19
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Konsep Supervisi Pendidikan 1. Pengertian Supervisi Pendidikan Supervisi merupakan kegiatan akademik yang harus dijalankan oleh mereka yang mempunyai pemahaman mendalam tentang kegiatan yang disupervisinya.Posisi kedudukanya lebih “awas” dalam melihat sasaran pekerjaan.Kegiatan supervisi harus dijalankan oleh orang yang dapat melihat berdasarkan kenyataan yang ada dan kemudian dibawa pada kegiatan yang seharusnya, yaitu kegiatan yang harus dicapai.Orang yang menjalankannya dituntut keharusan memiliki pengetahuan yang mendalam mempunyai keahlian, kepekaan, perasaan yang halus, teliti dan hati-hati, dilaksanakan dengan hati yang jernih, berdasarkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakannya. Berkembangnya hasil-hasil buku di bidang pendidikan, telah mengubah konsep supervisi pendidikan. Dinyatakan oleh Purwanto (2004:76), bahwa supervisi adalah: “Suatu aktivitas supervisi yang direncanakan untuk membantu guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif”. Misi utama supervisi pendidikan adalah memberi pelayanan kepada guru untuk mengembangkan mutu pembelajaran, memfasilitasi guru agar dapat mengajar dengan efektif. Melakukan kerja sama dengan Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
20
guru atau anggota staf lainnya untuk meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan
kurikulum
serta
meningkatkan
pertumbuhan
profesionalisasi semua anggotanya. Montogemery dalam (Sergiovanni, 2000: 20), mengemukakan bahwa “Supervision, teaching, and learning are major components the educational system. Without these component the educational system may not be effective”. (Supervisi tak dapat dilepaskan dari program mengajar dan proses belajar, yang kesemuanya merupakan komponen utama dalam sistem pendidikan, tanpa komponen-komponen tersebut supervisi menjadi tidak efektif). Supervisi
merupakan
aktifitasnya
yang
dilakukan
dengan
mengidentifikasi kelemahan-kelemahan pembelajaran untuk diperbaiki, apa yang menjadi penyebabnya dan mengapa guru tidak berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. Berdasarkan hal tersebut kemudian tindak lanjut yang berupa perbaikan dalam bentuk pembinaan. Pembinaan merupakan sebuah pelayanan terhadap guru dalam memperbaiki kinerjanya.Pembinaan selain pelayanan terhadap guru, juga merupakan usaha preventif untuk mencegah supaya guru tidak terulang kembali melakukan kesalahan serupa yang tidak perlu, menggugah kesadarannya supaya mempertinggi kecakapan dan keterampilan mengajarnya. Supervisi merupakan usaha yang memberi pelayanan agar guru menjadi lebih profesional dalam menjalani tugas melayani peserta didiknya. Sutisna (1993: 56), mengemukakan bahwa: Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
21
Pengawasan adalahtidak ada dilakukannya usaha untuk menolong guru mempertinggi kemampuan profesionalnya atau menganjurkan keaslian atau kreatifitas guru sendiri, pembinaan dan peningkatan mutu selanjutnya dilakukan dalam rangka supervisi. Selanjutnya Sutisna (1993: 58) menambahkan, bahwa “Supervisi hadir karena satu alasan untuk memperbaiki mengajar dan belajar”. Hal ini sejalan dengan Suhardan (2010: 41) mengemukakan bahwa: Supervisi hadir untuk membimbing pertumbuhan kemampuan dan kecakapan profesional guru, bilamana guru memperoleh pembinaan dan kemudian menyadari pentingnya meningkatkan kemampuan diri, guru tumbuh dan makin bertambah mampu dalam menjalankan tugasnya. Dengan demikian, proses belajar peserta didik akan menerima dampak lebih baik karena kecakapan guru mengolah pembelajaran makin sempurna, murid juga akan belajar dan berkembang lebih pesat. Kesimpulan yang dapat diambil dari kehadiran supervisi digunakan untuk memajukan pembelajaran melalui pertumbuhan kemampuan gurugurunya.Supervisi mendorong guru menjadi lebih berdaya, dan situasi belajar mengajar menjadi lebih baik, pengajaran menjadi efektif, guru menjadi lebih puas dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian sistem pendidikan dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam usaha tujuan pendidikan. Sergiovanni (2000: 88) menyatakan “Bila tidak ada unsur supervisi, sistem pendidikan secara keseluruhan tidak akan berjalan secara efektif dalam usaha mencapai tujuannya”.
