BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Pembelajaran Di Dalam pembelajaran guru harus memahami dan menguasai materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pembelajaran yang matang oleh guru. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dari nilai yang baru. Pada awal proses pembelajaran guru sebaiknya mengetahui kemampuan dasar dan karakteristik siswa karena sebagai modal utama penyampaian bahan belajar dan indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Menurut Sukintaka (2001: 29), “Pembelajaran mengandung pengertian bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi disamping itu, juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya.” Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono yang dikutip Andun Sudijandoko (2010: 1), mengatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran adalah interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dan siswa mampu mengembangkan intelektualnya dan mampu menguasai materi pelajaran keterkaitan dengan pembelajaran 6
lain adalah proses belajar lari agar siswa memperoleh pengertian, kecakapan, ketangkasan atau keterampilan tentang gerak dasar lari yang diajarkan. 2. Gerak Dasar Lari a. Pengertian Gerak Dasar Gerak dasar bagi anak-anak merupakan kebutuhan yang sangat penting, oleh sebab itu mereka harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan keterampilan geraknya. Gerak dasar lari merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pertumbuhan motorik mereka dan dapat digunakan untuk mengembangkan aktivitas gerak lain yang lebih kompleks. Menurut Gabbard, LeBlanc, dan Lowy
dalam Sukintaka
(1992:49), gerak dasar adalah merupakan dasar untuk macam-macam keterampilan dan merupakan gerak alami yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan secara sadar dan akan menunjukkan keterampilan bertahap, tiga jenis gerak yaitu: 1) Lokomotor. Merupakan aktivitas perpindahan seseorang dari suatu tempat ketempat yang lain. Sebagian besar keterampilan lokomotor berkembang sebagai hasil beberapa tahap kematangan namun berlatih dan memperoleh pengalaman merupakan sesuatu yang penting untuk mencapai kematangan, contoh: jalan, lari, lompat, loncat dan guling. 2) Nonlokomotor. Disebut juga sebagai keterampilan yang stabil, merupakan gerakan yang sedikit atau bahkan tidak bergerak bila dipandang dari satu pangkal gerak contoh: menekuk, mengayun, mengulur, bergoyang, berputar, meliuk, mendorong, mengangkat dan mendarat. 3) Manipulasi. Melibatkan kontrol objek utama, dengan tangan dan tungkai. Ada dua klasifikasi yaitu: a) Menerima: menangkap dan menghentikan. b) Memberi: melempar, memukul dan menyepak.
7
b. Pengertian Lari Lari adalah suatu kemampuan yang ditandai proses memindahkan posisi tubuhnya, dari suatu tempat ke tempat lainnya (Yudha M Saputra, 2004: 39). Menurut Sugito, Bambang Wijanarko, Ismaryati (1993: 42), “Lari adalah suatu cara menggerakkan badan ke depan, dengan melangkahkan kaki kanan dan kaki kiri berganti-ganti.” Lari adalah lompatan yang berturut-turut didalamnya terdapat suatu fase. Fase ini kedua kaki tidak menginjak/menumpang pada tanah, jadi lari berbeda dengan jalan. Gerak lari secara keseluruhan dimulai dari saat kaki mulai melangkah menyentuh tanah, dan sampai menyentuh tanah lagi (HM. Yusuf Adisasmita, 1992: 38). Diskripsi lari pada lari yang baik diutarakan oleh Wickstrom dalam Sukintaka (1992: 54), sebagai berikut: 1) Badan diatur condong ke depan seimbang dengan pola langkah yang dilakukan. 2) Kedua lengan diayun secara luas dalam garis vertical dan seirama dengan gerakan kaki yang berlawanan. 3) Kaki tumpu bersentuhan dengan tanah dengan rata, dan hamper di bawah titik berat badan. 4) Lutut pada kaki tumpu ditekuk secara halus setelah kaki tumpu itu bersentuhan dengan tanah. 