9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 KESIAPAN MENGAJAR 2.1.1 Pengertian Kesiapan Untuk mencapai suatu pekerjaan, seseorang perlu memiliki kesiapan akan segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksaan tugas tersebut, baik kesiapan fisik, kesiapan mental maupun kesiapan secara segi kognitif. Hal ini berlaku juga bagi seorang guru yang berperan sebagai pemberi pelajaran kepada siswa dalam proses belajar mengajar harus selalu membekali diri dengan persiapan sebelum mengajar. Kesiapan dalam kamus psikologi diartikan suatu titik kematangan untuk menerima atau mempraktekan tingkah laku tertentu (Dali Gulo: 1983). Suharsimi Arikunto (2001: 54), memberikan arti terhadap kesiapan dari seorang guru bahwa kesiapan adalah suatu kompetensi sehingga seseorang yang mempunyai kompetensi berarti seseorang tersebut memiliki kesiapan yang cukup untuk berbuat sesuatu. Sebagai contoh, seorang calon guru dikatakan mempunyai kesiapan mengajar menggambar tiga dimensi jika guru tersebut mempunyai cukup pengetahuan tentang cara pengukuran dan titik pandang mana yang akan diambil. Menurut Nana Sudjana (1989) berpendapat bahwa ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi mengajar. Pertama adalah tahap mengajar (merencanakan rencana belajar), kedua adalah menggunakan atau pendekatan mengajar (alat peraga) dan tahap ketiga prinsip mengajar (persiapan
10
mental). Mempersiapkan diri sebelum mengajar menurut tiga aspek tersebut akan membuat pengajar siap serta penuh percaya diri untuk memasuki ruangan kelas, karena pengajar tersebut telah mengetahui cara yang akan digunakan untuk menjelaskan bahan pelajaran. Persiapan yang baik sangat perlu untuk mendapatkan atau memperoleh hasil yang maksimal. Ketiga tahapan tersebut harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pengajaran. Satu tahap ditinggalkan, sebenarnya tidak dapat dikatakan proses pengajaran. Pada dasarnya konsep persiapan dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah konsep yang sangat baik, namun implementasi dalam proses persiapan ini memerlukan waktu yang cukup panjang. Perubahan zaman dan perubahan teknologi pendidikan menuntut perubahan pola pikir, sikap serta nilainilai dari setiap individu yang ikut di dalamnya. Pelaksanaan persiapan mengajar akan berhasil maka perubahan pola pikir, sikap dan guru-gurunya harus mengikuti perubahan yang ada. Berdasarkan pengertian kesiapan dan mengajar diatas, dapat dikemukakan bahwa kesiapan mengajar adalah suatu titik kematangan atau keadaan yang diperlukan untuk melakukan sesuatu kegiatan mengorganisasi lingkungan dengan baik yang menetapkan guru sebagai fasilitator untuk membantu siswa agar dapat belajar dan kegiatan tersebut terikat oleh suatu tujuan tertentu. Dengan demikian kesiapan guru pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru atau praktik guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan efisien.
11
Dengan perkataan lain strategi mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan praktik mengajar. Menurut Oemar Hamalik (2005) Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan ini dalam melakasanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses, belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni mengkoordinaksikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode dan alat bantu mengajar serta penilaian evaluasi. Pada
tahap
berikutnya
adalah
tindakan
atau
praktik
mengajar.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Glasser. Menurut Glasser ada empat hal yang harus dikuasai oleh guru, yakni; a) menguasai bahan belajar, b) kemampuan mendiagnosa tingkah laku siswa, c) kemampuan melaksanakan proses pengajaran dan d) kemampuan mengukur hasil belajar siswa (Nana Sudjana, 1999). Bertolak dari pendapat diatas, maka kompetensi guru dapat dibagi menjadi tiga bidang yaitu : a. Kompetensi bidang kognitif. Artinya kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengatauan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang
12
administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya. b. Kompetensi bidang sikap. Artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalkan sikap menghargai pekerjaannya. Mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya. Sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya. c. kompetensi perilaku / performance. Artinya guru dalam berbagai keterampilan/berperilaku, seperti keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, keterampilan menumbuhkan semangat belajar para siswa, keterampilan menyusun persiapan/perencanan mengajar, keterampilan melaksanakan adaministrasi kelas dan lain-lain. Perbedaan dengan kompetensi kognitif terletak dalam sifatnya. Kalau kompetensi kognitif berkenaan perilaku yang diutamakan adalah praktik/keterampilan. Penjelasan seorang guru harus mampu memfokuskan perhatian dan membuat tertarik pada demonstrasi. Setelah itu mengemukakan tujuan demonstrasi/peragaan,
menunjukan
butir-butir
keselamatan
kerja.
