BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kajian Teori Gaya Belajar
2.1.1 Pengertian Gaya Belajar Gaya belajar menurut Winkel (2005) adalah cara belajar yang khas bagi siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya, ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. Oleh karena itu, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Folk (Arjuna Fafo, 2005) yang menyatakan gaya belajar merupakan kecenderungan siswa memilih kondisi di mana, kapan, dengan siaa dan dengan apa serta di mana proses belajar yang mana kondisi pilihannya itu memegang kunci dalam menentukan cara individu mengamati dan menanggapi lingkungan belajar. Nasution (2010) yang menyatakan bahwa tidak semua orang mengikuti cara yang sama, masing-masing menunjukkan perbedaan dan gaya belajar erat pribadi seseorang yang tentu dipengaruhi oleh pendidikan. menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategorikategori tertentu, yaitu sebagai berikut: 1) Tiap siswa belajar dengan caranya sendiri yang kita sebut dengan gaya belajar, guru juga mempunyai gaya mengajar masing-masing. 2) Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.
7
8
3) Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi 4) Efektivitas belajar. Gaya belajar juga sering didefinisikan sebagai cara-cara yang digunakan untuk mempermudah proses belajar. Seorang siswa atau peserta didik akan menggunakan cara-cara tertentu untuk membantunya menangkap dan mengerti suatu materi pelajaran. Siswa harus bisa memperhatikan bagaimana gaya belajar tersebut supaya siswa bisa lebih mudah mengerti materi pelajaran dan siswa bisa mengembangkan potensi belajar dengan lebih optimal, yang menjadi landasan untuk mengetahui pentingnya gaya belajar adalah supaya siswa dapat memahami dengan cepat dan optimal dalam materi pelajaran (Susilo, 2006). Gaya belajar menurut De Porter dan Hernacki (Nur Ghufron, 2012) adalah kombinasi dari bagaimana sesorang menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Menurut De Porter proses belajar dipengaruhi oleh modalitas belajar. De Porter membagi gaya belajar berdasarkan modalitas sesorang menjadi tiga kelompok, yaitu: gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik.
2.1.2 Gaya Belajar Visual ( belajar dengan cara melihat ) Orang dengan gaya belajar visual akan mengandalkan penglihatannya. Biasanya orang tipe ini senang dengan membaca (diam) memperhatikan orang mengerjakan sesuatu (senang diberi contoh). Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual yang memegang peranan penting adalah mata atau
9
penglihatan (visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke objek – objek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar – gambar otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan – tampilan visual, seperti diafragma, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, siswa visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi. Ciri – ciri gaya belajar visual (Bobbi De Porter): 1) Rapi dan teratur 2) Berbicara dengan cepat. 3) Tidak mudah terganggu oleh keributan. 4) Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar. 5) Lebih suka membaca dari pada dibicarakan. 6) Pembaca cepat dan tekun 7) Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata – kata. 8) Sering menjawab pertanyaan singkat ya atau tidak. 9) Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato. 10) Lebih suka seni dari pada musik.
10
11) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.
2.1.3 Gaya Belajar Auditorial ( belajar dengan cara mendengar ) Gaya belajar Auditorial adalah orang yang termasuk dalam tipe ini mengandalkan indera pendengarannya saat belajar. Misalnya orang yang tipe auditory ini akan lebih mengerti pelajaran saat guru menjelaskan pembelajaran di depan kelas. Orang bertipe auditory umumnya akan mengeluarkan suara ketika menghafal sesuatu. Dia butuh sesuatu yang didengarkan oleh indera pendengarnya bahkan ketika diasedang belajar sendiri. Lirikan kekiri atau kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang – sedang saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya), untuk itu maka guru sebaimnya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarnnya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makana yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal – hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarnya. Anak – anak seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset. Ciri – ciri gaya belajar auditorial (Bobbi De Porter) : 1) Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri.
11
2) Mudah terganggu oleh keributan. 3) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada dilihat. 4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan. 5) Menggerakan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca. 6) Biasanya ia pembicara yang fasih. 7) Lebih suka musik daripada seni. 8) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya. 9) Lebih suka gurauan lisan dari pada membaca komik. 10) Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar. 11) Berbicara dalam irama yang terpola.
2.1.4 Gaya Belajar Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh) Kinestetik tipe belajar ini menggunakan indera peraba, dengan merasakan sesuatu menggunakan indera peraba (tangan). Orang dengan tipe ini harus aktif mengerjakan sesuatu agar dapat mengerti daripada sekedar duduk diam membaca atau duduk diam mendengarkan guru mengajar. Lirikan ke bawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam – jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
12
Ciri – ciri gaya belajar kinestetik (Bobbi De Porter) : 1) Berbicara perlahan. 2) Menanggapi perhatian fisik. 3) Banyak menggunakan isyarat tubuh 4) Berdiri dekat ketika ketika berbicara dengan orang. 5) Belajar melalui memanipulasi dan praktek. 6) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat. 7) Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca. 8) Merasakan kesulitan menulis tetapi hebat dalam bercerita. 9) Menyukai buku – buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca. 10) Menyukai permainan yang menyibukkan. 11) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.