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
22
2. Fungsi Supervisi Pendidikan Supervisi
mempunyai
fungsi
agar
setiap
pekerjaan
yang
dilaksanakan merupakan suatu hasil kerja yang sesuai dengan aturan dan norma yang telah ditetapkan. Yang menjadi fungsi sentral supervisi adalah supervisi ke arah perbaikan dan peningkatan mutu belajar siswa melalui bantuan berupa bimbingan atau tuntutan kepada guru–guru untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dengan sebaik–baiknya. Fungsi utama supervisi menurut Pidarta dalam Fatturrahman dan Suryana (2011:35) dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu : a. Fungsi utama ialah membatu sekolah yang sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan, yaitu membantu perkembangan individu para siswa. b. Fungsi tambahan yaitu membantu sekolah dalam membina guru–guru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta sekaligus mempelopori kemajuan masyarakat. Pernyataan tentang fungsi supervisi pendidikan di atas, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa supervisi pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam penyelenggaraan di sekolah. Fungsi supervisi pendidikan adalah supervisi kearah perbaikan dan peningkatan kualitas belajar–mengajar melalui arahan, bimbingan dan contoh pelaksanaan mengajar dari kepala sekolah kepada guru–guru dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian supervisor mempunyai fungsi yang sangat menentukan bagi usaha peningkatan profesionalisme guru. Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
23
3. Prinsip Supervisi Pendidikan Pelaksanaan supervisi memiliki beberapa prinsip yang perlu dipegang, dapat kita bedakan juga prinsip positif dan prinsip negatifnya. Yang dimaksud prinsip positif adalah prinsip-prinsip yang kita ikuti, sedangkan yang dimaksud prinsip negatif adalah prinsip yang sebaiknya kita hindari. Berikut ini kutipan yang penulis sarikan dari Indrafachrudi (1993:73-76): a. Prinsip Positif 1) Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif Dalam melaksanakan tugas sebagai supervisor adalah seorang pemimpin yang demokratis.Ia harus menghargai kepribadian guru. Dalam setiap pembicaraan– pembicaraan bersama, ia memberikan kesempatan kepada guru untuk melahirkan pikiran dan pendapat mereka. Keputusan diambil melaui jalan musyawarah.Tujuan yang ingin dicapai adalah tujuan bersama. Dalam suasana demikian akan terbinanya kerjasama yang baik antara pemimpin dan yang dipimpin. Guru akan saling membantu dalam melaksanakan pekerjaan di sekolah, ke semuanya itu akan mendatangkan manfaat yang sangat besar bagi anak didik mereka. 2) Supervisi bersifat kreatif dan konstruktif Melalui kepemimpinan yang baik, pengawas dapat dijadikan contoh oleh guru.Ia dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan guru. Ia berusaha memberikan dorongan kepada guru untuk mengembangkan kelebihan–kelebihan itu dalam menciptakan sesuatu yang baru demi dimusyawarahkan bersama guru yang bersangkutan atau dalam kelompok, untuk selanjutnya bersama mereka dicari jalan keluarnya dalam mengatasi kekurangan–kekurangan tersebut. 3) Supervisi harus “scientific” dan efektif Dalam pembicaraan masalah yang dihadapi guru hendaklah supervisor bersikap scientific. Hal ini berarti bahwa iaharus mendengarkan masalah itu dengan penuh perhatian, mengumpulkan data, mengolahnya dan akhirnya menarik kesimpulan serta mengambil putusan. Baik Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
24
supervisor maupun guru yang bersangkutan harus dapat mengakui nilai “scientific pekerjaannya”. 4) Supervisi harus dapat memberi perasaan aman kepada guru Guru-guru harus dapat mengetahui dan memahami bahwa supervisi tidak bermaksud mencari kesalahan, tetapi membantu mereka dalam meningkatkan mutu pekerjaan agar guru merasa bahwa mereka bertumbuh dalam jabatannya.Para guru harus dapat merasakan bahwa kepala sekolah yang merangkap sebagai supervisor, bagaikan bapak dan saudara yang senantiasa bersedia membantu dan memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian akan terpupuk perasaan aman pada guru tersebut. Mereka tidak merasa tertekan, bebas mengeluarkan pendapat.Dalam suasana semacam itu mereka dapat melakukan pekerjaan dengan sukacita. 5) Supervisi harus berdasarkan kenyataan Pengawas yang dilaksanakan kepala sekolah terhadap guru hendaknya didasarkan pada keadaan yang sebenarnya, yang dilihat, disaksikan, dan diketahui. Datadata yang diperoleh bukan data yang dibuat-buat atau dikira-kira, tetapi merupakan keadaan guru atau keadaan murid yang sebenarnya.Lingkungan belajar-mengajar dan keadaan alat pelajaran juga menunjukkan yang sebenarnya.Semuanya itu merupakan bahan yang sangat berharga baginya untuk melaksanakan tugas yang sebaik mungkin. 6) Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengadakan “self evaluation” Agar pelayanan supervisor mendatangkan manfaat yang berharga, baik bagi kepala sekolah maupun bagi guru, kepala sekolah sebaiknya mengembangkan dirinya lebih dulu. Untuk dapat mengembangkan dirinya, perlu sekali ia mendapatkan “self evaluation”. Melalui itu ia dapat mengetahui kelebihan, kekurangan dan kelemahannya, yang pada akhirnya ia akan berusaha memperbaiki kekurangan dan kelemahan tadi. Dengan demikian ia dapat membantu guru dalam self evaluation demi kepentingan anak didiknya. b. Prinsip Negatif Prinsip negatif yang merupakan larangan bagi kepala sekolah sebagai supervisor adalah sebagai berikut: 1) Seorang supervisor tidak boleh bersikap otoriter. 2) Seorang supervisor tidak boleh mencari kesalahan guru. 3) Seorang supervisor bukan inspektur yang ditugaskan memeriksa, apakah instruksi dan peraturan yang telah diberikan dilaksanakan atau tidak. Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
25
4) Seorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih tinggi dari guru. 5) Seorang supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal-hal kecil dalam cara guru mengajar. 6) Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa jika mengalami kegagalan.
4. Jenis Supervisi Pendidikan Menurut Faturrahman danSuryana (2011:40) mengemukakan ada tiga jenis supervisi pendidikan, yaitu : a. Supervisi Umum Supervisi umum adalah kegiatan supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak termasuk pengajaran, sebagai contoh dari kegiatan ini adalah supervisi terhadap perlengkapan sekolah dan kantor, supervisi terhadap administrasi perkantoran dan supervisi terhadap keuangan sekolah. b. Supervisi Pengajaran Supervisi pengajaran adalah kegiatan supervisi terhadap guruguru dan kepala sekolah dalam rangka memperbaiki kualitas pengajaran.Termasuk di dalamnya kualitas keguruan, situasi pengajaran, iklim dan lingkungan sekolah. c. Supervisi Klinis Supervisi klinis sesungguhnya termasuk pada supervisi pengajaran.Disebut supervisi klinis karena pelaksanaannya seperti pekerjaan seorang dokter di kliniknya. Supervisor mencari kelemahan guru, selanjutnya kemudian memberikan obat dan jalan keluar untuk menghilangkan kekurangan dan kelemahan tersebut. Supervisi klinis dipusatkan pada perbaikan pengajaran, karena sifatnya membantu guru memperkecil ketidaksesuaian dirinya dengan lingkungan belajar, atau untuk meredam tingkah laku mengajarnya yang tidak sesuai dengan perilaku mengajar yang ideal. Sebagaimana yang telah diuraikan diatas bahwa supervisi pendidikan terdiri tiga jenis. Dalam bagian ini akan diuraikan mengenai supervisi pengajaran. Supervisi pengajaran tidak jauh berbeda dari definisi induknya, yaitu supervisi pendidikan. Adapun letak perbedaannya hanya Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
26
terdapat dalam penyempitan makna di mana supervisi pengajaran menimbulkan efek langsung dalam proses pembelajaran. Menurut Harris (Surakhmad, 2004: 23) mengemukakan bahwa supervisi pengajaran adalah : Supervisi pengajaran adalah apa yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap stafnya untuk memelihara atau mengubah pelaksanaan kegiatan di sekolah langsung berpengaruh terhadap proses mengajar guru dalam usaha meningkatkan proses belajar siswa. Sementara itu, Glickman (2002:26) menyatakan bahwa : Supervisi pengajaran ialah supervisi yang upayanya diarahkan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dengan variasi pendekatan sedemikian rupa sehingga dapat memperbaiki dan mengembangkan kualifikasi professional para guru, disebut supervisi pengajaran yang bersifat mengembangkan. Selanjutnya, Menurut Deresh dalam Faturrahman dan Suryana (2011:30) menyatakan bahwa “Supervisi pengajaran merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pengajaran”. Esensi dari beberapa definisi diatas adalah perlunya para guru dibantu untuk membantu mengembangkan kemampuan mereka, bisa dilakukan dalam bentuk penilaian kinerja guru. Berdasarkan yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa supervisi pengajaran merupakan pelayanan supervisi
dan
bimbingan profesional kepada guru sebagai usaha meningkatkan profesionalisme guru dengan bimbingan menjadikan kinerja guru yang efektif, kemampuan dan keterampilan guru akan meningkat yang pada Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