Demonstrasi/peragaan yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah jangan sampai salah dalam memberikan peragaan, karena akan menimbulkan pengaruh
13
negatif. Asimilasi, setelah siswa melihat, menerima, mengerti apa yang diperagakan, maka siswa mencoba praktik. Hal ini untuk memperoleh kemantapan yang meyakinkan apakah siswa benar-benar praktik dengan pengawasan oleh guru. Tugas guru dalam hal ini yaitu: 1) selalu mengawasi hasil praktik siswa, 2) menguji siswa bila hasilnya baik, 3) memberikan konsep yang benar dan yang salah. Penilaian pada tahap ini siswa perlu diberikan skema penilaian yang jelas agar siswa mengetahui kelemahannya dan kemajuannya, serta agar siswa mengetahui keterampilan mana yang harus lebih ditekuni. Undang-undang no 14 tahun 2005 pasal 8 mengatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kesiapan guru mengajar praktik dapat disimpulkan suatu proses belajar mengajar dimana materi yang akan diberikan, membimbing siswa dan mengatasi hambatan selama pembelajaran praktik berlangsung telah dikuasai guru sehingga siswa dapat belajar dan kegiatan tersebut terkait oleh suatu tujuan. Untuk mengukur kualifikasi guru, kesiapan materi yang akan diberikan, kesiapan perencaan pembelajaran dan kemampuan menggunakan media/alat praktik yang digunakan selama praktik berlangsung.
14
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan mengajar guru a. Pengalaman kerja guru Ada ungkapan yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang baik. Orang akan banyak belajar dari pengalaman yang telah dialaminya, akan menjadi sesuatu yang janggal jika orang telah berpengalaman akan mengulangi suatu yang telah dilaksanakan kalau tidak menguntungkan. Untuk mencapai kualitas yang baik sesuai dengan harapan guru memerlukan pengalaman-pengalaman dalam waktu yang sangat panjang. Lamanya waktu guru mengisinya dengan pengalaman dalam mengajar adalah disebut pengalaman mengajar. Seorang guru yang banyak pengalaman dalam mengajar akan mudah dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar akan lebih berkualitas. Moh. Uzer Usman (1992 : 32-33) menyatakan bahwa mengajar dikatakan berkualitas bila dalam mengajar: 1) Dapat menjangkau tiga kemampuan hasil belajar, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik; 2) Sesuai dengan tujuan instruksional; 3)Terjadi proses belajar pada siswa; 4)Terjadi perubahan tingkah laku yang positif. Untuk menjangkau kualitas mengajar yang baik diperlukan pengalaman mengajar yang lama. Pengalaman mengajar menunjukkan pada lamanya guru mengajar pada bidang yang diajarkan. Dari pengalaman mengajar guru akan memperolah beberapa keuntungan. Pengalaman mengajar seorang guru berhubungan dengan kesiapan mengajar. Makin banyak pengalaman mengajar akan semakin siap untuk mengajar. Seorang guru yang banyak pengalaman mengajarnya akan mampu
15
mengatasi kesulitan-kesulitan yang timbul dalam dunia pengajaran. Guru yang mempunyai pengalaman mengajar cukup lama akan mampu meningkatkan mutu pengajaran, sehingga pengajaran akan semakin terkontrol dan terkendali. Dari kajian teori diatas tampak bahwa pengalaman mengajar mempunyai pengaruh terhadap kesiapan mengajar seorang guru. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam rangka meningkatkan mutu lulusan SMK agar dapat bekerja di dalam dunia industri diperlukan peran serta dari seorang guru.guru yang diikutkan dalam hal ini adalah guru yang mau melakukan persiapan pengajaran. Guru yang yang siap untuk melakukan proses mengajar adalah guru yang profesional. Guru-guru SMK dituntut untuk memperluas wawasan dan pengalaman sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan baik di sekolah maupun industri. Adanya pengalaman kerja yang tinggi akan berdampak bahwa guru SMK semakin siap untuk melaksanakan pembelajaran. b. Latar belakang pendidikan guru Kesiapan mengajar seorang guru dapat ditunjukan oleh penampilan mengajar. Penampilan mengajar ini wujud kompetensi profesionalisme dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pengajarannya. Kompetensi profesionalisme seorang guru diperoleh melalui pendidikan. Oemar Hamalik (1991: 42) menjelaskan “Kompetensi profesianal guru, selain berdasarkan pada bakat guru pada diri seseorang, unsur pengalaman, dan pendidikan memegang peranan yang sangat penting.” Menurut pendapat ini kompetensi profesional
16
seorang guru dapat dipelajari atau dipersiapkan oleh seseorang yaitu melalui proses pendidikan guru. Pendidikan guru di indonesia ditangani oleh LPTK. Penyiapan dan pengembangan tenaga kependidikan menurut C. Trisno (2002), bahwa pendidikan dilaksanakan berdasarkan jenjang kependidikan meliputi :a) program gelar, setrata satu yaitu S-1 dengan beban studi 144-160 SKS dengan lama studi empat sampai tujuh tahun, b) Program non gelar, diploma tiga yaitu D-3 dengan beban studi 110-118 SKS dengan lama studi tiga sampai lima tahun, dan c) program akta bagi lulusan bidang studi non kependidikan yang akan menjadi seorang guru. Dijelaskan juga oleh Amidjaja, bahwa lulusan atau pemilik atau ijazah dari masing-masing jenjang kependidikan tersebut dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi untuk mengembangkan profesinya. Berdasarkan latar belakang pendidikan tersebut, seorang guru dapat digolongkan dalam katagori guru dengan latar belakang pendidikan diploma (D-3) dan seorang guru dengan latar belakang pendidikan sarjana S-1. jenjang pendidikan tersebut menyatakan pengalaman belajar dan beban studinya. Seorang guru dengan latar belakang pendidikan S-1 akan memiliki pengalaman belajar dan beban studi yang lebih tinggi dibandingkan dengan seorang guru yang berlatar belakang pendidikan D-3. Atas dasar perbedaan pengalaman dan beban studi tersebut seorang guru dengan latar belakang pendidikan S-1 memiliki kategori atau tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan seorang guru yang mempunyai latar belakang pendidikan D-3. Atas dasar perbedaan kategori tersebut guru akan memiliki
17
kesiapan mengajar yang berbeda. Dengan pengalaman belajar dan beban studi yang lebih banyak seseorang akan memiliki kesiapan dalam bidang yang dipelajarinya dengan lebih baik. Dengan demikian seorang guru berlatar belakang pendidikan S-1 akan memiliki kekesiapan mengajar yang berbeda dan lebih tinggi dibandingkan dengan seorang guru yang memiliki latar belakang pendidikan D-3. c. Penataran dan pelatihan guru Salah satu syarat untuk menjadi guru yang berhasil adalah memiliki kesiapan mengajar. Dalam proses belajar mengajar, kegagalan-kegagalan sering terjadi dikarenakan kurang adanya kemampuan mengajar. Untuk mengatasi hal ini para guru dipandang perlu untuk menambah wawasan dan pengetahuan dan pengatahuan pada bidang yang ditempuhnya. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada bidang kerjanya, dikenal istilah in-service education. In-service education dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha yang berkesinambungan untuk menjadikan seorang guru lebih mampu dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan melalui program pelatihan dalam jabatan (in service training). Pelatihan mengandung makna bahwa setelah mengikuti pelatihan guru akan terdorong motivasinya untuk memperbaiki kinerja, cara pembelajaran atau penyegaran ilmu dan informasinya. Pelatihan secara umum diartikan sebagai kegiatan untuk memperbaiki penguasaaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu dalam waktu yang sangat singkat. Sedangkan definisi dari Center for Development Management and Productivity (Depdiknas; 2000) adalah belajar untuk mengubah tingkah laku
