BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Pustaka 1. Konsep Pembinaan Guru a. Pengertian Pembinaan Guru Pembinaan guru merupakan salah satu fungsi dari manajemen SDM pendidikan. Manajemen SDM pendidikan adalah proses memberdayakan personil, khususnya pendidik dan tenaga kependidikan untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan formal secara efektif dan efisien. Sumber daya manusia menjadi hal yang sangat dominan dalam proses pendidikan, hal ini juga berarti bahwa mengelola SDM merupakan bidang yang sangat penting dalam melaksanakan proses pendidikan/pembelajaran di sekolah. Untuk itu SDM di bidang pendidikan harus benar-benar dikelola dengan baik, bukanlah sekedar menyangkut pendayagunaan tenaga manusia dalam organisasi, melainkan tindakan terpadu nilai dari perencanaan, perekrutan, penempatan, pembinaan atau pengembangan, penilaian hingga pemberhentian. Sebagaimana dijelaskan oleh Tim Dosen MKDK Pengelolaan Pendidikan (2001:94) bahwa : Pengelolaan tenaga kependidikan merupakan rangkaian aktivitas yang integral, bersangkut paut dengan masalah perencanaan, perekrutan, penempatan, pembinaan atau pengembangan, penilaian dan pemberhentian tenaga kependidikan dalam suatu sistem kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan dan mewujudkan fungsi sekolah yang sebenarnya. Dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan tenaga kependidikan, dituntut terselenggaranya kegiatan yang jelas sebagai satu kesatuan fungsi yang integral. Iqbal Fadlilah, 2012 Profile Kebugaran Jasmani dan Keterampilan Dasar Futsal pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
Artinya
tujuan-tujuan
itu
pada
dasarnya
diimplementasikan
melalui
penyelenggaraan dimensi kegiatan yang sejalan dengan fungsi manajemen sumber daya manusia yang salah satunya adalah pembinaan. Secara umum pembinaan diartikan sebagai usaha untuk memberi pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Pembinaan merupakan hal umum yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, kemasyarakatan dan lainnya. Pembinaan menekankan pada pendekatan praktis, pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Berkenaan dengan hal tersebut, menurut Rusli Syarif (1991:12) mengemukakan bahwa : Pembinaan adalah suatu proses untuk membantu tenaga kerja untuk membentuk, meningkatkan dan mengubah pengetahuan, keterampilan sikap dan tingkah lakunya agar dapat mencapai standar tertentu sesuai dengan apa yang dituntut oleh jabatannya. Berdasarkan penjelasan diatas, jelas bahwa pembinaan bermuara pada adanya perubahan kearah yang lebih baik dari sebelumnya yaitu untuk meningkatkan keterampilan, kecakapan, kemampuan dan sebagainya. Begitupun pembinaan yang dilakukan kepada tenaga kependidikan khususnya guru, sebagaimana yang diungkapkan oleh Tim Dosen MKDK Pengelolaan Pendidikan (2001:103) yaitu : Pembinaan tenaga kependidikan merupakan usaha mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja setiap tenaga kependidikan yang ada di seluruh tingkatan manajemen organisasi dan jenjang pendidikan (sekolah). Sedangkan menurut Rohani (2004:72) mengungkapkan bahwa : Pembinaan guru adalah serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional yang diberikan oleh orang yang lebih ahli (kepala sekolah,
15
pengawas, ahli lainnya) kepada guru dengan maksud agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai. Pembinaan guru pada prinsipnya merupakan kegiatan membantu dan melayani guru agar diperoleh guru yang lebih bermutu yang selanjutnya diharapkan terbentuk situasi proses belajar mengajar yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Menurut Gaffar (Prihatin, 2005:40) bahwa : “pembinaan guru merupakan suatu keharusan untuk mengatasi permasalahan tugas di lapangan.” Pembinaan guru menekankan kepada pertumbuhan profesional dengan inti keahlian teknis serta perlu ditunjang oleh kepribadian dan sikap profesional. Menurut Nergery (Prihatin, 2005:40), “pembinaan guru meliputi pembinaan unjuk kerja, kepribadian, lingkungan kerja serta rasa tanggung jawab.” Dengan kata lain, pembinaan guru mencakup aspek kepribadian dan profesional, sehingga membawa guru kepada sikap terbuka, terampil dan jiwanya menyatu dengan tugas sebagai pendidik. Sementara itu UU No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab IV Bagian kelima Pasal 32 tentang pembinaan dan pengembangan guru menyatakan : “Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karir.” Pembinaan guru seharusnya merupakan program yang didesain oleh sekolah maupun organisasi pembantu dan penyelenggara pendidikan serta didukung oleh kegiatan yang diadakan oleh pihak guru. Menurut Orlosky (Prihatin, 2005:40-41) : “Pembinaan guru merupakan proses yang didesain oleh sekolah untuk memajukan kualitas serta kuantitas anggota staf yang diperlukan
16
untuk memecahkan masalah, demi tercapainya tujuan sekolah.” Pembinaan guru hendaknya
dilaksanakan
melalui
beberapa
langkah,
terus
menerus,
berkesinambungan, dan pihak pembina harus tidak mengenal bosan. Menurut Dugan (Prihatin, 2005:41), mengemukakan bahwa : “langkah-langkah pembinaan guru meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.” Dengan demikian, pembinaan guru adalah upaya membantu dan melayani guru, melalui menciptakan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan kualitas pengetahuan, keterampilan, sikap, kedisiplinan, serta pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan guru agar guru mempunyai kemauan dan kemampuan berkreasi dan usaha untuk selalu meningkatkan diri dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dalam rangka mencapai keberhasilan pendidikan. b. Prinsip-prinsip Pembinaan Guru Suatu
program
pembinaan
atau
pengembangan
terhadap
tenaga
kependidikan, biasanya diselenggarakan atas asumsi adanya berbagai kekurangan dilihat dari tuntutan organisasi atau karena adanya kehendak dan kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang di kalangan tenaga kependidikan itu sendiri. Adapun beberapa prinsip yang patut diperhatikan dalam penyelenggaraan pembinaan tenaga kependidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh Tim Dosen MKDK Pengelolaan Pendidikan (2001:104) yaitu : 1) Pembinaan tenaga kependidikan patut dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan baik untuk tenaga struktural, tenaga fungsional maupun tenaga teknis penyelenggara pendidikan. 2) Pembinaan tenaga kependidikan berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan kemampuan profesional dan atau teknis untuk pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai dengan posisinya masing-masing. 3) Pembinaan tenaga kependidikan dilaksanakan untuk mendorong meningkatnya kontribusi setiap individu terhadap organisasi pendidikan
17
atau sistem sekolah; dan menyediakan bentuk-bentuk penghargaan, kesejahteraan dan insentif sebagai imbalannya guna menjamin terpenuhinya secara optimal kebutuhan sosial ekonomis maupun kebutuhan social-psikologis. 4) Pembinaan tenaga kependidikan dirintis dan diarahkan untuk mendidik dan melatih seseorang sebelum maupun sesudah menduduki jabatan/posisi, baik karena kebutuhan-kebutuhan yang berorientasi terhadap lowongan jabatan/posisi dimasa yang akan datang. 5) Pembinaan tenaga kependidikan sebenarnya dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan, pengembangan profesi, pemecahan masalah, kegiatan-kegiatan remedial, pemeliharaan motivasi kerja dan ketahanan organisasi pendidikan. 6) Khusus menyangkut pembinaan dan jenjang karir tenaga kependidikan disesuaikan dengan kategori masing-masing jenis tenaga kependidikan itu sendiri. Meskipun demikian, dapat saja berjalan karir seseorang menempuh penugasan yang silih berganti antara struktural dan fungsional hingga ke puncak karirnya. Tentu saja untuk hal tersebut ditempuh prosedur-prosedur yang tidak mengurangi arti profesionalisme yang hendak diwujudkan. c. Proses dan Teknik Pembinaan Guru Pembinaan guru merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan, karena pembinaan guru mengarah kepada peningkatan unjuk kerja yang merupakan fungsi dari karakteristik individual guru yaitu yang meliputi sikap, keinginan, kemampuan dan motivasi. Pembinaan guru dimulai dengan mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar, menemukan kelamahan atau masalah-masalah yang dihadapi guru, mendiskusikan potensi dan kelemahan yang ada serta cara pemecahannya, mengembangkan program kegiatan untuk memperbaiki dan meningkatkan kegiatan belajar mengajar. Program yang telah disepakati, kemudian dilaksanakan oleh guru disertai bantuan, bimbingan dan pelayanan pihak pembina. Evaluasi efektivitas pelaksanaan program juga dilakukan. Dengan demikian, demi terbentuknya guru yang lebih berkualitas dan proses belajar mengajar yang lebih
18
baik, pihak pembina dalam hal ini kepala sekolah dan pengawas sekolah selain memberikan bantuan dan pelayanan, juga selalu mendorong guru supaya kegiatan pembinaan yang dilakukan mewujudkan hasil yang diharapkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1987:75) ada beberapa hal yang hendaknya dicapai oleh guru melalui kegiatan pembinaan yaitu : 1) Guru memahami tujuan-tujuan pendidikan dan hubungan antara aktivitas pengajaran dengan tujuan pendidikan tersebut. 2) Guru memahami persoalan dan kebutuhan murid dan usaha-usaha yang perlu ditempuh. 3) Guru memahami masalah-masalah dan kesukaran-kesukaran belajar murid dan usaha-usaha yang perlu ditempuh. 4) Guru mendapatkan kecakapan mengajar lebih baik, dengan berbagai metode mengajar dan membuat alat-alat bantu pengajaran sesuai dengan kurikulum. 5) Guru mendapatkan tugas sesuai dengan dan terdorong kemampuan, minat dan bakatnya. 6) Guru mengenal dan memahami sumber-sumber pengalaman belajar murid di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat yang sesuai dan mendukung proses belajar mengajar di sekolah. 7) Guru dapat melaksanakan evaluasi kegiatan sekolah dan hasil belajar untuk mengetahui kemajuan sekolah dan perkembangan murid. 8) Guru terpupuk sikap kebersamaan, kekompakkan dan moral kerja yang tinggi, baik diantara sesama guru dengan personel sekolah lainnya, dengan orang tua serta masyarakat. Menurut Prihatin (2005:43) mengungkapkan bahwa : “Pembinaan guru dapat menerapkan teknik perseorangan atau secara individual dan teknik berkelompok.” Teknik individual atau perseorangan dapat dilakukan oleh pihak pembina baik di lingkungan sekolah seperti melalui pertemuan pribadi, dan supervisi sehari-hari oleh kepala sekolah. Sedangkan teknik berkelompok melalui suatu wadah atau media pembinaan yaitu melalui wadah KKG, KKKS, KKPS, maupun forum/kesempatan yang ada sebagai wahana atau media upaya peningkatan kualitas guru.
