagai aktivitas pemerolehan pengetahuan baru, perilaku, keterampilan, nilai atau pemahaman, dengan cara melakukan sintesis terhadap berbagai informasi yang berbeda. Dari beberapa definisi tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman yang sudah dialami sebelumnya, seperti pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan melalui pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu yang akan datang. Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar dan dapat berhasil dengan baik. Belajar berlangsung terus menerus dan tidak boleh dipaksakan tetapi dibiarkan belajar bebas dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya. 1.1.4 Teori-Teori Belajar
15
Adapun teori-teori belajar secara umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran, yaitu : 1. Aliran Behavioristik (tingkah laku) merupakan suatu teori belajar yang berpandangan bahwa belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. 2. Aliran Kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses bepikir yang sangat kompleks. 3. Aliran Humanistik merupakan teori belajar yang memanusiakan manusia. Bagi penganut teori ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dalam kenyataan teori ini, lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. 4. Aliran Sibernetik merupakan suatu teori belajar yang paling baru dari semua teori belajar yang dikenal. Menurut teori ini, balajar adalah pengolahan informasi. Sekilas, teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik. Namun, yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses. Informasi inilah yang akan menentukan proses.. 1.1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar Menurut Abror (dalam Mas Nur, diakses 16 juni 2013) menyebutkan faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor motivasi, keinginan akan
16
pengetahuan, keinginan akan prestasi dan peningkatan diri dan keterlibatan ego atau minat dalam suatu subyek tertentu. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (dalam Mas Nur, diakses 16 juni 2013) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar ada 2 yaitu: 1. faktor internal/faktor dari dalam diri siswa seperti kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan kepribadian. 2. faktor eksternal atau faktor dari luar individu seperti keluarga, guru, sarana dan prasarana, motivasi sosial dan lingkungan. Berdasarkan
pendapat
para
ahli
tersebut,
maka
penulis
dapat
menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada yang berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan yaitu faktor motivasi, minat, keinginan akan prestasi, pengetahuan dan faktor dari dari luar meliputi faktor keluarga dan lingkungan. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar dan akan terus terjadi selama manusia saling berinteraksi dan bersosialisasi.
1.1.6 Faktor-Faktor Yang Mendorong Keinginan Untuk Belajar 1. Adanya dorongan rasa ingin tahu. 2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya.
17
3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri. 4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya. 5. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. 6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri. 7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. 8. Untuk mengisi waktu luang. 2.1.7 Hasil Belajar Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu “hasil’ dan“belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya imput secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus imput-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan imput akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (dalam purwanto, 2013 : 45).
18
Menurut Gagne (dalam Purwanto, 2013 : 42) menyatakan bahwa hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada dilingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan didalam dan diantara kategori-kategori (Dahar,1998:95). Menurut Soerdijarto (dalam Purwanto, 2013 : 46) menyatakan bahwa hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh mahasiswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Nasution dan Zainul, (dalam Purwanto, 2013 : 45) mengemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada individu. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada individu tersebut. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya Sudjana (dalam Purwanto, 2013 : 45). Menurut Depdiknas (2003:3), hasil belajar adalah kemampuan yang utuh yang mencakup kemampuan kognitif, kemampuan psikomotor, dan kemampuan afektif atau perilaku. Menurut Benyamin S.Bloom, dkk (dalam Zainal Arifin, 2011 : 20) hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam tiga domain, yaitu koqnitif, afektiv, efektif, dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kamampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal
19
yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang kongkrit sampai dengan hal yang abstrak. Sementara itu Arikunto, (dalam Purwanto, 2013 : 46) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati, dan dapat diukur”. Dari pendapat di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir yang diperoleh sesorang setelah melalui proses belajar dilihat dari perubahan perilaku, pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil dari belajar adalah: 1. Perubahan yang terjadi secara sadar. Maksudnya adalah bahwa individu yang menyadari dan merasakan telah terjadi adanya perubahan yang terjadi pada dirinya. 2. Perubahan yang terjadi relatif lama. Perubahan yang terjadi akibat belajar atau hasil belajar yang bersifat menetap atau permanen. Maksudnya adalah tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. 3. Perubahan yang terjadi mencakup seluruh aspek tingkah laku. 4. Perubahan yang diperoleh individu dari hasil belajar adalah meliputi perubahan
keseluruhan
tingkah
laku
baik
dalam
sikap,
kebiasaan,
keterampilan dan pengetahuan. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut:
20
1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa. 2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. 3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatannya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang lainnya. 4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
2.1.8 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor Internal Foktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas
21
mengantuk dan lelah. Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar. Faktor-faktor tersebut diantaranya: -
Adanya keinginan untuk tahu
-
Agar mendapatkan simpati dari orang lain.