18
orang dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Pelatihan pada dasarnya adalah suatu proses memberikan bantuan bagi para karyawan atau pekerja untuk memperbaiki kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan. Secara umum tujuan pelatihan guru dinyatakan oleh Moekijat (1993) adalah untuk penambahan pengetahuan, keterampilan, dan perbaikan sikap dari peserta pelatihan. Pelatihan tersebut akan didukung dengan adanya sebuah penataran. Penataran adalah pendidikan yang dilaksanakan untuk peningkatan kecerdasan, kepandaian keterampilan atau kewenangan yang menjadi dasar kualifikasi profesi. Dapat diartikan pula bahwa penataran adalah pendidikan lanjutan dari hasil pelatihan sebab dengan pelalatihan hanya dilakukan dalam waktu yang singkat sehingga perlu diadakan pengigatan. Suharsimi Arikunto (1988) membuktikan adanya positif antara penataran terhadap pekerjaan seorang guru. Hal ini tidak disebabkan latihan yang efektif begitu saja, tetapi tercipta karena adanya kombinasi program yang dirancang dengan baik untuk mencapai hasil secepat mungkin. Dari kajian teori diatas dapat disimpulkan bahwa penataran dan pelatihan yang berhubungan dengan teknologi pengajaran atau penataran dan pelatihan dalam bidang studi mempunyai pengaruh terhadap kesiapan mengajar seorang guru terutama terhadap kesiapan merencanakan pembelajaran praktik.
2.1.3 Perencanaan Praktik Pembelajaran Pembelajaran harus direncanakan untuk mempermudah proses belajar mengajar agar menjadi lebih bermakna. Perencanaan dimaksudkan agar program
19
pembelajaran hendaknya dapat menjadikan guru lebih siap dalam mengajar dengan perencaan lebih matang (Sudirman dkk, 1990). Kesiapan sendiri menurut kamus psikologi adalah suatu titik kematangan untuk menerima atau mempraktekan tingkah laku tertentu (Chaplin, 2002). Poerwodarminto (1985:940) menyatakan bahwa siap sebagai sesuatu yang sudah disediakan. Jadi siap berarti kondisi atau keadaan yang sudah terpenuhi. Dari pendapat tersebut diatas, kesiapan dapat dipandang sebagai suatu karakteristik tertentu yang diperlukan oleh seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu. Seorang guru mata diklat dalam melaksanakan PBM memerlukan sebuah persiapan. Persiapan tersebut berupa rencana pembelajaran. Di dalam rencana pembelajaran tersebut mencakup urutan bagaimana waktu yang akan digunakan, urutan bagaimana materi akan disampaikan, rangkaian perkembangan proses berfikir dan keterampilan yang akan ditumbuhkan pada siswa, alat peraga dan penilaian (Oemar Hamalik, 2005). Selanjutnya menurut Sudirman dkk komponen yang harus disiapkan diantaranya : 1) tujuan 2) bahan pelajaran 3) kegiatan belajar megajar 4) Metode, media dan sumber 5) evaluasi. Dari ketiga uraian ketiga pendapat diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dalam suatu perencanaan pembelajaran hal-hal yang perlu direncanakan adalah hal-hal sebagai berikut : menentukan bahan pembelajaran dan merumuskan tujuan, memilih dan mengorganisasikan materi, media (alat bantu mengajar) dan sumber, merancang skenario pembelajaran, merancang pengelolaan kelas, merancang prosedur dan mempersiapkan alat penilaian dan kesan umum rencana pembelajaran.