19
d. Sistem Pembinaan Profesional Guru Pembinaan profesional guru adalah upaya memberi bantuan, layanan, bimbingan kepada guru yang berkaitan dengan kebutuhan pengembangan dan kesulitan yang ditemukan dalam melaksanakan peran dan tugasnya dengan tujuan untuk
meningkatkan
kemampuannya
agar
dapat
mewujudkan
kegiatan
pembelajaran yang bermakna dan produktif. Pembinaan profesional guru di SD dapat diupayakan melalui satu sistem yang disebut dengan sistem pembinaan profesional (SPP). Menurut Ibrahim Bafadal (2006:58), menjelaskan bahwa : Sistem pembinaan profesional adalah suatu sistem pembinaan yang diberikan kepada guru dengan menekankan bantuan pelayanan profesi berdasarkan kebutuhan guru di lapangan melalui berbagai wadah profesional dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Sebagai suatu sistem, pembinaan profesional di dalamnya terdapat beberapa komponen yang satu sama lainnya punya peran dan jalinan erat, sehingga apabila ada satu atau beberapa komponen yang tidak berperan sesuai fungsinya maka sistem itu sendiri tidak akan berjalan dengan baik. Komponenkomponen yang terkait dalam sistem pembinaan profesional menurut Depdikbud (1994:5-6) adalah : 1) Ketenagaan : Pembina, Penilik, Kepala SD, Guru, Tutor inti, Guru pemandu mata pelajaran yang melakukan fungsinya masing-masing, disertai dedikasi dan komitmen terhadap tugasnya. 2) Perangkat Gugus Sekolah : SD Inti, SD Imbas, PKG, dengan KKG, KKKS, dan KKPS. 3) Program : Penataran, diskusi, seminar, tutorial, issu/pokok-pokok masalah, kebutuhan-kebutuhan riil dan praktis dalam proses belajar mengajar, jadwal dan pelaksanaan program. 4) Manajemen : organisasi, struktur kepengurusan, mekanisme kerja, disiplin, komunikasi, motivasi, pencatatan dan pelaporan. 5) Dana : Sumber-sumber penggunaan dan pertanggungjawaban. 6) Pemantauan dan evaluasi : Pemantauan rutin, penampungan masalah dan keluhan, tes hasil belajar.
20
SPP berlandaskan kepada pemikiran bahwa mutu pendidikan yang berkualitas harus ditangani oleh para pengelola pendidikan yang berkualitas. Siswa yang berkualitas sebagai output juga merupakan hasil dari guru-guru yang berkualitas pula. Dalam hal ini SPP sebagai suatu sistem diperlukan untuk melakukan pengembangan staf serta meningkatkan mutu profesional guru. SPP pada dasarnya menerapkan prinsip pembinaan antara teman sejawat dalam peningkatan kemampuan profesional guru yang dilakukan secara terus menerus yang dilandasi oleh tujuan dan semangat untuk maju bersama. Dalam pelaksanaannya, pembinaan profesional dilakukan melalui suatu jaringan dan sistem pembinaan kreatif dengan melibatkan secara aktif seluruh unsur pembina guru dalam suatu kegiatan pembinaan profesional terpadu. Untuk mempermudah pelaksanaannya di lapangan, dibentuklah gugus sekolah dasar. Menurut Ibrahim Bafadal (2006:58) menjelaskan gugus sekolah dasar bahwa : Dalam arti statis, gugus sekolah dasar merupakan sekelompok atau gabungan dari 3-8 sekolah dasar yang memiliki tujuan dan semangat untuk maju bersama dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan melalui persiapan sistem pembinaan profesional. Dalam arti dinamis, gugus sekolah dasar dapat didefinisikan sebagai satu pendekatan pengembangan dan pembinaan sekolah dasar yang dimulai dengan pembentukan gugus sekolah yang terdiri atas sebuah sekolah dasar inti (SD inti) sebagai pusat pengembangan sekolah dasar sekitarnya, yang disebut dengan sekolah dasar imbas (SD Imbas). Gugus sekolah sebagai lembaga/organisasi dimana SPP dilaksanakan perlu dikelola dengan baik dan dikembangkan terus pertumbuhannya, sehingga berfungsi secara efektif. Hal tersebut perlu ditempuh karena kondisi tenaga pendidikan di sekolah dasar saat ini masih memerlukan upaya pembinaan dan peningkatan melalui pemberian bantuan profesional seiring dengan lajunya
21
perkembangan dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Gugus sekolah dasar yang ada di wilayah kecamatan memiliki tujuan serta semangat untuk maju bersama dalam meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Depdikbud (1997:4), dalam pedoman pengelolaan gugus sekolah bahwa : Pembentukkan gugus dimaksudkan untuk dapat memperlancar upaya peningkatan mutu pengetahuan, wawasan, kemampuan dan keterampilan profesional para tenaga kependidikan, dalam hal ini lebih dikhususkan bagi guru SD, dalam meningkatkan mutu kegiatan/proses belajar mengajar dengan mendayagunakan segala sumber daya dan potensi yang dimiliki oleh sekolah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu hasil belajar. Pelaksanaannya di lapangan, pembentukan gugus dimaksud meliputi komponen-komponen yang terdiri dari SD inti dan SD Imbas termasuk didalamnya Pusat Kegiatan Guru (PKG) dan komponen wadah pembinaan profesional yang terdiri dari KKG, KKKS, KKPS. PEMBINA KECAMATAN
GUGUS SEKOLAH
SD IMBAS
SD IMBAS
GUGUS SEKOLAH
SD IMBAS
SD INTI
GUGUS SEKOLAH
SD IMBAS
SD IMBAS
SD IMBAS
PKG
KKPS
KKG KELAS 1
KKG KELAS 2
KKG
KKG KELAS 3
KKKS
KKG KELAS 4
KKG KELAS 5
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Gugus Sekolah Sumber : Depdikbud (1995:14)
KKG KELAS 6
22
2. Konsep Kelompok Kerja Guru (KKG) a. Pengertian KKG Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, khususnya pada jenjang pendidikan dasar yang memberikan bekal kemampuan peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan dasar. Oleh karena itu, kemampuan atau kompetensi guru perlu untuk selalu dibina dan ditingkatkan, supaya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dapat menciptakan kinerja yang baik. Sebagai upaya dalam membina atau meningkatkan kemampuan guru di sekolah dasar salah satunya adalah melalui KKG. “KKG merupakan wadah atau forum kegiatan profesional bagi para guru Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah di tingkat gugus atau kecamatan yang terdiri dari sejumlah guru dari sejumlah sekolah.” (Depdiknas, 2009:6). KKG adalah wadah pertemuan bagi para guru sekolah dasar yang tergabung dalam organisasi gugus sekolah. Pembentukkan KKG dalam gugus sekolah dasar tersebut telah dibakukan melalui Surat Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 079/C/Kep/I/93 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan Profesional Guru Melalui Pembentukan Gugus Sekolah di Sekolah Dasar. Berdasarkan surat keputusan tersebut menjelaskan bahwa : “Kelompok Kerja Guru (KKG) adalah suatu wadah pembinaan profesional bagi para guru yang tergabung dalam organisasi gugus sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.” Gugus sekolah terdiri dari 3-8 sekolah dasar yang berada di tingkat
23
kecamatan, di dalamnya terdapat perangkat gugus yang memiliki tujuan dan semangat untuk maju bersama dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. KKG merupakan wadah pembinaan profesional guru yang memberikan bantuan serta layanan terhadap kemampuan profesional guru. Segala bentuk usaha yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif di kelas dapat dibahas bersama-sama di KKG, dan juga permasalahan yang muncul dalam proses belajar mengajar dapat dicarikan solusinya melalui program bedah masalah di KKG. “KKG adalah wadah kerjasama guru-guru dan sebagai tempat mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan kemampuan profesional, yaitu dalam hal merencanakan, melaksanakan, dan menilai kemajuan murid.” Depdikbud (1994:44). Begitu pun informasi yang up to date dan aktual tentang pendidikan dapat disebarluaskan melalui wadah ini. Untuk itu, para guru dapat bekerja sama saling mengisi satu sama lain dan bertukar pikiran dalam memecahkan masalah dengan semangat kebersamaan dan rasa kekeluargaan. Senada dengan pendapat Djam’an Satori (Rusdiana, 2011:4) bahwa : KKG adalah wadah kerjasama yang mempertemukan kebutuhan profesional guru-guru. Melalui wadah ini guru-guru memiliki kesempatan untuk berfikir dan bekerja sebagai satu kelompok dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang mereka hadapi sehari-hari di bidang supervisi dalam upaya memperbaiki pengajaran. Depdiknas (2005:91) menjelaskan bahwa : “KKG adalah wadah kerjasama guru-guru untuk bersama-sama belajar melalui kegiatan-kegiatan yang digagas, dilaksanakan dan dievaluasi bersama.” Kegiatan-kegiatan untuk dibahas dan dipecahkan pada forum KKG diantaranya : penyusunan program pembelajaran dan persiapan harian, perencanaan KBM yang menantang, pembuatan dan
24
penggunaan alat bantu pelajaran, pemanfaatan sumber-sumber belajar, penilaian hasil kemajuan anak, pengelolaan kelas, penataan pajangan kelas, penggunaan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dan kegiatan lain yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Dengan berbagai kegiatan tersebut, diharapkan kemampuan profesional guru-guru dapat ditingkatkan. Dengan kata lain, kemampuan profesional guru-guru bisa ditingkatkan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan di KKG. Pembinaan melalui KKG sering disebut sebagai pembinaan teman sejawat atau pembinaan secara berkelompok, karena kegiatan pembinaan yang dilakukan merupakan kegiatan saling memberikan bantuan antar guru-guru yang kompak dan akrab dalam setiap pertemuannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh A.F Tangyong dkk. (Hendriana, 2003:29), bahwa : “Kelompok Kerja Guru adalah wadah pertemuan profesional guru yang aktif, kompak, akrab, karena masalah yang dibahas adalah dari guru, oleh guru, dan untuk guru.” Sedangkan menurut Hasibuan Botung (2008), Pengertian dan Sejarah Berdirinya KKG [online]. Tersedia : http://www.ucokhsb.blogspot.com. [28 Oktober 2011], mengatakan bahwa : Kelompok kerja guru (KKG) merupakan suatu wadah dalam pembinaan kemampuan profesional guru, pelatihan dan tukar menukar informasi, dalam suatu mata pelajaran tertentu sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa KKG adalah wadah pembinaan profesional guru yang tergabung dalam gugus sekolah dasar untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kegiatan-kegiatan yang digagas, dilaksanakan dan dievaluasi secara bersama-sama.
