BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Teknik Pembelajaran Menurut strategi belajar mengajar, pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar, yaitu kegiatan siswa yang direncanakan guru untuk dialami siswa. Selain itu, Pembelajaran pada hakekatnya adalah kegiatan guru dalam membelajarkan siswa. Membelajarkan siswa disini berarti membuat siswa dalam kondisi belajar. Adapun yang dimaksud dengan kondisi belajar adalah siswa melakukan aktivitas bertanya, berdiskusi, presentasi, mencoba, menemukan, berkreasi, dan kegiatan aktif lainnya (Suherman 2008). Pembelajaran tidak hanya berorientasi pada target penguasaan materi yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan begitu proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan siswa, bukan mengajar siswa. Untuk melaksanakan pembelajaran, guru dapat melakukan pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan cara yang ditempuh oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran agar siswa terlibat secara aktif dan materi bisa dimaknai dengan benar. Dalam melaksanakan suatu pendekatan pembelajaran dapat digunakan suatu model atau tipe pembelajaran tertentu, dan
14
dalam melaksanakan suatu model pembelajaran dapat digunakan metode atau teknik pembelajaran tententu pula (Suherman, 2008). Pendekatan, model dan tipe pembelajaran berkonotasi pada bagaimana guru melibatkan siswa dalam aktivitas pembelajaran. Sedangkan metode atau teknik pembelajaran berkonotasi pada bagaimana guru berinteraksi dengan siswa dan bagaimana siswa memaknai materi bahan belajar. Menurut Suherman (2008), seringkali guru tidak membedakan antara metode dengan teknik pembelajaran karena memang sangat dekat, oleh karena itu sering disebut metode saja atau teknik saja. Maksudnya adalah bahwa metode masih bersifat umum berlaku untuk setiap pelajaran, sedangkan teknik sudah berkaitan dengan keahlian dalam materi bahan belajar secara spesifik. Teknik juga
diartikan
sebagai
cara
yang
dilakukan
seseorang
dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik (Sudrajat, 2008).
B. Teknik Probing-prompting Pada awalnya teknik Probing-Prompting dikenal dengan metode tanya jawab yang merupakan sajian bahan belajar dengan menyajikan serangkaian tanya-jawab yang sifatnya membimbing pengetahuan siswa untuk diarahkan pada pemaknaan konsep-aturan tertentu (Suherman, 2008). TeknikProbingPromptinginimenggunakanpeartanyaansebagaiintinya. Pertanyaanadalahjantungnyapengajaran (Krismanto, 2003:4)
15
Probing menurut bahasa adalah penyelidikan. Probing adalah suatu teknik dalam pembelajaran dengan cara mengajukan satu seri pertanyaan untuk membimbing siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya agar dapat membangun sendiri menjadi pengetahuan baru (Sudarti dalam Muflihin, 2010:10). Selain itu Suyatno (2008) mengemukakan bahwa teknik Probing adalah usaha atau langkah-langkah sistematis dalam pembelajaran untuk menggali informasi (fakta,data) yang dinilai penting dari siswa dan relevan dalam mengembangka pembelajaran. Probing question atau pertanyaan menggali merupakan pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk lebih mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya (Hasibuan dan Moedjiono, 1985:15). Melalui proses Probingguru berusaha untuk membuat siswa-siswanya membenarkan atau paling tidak menjelaskan lebih jauh jawaban mereka (Jacobsen et al. 2009:184). Probing mempunyai dua tujuan, sebagai stimulus pada terjadinya diskusi setelah proses klarifikasi dan sebagai penyelidikan umum untuk informasi selanjutnya. Selain itu Probingjuga manjaga siswa untuk tetap aktif berbicara, terutama ketika ada siswa mengajukan ide yang baru (Reading dan Reid, 2006: 3). Prompting question atau pertanyaan mengarahkan merupakan pertanyaan yang memberi arah kepada siswa dalam proses berfikir (Hasibuan dan
Moedjiono,
1985:15).
dapatmembuatsiswamembenarkanatau
TeknikProbing paling
16
tidakmenjelaskanlebihjauhtentangjawaban-jawabanmereka(Jacobsen
et
al.