-
Untuk memperbaiki kegagalan
-
Untuk mendapatkan rasa aman Selain beberapa faktor di atas, faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dapat disebutkan sebagai berikut: 1) Minat Seorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak akan berhasil dengan baik, tetapi kalau seseorang memiliki minat terhadap objek masalah maka dapat diharakan hasilnya baik. Masalahnya adalah bagainama seorang pendidik selektif dalam menentukan atau memilih masalah atau materi pelajaran yang menarik siswa. Berikutnya mengemas materi yang dipilih dengan metode yang menarik. Karena itu pendidik/ pengajar perlu mengenali karakteristik siswa, misalnya latar belakang sosial ekonomi, keyakinan, kemampuan, dan lain-lain. Menurut kamus lengkap psikologi, minat (interest) adalah (1) satu sikap yang berlangsung terus menerus yang memolakan perhatian seseorang, sehingga membuat dirinya jadi selektif terhadap objek minatnya, (2) perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas, pekerjaan, atau objek itu berharga atau berarti bagi individu, (3) satu keadaan
22
motivasi, atau satu set motivasi, yang menuntun tingkah laku menuju satu arah (sasaran) tertentu . Menurut Hilgard (dalam Slameto, 2010 : 59) menyatakan bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segansegan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah dipahami dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar Dakir (dalam Hariyanto, diakses 16 juni 2013) menyatakan bahwa untuk mencapai prestasi yang baik disamping kecerdasan juga minat, sebab tanpa adanya minat segala kegiatan akan dilakukan kurang efektif dan efesien. Dalam percakapan sehari-hari pengertian perhatian dikacaukan dengan minat dalam pelaksanaan perhatian seolah-olah kita menonjolkan fungsi pikiran, sedangkan dalam minat seolah-olah menonjolkan fungsi rasa, tetapi kenyataanya apa yang menarik minat menyebabkan pula kita kita berperhatian, dan apa yang menyebabkan perhatian kita tertarik minatpun menyertai kita.” Sedangkan menurut Tidjan (dalam Hariyanto, diakses 16 juni 2013) yaitu adalah gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan senang. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa minat itu sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek seperti benda tertentu atau
23
situasi tertentu yang didahului oleh perasaan senang terhadap obyek tersebut. Jadi minat merupakan kecenderungan atau arah keinginan terhadap sesuatu untuk memenuhi dorongan hati, minat merupakan dorongan dari dalam diri yang mempengaruhi gerak dan kehendak terhadap sesuatu, merupakan dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya. 2) Kecerdasan Kecerdasan memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya seserorang. Orang pada umumnya lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas. Berbagai penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara tingkat kecerdasan dan hasil belajar di sekalah (Sumadi, 1989: 11). 3) Bakat Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang perlu dilatih dan dikembangkan agar dapat terwujud (Utami, 1992:17). Bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan pada masa yang akan datang. Selain kecerdasan bakat merupakan faktor yang menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar (Sumadi, 1989: 12). Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakatnya akan memperbesar kemungkinan seseorang untuk berhasil. 4) Motivasi
24
Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak untuk melakukan
sesuatu
tindakan.
Besar
kecilnya
motivasi
banyak
dipengaruhi oleh kebutuhan individu yang ingin dipenuhi (Suharsimi, 1993: 88). Ada dua macam motivasi yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan. Sedangkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar atau motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya angka, ijazah, tingkatan, hadiah, persaingan, pertentangan, sindiran, cemoohan dan hukuman. Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah karena tidak semua pelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan memiliki kemampuan pada suatu mata pelajaran, baik itu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mampu dikembangkan, siswa diharapkan dapat mengalih gunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam mengahadapi masalah-masalah dalam berbagai bidang pelajaran. Kemampuan bernalar, kemampuan memilih strategi yang cocok dengan permasalahannya, maupun kemampuan menerima dan mengemukakan suatu informasi secara tetap dan cermat merupakan kemampuan umum yang dapat digunakan dalam berbagai bidang. b. Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.