25
b. Fungsi dan Tujuan KKG 1) Fungsi KKG Menurut Suhardi (2009:7) mengatakan bahwa pada hakekatnya KKG berfungsi sebagai berikut : a) Wadah pembinaan profesional tenaga pendidik dalam bentuk kegiatan pembinaan profesional. b) Wahana menumbuhkembangkan semangat kerjasama secara kompetitif di kalangan anggota KKG dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. c) Wadah penyebaran informasi, inovasi, dan pembinaan tenaga pendidik. d) Penumbuh rasa percaya diri dalam menyelesaikan tugas dan kewajiban akademik, sosial, kepribadian dan pedagogik. 2) Tujuan KKG Terbentuknya KKG diharapkan dapat memperlancar upaya peningkatan kemampuan profesional guru dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan. Untuk itu keberadaan KKG perlu diberdayakan secara optimal, terorganisir dan berkesinambungan oleh para guru. Sehingga kegiatan KKG yang dilaksanakan oleh para guru dapat menghasilkan dan mendukung terhadap penciptaan kegiatan belajar mengajar yang aktif. Menurut Depdikbud (1994:9), bahwa : KKG berorientasi kepada peningkatan kualitas pengetahuan, penguasaan materi, teknik mengajar, interaksi guru dan murid, metode mengajar, dan lain-lain yang berfokus pada penciptaan kegiatan belajar mengajar yang aktif. Menurut Dikdasmen (Syofiarni, 2006:4), mengatakan bahwa : KKG bertujuan untuk memperlancar upaya peningkatan mutu pengetahuan, wawasan, kemampuan dan keterampilan profesional para tenaga kependidikan, khususnya bagi guru sekolah dasar dalam meningkatkan mutu kegiatan/proses belajar mengajar dan mendayagunakan segala sumber daya dan potensi yang dimiliki sekolah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu belajar.
26
Sedangkan
menurut
Depdiknas
dalam
Standar
Pengembangan
KKG/MGMP (2008:4-5), menjelaskan bahwa tujuan KKG yaitu : a) Memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal, khususnya penguasaan substansi materi pembelajaran, penyusunan silabus, penyusunan bahan-bahan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, memaksimalkan pemakaian sarana/prasarana belajar, memanfaatkan sumber belajar dan lain sebagainya. b) Memberi kesempatan kepada anggota kelompok kerja untuk berbagi pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik. c) Memberdayakan pengetahuan dan keterampilan, serta mengadopsi pendekatan pembaharuan dalam pembelajaran yang lebih profesional bagi peserta kelompok kerja. d) Memberdayakan dan membantu anggota kelompok kerja dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di sekolah. e) Mengubah budaya kerja anggota kelompok kerja (meningkatkan pengetahuan, kompetensi dan kinerja) dan mengembangkan profesionalisme guru melalui kegiatan-kegiatan pengembangan profesionalisme. f) Meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran yang tercermin dari peningkatan hasil belajar peserta didik. g) Meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan-kegiatan KKG. Pendapat lain juga mengatakan, yaitu menurut Hasibuan Botung (2008), Tujuan, Manfaat dan Kewenangan Kelompok Kerja Guru (KKG) [online]. Tersedia : http://www.ucokhsb.blogspot.com. [28 Oktober 2011], mengatakan bahwa : Pembentukkan KKG mempunyai tujuan tertentu, diantaranya adalah : meningkatkan kemampuan guru dalam bidang pengetahuan umum, meningkatkan pengetahuan guru dalam menyusun administrasi pembelajaran, meningkatkan pengetahuan guru dalam manajemen kelas, meningkatkan kepandaian guru dalam merancang, membuat dan menyusun alat-alat atau media yang dipergunakan dalam pembelajaran, meningkatkan keyakinan dan harga diri guru. Untuk lebih jelasnya mengenai tujuan dibentuknya KKG yaitu sebagai berikut :
27
a) Meningkatkan kemampuan guru dalam bidang pengetahuan umum. Artinya adalah melalui kegiatan-kegiatan yang sifatnya menambah pengetahuan guru tentang informasi, isu-isu dan kejadian sosial, kemajuan-kemajuan
dan
penemuan-penemuan
baru
yang
ada
hubungannya dengan pembelajaran dapat bertambah, hal ini dapat terlaksana melalui kegiatan diskusi, seminar, atau training di KKG. b) Meningkatkan
pengetahuan
guru
dalam
menyusun
administrasi
pembelajaran. Artinya, selain tugas mengajar guru juga harus menyusun dan mempersiapkan kelengkapan administrasi kelasnya, membuat daftar kelas, daftar nilai, menyusun format penilaian, menyusun berkas nilai dan pekerjaan lainnya. Teknik dan cara pembuatan administrasi tersebut mungkin tidak dapat dipahami oleh guru di sekolahnya, sementara melalui KKG hal-hal tersebut dapat terselesaikan dengan tuntas. c) Meningkatkan pengetahuan guru dalam melaksanakan manajemen kelas. Artinya, sebagai pemimpin kelas guru harus mampu mengatur seluruh kegiatan belajar agar berjalan secara kondusif dan bernilai guna. Pengaturan ini memerlukan ilmu manajemen. Melalui KKG dapat dibicarakan lebih lanjut tentang bagaimana memanajemen kelas dengan baik. d) Meningkatkan kepandaian guru dalam merancang, membuat dan menyusun alat-alat media yang dipergunakan dalam pembelajaran. e) Meningkatkan keyakinan dan harga diri guru. Artinya, dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh melalui KKG
28
dengan sendirinya kemampuan tersebut akan meningkatkan keyakinan diri guru dalam melaksanakan pembelajaran. Meningkatkan keyakinan diri guru atas dasar meningkatnya pengetahuan dengan sendirinya juga harga dirinya naik. c. Manfaat KKG Menurut Hasibuan Botung (2008), Tujuan, Manfaat dan Kewenangan Kelompok Kerja Guru [online]. Tersedia : http://www.ucokhsb.blogspot.com. [28 Oktober 2011], secara umum kegiatan KKG dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1) Sebagai tempat pembahasan dan pemecahan masalah bagi para guru yang mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran. 2) Sebagai wadah kegiatan para guru yang tergabung dalam satu gugus yang ingin meningkatkan profesionalnya secara bersama-sama. 3) Sebagai tempat penyebaran informasi tentang pembaharuan pendidikan khususnya yang berkaitan dengan usaha peningkatan hasil belajar. 4) Sebagai pusat kegiatan praktek pembuatan alat peraga, penggunaan perpustakaan serta perolehan berbagai keterampilan mengajar maupun pengembangan administrasi kelas. 5) Memberikan kesempatan kepada guru yang kreatif dan inovatif untuk berbagi pengetahuan, wawasan, kemampuan dan keterampilan profesional kepada sesama teman sejawat dan mendiskusikan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik.
29
d. Kepengurusan KKG KKG sebagai wadah pembinaan dan peningkatan kemampuan profesional bagi guru tentunya perlu dilaksanakan secara terorganisasi dan terstruktur, supaya kegiatan yang dilaksanakan mempunyai arah tujuan dan adanya kerjasama diantara para guru sekolah dasar. Struktur KKG yang dimaksud adalah pengaturan tentang kepengurusan. Adanya kepengurusan dalam KKG menjadi penggerak bagi para guru dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagaimana yang dituangkan dalam petunjuk teknis penyelenggaraan KKG Depdiknas (2009:9), hendaknya kepengurusan yang ditetapkan mencakup : “Ketua KKG, Sekretaris KKG, Bendahara KKG, Bidang-bidang kepengurusan dan Anggota.” Semua yang termasuk dalam kepengurusan KKG adalah guru-guru yang tergabung dalam kesatuan gugus dan sekaligus merangkap menjadi anggota KKG. Berikut ini contoh struktur organisasi KKG : Ketua
Sekretaris
Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Program
Bendahara
Bidang Pengembangan Organiasi, ADM, dan sarana prasarana
Bidang Humas dan Kerjasama
Anggota
Gambar 2.2 Contoh Struktur Organisasi KKG (Sumber : Depdiknas, 2009:14)
30
e. Pengelolaan Kegiatan KKG 1) Perencanaan kegiatan KKG Perencanaan berasal dari kata rencana yaitu proyeksi tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sahih dan bernilai. Merencanakan adalah kegiatan persiapan untuk mengantisipasi tindakan-tindakan apa yang akan dilaksanakan. Perencanaan juga dapat merumuskan tujuan-tujuan dan teknikteknik untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut. Menurut Buchari Zainun (1982:35) mengatakan bahwa : “perencanaan merupakan persiapan bagi setiap perbuatan atau tindakan. Perencanaan itu juga merupakan proses peletakan dasar bagi setiap perbuatan.” Perencanaan bukan hanya sebagai pola dasar, tetapi juga merupakan petunjuk dalam mengambil keputusan tentang bagaimana mencapai tujuan dan jalan apa yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Begitupun perencanaan dalam kegiatan KKG, rencana kegiatan KKG yang dibuat harus betul-betul matang. Dalam arti, apa yang direncanakan harus sesuai dengan kebutuhan, bermanfaat bagi usaha pembinaan, dapat dilaksanakan atau dicapai dan disiapkan dengan baik. Dengan demikian kegiatan KKG mempunyai pedoman yang dapat dipertanggungjawabkan oleh semua pihak. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan kegiatan KKG diantaranya : a) Program kegiatan KKG Program KKG pada dasarnya merupakan kegiatan utama dalam pelaksanaan aktivitas KKG. Program tersebut senantiasa merujuk pada usaha peningkatan kompetensi atau kemampuan profesional guru. Oleh karena itu kegiatan KKG harus terprogram dengan baik.