27
gilirannya kualitas pelaksanaan proses belajar mengajar sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan akan meningkat pula. Menurut Faturrahman dan Suryana (2011:33) mengemukakan, bahwa: Efektivitas program supervisi hendaknya dinilai secara periodik, efektivitas pelaksanaan supervisi pengajaran bagi guru dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman kepala sekolah sebagai supervisor terhadap peranannya dalam pelaksanaan supervisi pengajaran yang ditunjang dengan knowledge, interpersonal skills dan technical skills yang merupakan salah satu faktor penting dalam upaya mewujudkan pelayanan supervisi pengajaran yang efektif. Pelayanan supervisi pengajaran merupakan pelaksanaan peranan kepemimpinan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan perbaikan pengajaran.
5. Pendekatan Supervisi Pengajaran Kepala sekolah sebagai supervisor agar dapat melaksanakan supervisi pengajaran yang efektif, selain harus memahami hakikat,fungsi, dan tujuan pengajaran, juga harus mampu memahami pendekatan dan teknik supervisi pengajaran. Menurut Fatturrahman dan Suryana (2011:47) Pendekatan supervisi pengajaran dilakukan : a. Pendekatan Humanistik Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak dapat diperlakukan sebagai alat semata-mata untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam proses supervisi, guru mengalami perkembangan secara terus menerus. Maka program supervisi harus dirancang mengikuti pola perkembangan itu.Tugas seorang pengawas adalah membimbing dan mengarahkan guru sehingga makin lama Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
28
guru makin dapat berdiri sendiri dan berkembang dalam jabatannya dengan usaha sendiri.Teknik yang digunakan pengawas tidak mempunyai format yang standar, tetapi tergantung pada kebutuhan guru. Mungkin ia hanya melakukan observasi tanpa melakukan analisis, dan mungkin juga ia hanya mendengar tanpa membuat observasi. b. Pendekatan Kompetensi Pendekatan ini mempunyai makna bahwa guru harus mempunyai kompetensi tertentu dalam melaksanakan tugasnya.Pendekatan ini disadari adanya asumsi bahwa tujuan supervisi adalah membentuk kompetensi dasar/minimal yang harus dikuasai guru. Guru yang tidak memiliki kompetensi dianggap guru tersebut tidak akan produktif. Tugas seorang pengawas adalah menciptakan lingkungan yang terstruktur, sehingga secara bertahap guru dapat menguasai kompetensi yang dituntut dalam mengajar. Yang dimaksud situasi yang terstruktur antar lain meliputi: 1) Definisi tentang tujuan kegiatan supervisi yang dilaksanakan; 2) Penilaian tentang kemampuan awal guru yang disupervisi; 3) program dan rencana supervisi yang dilakukan secara rinci tentang pelaksanaannya; 4) Monitoring kemajuan guru dan penilaian untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program tersebut. c. Pendekatan Klinis Asumsi dasar tentang pendekatan klinis adalah bahwa proses belajar guru untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang dilakukan guru itu sendiri. Pendekatan klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan yang ada hubungannya dengan itu. Sasarannya adalah perbaikan dalam bidang pengajaran dan bukan perbaikan kepribadian guru.Dalam pendekatan ini antara supervisor dengan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan setiap masalah-masalah pengajaran di kelas. d. Pendekatan Profesional Asumsi dasar dalam pendekatan profesional ini adalah karena tugas utama profesi guru itu mengajar, maka sasarannya harus mengarah pada hal-hal yang menyangkut tugas mengajar. Teknik supervisi pengajaran merupakan strategi yang dapat ditempuh oleh kepala sekolah dalam memberikan layanan supervisi profesional kepada guru-guru.Para supervisor dalam memberikan layanan kepada guru harus didasarkan kepada landasan yang relevan, yaitu bahwa Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
29
guru
memiliki
potensi
untuk
mengembangkan
dirinya.Pelayanan
hendaknya bersifat objektif dan didasarkan hubungan kerabat kerja serta hubungan manusiawi yang sehat dan wajar. Banyak teknik supervisi pengajaran yang dikembangkan para pakar supervisi pendidikan. Antara yang satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan dan persamaan, tergantung dari cara dan sudut pandang yang digunakan.Dalam bagian selanjutnya akan diuraikan secara khusus mengenai supervisi klinis sebagai konsentrasi utama sebagai landasan teoritis yang berkaitan erat dengan masalah yang akan diteliti.