25
1) Faktor yang berasal dari orang tua Pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak-anaknya, dan diterimanya dari kodrat Ngalim Purwanto (dalam Arsyak, diakses 16 juni 2013). Orang tua merupakan area terdekat pada individu. Anak sangat memerlukan kasih sayang, perlindungan, rasa aman, sikap 17 dan perlakuan yang adil dari orang tua. Hartup F.J Monks dan Knoers (dalam Arsyak, diakses 16 juni 2013) mengemukakan bahwa para orang tua masih mempunyai lebih banyak pengaruh dalam hal-hal politik dan pekerjaan daripada teman-teman sebayanya. Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu, kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya hendaklah kasih sayang yang sejati pula. Para teoritis yang menganut paham “environmentalisme”berpendapat, “Tidak ada anak yang sukar, yang ada ialah orang tua yang sukar (problem children are the product of problem parents” Alex Sobur (dalam Arsyak, diakses 16 juni 2013). Bagus Santoso (dalam Arsyak, diakses 16 juni 2013) mengemukakan pendapatnya tentang perhatian orang tua, yaitu pemusatan kesadaran jiwa berupa tenaga, pikiran dan perasaan, dari orang tua kepada anaknya, ditransformasikan dalam berbagai cara untuk memberikan motivasi atau dorongan positif terhadap anaknya dalam usaha
mencapai
prestasi
belajar
yang
optimal.
Dari
uraian-
uraiantersebutdapat disimpulkan pengertian perhatian orang tua, adalah
26
suatu kesadaran orang tua dalam mendidik, membimbing, dan merawat anak-anaknya (baik berbentuk tindakan maupun ucapan) dengan penuh rasa kasih sayang agar anak-anak dapat meraih cita-cita dan hidup mandiri. Orang tua yang terdiri dari ayah dan ibu ini masing-masing mempunyai peranan dalam keluarganya. Akan tetapi meskipun ayah dan ibu mempunyai peranan masing-masing, tujuan mereka tidaklah lepas dari kewajiban untuk mendidik, membimbing, dan merawat anakanaknya. Ngalim Purwanto (dalam Arsyak, diakses 16 juni 2013) mengemukakan beberapa peranan seorang ibu dan ayah di rumah, sebagai berikut. a.
Peranan ibu dalam pendidikan anaknya adalah: 1) sumber dan pemberi rasa kasih sayang, 2) pengasuh dan pemelihara, 3) tempat mencurahkan isi hati, 4) pengatur kehidupan dalam rumah tangga, 5) pembimbing hubungan pribadi.
b.
Peranan ayah dalam pendidikan anaknya adalah: 1) sumber kekuasaan dalam keluarganya, 2) penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar, 3) pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga, 4) pelindung terhadap ancaman luar, 5) hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan, 6) pendidik dalam segi-segi rasional.
27
Orang tua dalam memberikan perhatian tidaklah harus dengan suatu hal yang mahal, atau yang berlebihan. Perhatian dapat ditunjukkan dengan hal-hal yang kecil yang dimulai dengan kebiasaan dalam keluarga. Bentuk perhatian orang tua tidaklah terbatas pada satu perilaku atau tindakan. 2) Faktor yang berasal dari sekolah Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru, kemampuan mengajarnya. Terhadap mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan perhatianya kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan, kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar. 3) Faktor yang berasal dari masyarakat Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengaruh masyarakat
bahkan
sulit
dikendalikan.
Mendukung
atau
tidak
mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi.
28
2.2
kajian Yang Relevan Andri Librasky tahun 2010 dalam skripsinya yang berjudul “
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar”. Dalam penelitian ini ada hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan menjumlah bilangan bulat, dimana dalam penelitiannya ditemukan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1.
Minat peserta didik terhadap pembelajaran yang dilakukan.
2.
Tingkat disiplin yang kurang dikalangan siswa.
3.
Kurangnya motivasi siswa dalam melaksanakan pembelajaran.
4.
Faktor lingkungan kondusif untuk peningkatan prestasi belajar.