31
Pemberian bantuan profesional kepada guru SD dapat dilakukan dengan berbagai program kegiatan. Program kegiatan disusun bersama-sama oleh para guru, dilakukan secara berkelanjutan, terjadwal, dipantau dan dievaluasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibrahim Bafadal (2006:63), program peningkatan kemampuan profesional guru di sekolah dasar, sebaiknya melalui langkah-langkah yang sistematis, seperti : (1) Mengidentifikasi kekurangan, kelemahan, kesulitan, atau masalahmasalah yang seringkali dimiliki atau dialami guru. (2) Menetapkan program pengembangan yang sekiranya diperlukan untuk mengatasi kekurangan, kelemahan, kesulitan dan masalah-masalah yang seringkali dimiliki atau dialami guru. (3) Merumuskan tujuan program pengembangan yang diharapkan dapat dicapai pada akhir program pengembangan. (4) Menetapkan dan merancang materi dan media yang akan digunakan dalam pengembangan. (5) Menetapkan dan merancang metode dan media yang akan digunakan dalam pengembangan. (6) Menetapkan bentuk dan mengembangkan instrumen penilaian yang akan digunakan dalam mengukur keberhasilan program pengembangan. (7) Menyusun dan mengalokasikan anggaran program pengembangan. (8) Melaksanakan program pengembangan dengan materi, metode, dan media yang telah ditetapkan dan dirancang. (9) Mengukur keberhasilan program pengembangan. (10) Menetapkan program tindak lanjut pengembangan guru pada masa yang akan datang. Program yang telah disusun dapat menjadi sebuah rencana kerja sebagai acuan untuk pelaksanaan kegiatan KKG. Ada dua jenis program kegiatan yang dirancang sebagai program inti KKG. Menurut Depdiknas (2008:7), program inti tersebut yaitu : (1) Program rutin, terdiri dari kegiatan : (a) Diskusi permasalahan pembelajaran. (b) Penyusunan silabus, program semester, dan rencana program pembelajaran. (c) Analisis kurikulum. (d) Pengelolaan kelas.
32
(e) Pembuatan dan penggunaan alat peraga. (f) Penyusunan instrumen evaluasi pembelajaran / pengembangan tes hasil belajar. (g) Pembahasan materi pelajaran dan pemantapan menghadapi Ujian Sekolah dan Ujian Nasional. (2) Program kegiatan pengembangan, dapat dipilih dari kegiatan sebagai berikut : (a) Penelitian, diantaranya penelitian tindakan kelas/studi kasus. (b) Penulisan karya ilmiah. (c) Seminar, lokakarya, koloqium (paparan hasil penelitian), dan diskusi panel. (d) Pendidikan dan pelatihan berjenjang (diklat berjenjang). (e) Penerbitan jurnal KKG. (f) Penyusunan dan pengembangan website KKG. (g) Kompetisi kinerja guru. (h) Peer Choacing (pelatihan sesama guru menggunakan media ICT). (i) Lesson Study (kerjasama antar guru untuk memecahkan masalah pembelajaran). (j) Profesional Learning Community (komunitas belajar profesional). b) Waktu kegiatan KKG Pertemuan KKG harus dilaksanakan berkelanjutan yang disusun berdasarkan kalender pendidikan pada tahun pelajaran yang sedang berjalan. Alternatif frekuensi dalam setahun dan alternatif penggunaan hari dalam seminggu yang menjadi pilihan dikombinasikan dalam penyusunan jadwal pelaksanaan program kerja. Seyogyanya pertemuan rutin untuk kegiatan KKG dilakukan satu minggu atau dua minggu sekali dan waktu pelaksanaan kegiatan diluar jam mengajar setelah pulang sekolah, supaya tidak mengganggu jam pelajaran. Adapun alternatif penjadwalan kegiatan pertemuan rutin di KKG menurut Depdikbud (1997:39), yaitu : (1) Pertemuan KKG diadakan setiap hari dalam seminggu setelah jam belajar berakhir, dengan membagi kesempatan sebagai berikut : (a) Senin untuk guru kelas I (b) Selasa untuk guru kelas II (c) Rabu untuk guru kelas III (d) Kamis untuk guru kelas IV
33
(e) Jum’at untuk guru kelas V (f) Sabtu untuk guru kelas VI (2) Pertemuan KKG diadakan sekali dalam seminggu setelah berakhir jam pelajaran dengan membagi kesempatan kepada guru sebagai berikut : (a) Minggu I untuk guru kelas I dan II (b) Minggu II untuk guru kelas III dan IV (c) Minggu III untuk guru kelas V dan VI (d) Minggu IV pertemuan yang terkait dengan pembahasan mata pelajaran antara guru jenjang kelas. (3) Alternatif lainnya yang dianggap lebih efekit dan efisien. c) Tempat kegiatan KKG Setiap kegiatan KKG baik itu berupa rapat, penataran, diskusi dan lain sebagainya dilaksanakan di SD Inti sebagai pusat kegiatan guru (PKG). PKG merupakan pusat belajar dan tempat guru untuk menyebarkan dan menerima pengetahuan, wawasan kemampuan dan keterampilan. Para guru yang tergabung dari 3-8 sekolah berkumpul untuk memecahkan permasalahan dalam proses belajar mengajar. Selain di PKG biasanya juga dilaksanakan di SD lain yang tergabung dalam anggota sebagai bentuk kunjungan sekolah oleh KKG supaya tidak membutuhkan sarana atau alat bantu yang banyak, jadi bergantian diantara SD imbas. d) Metode kegiatan KKG Kegiatan di KKG harus menarik minat para peserta atau anggota supaya bisa lebih termotivasi dan bersemangat untuk mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan di KKG. Menurut Depdikbud (1998:23), kegiatan itu akan lebih menarik apabila sifatnya : “bermanfaat langsung pada kegiatan profesinya, lebih banyak melibatkan aktivitas peserta, metode yang lebih bervariasi, pemecahan masalah.” Kegiatan tersebut akan lebih efektif jika banyak melibatkan para
34
peserta dan kesempatan untuk menerapkan gagasan yang telah diterima. Menurut Depdikbud (Syofiarni, 2006:6) jenis metode yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Diskusi masalah Ceramah Uji coba Simulasi Praktek lapangan Kunjungan ke sekolah atau tempat lain Melihat dan mendiskusikan video Mendengarkan narasumber.
e) Pendanaan/pembiayaan kegiatan KKG Pelaksanaan kegiatan KKG memerlukan dana atau biaya. Pembiayaan merupakan salah satu komponen penting untuk terlaksananya program KKG sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, upaya mengumpulkan dana dari berbagai sumber sudah semestinya dilakukan oleh KKG. Pengalokasian dana kegiatan KKG disesuaikan dengan program kegiatan yang digali oleh pengurus KKG dari sumber pendanaan yang tersedia di tingkat pusat kegiatan guru dengan melibatkan sekolah dan dewan sekolah dasar masing-masing termasuk pihak-pihak yang berkepentingan yang tidak mengikat. Beberapa sumber dana yang dapat dimanfaatkan antara lain : dari iuran anggota, dana bantuan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Komite sekolah/dewan pendidikan, dinas pendidikan, LPMP, P4TK, direktorat terkait, donatur yang tidak terikat, block grant dan sebagainya. Dana yang diperoleh KKG dapat dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan rutin maupun pengembangan melalui mekanisme penggunaan sesuai ketentuan. Semua dana yang telah dan masih dimiliki KKG harus dipertanggungjawabkan kepada seluruh anggota melalui pelaporan kegiatan.
35
2) Pelaksanaan kegiatan KKG Kegiatan KKG yang disusun berdasarkan rencana kerja harus dapat direalisasikan, serta adanya keterpaduan antara komponen yang satu dengan yang lain yang saling menunjang sesuai dengan target dan komitmen bersama. Guru merupakan komponen utama sebagai pelaksana dalam setiap pertemuan kegiatan. Semua guru kelas/guru mata pelajaran harus berperan aktif menjadi peserta kegiatan, sebab program kegiatan yang dilaksanakan untuk membantu para guru dalam menjalankan tugas profesinya sebagai pengajar. Untuk itu dalam pelaksanaannya, kegiatan KKG membahas tentang kegiatan belajar mengajar, yaitu : membuat persiapan pembelajaran seperti silabus dan RPP, membuat dan mengujicobakan alat bantu
mengajar,
membahas
metode pembelajaran,
membahas materi pelajaran, membahas pengembangan teknik evaluasi belajar siswa, memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Selain itu, ada juga kegiatan ilmiah yang menunjang terhadap pengembangan guru, seperti penataran, seminar, workshop, penelitian tindakan kelas, mengajar sesama guru (peer teaching) dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan secara bersama-sama oleh para guru dalam pertemuan yang kompak dan akrab. Pertemuan kegiatan KKG dilaksanakan di SD inti sebagai pusat kegiatan guru (PKG) atau bengkel kerja di gugus, dan dapat juga di sekolah lain sebagai anggota gugus yaitu SD imbas. Pertemuan KKG berlangsung pada siang hari setelah selesai jam sekolah, supaya tidak mengganggu aktivitas belajar siswa. Frekuensi pertemuan KKG sesuai dengan rencana program kegiatan yang telah disusun dan disepakati secara bersama-sama.