5) Perentangan tungkai yang bersentuhan dengan tanah pada pinggul, lutut, dan pergelangan kaki mendorong badan kearah depan, dan mengangkat kaki yang bukan kaki tumpu. 6) Lutut pada kaki diayunkan kedepan dengan cepat, sampai setinggi lutut mereka terangkat, bersamaan dengan itu terjadi penekukan tungkai bagian bawah sehingga tumit dekat dengan pantat. 3. Pengertian Aktivitas Perlombaan Aktivitas perlombaan dan berolahraga bagi anak menjadi media pendidikan jasmani dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang menyeluruh, oleh karena fungsi dan tujuan pendidikan jasmani adalah menumbuhkembangkan seluruh potensi yang ada pada peserta didik 8
melalui aktivitas jasmani, termasuk juga dalam hal mengembangkan kemampuan sosial anak. Alfermann (1999: 374), menyatakan bahwa “Physical education is a natural practice ground for social interaction and an opportunity for observing social processes. These are seen within groups as well as between groups”. Alferman menegaskan bahwa pendidikan jasmani merupakan dasar latihan yang alamiah bagi interaksi social dan kesempatan untuk mengamati proses-proses sosial yang terjadi, baik di dalam kelompok maupun antar kelompok. Sejalan dengan pendapat Alferman, Lutan (2001: 35), juga mengemukakan bahwa pendidikan jasmani memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang. Lebih lanjut Lutan mengemukakan bahwa manfaat dari segi sosial akan banyak diperoleh melalui program pendidikan jasmani, sebab melalui aktivitas jasmani atau olahraga seseorang memperoleh kesempatan untuk bergaul, berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Sikap dan perilaku yang sesuai norma atau nilai dan direstui dalam kehidupan social dapat dibina dengan aktivitas jasmani, khususnya aktivitas jasmani yang dilakukan secara berkelompok sebagai sarana terjadi dan terjalinnya interaksi sosial di antara para pelakunya. Aktivitas jasmani yang dilakukan dapat berupa hasil rekayasa lingkungan pembelajaran penjas, misalnya guru menciptakan suasana pertandingan bola voli dengan menekankan tugas dan peran siswa secara tegas sebagai pemain, pelatih, wasit, hakim garis, atau pendukung setiap regu. Melalui 9
identifikasi terhadap karakter siswa telah muncul beberapa cara mengajar penjas. Mosston dan Ashworth (1994: 128), mengemukakan dua bentuk cara mengajar penjas yaitu direct teaching styles (gaya mengajar langsung) dan indirect teaching styles (gaya mengajar tidak langsung). Pendapat Suherman (1998: 130), menyebut direct teaching sebagai traditional approach (pendekatan tradisional) dan indirect teaching sebagai cognitive approach (pendekatan kognitif). Metode mengajar penjas terus berkembang dan kemudian melahirkan metode yang masih berlandaskan kepada metode sebelumnya yang terdiri dari dua bagian yaitu Traditional Teaching Method atau metode tradisional dan Creative Movement Teaching Method (Theodorakou & Zervas, 2003: 95). Metode mengajar tradisional dan creative movement yang dikembangkan diyakini mampu mengembangkan aspek fisik dan kognitif serta aspek psikissosial seperti self esteem (Theodorakou & Zervas, 2003: 91), dan melalui bermain dalam program penjas yang mampu berkontribusi dalam membangun self confidence (Gruber, 1986; Bunker, 1991; dalam Theodorakou & Zervas, 2003: 93). Hasil-hasil penelitian tersebut semakin memberikan gambaran bahwa metode dan pendekatan mengajar penjas telah memberikan pengaruh positif dalam proses mengembangkan beberapa aspek sosial seorang anak seperti selfesteem. Esensi perlombaan harus dipahami oleh guru penjas karena pada kenyataannya perlombaan lebih disenangi dalam waktu yang relatif lama, mempengaruhi kepribadian dan kehidupan manusia (Sukintaka, 1992: 1). Pendapat Hurlock (1987) yang dikutip Sukintaka (1992: 33), menyatakan bahwa dengan aktivitas perlombaan bersama anak lain, anak-anak belajar 10