20
a. Perencanaan pengelolaan pembelajaran Pada hakekatnya jika suatu kegiatan direncanakan terlebih dahulu, keberhasilan atau kelancaran menuju tujuan yang akan dicapai akan lebih terarah. Hal itulah yang membuat para guru harus memiliki kemampuan untuk membuat sebuah perencanaan pembelajaran. Seorang guru hendaknya merencanakan program pembelajaran yang berupa materi maupun keterampilan yang akan diberikan setiap pertemuannya. Perencanan itu dapat sebagai kontrol dan pegangan saat mengajar bagi guru itu sendiri. Perencanaan seorang guru sendiri harus dimulai dari awal tahun pelajaran baru yaitu dengan menyusun program yang tertuang dalam program tahunan dan program semester dalam perencanaan pengelolaan pembelajaran. Dalam perencanaan pembelajaran ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan yaitu: 1) merumuskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Tujuan dari pembelajaran sebelumnya ditentukan melalui sebuah kurikulum. Di dalam kurikulum terdapat standar kompetensi, yang mana guru diberi kebebasan untuk menjabarkan dalam kompetensi dasar, hal ini bertujuan untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi dan mencapai
tujuan
pembelajarannya
tersebut.
Dalam
merumuskan
pembelajaran sebaiknya setiap guru memperhatikan aspek ABCD yaitu audience (siswa), behavior (kemampuan Siswa), conditions (keadaan PBM), dan degree (ukuran tujuan pembelajaran) (Depdikbud,1999).
21
2) Menentukan metode mengajar Metode mengajar adalah suatu cara untuk mengatur hubungan interaksi antara siswa dengan guru pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam pemilihan metode mengajar diperlukan adanya pemahaman dan adanya kesesuaian dengan bahan yang akan diajarkan. Menurut Chalijah Hasan (1994), yang menjadi pertimbangan utama dalam metode mengajar adalah kesesuaian metode dengan tujuan pembelajaran materi pelajaran, sumber dan fasilitas yang tersedia, kondisi belajar mengajar, kondisi siswa dan waktu yang tersedia. Dari uraian diatas dapat memilih metode mengajar berdasarkan kondisi siswa, bahan yang disampaikan dan fasilitas sekolah. Menurut harjanto (1996) tedapat beberapa macam motede pembelajaran antara lain : (1) metode pemberian tugas, (2) metode eksperimen, (3) metode diskusi, (4) metode karyawisata, (5) metode bermain peran, (6) metode demonstrasi, (7) metode ceramah, (8) metode tanya jawab, (9) metode bercerita, (10) metode sosiodrama. 3) Menentukan langkah-langkah mengajar Langkah-langkah dalam pembelajaran perlu direncanakan agar tujuan pelajaran dapat tercapai, hal ini juga untuk mempermudah pemahaman peserta didik dalam memahami materi yang sedang diajarkan. Umumnya langkah-langkah mengajar didasarkan dari yang mudah ke sukar dan dari yang bersifat ingatan sampai ke evaluasi atau modifikasi.
22
Dalam langkah mengajar perlu dianjurkan terlebih dahulu konsep dasar atau dasar teori sebelum memasuki pemecahan masalah. 4) Menentukan cara-cara memotivasi siswa. Motivasi diperlukan untuk menumbuhkan minat belajar peserta didik yang tinggi dengan tujuan pembalajran tercapai dengan baik. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memotivasi siswa aantara lain dengan bercerita pengalaman, kesuksesan, manfaat yang dapat dari materi dan hasil yang akan dicapai jiika menguasai suatu kompetensi tertentu.
b. Perencanaan pengelolaan bahan pembelajaran Dalam pengeloaan bahan pembelajaran disini harus berpedoman pada kurikulum yang ada pada sekolah masing-masing serta standar kompetensi yang ada. Dalam pengelolaan bahan pembelajaran yang paling penting adalah menentukan sumber dan bahan pembelajaran sehingga memudahkan peserta didik dalam memahami materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Bahan pembelajaran juga harus memperhatikan taraf berfikir peserta didik sesuai dengan materinya.