36
Pelaksanaan pertemuan KKG harus berjalan secara sistematis, langkahlangkahnya dimulai dari pendahuluan, yaitu pengantar dari pembina kegiatan atau yang menjadi narasumber menjelaskan kepada para guru tentang topik/materi yang akan dibahas, lalu para guru diberi kesempatan untuk saling berbagi pengalaman dan bertukar informasi, setelah itu mendiskusikan dari materi yang dibahas, kemudian melakukan simulasi sesama guru, diakhir pertemuan dilanjutkan dengan refleksi kegiatan atau evaluasi pertemuan supaya ada program tindak lanjut untuk perbaikan pertemuan berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan KKG yaitu suasana pertemuan dibuat santai dan menyenangkan, pemilihan metode yang tepat secara bervariasi agar tidak menimbulkan kejenuhan selama pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian setiap guru akan termotivasi dan bersemangat karena adanya program kegiatan KKG yang dilaksanakan. Keberlangsungan kegiatan KKG menjadi keharusan untuk dipertahankan, karena akan memberikan dampak perubahan kepada guru jika pelaksanaannya dilakukan secara berkesinambungan dan adanya dukungan dari berbagai pihak yang memperhatikan kualitas guru yang selama ini menjadi sorotan masyarakat. 3) Evaluasi Kegiatan KKG Keberhasilan suatu usaha dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Inti kegiatan penilaian adalah melihat sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan dapat dicapai. Dengan kata lain, menilai adalah membandingkan apa yang terjadi dengan apa yang diinginkan terjadi. Dalam hal ini, penilaian adalah kegiatan apa yang terjadi dengan apa yang diinginkan terjadi
37
setelah kegiatan KKG itu dilaksanakan. Hal-hal yang diinginkan terjadi biasanya dirumuskan dalam bentuk kriteria atau indikator keberhasilan kegiatan. Menurut Depdiknas (2009:8-9), yang menjadi indikator keberhasilan setelah melaksanakan kegiatan KKG adalah : a) Terwujudnya peningkatan mutu pelayanan pembelajaran yang mendidik, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa. b) Terjadinya saling tukar pengalaman dan umpan balik antar guru anggota KKG. c) Meningkatnya pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kinerja anggota KKG dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih profesional ditunjukkan dengan perubahan perilaku mengajar yang lebih baik di dalam kelas. d) Meningkatnya mutu pembelajaran di sekolah melalui hasil-hasil kegiatan KKG. e) Termanfaatkannya kegiatan KKG bagi guru. Setiap pihak yang terlibat dalam proses pembinaan melalui kegiatan KKG pada dasarnya adalah merupakan pihak yang harus mengetahui keberhasilan dan kegagalan dari setiap usaha yang dilakukan. Dengan demikian, guru, kepala sekolah, pengawas dan pembina lainnya adalah penilai. Guru, kepala sekolah, dan pengawas dapat mengumpulkan data tentang segala upaya perbaikan dan peningkatan proses belajar mengajar di sekolahnya. Para pengurus KKG dan guru pemandu dapat mengumpulkan data tentang efektivitas pertemuan KKG dan penerapan gagasan serta hasil-hasil pemecahan masalah di sekolah. Para pembina dapat melakukan penilaian terhadap berbagai upaya pembinaan profesional melalui KKG dengan setiap kesempatan sesuai wewenangnya. Teknik dan alat penilaian apapun yang digunakan efektivitasnya tergantung pada tujuan penilaian itu. Oleh karenanya, para pembina agar memiliki teknik dan alat penilaian yang cocok dan praktis yang dapat dilaksanakan,
38
misalnya dapat melalui pengamatan, berdialog, angket, skala penilaian, laporan dan sebagainya. Kegiatan pembinaan di KKG pada dasarnya berisi usaha yang sifatnya memberikan bantuan, nasihat, dorongan, dan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan kemampuan profesional agar mereka mampu melaksanakan tugas utamanya dengan lebih baik, yaitu memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil belajar. Karena itu kegiatan pembinaan harus memusatkan perhatian pada kemampuan profesional guru. Tujuan akhir kegiatan KKG adalah meningkatkan mutu hasil belajar siswa. Dengan demikian kriteria utama keberhasilan pelaksanaan kegiatan KKG harus dilihat dampaknya pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa.
3. Konsep Kinerja Mengajar Guru a. Pengertian Kinerja Kinerja
merupakan
terjemahan
dari
kata
“performance”
(Job
Performance). Secara etimologis performance berasal dari kata “to perform” yang berarti menampilkan atau melaksanakan, sedangkan kata “performance” berarti The act of performing execution; (Webster Super New School and Office Dictionary). Menurut Henry Bosley (Suharsaputra, 2010:144), Performance berarti “The execution of an action” (Webster New Coolegiate Dictionary). Dari pengertian tersebut bahwa kinerja atau performance berarti tindakan menampilkan atau melaksanakan suatu kegiatan. Oleh karena itu, performance sering juga diartikan penampilan kerja atau perilaku kerja.
39
Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) yang dikutip oleh Sedarmayanti (2001:50), “performance diterjemahkan menjadi kinerja, juga berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja/unjuk kerja/penampilan kerja.” Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), Kinerja [online]. Tersedia : www.pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi. [20 Oktober 2011], mengartikan kinerja adalah “1. Sesuatu yang dicapai, 2. Prestasi yang diperlihatkan, 3. Kemampuan kerja.” Sedangkan
pengertian
kinerja
menurut
pendapat
Anwar
Prabu
Mangkunegara (2001:67), yaitu : Job performance/actual performance (prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Hasibuan Malayu (2001:34), yang menyebutkan kinerja sebagai prestasi kerja mengungkapkan bahwa: “prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.” Menurut A Dale Timpe (Uhar, 2010:146) berpendapat bahwa : ”Kinerja adalah akumulasi dari tiga elemen yang saling berkaitan yaitu keterampilan, upaya dan sifat-sifat keadaan eksternal.” Keterampilan diperlukan dalam kinerja karena keterampilan merupakan aktivitas yang muncul dari seseorang akibat suatu proses dari pengetahuan, kemampuan, kecakapan interpersonal, dan kecakapan teknis. Upaya
dapat
digambarkan
sebagai
motivasi
yang
diperlihatkan
untuk
menyelesaikan pekerjaan. Tingkat keterampilan berhubungan dengan apa yang “dapat dilakukan”, sedangkan “upaya” berhubungan dengan apa yang “akan
40
dilakukan”. Kondisi eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di lingkungannya yang mempengaruhi kinerja. Kondisi eksternal merupakan fasilitas dan lingkungan kerja yang mendukung produktivitas kinerja karyawan, interaksi antara faktor internal dan eksternal untuk menghasilkan sesuatu dengan kualitas tertentu merupakan unsur pembentukan kinerja. Dari pengertian kinerja di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan oleh seseorang pegawai untuk memperoleh hasil kerja yang optimal. Dengan demikian, istilah kinerja mempunyai pengertian akan adanya suatu tindakan atau kegiatan yang ditampilkan oleh seseorang dalam melaksanakan aktivitas tertentu. Kinerja seseorang akan nampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Aktivitasaktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya menggambarkan bagaimana ia berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b. Tugas dan Peran Guru 1) Tugas Guru Guru adalah pekerjaan yang membutuhkan kompetensi atau keahlian, sehingga untuk menjadi guru dibutuhkan adanya studi pendidikan untuk memperoleh sertifikat pendidik. Pada dasarnya tugas guru telah tercantum dalam UU RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan sebagai berikut : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
41
Guru merupakan profesi atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di luar kependidikan. Itulah sebabnya jenis profesi tersebut mesti benar-benar dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian, keterampilan dan kecakapan di bidang kependidikan. Guru merupakan sebuah profesi yang memiliki ruang lingkup sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih peserta didik dalam wadah atau lingkungan pendidikan. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan Uzer Usman (1995:7) bahwa : Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilanketerampilan pada siswa. Dari ungkapan diatas pada dasarnya guru merupakan profesi yang memiliki tugas dan tanggung jawab mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik menuju arah kedewasaan. Dalam hal ini guru memandu seluruh tahapan perkembangan peserta didik, baik yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya sehingga mampu berkembang sebagaimana yang diharapkan. 2) Peran Guru Guru memegang peranan yang sangat strategis dalam membentuk watak bangsa serta mengembangkan potensi siswa. Kehadiran guru tidak tergantikan posisi atau peranannya oleh unsur yang lain, bahkan sama mesin canggih sekalipun. Peran guru yang dimaksud adalah berkaitan dengan peran guru dalam
42
proses belajar mengajar. Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses belajar mengajar, dimana proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya, karena proses belajar mengajar dan hasil belajar peserta didik sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang berkompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Mengenai apa peranan guru itu, ada beberapa pendapat yang dikutip oleh Sardiman AM (2004:143-144) dijelaskan sebagai berikut : a) Prey Katz, menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan. b) Havighurst, menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua. c) James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. d) Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa peranan guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap. Dari beberapa pendapat di atas maka peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar secara singkat menurut Sardiman (2004:144-146) dapat disebutkan
43
sebagai : “informator, organisator, motivator, pengarah/direktor, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator dan evaluator.” Begitu pentingnya peranan guru dalam keberhasilan peserta didik, maka hendaknya guru mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang ada dan meningkatkan kompetensinya, sebab guru pada saat ini bukan saja sebagai pengajar tetapi juga sebagai pengelola proses belajar mengajar. Sebagai orang yang mengelola proses belajar mengajar tentunya harus mampu meningkatkan kemampuan dalam membuat perencanaan pelajaran, pelaksanaan dan pengelolaan pengajaran yang efektif dan penilaian hasil belajar yang objektif, sekaligus memberikan motivasi pada peserta didik dan juga membimbing peserta didik terutama ketika mengalami kesulitan belajar. c. Kompetensi Guru Tugas dan peran sebagai seorang guru dalam melaksanakan tanggung jawab yang diembannya tentu harus memiliki kemampuan atau kompetensi yang dipersyaratkan. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya. Kompetensi sangat diperlukan untuk mengembangkan kualitas dan aktivitas seorang guru supaya mencapai hasil yang memuaskan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru Pasal 3 ayat 2 menyatakan bahwa: “kompetensi guru meliputi : kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional.” Adapun penjelasan kompetensi yang harus dimiliki seorang guru tersebut sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.74
44
Tahun 2008 Tentang Guru Pasal 3 Ayat 4-7 menjelaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi : a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b) Pemahaman terhadap peserta didik; c) Pengembangan kurikulum atau silabus; d) Perancangan pembelajaran; e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran; g) Evaluasi hasil belajar; dan h) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2) Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang: a) Beriman dan bertakwa; b) Berakhlak mulia; c) Arif dan bijaksana; d) Demokratis; e) Mantap; f) Berwibawa; g) Stabil; h) Dewasa; i) Jujur; j) Sportif; k) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; l) Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan m) Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. 3) Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk : a) Berkomunikasi lisan, tulis, dan/ atau isyarat secara santun; b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik; d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan e) Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan. 4) Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan teknologi, dan/atau seni budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan : a) Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/ atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan
45
b) Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/ atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu. Kompetensi guru tersebut dipandang perlu untuk dimiliki sebagai bagian atau komponen yang tidak terpisahkan dari eksistensi guru dalam menjalankan profesinya, sebab pekerjaan guru tidak gampang dan tidak sembarangan dilaksanakan
melainkan
harus
memenuhi
beberapa
persyaratan
sebagai
pendukung dan penunjang pelaksanaan profesi. Jika guru tidak mempunyai kompetensi yang dipersyaratkan sangat mustahil akan terwujud pelaksanaan kegiatan proses pendidikan di sekolah akan menjadi lebih baik dan terarah. Kompetensi tersebut merupakan modal dasar bagi guru dalam membina dan mendidik peserta didik sehingga tercapai mutu pendidikan yang akan menghasilkan peserta didik yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang paripurna. d. Pengertian Mengajar Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Jika belajar dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Menurut pengertian ini berarti tujuan belajar dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Sebagai konsekuensi pengertian semacam ini dapat membuat suatu kecenderungan anak menjadi pasif, karena hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh gurunya. Sehingga pengajarannya bersifat teacher centered, jadi gurulah yang memegang
46
posisi kunci dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru menyampaikan pengetahuan agar anak didik mengetahui tentang pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar mengajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar mengajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang kegiatan belajar-mengajar. Senada dengan pendapat Sardiman AM (2004:48), menyebutkan bahwa : Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2001:44-53), mengemukakan, mengajar dapat diartikan sebagai : 1) Menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah, 2) mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah, 3) usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa, 4) memberikan bimbingan belajar kepada murid, 5) kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat, 6) suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan sehari-hari.