B. Konsep Dasar Supervisi Klinis 1. Pengertian Supervisi Klinis Kecendurungan supervisi pengajaran mengarah ke supervisi klinis. Menurut Purwanto (2004:90) dikatakan supervisi klinis “…karena prosedur pelaksanaannya ditekankan pada mencari sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses belajar-mengajar dan kemudian secara langsung diusahakan cara memperbaiki kelemahan tersebut”. Menurut beberapa ahli seperti
Goldhammer,
Andersondan
Garman
(Muslim,2009:97)
mengemukakan bahwa: Supervisi klinis merupakan strategi yang efektif dalam memperbaiki pengajaran. Supervisi klinis termasuk aktivitasaktivitas yang terjadi di dalam kelas.Ia berkenaan dengan perbaikan mengajar dan belajar melalui obervasi langsung terhadap tindakan guru dan siswa dalam lingkungan belajar.
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
30
Menurut Makawimbang (2011:104) memberikan pengertian tentang Supervisi klinis adalah : Bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara rasional. Supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Cogan dalam Wiles dan Lovell (1993: 168) yang dikutip oleh Wahyudi (2009:107) mengemukakan bahwa supervisi klinis adalah sebagai berikut: Supervisi klinis dirancang untuk meningkatkan performansi guru kelas.Untuk kepentingan dimaksud diperlukan data dari kepala sekolah mengenai kejadian di kelas. Analisis dari peristiwa di kelas dan hubungan antara guru dan supervisor merupakan dari bagi program, prosedur, dan strategi yang dirancang untuk meningkatkan pembelajaran siswa dengan cara meningkatkan perilaku guru kelas. (Clinical supervision may therefore by define as the rational and practice designed to improve the teachers classroom performance. It takes its principal data from the events of the classroom. The analysis of these data and the relationships between teacher and supervisor from the basis of the program, procedures, and strategies designed to improve the student’s learning by improving teacher’s classroom behavior). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas makadapat diambil kesimpulan pengertian mengenai supervisi klinis yaitu suatu proses pembinaan untuk guru yang bertujuan membantu pengembangan kinerja guru dalam mengajar melaluisiklus yang sistematik secara objektif, serta Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
31
bertujuan mengadakan perubahan untuk memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. 2. Tujuan Supervisi Klinis Tujuan pokok dari supervisi klinis yang diharapkan menurut Cogan (1973) yang dikutip oleh Davis (2005: 36) adalah “…menghasilkan guru yang profesional dan bertanggung jawab secara profesi dan memiliki komitmen yang tinggi memperbaiki diri sendiri atas bantuan orang lain”. Tujuan yang ingin dicapai pada supervisi klinis menurut Goldhammer et al. (1980:186) dalam Sagala (2010:200) adalah “…meningkatkan kualitas instruksional dan kualitas belajar peserta didik sehingga menghasilkan kualitas pembelajaran yang tinggi melalui praktek pembinaan dan bantuan langsung”. Acheson dan Gall (1997:10) mengatakan bahwa tujuan dari supervisi klinis adalah : Pengajaran efektif dengan menyediakan umpan balik, dapat memecahkan permasalahan, membantu guru mengembangkan kemampuan dan strategis, mengevaluasi guru dan membantu guru berperilaku yang baik sebagai pengembangan profesional para guru, dengan suatu penekanan pada peningkatkan kecakapan guru dalam mengajar dalam sebuah ruangan kelas. Kata kunci dari tujuan supervisi klinis ini adalah meningkatkan kualitas instruksional, yang pada giliranya dapat meningkatkan kualitas