c. Perencanaan pengelolaan kelas Perencanaan
pengelolaan
kelas
merupakan
salah
satu
indikator
keberhasilan dalam pembelajaran, hal ini disebabkan dalam kelas terdapat peserta didik dengan karakter yang bervariasi. Perbedaan karakter ini dapat diminimalisir dengan pengelolaan kelas yang baik. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan (1) mengatur tempat duduk sesuai dengan strategi pembelajaran yang digunakan
23
(2)
merencanakan
alokasi
waktu
pembelajaran
(3)
menentukan
cara
mengordinasikan siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. d. Perencanaan alat dan media pembelajaran Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar (Harjanto, 2008: 237-240). Sesuai dengan fungsinya, media dapat digunakan untuk membantu memudahkan pemahaman siswa dalam menangkap dan memahami konsep atau materi yang disampaikan. Media juga dapat menghantarkan siswa ketingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada disampaikan dengan ceramah atau lisan.
e. Perencanaan penilaian prestasi siswa Prestasi digunakan sebagai pedoman apakah kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Dari sinilah dapat diketahui siapa dan bagaimana dari materi yang belum dikuasai oleh peserta didik kita. Dalam tahap perencanaan evaluasi dapat dilakukan dengan cara menentukan prosedur penilaian yang akan digunakan dan bagaimana membuat alat penilaian hasil belajar siswa.
2.1.4 Pelaksanaan Praktik Pembelajaran Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi, berhubungan dan bergantung satu sama lain. Menurut Oemar Hamalik (2005) pembelajaran adalah perubahan tingkah laku
24
yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Dalam konteks belajar yang yang direncanakan adalah suatu pembelajaran yang dilakukan secara sengaja dengan struktur tertentu. Maksudnya agar proses belajar mengajar dan hasil-hasil yang dicapai dapat dikontrol secara cermat. Guru dengan sengaja menciptakan kondisi dan lingkungan yang menyediakan kesempatan belajar kepada para siswa untuk mencapai tujuan tertentu, dilakukan dengan cara tertentu, dan diharapkan memberikan hasil tertentu pula kepada siswa. Pelaksanaan pembelajaran yang dikaitkan dengan penelitian ini adalah upaya proses belajar mengajar membawa hasil yang diinginkan, guru memiliki kompetensi-kompetensi tertentu yang bisa digolongkan dalam kompetensi profesional seperti yang dijelaskan diatas yakni mulai menentukan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi dengan metode dan strategi yang tepat, mengelola interaksi kelas dengan baik, mengelola waktu dan fasilitas belajar secara melakukan penilaian atas proses dan interaksi yang telah dilakukan dengan peserta didik. Untuk memperjelas keterangan diatas berikut ini akan diuraikan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas antara lain : a. Memulai pelajaran Membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi murid agar mental dan perhatiannya terpusat pada apa yang dipelajrainya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek terhadap kegiatan belajar (Moh. Uzer Usman : 1990).
25
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk menumbuhkan kesiapan mental siswa dalam menerima pelajaran. Selain ada komponen-komponen keterampilan yang membuka pelajaran yang dikemukakan sebelumnya yaitu menarik perhatian siswa dan menumbuhkan motivasi semangat belajar. Cara menarik perhatian siswa dapat dilakukan guru dengan menggunakan cara belajar yang bervariasi, menggunakan berbagai media mengajar, dan pola interaksi yang bervariasi (Hasibuan dan Ibrahim: 1998). Untuk menumbuhkan mativasi dapat dengan cara kehangatan atau keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, dan memperhatikan minat siswa. Memberi acuan dapat dilakukan dengan cara mengemukakan tujuan dan tugas-tugas, memberikan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan mengajukan pertanyaan. Adapun cara membuat apersepsi dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan atau memberikan kesimpulan pelajaran yang telah berlangsung kemarin. Tujuan membuka pelajaran adalah untuk memperoleh pengaruh yang positif terhadap proses belajar mengajar. Menurut Hasibuan dan Ibrahim (1998) pengaruh positif tersebut dapat dilihat dari perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapai tugas-tugas yang akan dikerjakan, siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari mata diklat, dan siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru.