menetapkan hubungan sosial, menemukan dan menyelesaikan masalah sampai hubungan ini meningkat. Melalui aktivitas perlombaan inilah bentuk-bentuk permainan yang dilakukan oleh anak semakin beragam. Bentuk perlombaan merupakan hasil kesepakatan atau keputusan bersama di antara para pelaku yang ikut lomba dengan cara menentukan aturanaturan perlombaan yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan masingmasing kepentingan para pelakunya, terutama adalah ciri atau karakter pelaku perlombaan Menurut Anton M. Mulyono (2001: 26), Aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan, jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik,merupakan suatu aktifitas. Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Menurut Badudu (1996: 27), aktivitas adalah kegiatan, keaktifan, atau kesibukan. Perlombaan adalah kegiatan cabang olahraga untuk meningkatkan kemampuan atau prestasinya dalam bentuk perlawanan tidak langsung, tetapi searah, tanpa adegan kontak fisik seperti menjatuhkan atau menyerang Iawan. Masing-masing peserta pada posisi yang sendiri. Dalam perlombaan setiap atlet berlomba melawan diri sendiri atau memperbaiki prestasi yang telah dicapai sebelumnya. Cabang olah raga yang dilombakan terdiri dari cabang olahraga terukur dan cabang olah raga dinilai. Jadi aktivitas perlombaan adalah segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik untuk meningkatkan kemampuan atau prestasinya dan membantu pembentukan jasmani. Dalam 11
perlombaan setiap anak berlomba melawan diri sendiri atau memperbaiki prestasi yang telah dicapai sebelumnya. Bentuk
lomba
kemampuannya,
sangat
tepat
sehingga
anak
bila
anak
mencari
mengetahui
tentang
kesempatan
untuk
memperlihatkan identitasnya. Sumadi Suryabrata (1982: 25), mengatakan semenjak anak mengalami perkembangan bahasanya, maka sampailah anak pada penyadaran dirinya atau tahap pada saat anak menemukan dirinya sebagai subjek. Mereka akan menyadari atau menemukan bahwa dirinya merupakan subjek yang lain (orang dewasa). Sebagai subjek mereka merasa mempunyai kebebasan untuk menghendaki sesuatu dan kebebasan untuk menolak sesuatu. Pengenalan dirinya dan penguasaan beberapa ketrampilan gerak mengakibatkan
anak
ingin
memperlihatkan
kemampuannya
atau
memperlihatkan identitasnya. Masa ini akan ditemui pada saat anak telah menduduki kelas III dan IV. Keadaan ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi guru pendidikan jasmani untuk menggunakan pembelajaran dalam bentuk penyajian lomba. Bentuk penyajian lomba dapat bertujuan untuk perorangan maupun kelompok, dan bertujuan untuk pembentukan jasmani misalnya untuk penguatan otot, kelentukan, atau daya tahan otot dan ketrampilan teknik berolahraga seperti melempar, menembak dalam bolabasket atau menggiring. 4. Karakteristik Siswa SD Kelas V Dalam menentukan pembelajaran yang tepat dan bahan ajar yang berguna bagi anak, maka seorang guru pendidikan jasmani perlu
12
mengetahui tahap perkembangan anak, kemampuan anak, kesukaan anak, dan tujuan yang harus dicapai. Menurut Sukintaka (1992: 4), tahap perkembangan anak pada siswa SD kelas V mempunyai beberapa karakteristik yaitu : a. Jasmani : 1) Pertumbuhan otot lengan dan tungkai makin bertambah. 2) Waktu reaksi makin baik. 3) Koordinasi makin baik. 4) Tungkai mengalami masa pertumbuhan yang lebih kuat bila dibandingkan dengan bagian anggota atas. b. Perlu diketahui bahwa ada perbedaan kekuatan otot dan keterampilan antara anak laki-laki dan perempuan. c. Psikis atau mental : 1) Kesenangan pada permainan pada bola makin bertambah. 2) Menaruh perhatian kepada permainan yang terorganisasi. 3) Beberapa anak mudah menjadi putus asa dan akan berusaha bangkit bila tidak sukses. 4) Mulai mengerti tentang waktu dan menghendaki segala sesuatunya selesai pada waktunya. d. Sosial dan fungsional : 1) Ingin mengetahui segalanya. 2) Mau mengerjakan pekerjaan bila didorong oleh orang dewasa. 