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
32
belajar peserta didik yang dilakukan oleh bantuan supervisior diberikan kepada guru baik atas rencana kerja supervisior maupun permintaan guru. Meningkatkan kualitas instruksional melalui praktek supervisi klinis merupakan kebutuhan dasar keprofesionalan. Lovell dan Wiles dalam Acheson dan Gall (1997:12) menegaskan bahwa: “Peningkatan kualitas proses pembelajaran ini diperlukan sebab konteks praktik dapat mengubah kualitas layanan belajar secara konstan”. Dapat disimpulkan tujuan supervisi klinis menuntut secara kolektif hubungan antar guru dan supervisor dimana guru mempunyai kendali dan tanggung jawab penuh tentang situasi belajar mengajar.Menurut Syaiful Sagala (2010:200) pada dasarnya tujuan umum supervisi klinis adalah : a. Memberi tekanan pada proses pembentukan dan pengembangan profesional b. Memberi respon terhadap pengertian utama serta kebutuhan guru yang berhubungan dengan tugasnya. c. Menunjang pembaharuan pendidikan serta untuk memerangi kemerosotan. d. Siswa dapat belajar dengan baik sehingga tujuan pendidikan dan pengajaran dapat sesuai dan tercapai secara maksimal. e. Kunci untuk meningkatkan kemampuan profesional guru. Sedangkan tujuan khusus supervisi klinis antara lain adalah : a. Menyediakan suatu balikan yang obyektif dari kegiatan guru yang baru saja dilaksanakan, ini merupakan cermin agar guru dapat melihat apa yang sebenarnya mereka perbuat ketika mengajar, sebab apa yang mereka lakukan mungkin sekali sangat berbeda dengan perkiraan mereka. b. Mendiaknosis, memecahkan atau membantu, memecahkan masalah mengajar. c. Membantu guru mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan strategi-strategi dan model dalam mengajar. Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
33
d. Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi, jabatan atau pekerjaan mereka. e. Membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan diri secara terus-menerus dalam karier dan profesi mereka secara mandiri. f. Perhatian utama pada kebutuhan guru dalam mengajar. Sesuai dengan uraian-uraian sebelumnya supervisi klinis adalah supervisi yang khas, yang pelaksanaanya sangat mendalam, detail dan intensif untuk menangani guru-guru yang sangat lemah. Apabila supervisi tidak dilakukan secara intensif, dapat diragukan akan keberhasilanya. Karena guru yang ditangani sangat lemah, maka penanganan itu tidak bisa dilakukan sekaligus untuk semua unsur yang lemah.Penanganan itu dilakukan satu-persatu atau kasus-perkasus, sampai semua kasus lemah menjadi baik.Memperbaiki kasus-kasus lemah ini pun tidak dilakukan secara biasa, melainkan sebelum memperbaiki dipikirkan dulu secara matang cara-cara mengatasi kelemahan itu, yang dikenal dengan hipotesishipotesis. Hipotesis inilah yang dipraktikan dalam proses pembelajaran oleh guru yang disupervisi. Sebagaimana biasa, hipotesis dapat diterima atau juga ditolak.Kalau ditolak berarti membutuhkan hipotesis baru dicoba lagi dalam pembelajaran.Demikian dilakukan secara berkelanjutan, satupersatu kelemahan diperbaiki, sampai semua kelemahan menjadihilang.