26
b. Mengelola kegiatan pembelajaran Pengelolaan pembelajaran disini ditenkan pada saat dikelas dimana guru berperan sebagai pemimpin untuk peserta didiknya, disini seorang guru harus mampu menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengendalikan bilamana terjadi gangguan didalam kelas saat terjadi proses belajar mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pembelajaran serta mengendalikan dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun yang termasuk dalam pengelolaan pembelajaran praktik adalah sebagai berikut : 1) telah keterampilan yaitu menganalisis jenis suatu keterampilan berdasar aspek
konstansi,
kontinuitas,
koherensi
dan
kompleksitas;
2)
memberikan demonstrasi siswa untuk membentuk tingkah laku dasar siswa; 3) mengembangkan latihan dalam komponen unit keterampilan atau abilitas keterampilan; 4) menentukan dan mempertunjukan keterampilan bagi siswa; 5) menyediakan kontinguitas, latihan yang mendasar (Oemar Hamalik : 2005). Dari
pendapat
tentang pengelolaan
kegiatan
pembelajaran
dapat
disimpulkan. Pengelolaan yang pembelalajaran yang berkaitan dengan penelitian ini adalah pengelolaan mempersiapkan siwa menjadi beberapa kelompok sebelom praktik, memberikan demonstrasi bagaimana mengasah kemampuan dan keterampilan otot, dan menjaga keberlangsungan belajar dengan mengatur kondisi siswa yang tidak diinginkan.
27
c. pengelolaan waktu dan pengorganisasian siswa Dalam merencanakan suatu pembelajaran yang tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) seorang guru yang baik harus mencantumkan alokasi waktu untuk mencapai kompetensi tertentu. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi adanya materi yang mungkin belum tersampaikan sehingga penggunaan waktu harus benar-benar diperhatikan. Adapun suatu proses pembelajaran pengelolaan waktu dapat dibedakan menjadi tiga kelompok utama yaitu waktu untuk kegiatan pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup, dalam pembelajaran siswa perlu diatur untuk membantu mempercepat tujuan pembelajaran dan memusatkan perhatian siswa hal ini dapat dilakukan dengan mengatur cara temapat praktik membentuk kelompok-kelompok kecil, mampu memanfaatkan peralatan dan media yang ada sesuai dengan metode yang digunakan. d. pelaksanaan penilaian Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, perlu dilakukan suatu penilaian atau evaluasi. Evaluasi merupakan membandingkan
tujuan
dengan
hasil
dan
merupakan
kegiatan
studi
yang
mengkombinasikan penampilan dengan sesuatu nilai tertentu. Evaluasi dalam proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang perlu direncanakan dan diatur sejalan dengan pengaturan serta perencanaan dalam pelaksanaan kurikulum yang berlaku. Alat yang digunakan untuk belajar disekolah disebut tes atau soal. Tes atau soal adalah seperangkat alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam proses pembelajarannya. Tes yang didesain
28
untuk mengukur tercapainya tujuan pembelajaran mempunyai peranan penting untuk menilai kemajuan siswa dan memberikan informasi mengenai efektifitas program pembelajaran. Hasil tes ini memberitahukan kepada guru seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah di targetkan. Oleh karena itu, tes pengukuran keberhasilan ini memegang peranan penting dalam penyusunan metode pembelajaran. Harjanto (2008 : 283) berpendapat bahwa ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes hasil belajar antara lain adalah: 1) Tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional; 2) Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan; 3) Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan;4) Dirancang sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Dari pengertian diatas, evaluasi belajar dalam proses pembelajaran merupakan hal yang penting karena evaluasi dapat digunakan untuk mengecek, mengukur, menilai dan memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi dapat digunakan untuk menilai apakah proses pembelajaran telah dilaksanakan secara efektif dan mencapai tujuan dengan optimal. Untuk itu dalam evaluasi pembelajaran guru perlu membauat perencanaan tes, melaksanakan tes, mengolah hasil tes dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
29
e. menutup pelajaran Menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran. Kegiatan menutup pelajaran terdiri dari kegiatan memberikan simpulan, penguatan dan memberikan tugas. Membuat kesimpulan merupakan komponen strategi yang memuat semua bagian sisi pelajaran yang penting yang berupa pengertian singkat dari konsep, prosedur atau prinsip yang baru dipelajari. Pemberian kesimpulan dimaksudkan agar siswa lebih mudah mencerna ide-ide pokok dari isi mata pelajaran yang diajarkan. Penguatan diberikan untuk memperjelas materi yang telah diberikan dan memberikan kesan yang mendalam kepada peserta didik. Pemberian tugas merupakan suatu metode dalam proses belajar mengajar sebagai bentuk pengalaman belajar. Metode tugas adalah cara mengajar dengan pemberian tugas kepada siswa dalam bentuk pekerjaan rumah, dan membuat tugas keterampilan tertentu.