2009:184). Prompting bisa digunakan ketika jawaban yang diberikan siswa ternyata salah, karena Prompting melibatkan penggunaan isyarat-isyarat, atau petunjuk-petunjuk yang digunakan untuk membantu siswa menjawab dengan benar
(Jacobsen
et
al.
2009:182).BerikutinicontohBerikutcontohProbing-
Prompting dalampembelajaranmatematika. Guru
hani Guru Hani Guru
Hani Guru
: “Padapertemuansebelumnyakitatelahmembahastentanglu aspermukaankubusdanbalok. Apakahkamumasihmengingatbagaimanarumusluaspermu kaankubus, Gris?” : (menunjukanekspresiberpikir) : “cobakamupikirkan, permukaankubusituapa?” : “ sisi-sisiluarkubus, Bu.” : “betulHani, kemudianjikakitainginmengetahuiluasseluruhsisisisiluarpadakubus, apa yang haruskitalakukan?” “cariluassisinyakemudianjumlahkansemuanya, Bu.” “BaiksekaliHani, sisipadakubusituberbentukapa?”
Hani Guru
“persegi.” “rumusluaspersegiitubagaimana?”
Hani Guru
“ݏ × ݏ.” “ itu apa Dinda??”
Dinda Guru
“panjangrusuk, Bu.” “Betulsekali, luaspersegiituݏ × ݏ.” (sambil menulis di papan tulis ܮ௦ = ) ݏ × ݏ “sekarangsiapakah yang masihingat, adaberapabidangsisipadakubus? Ada yang tahu?” (Guru menunjukseseorang, karenatidakada yang
Promp ting
Promp ting Promp ting Promp ting Probin g
Promp ting
17
Koko Guru
mengangkattangan) “Koko?” “ada 6 buahbidangsisi, Bu.” “Maya, apakahbetuljawabandariKoko?
Maya Guru
“betul.” “apa yang betulitu, Maya?”
Maya Guru
“mmmm…..kubusmempunyai 6 bidangsisi bu.” “tepatsekali, nah karenaseperti yang tadidiungkapkanHani, bahwauntukmendapatkanluaspermukaankubusitubagaima na, Rosa? “cariluasbidangsisinyadan di jumlahkansemua.” “ok, karenakitasudahtahuluasbidangsisiituadalah …”
Rosa Guru Siswa Guru&s iswa Tika Guru
Siswa
Probin g Probin g
(serempak) “"ݏ × ݏ “danjumlahsemuabidangsisinyaada 6” “makaluaspermukaankubusitubagaimanaTika?” “ሺݏ × ݏሻ + ሺݏ × ݏሻ + ሺݏ × ݏሻ + ሺݏ × ݏሻ + ሺݏ × ݏሻ + ሺݏ × ݏሻ” : “iyabetulsekali.” (sambilmenuliskanjawabanTika di papantulis.” “jawabanTikajikadipersingkatjadibagaimana, anakanak?” : “6 ݏଶ .”
Promp ting Promp ting Promp ting
Promp ting
Teknik Probing-Promptingadalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan
siswa dan
pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan (Suherman, 2008).