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
34
3. Karakteristik Supervisi Klinis Karakteristik mendasar supervisi klinis menurut kajian Acheson dan Gall (1997:15) adalah: a. Dalam meningkatkan keterampilan intelektual dan perilaku mengajar guru secara spesifik. b. Supervisi harus bertanggung jawab membantu para guru untuk mengembangkan, yaitu: 1) keterampilan menganalisis proses pembelajaran berdasarkan data yang benar dan sistematis; 2) terampil dalam mengujicobakan, mengadaptasi, dan memodifikasi kurikulum dan 3) agar semakin terampil menggunakan teknik-teknik mengajar, guru harus berlatih berulang-ulang. c. Supervisi menekankan apa dan bagaimana guru mengajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan untuk merubah kepribadian guru. d. Perencanaan dan analisis berpusat pada pembuatan dan pengujian hipotesis pembelajaran berdasarkan bukti-bukti hasil observasi. e. Konferensi berkaitan dengan sejumlah isu-isu penting mengenai pembelajaran yang relevan bagi guru mendorong untuk berubah. f. Konferensi sebagai umpan balik menitik beratkan pada analisys konstruktif dan penguatan terhadap pola-pola yang berhasil dari pada menyalahkan pola-pola yang gagal. g. Observasi itu didasarkan pada bukti, bukan pada pertimbangan nilai yang substansial atau nilai keputusan yang tidak benar. h. Siklus perencanaan, analisa dan pengamatan secara berkelanjutan dan pengamatan secara berkelanjutan dan bersifat kumulatif. i. Supervisi merupakan suatu proses memberi dan menerima yang dinamis dimana supervisor dan guru adalah kolegayang meneliti untuk menemukan pemahaman yang saling mengerti bidang pendidikan. j. Proses supervisi pada dasarnya berpusat pada analisis pembelajaran. k. Guru secara individual memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk menganalisis dan menilai isu-isu, meningkatkan kualitas pengajaran dan mengembangkan gaya mengajar personal guru. l. Proses supervisi dapat diterima, dianalisis dan dikembangkan lebih banyak sama dengan keadaan pengajaran yang dapat dilakukannya. Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
35
m. Seorang suvervisior memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk menganalisis kegiatan suvervisinya dalam hal yang sama dengan analisis evaluasi guru tentang pembelajaranya. Dari kajian Acheson dan Gall dapat ditegaskan bahwa karakteristik supervisi klinis adalah untuk memperbaiki cara mengajar, keterampilan intelektual dan bertingkah laku yang spesifik, pembuatan dan pengujian hipotesis pembelajaran berdasarkan bukti-bukti hasil observasi yang dilakukan melalui tahapan siklus. Perencanaan supervisi menggunakan pendekatan klinis yang disusun bersama antara supervisior dengan guru, setelah direncanakan dilanjutkan dengan pelaksanaan supervisi dengan cara melakukan pengamatan dan analisis hasil observasi pelaksanaan supervisi klinis merupakan pegangan dalam pembuatan dan pengujian hipotesis mengajar didasarkan atas bukti-bukti pengamatan.
4. Variasi Supervisi Klinis Supervisi klinis memiliki beberapa variasi. Variasi-variasi tersebut dikemukakan oleh
Wallace dalam Ajayi (2006:178) adalah sebagai
berikut: a. Supervisi langsung. Dalam proses supervisi ini supervisor langsung mengarahkan dan memberi petunjuk kepada guru sesuai dengan perilaku dan keinginan supervisor. b. Supervisi alternatif. Supervisor dalam supervisi ini menunjukkan beberapa alternatif tindakan dalam proses pembelajaran, yang boleh dipilih salah satu oleh guru. c. Supervisi Kolabroasi. Dalam supervisi ini, supervisor bekerjasama dengan guru yang disupervisi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ditemukan dalam kelas. Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
36
d. Supervisi tidak langsung. Dalam supervisi ini, supervisor memberi kebebasan kepada guru untuk membuat atau mencari pemecahan terhadap kesulitan-kesulitan dalam kelas pada waktu membina siswa belajar. e. Supervisi kreatif. Dalam supervisi seperti ini, supervisor mengombinasikan keempat variasi tersebut, atau memanfaatkan pandangan-pandangan yang terjadi pada sektor lain.
5. Ciri-ciri Supervisi Klinis Menurut
Makawimbang
(2011:106)
mengemukakan
bahwa
supervisi klinis memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Dalam supervisi klinis, bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah tetapi tercipta hubungan manusiawi, sehingga guru-guru memiliki rasa aman. Dengan timbulnya rasa aman diharapkan adanya kesediaan untuk menerima perbaikan. b. Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari guru sendiri karena dia memang membutuhkan bantuan itu. c. Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan yang terintegrasi. Harus dianalisis sehingga terlihat kemampuan apa, keterampilan apa, yang spesifik yang harus diperbaiki. d. Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan. e. Supervisi yang diberikan tidak saja pada keterampilan mengajar tapi juga mengenai aspek-aspek kepribadian guru misalnya motivasi terhadap gairah mengajar. f. Instrumen yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dan guru. g. Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya objektif. h. Dalam percakapan balikan seharusnya datang dari pihak guru lebih dulu, bukan dari supervisor.
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
37
6. Prinsip-prinsip Supervisi Klinis Menurut Makawimbang (2011:106) beberapa prinsip supervisi klinis adalah sebagai berikut: a. Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari para guru lebih dahulu. Perilaku supervisor harus sedemikian taktis sehingga guru-guru terdorong untuk berusaha meminta bantuan dari supervisor. b. Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan. c. Ciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas mengemukakan apa yang dialaminya. Supervisor berusaha untuk apa yang diharapkan guru. d. Objek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang rill yang sungguh alami. e. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki.