47
Pendapat lain juga menjelaskan yaitu menurut Dadang Suhardan (2006:53), bahwa : “Mengajar pada dasarnya merupakan kegiatan akademik yang berupa interaksi komunikasi antara pendidik dan peserta didik. “ Selain itu mengajar menurut Burton yang dikutip oleh Syaiful Sagala (2003:61), yaitu : “Upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.” Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar. Aktivitas kompleks yang dimaksud antara lain adalah mengatur kegiatan belajar siswa, memanfaatkan lingkungan (baik yang ada di kelas maupun di luar kelas), dan memberikan stimulus, bimbingan pengarahan serta dorongan kepada siswa. Lebih rinci, menurut Nasution (2010:80), mengajar terdiri atas sejumlah kegiatan tertentu, yaitu : 1) Membangkitkan dan memelihara perhatian. 2) Menjelaskan kepada murid hasil apa yang diharapkan. 3) Merangsang murid untuk mengingat kembali konsep, aturan, dan keterampilan yang merupakan prasyarat agar memahami pelajaran yang akan diberikan. 4) Menyajikan simulasi yang berkenaan dengan bahan pelajaran. 5) Memberikan bimbingan kepada murid dalam proses belajar mengajar. 6) Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada murid apakah hasil belajarnya benar atau tidak. 7) Menilai hasil belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan soal. 8) Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk menggeneralisasikan apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya dalam situasi-situasi lain. 9) Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari itu.
48
e. Kinerja Mengajar Guru Kinerja guru di sekolah sangat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan sekolah. Baik buruknya kinerja guru bisa dilihat dari perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan peran dan tugas guru di sekolah, dimana perilaku tersebut terkait dengan proses pencapaian hasil kerja yang dicapai. Sebagaimana yang diungkapkan menurut Ondi Saondi dan Suherman (2009:21), bahwa : “kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya.” Salah satu tugas utama seorang guru di sekolah adalah mengajar. Mengajar pada dasarnya tidak dapat dipandang sebagai usaha yang sederhana dan mudah. Pengajaran yang berkualitas bila dipandang dari sudut sistem disusun oleh beberapa unsur yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi demi kualitas yang telah direncanakan sebelumnya. Oleh karena itu mengajar bagi seorang guru memerlukan tanggung jawab moral yang berat dan menjadi suatu kewajiban guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Dalam UU No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen , Bab IV Bagian kedua tentang Hak dan Kewajiban Guru Pasal 20 menjelaskan bahwa : “Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.” Seperti yang telah dijelaskan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja guru yang ditunjukkan dalam melaksanakan tugas, peran dan tanggung jawabnya berdasarkan kepada kecakapan, pengalaman dan kesungguhan. Dalam hal ini kinerja guru yang berhubungan dengan tugasnya mengajar. Secara ideal guru yang
49
diharapkan adalah guru yang memiliki kemampuan mewujudkan kinerja yang dapat melaksanakan fungsi dan peranannya secara optimal. Perwujudan fungsi dan
peranannya
secara
optimal
tersebut
terutama
tercermin
melalui
keunggulannya dalam mengajar, berhubungan dengan siswa, hubungan sesama rekan profesi, dan keterampilan profesionalnya. Kinerja mengajar merupakan penampilan kerja yang dilakukan oleh seorang guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan bimbingan belajar yang berisi pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi peserta didik. Kinerja mengajar yang baik merupakan salah satu prasyarat bagi keberhasilan dan kesuksesan proses belajar mengajar. Dengan demikian untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, guru dituntut untuk senantiasa mampu tampil dengan baik. Kinerja mengajar guru sebagaimana yang telah dikemukakan yaitu berhubungan dengan tugas guru sebagai pengajar di kelas. Kinerja mengajar guru yang baik tentunya tergambar pada penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi, artinya mampu mengelola proses belajar mengajar di dalam kelas dan mendidik siswa di luar kelas dengan sebaik-baiknya demi mencapai hasil belajar yang maksimal. Menurut Nana Sudjana (1987:19), kemampuan guru yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar yaitu : “(a) merencanakan program belajar mengajar, (b) melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar, (c) menilai kemajuan proses belajar mengajar, (d) menguasai bahan pelajaran.” Sedangkan menurut Majid (2011:91) mengemukakan bahwa :
50
Jika proses belajar mengajar itu ditinjau dari segi kegiatan guru, maka terlihat guru memegang peranan prima. Ia berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berhubungan dengan perencanaan, implementasi dan penilaian/evaluasi. Berdasarkan uraian diatas, dengan demikian tugas guru dalam mengajar perlu memiliki kemampuan merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil proses belajar mengajar. Hal tersebut merupakan sebagai perwujudan, penampilan atau kinerja guru dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai pengajar. f. Dimensi Kinerja Mengajar Guru Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, bahwa kinerja mengajar guru merupakan penampilan kerja seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar. Untuk itu, seorang guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mengelola proses belajar mengajar, yaitu bagaimana guru mampu dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil proses belajar mengajar. Kemampuan tersebut merupakan dimensi yang perlu dimiliki oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar. Lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Merencanakan Proses Belajar Mengajar Guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya berhasil. Salah satu faktor yang bisa membawa keberhasilan itu ialah guru tersebut senantiasa membuat perencanaan mengajar sebelumnya. Perencanaan mengajar selalu berkenaan dengan pemikiran tentang apa yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan pengajaran. Perencanaan adalah menyusun langkahlangkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
51
Pada hakikatnya jika suatu kegiatan direncanakan lebih dahulu maka tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Itulah sebabnya seorang guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pengajaran. Seorang guru sebelum mengajar hendaknya merencanakan program belajar mengajar, membuat persiapan pengajaran yang hendak diberikan. Sehubungan dengan hal itu, menurut David Johnson yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:28), mengatakan : Teacher are expected to design and deliver instruction so that student learning is facilitated. Instruction is asset of event design to initiated aclivate, and support learning in student, it is the proces of arranging the learning in student, it is the proces of arranging the learning situation (including the classroom, the student, and the curriculum materials) so that learning is facilitated. Secara bebas dapat diterjemahkan bahwa guru diharapkan merencanakan dan menyampaikan pengajaran, karena itu semua memudahkan siswa belajar. Pengajaran
merupakan
rangkaian
peristiwa
yang
direncanakan
untuk
disampaikan, untuk menggiatkan dan mendorong belajar siswa yang merupakan proses merangkai situasi belajar (yang terdiri dari ruang kelas, siswa dan materi kurikulum) agar belajar menjadi lebih mudah. Perencanaan itu dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol terhadap diri sendiri agar dapat memperbaiki cara pengajarannya. Selain berguna sebagai kontrol maka persiapan mengajar juga berguna sebagai pegangan bagi guru sendiri. Rencana pembelajaran yang baik menurut Gagne dan Briggs (1974) dalam Majid (2011:96), hendaknya mengandung tiga komponen, yaitu: “1) tujuan pengajaran; 2) materi pelajaran/bahan ajar, pendekatan dan metode mengajar, media pengajaran dan pengalaman mengajar; dan 3) evaluasi keberhasilan.”
52
Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam Suryosubroto (2002:24), perencanaan pengajaran berisi : a) b) c) d) e)
Perumusan tujuan pengajaran Penetapan alat evaluasi Penetapan bahan pengajaran Penetapan kegiatan belajar mengajar Penetapan metode dan alat pengajaran. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa unsur-unsur yang amat
penting masuk dalam rencana pengajaran adalah : 1) apa yang akan diajarkan, pertanyaan ini menyangkut berbagai kompetensi yang harus dicapai, indikatorindikatornya, serta materi bahan ajar yang akan disampaikan untuk mencapai kompetensi tersebut; 2) bagaimana mengajarkannya, pertanyaan ini berkenaan dengan berbagai strategi yang akan dikembangkan dalam proses pembelajaran, termasuk pengembangan berbagai aktivitas opsional siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya; 3) bagaimana mengevaluasi hasil belajarnya, pertanyaan ini harus dijawab dengan merancang jenis evaluasi untuk mengukur daya serap siswa terhadap materi yang dipelajari. 2) Melaksanakan Proses Belajar Mengajar Pelaksanaan proses belajar mengajar adalah proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Jadi, “pelaksanaan pengajaran adalah interaksi guru dengan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.” (Winarno Surakhmad, 1983:257). Sedangkan menurut Roy R. Lefrancois yang dikutip
oleh
Suryosubroto
(2009:30),
“pelaksanaan
pengajaran
adalah
53
pelaksanaan strategi-strategi yang telah dirancang untuk mencapai tujuan pengajaran.” Jadi pelaksanaan proses belajar mengajar dapat disimpulkan sebagai terjadinya interaksi guru
dengan siswa dalam rangka menyampaikan bahan
pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Dengan demikian, menurut Suryosubroto (2002:38), pelaksanaan proses belajar mengajar meliputi : “membuka pengajaran, menyampaikan materi pelajaran, menggunakan metode mengajar, menggunakan alat peraga, pengelolaan kelas, dan menutup pelajaran.” Pelaksanaan pengajaran tersebut dapat diuraikan berikut ini : a) Membuka Pelajaran Membuka pelajaran adalah usaha-usaha guru untuk menciptakan kondisi awal agar mental dan perhatian murid terpusat pada apa yang dipelajarinya sehingga akan memberikan efek positif
terhadap kegiatan belajar mengajar.