2.2
PROGRAM LATIHAN PROFESI Berdasarkan Panduan Praktek Kependidikan (PPK) (...: 3 – 5), PPL
(Program Pengalaman Lapangan) yang kini berganti menjadi PLP (Program Latihan Profesi), memiliki: 2.2.1
Tujuan Umum Tujuan
umum
PLP
Kependidikan
adalah
untuk
memberikan
pengalaman kependidkan secara faktual bagi para mahasiswa (praktikan) di lapangan, agar dapat terbentuk menjadi tenaga kependidikan yang profesional. Pengalaman tersebut meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam
30
profesi
sebagai
pendidik,
serta
mampu
menerapkannya
dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan penuh tanggung jawab. 2.2.2
Tujuan Khusus Melalui PLP Kependidikan diharapkan para mahasiswa (praktikan)
dapat: a. Mengenal secara cermat lingkungan sosial, fisik, administrasi, dan akademik sekolah tempat latihan. b. Dapat
menerapkan
berbagai
keterampilan
dasar
keguruan/kependidikan secara utuh dan terpadu dalam situasi sebenarnya. c. Dapat menarik pelajaran dari pengalaman dan penghayatannya, yang direalisasikan dalam perilakunya sehari-hari. 2.2.3
Prosedur Pelaksanaan Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas, para praktikan harus menempuh
kegiatan pendahuluan (orientasi dan adaptasi), kegiatan pengembangan/inti latihan, dan kegiatan kulminasi (pelaporan dan ujian) di bawah bimbingan Dosen PLP (Dosen Tetap PLP dan Dosen LB PLP). a. Kegiatan Pendahuluan (Orientasi dan Adaptasi) Kegiatan orientasi dan adaptasi dilaksanakan dengan cara mewawancara atau mengobservasi pihak-pihak yang terkait. Langkah-langkah yang ditempuh dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:
31
1) Praktikan menerima pengarahan dan tugas-tugas yang diberikan oleh Kepala Sekolah/Koordinator Dosen LB PLP, Dosen LB PLP, dan/atau petugas sekolah yang terkait. 2) Melalui bimbingan pihak sekolah, praktikan secara bertahap dan berkelanjutan mempelajari hal-hal sebagai berikut: a) Struktur organisasi sekolah. b) Kurikulum
sekolah
(Program
Tahunan,
Program
Catur
Wulan/Semester, GBPP, Program Satuan Pelajaran, Rencana Pengajaran). c) Administrasi sekolah dan administrasi kelas. d) Program kesiswaan/ekstrakurikuler. e) Program bimbingan penyuluhan. f) Perpustakaan sekolah. g) Mengamati proses belajar mengajar secara nyata. 3) Sejak
awal
sampai
berakhir kegiatan
PLP,
praktikan
harus
menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan situasi dan kondisi sekolah, serta menjalin hubungan personal yang baik (kondusif) dengan pihak sekolah. 4) Berdasarkan
temuan
orientasi,
arahan,
dan
pemberian
tugas,
selanjutnya praktikan menyusun rencana kegiatan individu/kelompok unit sekolah tempat latihan.
32
b. Kegiatan Pengembangan/Inti Latihan Setiap kegiatan yang dilakukan oleh praktikan harus berdasarkan bimbingan dan konfirmasi dari pihak sekolah. Ada dua latihan yang akan dipraktikkan dalam PLP Kependidikan, yakni: 1) Bidang Praktik Keguruan; menyusun persiapan mengajar (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan bimbingan dosen-dosen PLP dan melaksanakan proses belajar mengajar. 2) Bidang Praktik Kependidikan; dengan melaksanakan upacara bendera, layanan perpustakaan, melaksanakan piket guru, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler (disesuaikan dengan kondisi sekolah), serta Mengikuti kegiatan bimbingan penyuluhan.