3) Merasa sangat puas bila dapat menyelesaikan, mengatasi, dan mempertahankan sesuatu atau tidak berbuat kesalahan, karena mereka akan merasa tidak senang kalau kehilangan atau berbuat kesalahan. 4) Kerja sama meningkat terutama sesame anak laki-laki. Kualitas kepemimpinan mulai nampak. 5) Senang pada kelompok dan ambil bagian dalam membuat rencana serta mampu memimpin. 6) Menyukai pada kegiatan kelompok, melebihi individu. Ada beberapa karakteristik anak di usia sekolah dasar yang perlu diketahui oleh para guru, khususnya guru penjas SD agar lebih mengetahui keadaan dan kebutuhan siswanya sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya adalah sebagai berikut: Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain, hal ini menuntut guru SD untuk melaksanakan pembelajaran 13
yang bermuatan permainan. Guru SD seYogyakarta merancang model pembelajaran yang ada unsur permainannya. Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak bergerak atau berpindah. Karakter yang ketiga anak senang bekerja dalam kelompok. Guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar atau bekerja dalam kelompok, missal membentuk kelompok 4-5 orang untuk menyelesaikan tugas secara kelompok. Karakteristik yang keempat adalah senang melakukan/memperagakan secara langsung. Anak disuruh langsung mempraktikkan apa yang diajukan guru. Tugas perkembangan anak akan muncul pada saat tertentu dari perkembangan individu, jika berhasil merasa senang akan melaksanakan tugas berikutnya dan kalau gagal merasa tidak bahagia sulit menghadapi tugas berikutnya. B. Kerangka Berpikir Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan terutama bagi anak-anak. Apalagi bermain yang dikemas dalam suatu perlombaan sangat mendorong pertumbuhan dan perkembangan keterampilan gerak anak. Melalui perlombaan, anak akan mendapat pengalaman belajar yang sangat berharga. Pengalaman itu berupa hubungan sosial untuk menggungkap perasaannya terhadap sesama teman dan menyalurkan bakatnya. Guru diharapkan dapat melahirkan ide mengenai kegiatan bermain untuk mengembangkan keterampilan gerak dasar pada anak, termasuk didalamnya gerak dasar lari. Agar perlombaan memberikan sumbangan yang positif bagi 14
peningkatan pembelajaran gerak dasar lari, maka guru dituntut dapat merancang kegiatan bermain yang menarik, menyenangkan dan mengandung unsur-unsur peningkatan gerak yang menunjang keterampilan gerak dasar lari. Melalui aktivitas perlombaan siswa mengalami suasana kompetitif. Adanya sifat kompetitif ini membawa siswa merasa tertantang untuk memperoleh kemajuan dan berusaha mengatasi setiap problem yang ia temui dalam perlombaan. Terciptanya situasi yang kompetitif ini dapat meningkatkan semangat dan motivasi siswa untuk melakukan aktivitas gerak dengan sebaikbaiknya. Serta mendorong anak untuk memperlihatkan kemampuannya atau memperlihatkan identitasnya. Keadaan ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi guru pendidikan jasmani untuk menggunakan pembelajaran dalam bentuk penyajian lomba. Aktivitas perlombaan bagi anak merupakan kegiatan yang menyenangkan. Guru perlu mencoba mengadakan pembaharuan dalam pembelajaran, dengan menyesuaikan karakteristik siswa sehingga siswa lebih tertarik untuk aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Anak akan merasa senang jika melakukan kegiatan yang sifatnya menggembirakan. Pembelajaran gerak dasar lari dapat dilakukan dengan bentuk lain yang menyerupai dan mengarah pada pembentukan gerak lari. Bentuk pembelajaran seperti ini dapat dilakukan dalam bentuk perlombaan sehingga akan menggembirakan anak. Anak-anak senang bermain, dan ketika bermain anak melakukannya dengan gembira, bebas, lepas dari segala rintangan dan tekanan. Dengan menggunakan permainan siswa tidak merasa telah melakukan latihan yang dapat meningkatkan kemampuan fisik yang dapat membantu meningkatkan kemampuan gerak dasar lari pada siswa. 15