18
Dengan teknik seperti ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya memberikan serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi (Suherman, 2008) Selain itu, aktivitas yang diharapkan terjadi oleh guru secara fisik dengan teknik Probing-prompting adalah sebagai berikut: siswa melakukan observasi (mengamati, mengukur, mencatat data), menjawab pertanyaan, dan mengajukan pertanyaan atau sanggahan, sedangkan aktivitas berpikirnya adalah asimilasi, akomodasi dan pembentukan pengetahuan baru (Wijaya, 1992:21). Lebih jauh Suherman (2008) mengatakan bahwa dalam teknik ProbingPrompting, ceramah bisa dilakukan pada awal pembelajaran yang mengutarakan tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Pada awal pelaksanaan proses tanya jawab sebaiknya secara sukarela siswa diminta untuk menjawab pertanyaan guru, akan tetapi untuk selanjutnya perhatikan siswa yang tidak aktif (biasanya
19
ada saja), kemudian tunjuk secara acak. Tekankan kembali bahwa salah berarti mereka sedang belajar. Dibawah ini merupakan tahap-tahap pembelajaran matematika dengan teknik Probing-Prompting adaptasi dari Develovment Model, Joce & Well (Rosdiana, 2010:13)
20
Tahap I Menghadapkan siswa pada situasi baru
Tahap II Tunggu beberapa saat (1-3 (1 menit)
Tahap III Ajukan pertanyaan sesuai indikator
Tahap IV Tunggu beberapa saat (1 (1-3 menit)
Tahap V Minta seorang siswa untuk menjawabnya Tidakrel evan
Respon Siswa?
relevan
Tahap VI mengajukan pertanyaan sesuai indikator dengan satu seri pertanyaan probing
Tahap VII mengajukan pertanyaan akhir untuk menguji indikator
Diagram 2.1 Tahap-tahapPembelajarandenganTeknik tahapPembelajarandenganTeknik Probing-prompting prompting
21
Langkah-langkah Probing-Promptingdiatas dapat dijabarkan melalui tujuh tahap Probing sebagai berikut (Puspitasari, 2008): Tahap
I,
menghadapkan
memperlihatkan
siswa pada
gambar,
cerita
situasi atau
baru,
misalnya
dengan
situasi
lainnya
yang
mengandungpermasalahan. Tahap II, menunggu beberapa saat guna memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merumuskan
jawaban
atau
melakukan
diskusi
kecil
dalam
merumuskannya. Tahap III, mengajukan pertanyaan sesuai dengan TPK/indikator kepada seluruh siswa. Tahap IV, menunggu beberapa saat guna memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya Tahap V, menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan. Tahap VI, jika jawaban siswa tepat maka guru meminta tanggapan siswa lain tentang jawaban tersebut. Jika siswa tersebut mengalami kemacetan menjawab dalam hal ini jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak tepat atau diam, maka guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawaban. Tahap VII, mengajukan pertanyaan akhir kepada siswa untuk menunjukkan bahwa TPK/indikator tersebut benar-benar telah dipahami.
22
C. Kemampuan KomunikasiMatematis Secara umum, komunikasi dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling menyampaikan pesan melalui cara tertentu untuk tujuan tertentu yang terjadi dalam sebuah komunitas.kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam
menyampaikan sesuatu yang
diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan (Herdian, 2010). Pada penilaiaan komunikasi matematis aspek yang dinilai adalah kemampuan siswa menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau demonstrasi. Komunikasi
merupakan
kemampuan
penting
dalam
pendidikan
matematika. Karena pembelajaran matematika pada umumnya terfokus pada pengkomunikasian seperti yang diungkapkan oleh Jacob (2002:378), yaitu (1) matematika pada dasarnya sebagai suatu bahasa; (2) matematika dan belajar matematis dalam batinnya merupakan aktivitas sosial. Sementaraitudalam
NCTM
(Qohar,
2010:38-39)
dinyatakanbahwastandarkomunikasimatematisadalahpenekananpengajaranmatem atikapadakemampuansiswadalamhal : a.
mengorganisasikandanmengkonsolidasikanberfikirmatematis(mathematical thinking) merekamelaluikomunikasi;
23
b.
mengkomunikasikanmathematical
thinking
merekasecarakoheren(tersusunsecaralogis) danjelaskepadateman-temannya, guru dan oranglain; c.
menganalisisdanmengevaluasiberfikirmatematis
(mathematicalthinking)
danstrategi yang dipakai orang lain; d.
menggunakanbahasamatematikauntukmengekspresikan
ide-
idematematikasecarabenar. Seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa komunikasi matematis adalah kemampuan seorang siswa menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau demonstrasi. Indikator untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis menurut Sumarmo (2006: 3) adalah: 1.