Sehubungan dengan membuka pelajaran, kegiatan yang dilakukan guru untuk menumbuhkan kesiapan mental siswa dalam menerima pelajaran adalah : mengemukakan tujuan pelajaran yang akan dicapai, mengemukakan masalahmasalah pokok yang akan dipelajari, menentukan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar, menentukan batas-batas tugas yang harus dikerjakan untuk menguasai pelajaran. Adapun komponen-komponen membuka pelajaran yaitu : (1) Menarik perhatian siswa (2) Menimbulkan motivasi (3) Memberi acuan (4) Membuat kaitan
54
b) Menyampaikan Materi Pelajaran Menyampaikan materi pelajaran menurut Majid (2005:104), adalah kegiatan utama untuk menanamkan, mengembangkan pengetahuan sikap dan keterampilan berkaitan dengan bahan kajian yang bersangkutan. Kegiatan tersebut mencakup : (1) Penyampaian tujuan pelajaran (2) Penyampaian materi ajar dengan menggunakan pendekatan, metode, sarana atau alat/media yang sesuai (3) Pemberian bimbingan bagi pemahaman siswa dan melakukan pemeriksaan/pengecekkan mengenai pemahaman siswa. c) Menggunakan Metode Mengajar Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Dengan metode mengajar diharapkan tumbuh berbagai kegiatan siswa, sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain, terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik, kalau siswa lebih banyak aktif dibanding dengan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa, serta menggunakan metode mengajar secara bervariasi. d) Menggunakan Alat Peraga Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Metode dan alat
55
merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara/teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. e) Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. Didalam belajar mengajar, kelas merupakan tempat yang mempunyai ciri khas yang digunakan untuk belajar. Belajar memerlukan konsentrasi, oleh karena itu perlu menciptakan suasana kelas yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar yang efektif. Adapun tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib, sehingga tujuan pengajaran tercapai secara efektif dan efisien. Kegiatan mengelola kelas menyangkut kegiatan antara lain : a) mengatur tata ruang kelas, misalnya mengatur meja dan tempat duduk, menempatkan papan tulis, dan sebagainya, b) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi, dalam arti guru harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah laku anak didik agar tidak merusak suasana kelas. f) Interaksi Belajar Mengajar Pelaksanaan interaksi belajar mengajar adalah proses hubungan antara guru dengan siswa selama berlangsungnya pengajaran. Sehubungan dengan pelaksanaan PBM, menurut Sardiman AM (2004:18) mengemukakan bahwa :
56
Ciri-ciri interaksi belajar mengajar yaitu : memiliki tujuan, ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, ditandai suatu penggarapan materi secara khusus, ditandai dengan aktivitas, ada guru yang berperan sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batas waktu untuk pencapaian tujuan serta sudah barang tentu perlu adanya penilaian. g) Menutup Pelajaran Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Uzer Usman (1990:91) menyebutkan bahwa kegiatan menutup pelajaran terdiri dari : (1) Merangkum atau membuat garis besar persoalan yang dibahas. (2) Mengkonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal yang diperoleh dalam pelajaran. (3) Mengorganisasi semua kegiatan/pelajaran yang telah dipelajari sehingga merupakan suatu kesatuan yang berarti dalam memahami materi. 3) Menilai Hasil Proses Belajar Mengajar Dalam menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha dan tindakan atau kegiatan untuk menilai hasil belajar. Penilaian merupakan usaha untuk memperoleh informasi tentang perolehan belajar siswa secara menyeluruh, baik pengetahuan, konsep, sikap, nilai maupun proses. Hal ini dapat digunakan oleh guru sebagai balikan maupun keputusan yang sangat diperlukan dalam menentukan strategi belajar mengajar yang tepat. Penilaian dalam proses belajar mengajar menurut Suryosubroto (2002:53-55) meliputi : “Evaluasi formatif, evaluasi sumatif, pelaporan hasil evaluasi, pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan.” Untuk lebih jelasnya mengenai penilaian proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :
57
a) Evaluasi formatif Evaluasi formatif adalah penilaian yang dilakukan guru setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh siswa. Penilaian formatif disebutkan dengan istilah penilaian pada akhir satuan pelajaran. Penilaian ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan dalam setiap satuan pelajaran b) Evaluasi Sumatif Evaluasi sumatif adalah penilaian yang diselenggarakan oleh guru setelah satu jangka waktu tertentu. Biasanya dilaksanakan pada tengah semester dan akhir semester. Penilaian sumatif berguna untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan belajar siswa yang dipakai sebagai masukan utama untuk menentukan nilai rapor atau nilai akhir semester. c) Pelaporan hasil evaluasi Setelah memberi evaluasi formatif maupun sumatif, setiap akhir semester, setiap guru harus mengolah nilai akhir dan memasukkan dalam buku rapor yang merupakan laporan hasil kerja. Buku rapor berfungsi untuk laporan hasil kerja sekolah kepada orang tua murid. d) Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan Program perbaikan dan pengayaan dalam pengajaran sangat diperlukan dalam rangka pelaksanaan pola belajar tuntas. Ketuntasan belajar adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap unit bahan pelajaran, baik secara perorangan maupun kelompok.
58
g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mengajar Guru Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan dianggap sebagai orang yang berperanan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yang merupakan pencerminan mutu pendidikan. Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak terlepas dari pengaruh faktor internal maupun eksternal yang membawa dampak pada perubahan kinerja guru. Menurut
Anwar
Prabu
Mangkunegara
(2005:13),
faktor
yang
mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis dalam Mangkunegara (2000:67) yang merumuskan bahwa : Human Performance = Ability x Motivation Motivation = Attitude x Situation Ability = Knowledge x Skill Dari pernyataan diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Faktor Kemampuan (Ability) Secara psikologis, kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge + skill). Artinya, seseorang yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai dan terampil dalam jabatannya maka dapat mengerjakan pekerjaannya dan mendapatkan pencapaian kinerja. 2) Faktor Motivasi (Motivation) Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri seseorang untuk mencapai tujuan organisasi. Motivasi dapat diartikan suatu sikap (attitude) pegawai terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Situasi
59
kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. Sementara menurut Henry Simamora yang dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2005:14), kinerja (performance) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : 1) Faktor individual, yang terdiri dari : a) Kemampuan dan keahlian b) Latar belakang c) Demografi 2) Faktor psikologis, yang terdiri dari : a) Persepsi b) Attitude c) Personality d) Pembelajaran e) Motivasi 3) Faktor organisasi, yang terdiri dari : a) Sumber daya b) Kepemimpinan c) Penghargaan d) Struktur e) Job design Dari uraian diatas, jika dikaitkan dengan kinerja guru dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru menurut Ondi dan Suherman
(2009:24-46)
mengungkapkan
mempengaruhi kinerja guru terdiri dari : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Kepribadian dan Dedikasi Pengembangan Profesi Kemampuan Mengajar Komunikasi Hubungan dengan Masyarakat Kedisiplinan Kesejahteraan Iklim Kerja
bahwa
faktor-faktor
yang
60
Pendapat
lain
mengungkapkan
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kinerja mengajar guru menurut A. Tabrani Rusyan, dkk (2000:14) adalah sebagai berikut : 1) 2) 3) 4)
Motivasi dan etos kerja Lingkungan kerja guru Tugas dan tanggung jawab guru Optimalisasi kelompok kerja guru (KKG) Dari paparan diatas dapat dilihat bahwa banyak faktor yang mempengaruhi
kinerja mengajar guru, baik itu faktor internal yang berasal dari dalam diri maupun faktor eksternal yang berasal dari luar. Oleh karena itu, diharapkan guru mampu mewujudkan kinerja yang dapat ditampilkan secara optimal dalam pelaksanaan tanggung jawabnya. Perwujudan harus tampak terlihat dari segi keunggulan pengajaran yang merupakan tugas utama guru. 4. Pengaruh Kegiatan KKG Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan sumber daya manusia dalam proses pendidikan tersebut dan menjadi salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan. Sebagai seorang guru tentunya memiliki banyak tugas yang harus dilaksanakan secara profesional. Tugas guru sebagai profesi meliputi diantaranya mendidik, mengajar, dan melatih. Oleh karena itu profesi yang disandang oleh guru memerlukan keahlian khusus dalam bidang kependidikan, supaya dalam menjalankan peran dan fungsinya mampu menciptakan proses belajar mengajar yang efektif.