2.2
Penjurusan di SMK
2.2.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan siswa. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di
13
daerah. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, standar proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut yaitu Standar Isi ( SI ) dan Standar Kompetensi Lulusan ( SKL ) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Thaun 2003 (UU 20/ 2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dengan mengacu pada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005. 2.2.2 Perbedaan Jurusan 2.2.2.1 Teknik Permesinan Teknik Permesinan adalah ilmu yang mempelajari energi dan sumber energinya. Hal-hal yang dipelajari dalam teknik mesin banyak berurusan dengan penggerak-penggerak awal, seperti turbin uap, motor bakar, mesin-mesin perkakas, pompa dan kompresor, pendingin dan pemanas, dan alat-alat kimia tertentu. Dalam hal penggerak-penggerak awal ini, teknik mesin mengajarkan cara
14
penggunaan yang efisien dan ekonomis. Hal lain yang dipelajari dalam Teknik Permesinan adalah sifat fisis dan fenomena yang terjadi pada suatu bahan. Hal ini termasuk sifat bahan dalam menyangga tarikan, tekanan, momen, atau puntiran. Sifat bahan penting untuk dipelajari dikarenakan dalam mendesain suatu barang, kita harus menentukan dulu kegunaan dari barang tersebut dan gaya-gaya apa saja yang akan diperlakukan pada barang tersebut. Dalam teknik mesin juga diajarkan untuk mengubah sifat suatu bahan jika didapat tidak ada bahan yang memenuhi persyaratan, yaitu dengan perlakuan panas ataupun penambangan unsur-unsur tertentu di dalam bahan yang tersedia di alam. Banyak orang berpendapat bahwa seseorang yang masuk penjuruan di Teknik Permesinan akan mendapatkan ilmu tentang mesin-mesin otomotif. Hal ini tidaklah salah, tetapi kurang tepat. Karena untuk dapat memiliki kemampuan memperbaiki mesin-mesin otomotif, perlu cukup masuk ke jurusan otomotif. Bahkan, jika seseorang mengambil jurusan otomotif, maka orang tersebut sudah memiliki kemampuan yang cukup dalam hal memperbaiki mesin-mesin otomotif. Jadi, Teknik Permesinan mengajarkan lebih dari itu. 2.2.2.2 Teknik Kendaraan Ringan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) merupakan kompetensi keahlian bidang teknik otomotif yang menekankan keahlian pada bidang penguasaan jasa perbaikan kendaraan ringan. Kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan menyiapkan siswa untuk bekerja pada bidang pekerjaan jasa perawatan dan perbaikan di dunia usaha/industri. Secara khusus tujuan Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan adalah membekali siswa dengan keterampilan,
15
pengetahuan dan sikap agar kompeten memahami dasar-dasar mesin, siswa memahami proses-proses dasar pembentukan logam., siswa dapat enjelaskan proses-proses mesin konversi energi, menginterpretasikan gambar teknik, menggunakan peralatan dan perlengkapan di tempat kerja., menggunakan alat-alat ukur, menerapkan prosedur keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan tempat kerja, memperbaiki sistem hidrolik dan kompresor udara. Siswa juga dapat melaksanakan prosedur pengelasan, pematrian, pemotongan dengan panas dan pemanasan, memelihara/servis sistem bahan bakar bensin, memperbaiki unit kopling dan komponen-komponen sistem pengoperasian, Teknik Kendaraan Ringan dapat memperbaiki poros penggerak roda dan ban. Memperbaiki sistem rem, sistem kemudi, sistem suspensi, kerusakan ringan pada rangkaian/ sistem kelistrikan, pengaman
dan kelengkapan tambahan, memperbaiki
sistem
pengapian, sistim starter dan pengisian, memelihara/servis sistem AC (Air Conditioner). 2.3
Kajian Hasil Peneliti yang Relevan Wijayanti, Okta (2013) berdasarkan hasil penelitian tentang “Perbedaan
Antara Gaya Belajar Siswa Laki-Laki Dan Perempuan Dalam Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara gaya belajar siswa laki-laki dan perempuan dalam belajar matematika pada siswa kelas VIII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga. Siswa laki-laki cenderung memiliki gaya belajar visual, sedangkan siswa perempuan cenderung pada gaya belajar auditorial dalam belajar matematika.
16
Mursutami (2013) berdasarkan hasil penelitian “Hubungan Antara Gaya Belajar Kinestetik Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Diponegoro Salatiga”. Hasil penelitian ini menunjukkan harga hitung lebih kecil dari harga tabel yakni 0,019 < 0,320, sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan positif dan signifikan antara gaya belajar kinestetik dengan prestasi belajar matematika siswa kelas X jurusan Akuntansi SMK Diponegoro Salatiga. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa gaya belajar siswa berbeda – beda di setiap penjuruan. Dengan gaya belajar yang lebih tepat bagi diri siswa akan meningkatkan prestasi bagi diri siswa dan bagi guru sendiri mengetahui gaya belajar siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengetahui perbedaan gaya belajar siswa antar Jurusan Teknik Permesinan dan Teknik Kendaraan Ringan yang dilaksanakan di SMK Muhammadiyah Salatiga.
2.4
Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Terdapat perbedaan yang signifikan antara gaya belajar siswa antar
Jurusan Teknik Permesinan dan Teknik Kendaraan Ringan baik pada gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik di SMK Muhammadiyah Salatiga.