Menghubungkanbendanyata,
gambar,
dan
diagram
kedalam
idea
matematika. 2.
Menjelaskan
idea,
situasidanrelasimatematik,
secaralisanatautulisan,
denganbendanyata, gambar, grafikdanaljabar. 3.
Menyatakanperistiwasehari-haridalambahasaatausimbolmatematika.
4.
Mendengarkan, berdiskusi,danmenulistentangmatematika.
5.
Membacapresentasimatematikatertulisdanmemyusunpertanyaan
yang
relevan. 6.
Membuatkonjektur, menyusunargumen, merumuskandefinisidangeneralisasi.
24
Adapun kemampuan komunikasi matematis yang dimaksud oleh penulis dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis tertulis. Kemampuan komunikasi tertulis ini dapat dilihat melalui salah satu model komunikasi yang dikembangkan oleh Cai, Lane, dan Jakabein (Fitriani, 2009: 19), yaitu: 1.
Drawing, yaitu memunculkan model konseptual seperti gambar, diagram dan grafik,
2.
Mathematical expression, yaitu membuat model matematis/persamaan aljabar secara benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapat kan solusi secara lengkap dan benar.
3.
Written texts, yaitu menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematis, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis
D. PembelajaranKonvensional Pembelajarankonvensionalmerupakanpembelajaran yang berpuasatpada guru
(techer
center).
Padapembelajaransepertiini,
aktivitassiswalebihbanyakmendengarkan, sedangkan guru menjelaskan. Menurut Brooks
&
Brooks
(Juliantara,
2009),
penyelenggaraan
pembelajaran
konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut
25
untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. Pembelajarankonvensionalmempunyaikeunggulandankelemahan. Keunggulandaripembelajatankonvensionalyaitu, menyampaikaninformasicenderungcepat,
sehinggawaktu
diperlukancukupsingkat.MenurutMuhfida
yang (2011)
kelemahandaripembelajarankonvensionalyaitupelajaranberjalanmembosankan, pesertadidikhanyaaktifmembuatcatatansaja;Kepadatankonsep-konsep
yang
diajarkandapatberakibatpesertadidiktidakmampumenguasaibahan
yang
diajarkan;Pengetahuan
yang
diperolehmelaluiceramahlebihcepatterlupakan;
Ceramahmenyebabkanbelajarpesertadidikmenjadibenarmenghafal
yang
tidakmenimbulkanpengertian.
E. HubunganTeknikProbingPromptingdenganKemampuanKomunikasiMatematis Seperti
yang
telahdipaparkansebelumnya,
bahwateknikProbing-
Promptingadalahpembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru
yang
sedang
dipelajari.
Dalampembelajaransepertiinidipastikansiswatidakdapatmenghindardaripembelaj aran,
karenaketikasiswatidakdapatmenjawabpertanyaan,
guru
26
akanmengajukanserangkaianpertanyaan dapatmengarahkansiswapadajawabannya.
yang Selainitusiswaditunjuksecaraacak,
sehinggamemungkinkansemuasiswafokuspadapembelajaran. DalamteknikProbingPromptingsiswadibiasakanberkomunikasisecaralisan, sehinggadiharapkansiswajugadapatmengkomunikasikannyadalambentuktulisan.S eperti
yang
diungkapkanPuspitasari
(2009)
bahwadenganteknikProbingsiswadapatlebihmeningkatkankemampuankomunikas imelaluikomunikasilangsungdengan guru dalammembangunpengetahuanbaru.
F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Peningkatan
kemampuan
komunikasi
matematis
siswa
yang
mendapatkan pembelajaran dengan teknik Probing-Promptinglebih baik daripada siswa
yang
mendapatkan
pembelajarankonvensional.
pembelajaran
dengan
model