61
Mengingat begitu pentingnya peranan guru dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, seharusnya kemampuan guru perlu ditingkatkan dan dibina dengan baik secara terus menerus, sehingga benar-benar memiliki kemampuan yang profesional. Banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru, baik yang dilakukan oleh pemerintah dengan mengadakan berbagai seminar dan pelatihan, dan juga sekolah sebagai tempat kerja guru selalu mengadakan pembinaan oleh pengawas ataupun kepala sekolah, sampai kepada kegiatankegiatan yang sering dilakukan oleh guru itu sendiri yang sifatnya mandiri. Caracara tersebut yang dianggap cukup efektif dalam mambina guru di sekolah dasar adalah melalui KKG. KKG merupakan wadah pembinaan guru yang tergabung dalam organisasi gugus sekolah yang bertujuan untuk memberikan bantuan serta layanan terhadap kemampuan profesional guru. Segala cara yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dapat dibahas bersama-sama di KKG. KKG menciptakan kerja sama antar guru untuk saling memberikan informasi yang terbaru tentang pendidikan, berdiskusi saling bertukar pikiran untuk memecahkan permasalahan dalam proses belajar mengajar. Banyak kegiatan yang dilakukan di KKG sebagai tempat belajar para guru, terutama untuk meningkatkan kemampuan serta keterampilannya sebagai pengajar. Kegiatan KKG yang dilaksanakan secara terprogram, terjadwal dan terus menerus dilakukan tentunya akan mampu membantu usaha guru dalam meningkatkan kemampuan dalam menjalankan tugasnya, khususnya tugas sebagai pengajar, karena kegiatan yang di selenggarakan di KKG berhubungan dengan
62
kebutuhan para guru dalam proses belajar mengajar misalnya membahas rencana pembelajaran, mengembangkan bahan ajar, membuat alat peraga, membahas model pembelajaran dan sebagainya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kegiatan KKG dapat membantu meningkatkan kinerja mengajar guru. Kinerja mengajar guru merupakan kemampuan atau penampilan yang ditunjukkan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar, yang mencakup merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar. Pada dasarnya kinerja mengajar guru merupakan refleksi dari kualitas proses pembelajaran dan juga kualitas hasil belajar yang dilaksanakan di sekolah. Tingginya kinerja guru dalam mengajar akan memberikan efek positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa, begitu juga sebaliknya. Maka dari itu kegiatan KKG perlu untuk dimanfaatkan dan difungsikan dengan baik oleh para guru, sehingga menjadi termotivasi dan mempunyai rasa percaya diri dalam menjalankan tugasnya dan terus membantu guru berprestasi dalam meningkatkan mutu pendidikan. 5. Hasil Penelitian Terdahulu Dalam membandingkan dan memposisikan kedudukan penelitian yang akan dikaji maka diperlukan hasil penelitian terdahulu. Berikut terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu, yaitu: 1. Deden Hendriana melakukan penelitian pada tahun 2003 dengan judul tesis “Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru dan Latar Belakang Pendidikan Terhadap Kinerja Guru.” (Kajian Terhadap Guru Sekolah Dasar Di Lingkungan Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Subang
63
Kabupaten Subang). Penelitian tersebut dilakukan menggunakan metode korelasional dan ex post facto dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah sampel yang diteliti adalah 65 orang guru sekolah dasar. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa kegiatan KKG yang merupakan salah satu wadah untuk meningkatkan profesional guru dapat memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru SD, terbukti dengan perhitungan statistik yang menunjukkan koefisien korelasi 0,699 termasuk dalam kategori tinggi dan memberikan pengaruh 48,86%. Secara kenyataan besarnya hubungan dan pengaruh kegiatan KKG terhadap kinerja guru tersebut didasarkan pada upaya-upaya yang dilakukan dalam kegiatan KKG, sehingga hasil yang diperoleh dapat dilihat pada peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, dan hasil prestasi peserta didik yang dilakukan oleh guru. Dilihat dari kualitas pembelajaran, kegiatan KKG telah menghasilkan berbagai produk seperti pembuatan alat peraga sederhana setiap mata pelajaran, penggunaan metode pembelajaran yang
bervariasi
dalam
melaksanakan
KBM,
proses
penyusunan
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran serta produk-produk lainnya yang berhubungan dengan KBM. 2. Syofiarni melakukan penelitian pada tahun 2006 dengan judul “Hubungan Pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG) dengan Kinerja Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Padang Panjang Barat.” Penelitian tersebut dimuat dalam Jurnal Guru, No.1 Vol.3 bulan Juli. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode korelasional. Jumlah sampel yang diteliti adalah 36
64
orang guru sekolah dasar. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan KKG mempunyai hubungan yang berarti dengan kinerja guru sekolah dasar. Hal tersebut terlihat dari hasil pengujian koefisien korelasi yaitu 0,48 termasuk cukup kuat. Pelaksanaan KKG mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja guru cukup meyakinkan, dan dari hasil penelitian diperoleh hasil pelaksanaan KKG mencapai 79% atau termasuk kategori cukup. Sedangkan pada kinerja guru diperoleh hasil mencapai 82%. Peneliti mengungkapkan bahwa pelaksanaan KKG akan menjadi lebih berarti jika diikuti dengan kreativitas guru untuk lebih meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas pokoknya sehari-hari yaitu dalam merencanakan pengajaran, melaksanakan pengajaran dan mengevaluasi pengajaran. 3. Salmah melakukan penelitian pada tahun 2009 dengan judul tesis “Kontribusi Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Peningkatan Mutu Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Mangunreja.” Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode desciptive dan verivicative. Jumlah sampel yang diteliti adalah 90 orang guru sekolah dasar. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa kegiatan KKG memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan mutu kinerja mengajar guru dengan koefisien korelasi sebesar 0,560 termasuk dalam kategori cukup kuat dan koefisien determinasi sebesar 31,34%. Dari hasil tersebut artinya kegiatan KKG sudah berjalan sesuai dengan tujuan dan fungsinya yaitu sebagai
65
wadah untuk mengantisipasi kebutuhan para guru dalam menghadapi dan memecahkan masalah, kendala dan kebutuhan akan pengetahuan baru maupun praktek pendekatan dalam kegiatan belajar mengajar. 4. Baban Sobandi melakukan penelitian pada tahun 2009 dengan judul tesis “Efektivitas Sistem Pembinaan Profesional Guru Melalui Kelompok Kerja Guru.” (Studi deskriptif tentang efektivitas sistem pembinaan profesional guru SD melalui KKG di Gugus SD Takokak Pusat Pembinaan Pendidikan TK/SD Takokak Kabupaten Cianjur). Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sampel yang diteliti adalah pengawas, kepala sekolah, dan guru sekolah dasar. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa Efektivitas sistem pembinaan profesional guru melalui KKG terlaksana dengan baik, terlihat dari pembinaan sejalan dengan rencana yang telah dirumuskan bersama, aspekaspek pembinaan sesuai kebutuhan di lapangan, sehingga semua unsur menyadari pentingnya keberadaan KKG sebagai sarana “peer teaching”, saling asah, saling asih dan saling asuh. Mekanisme pembahasan masalah yang
dilakukan
yaitu
dengan
cara
menginventarisir
masalah,
mengklasifikasikannya dan dipecahkan berdasarkan skala prioritas untuk kepentingan bersama dalam meningkatkan manajemen pembelajaran. Dengan demikian, KKG dijadikan wadah kegiatan profesional yang sangat menunjang peningkatan kompetensi profesional guru, yang secara khusus guru membuat manajemen pembelajaran di kelas dengan baik.
66
5. Rusdiana melakukan penelitian pada tahun
2011 dengan judul tesis
“Pengaruh Kelompok Kerja Guru dan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar di Wilayah IV Kabupaten Sumedang.”
Penelitian
tersebut
dilakukan
menggunakan
metode
korelasional dan ex post facto dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah sampel yang diteliti adalah 92 orang guru sekolah dasar. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa KKG berpengaruh rendah terhadap kinerja mengajar guru. Besarnya pengaruh yang diberikan dengan koefisien determinasi yaitu sebesar 11%. Dari temuan penelitian, rendahnya hubungan dan pengaruh KKG terhadap kinerja mengajar guru didasarkan pada : tingkat partisipasi guru dalam KKG masih sangat rendah, aktivitas kegiatan KKG dilaksanakan jika adanya dana, program kegiatan KKG tidak didasarkan analisis kebutuhan guru, hasil yang diperoleh guru melalui kegiatan KKG kecenderungan tidak pernah dievaluasi. Meskipun pengaruhnya rendah akan tetapi sangat positif, karena semakin baik pengelolaan KKG akan semakin baik pula kinerja mengajar guru. Dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa kegiatan KKG merupakan upaya yang dilakukan oleh para guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengajar, karena kegiatan yang dilakukan di KKG membahas tentang kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kegiatan KKG dapat membantu upaya peningkatan kinerja mengajar guru.
67
B. Kerangka Pemikiran
Sistem Pembinaan Profesional (SPP) Gugus Sekolah Dasar
Guru
Kegiatan KKG (X) Perencanaan Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Kegiatan
Pengaruh
Kinerja Mengajar (Y) Merencanakan Proses Belajar mengajar Melaksanakan Proses Belajar Mengajar Menilai Hasil Proses Belajar Mengajar
Mutu Hasil Belajar Keterangan : Garis Hubungan/Pengaruh Garis Feedback/Balikan
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Guru merupakan kunci pokok bagi keberhasilan peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu kemampuan guru perlu ditingkatkan dan dikembangkan dengan berbagai upaya. Salah satunya yaitu melalui sistem pembinaan profesional (SPP) guru. SPP tersebut dilaksanakan melalui gugus sekolah dasar. Gugus sekolah dasar adalah sekelompok atau gabungan dari 3-8 sekolah dasar yang
68
memiliki tujuan dan semangat untuk maju bersama dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Pembentukkan gugus sekolah dasar memiliki beberapa komponen yang salah satu diantaranya adalah komponen wadah pembinaan guru yaitu KKG. KKG merupakan tempat berkumpulnya para guru yang mempunyai kemandirian untuk maju bersama saling memberikan dorongan dalam upaya
peningkatan
kemampuan profesional guru. KKG dibawah naungan gugus sekolah dasar memiliki berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, dari guru dan untuk guru. Maka dari itu dalam penyelenggaraannya, kegiatan KKG direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi oleh para guru. Kegiatan KKG yang diselenggarakan membantu usaha guru untuk mengembangakan profesi dan meningkatkan kinerjanya dalam mengajar. KKG sebagai wahana atau tempat pembinaan guru merupakan strategi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang selama ini menjadi penghambat tercapainya mutu pembelajaran. Melalui kegiatan KKG dapat dicarikan alternatif jalan keluarnya, karena KKG merupakan pertemuan ilmiah dimana para guru berdiskusi saling tukar pikiran dan bekerja sama memberikan bantuan terhadap peningkatan kinerja mengajarnya. Peran dan fungsi KKG diharapkan dapat membawa perubahan bagi guru, menjadikan guru cakap dan terampil serta berkemampuan profesional. Kegiatan KKG yang diselenggarakan secara terprogram dan terus menerus berdasarkan kebutuhan dan permasalahan para guru tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru, karena kegiatan pertemuan yang dilaksanakan di KKG
69
membahas tentang proses belajar mengajar oleh guru, yaitu dalam hal merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil proses belajar mengajar untuk mencapai mutu hasil belajar. C. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti yang perlu dibuktikan kebenarannya, menurut Sugiyono, (2010:96) menyebutkan bahwa : Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan pemikiran tersebut maka hipotesis yang penulis rumuskan dalam penelitian ini yaitu : “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari kegiatan kelompok kerja guru (KKG) sebagai wadah pembinaan terhadap kinerja mengajar guru di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung.”
Variabel Y Variabel X Kinerja Mengajar Guru Kegiatan KKG Sebagai Wadah Pembinaan Perencanaan Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Kegiatan
Pengaruh
Merencanakan Proses Belajar mengajar Melaksanakan Proses Belajar Mengajar Menilai Hasil Proses Belajar Mengajar
Gambar 2.4 Hubungan antara Variabel X dan Variabel Y