7. Proses Supervisi Klinis Supervisi klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima yang dinamis. Dalam hal ini supervisior dan guru merupakan teman sejawat dan mencari pengertian bersama yang berhubungan dengan pendidikan. Proses supervisi klinis terutama berpusat pada interaksi verbal mengenai analisis jalannya pengajaran. Tiap guru mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab untuk mengemukakan pokok persoalan, mengajarnya sendiri dan mengembangkan gaya mengajarnya. Kemudian supervisor mempunyai
kebebasan dan bertanggung jawab untuk
menganalisis maupun mengevaluasi cara supervisinya sendiri dengan caranya menganalisis dan mengevaluasi cara mengajar guru.
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
38
Supervisi klinis oleh Lovell dan Wiles dalam Acheson dan Gall (1997:17)sering disamakan sebagai susunan model dengan langkah tertentu atau sebagai satu susunan proses pelaksanaanya, mendefenisikan lima langkah supervisi klinis, yaitu: a. Pertemuan praobservasi antara supervisior dengan guru. b. Melakukan observasi pada saat guru mengajar dikelas. c. Strategi dan analisa menggunakan instrumen yang telah disepakati bersama d. Melakukan pertemuan supervisi setelah melakukan pengamatan terhadap guru saat mengajar dikelas, dalam pertemuan ini dibahas mengenai umpan balik dan alternatif pemecahan masalah yang ditemukan e. Analisa sesudah pertemuan sekaligus solusi yang dapat mengatasi kesulitan guru dalam mengajar. Cogan (1973) dalam Davis (2005:27) mendefinisikan delapan fase supervisi klinis dalam bentuk tahapan-tahapan yaitu: a. Membangun hubungan antara guru dan supervisor untuk mencapai kesepakatan tertentu. b. membuat perencanaan dengan guru apa saja yang akan dilakukan. c. Merencanakan strategi observasi saat guru mengajar. d. Menginstruksikan observasi sebagaiumpan balik. e. Menganalisis proses pembelajaran yang dilakukan guru. f. Merencanakan strategi pertemuan. g. Pertemuan. h. Memperbaharui/mengulang perencanaan.
Sedangkan Olivia (1984) dalam Davis (2005:28) mengemukakan pada
dasarnya
kegiatan
supervisi
klinis
adalah
“…terdiri
dari
merencanakan untuk melakukan observasi guru sedang mengajar, melakukan observasi saat guru mengajar dan menganalisis hasil observasi mengajar guru”. Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
39
Model susunan supervisi klinis yang dikemukakan para ahli itu dapat menjadi rujukan dalam proses supervisi klinis. Selanjutnya menurut Sagala (2010: 203) menyatakan bahwa batasan supervisi klinis sebagai sistem instruksional perilaku supervisior dengan tiga dimensi yaitu: 1) Perilaku sebelum pengamatan (praobservasi). Sistem perilaku sebelum pengamatan (praobservasi) menyediakan satu kesempatan untuk guru dan pengawas untuk saling percaya dan menghormati. Percaya maksudnya guru dan supervisior saling memperhatikan kesejahteraan masing-masing. Para guru harus melihat para supervisior sebagai orang yang ingin meningkatkan kompetensi guru, membantu dan mendukung guru agar menjadi guru yang profesional. Tujuan dari praobservasi adalah untuk menyiapkan langkah-langkah supervisi klinis dan untuk menetapkan kerangka pengamatan yang spesifik. Tetapi yang lebih penting bagi supervisor harus membuat langkah-langkah pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan penekanan yang spesifik pada gagasan kepada guru harus bertanggungjawab pada situasi belajar, mengumpulkan data-data dan informasi kebutuhan guru. 2) Perilaku saat pengamatan (saat observasi) pengamatan atas situasi belajar mengajar adalah proses supervisor dalam mengembangkan uraian objektif tentang perilaku siswa dan guru dalam interaksi belajar dalam konteks lingkungan sosial dan fisik. Selama pengamatan, objektifitas merupakan hal yang paling penting, yang melibatkan persepsi-persepsi lingkungan fisik dan perilaku, serta alasan dan nilai dari perilaku mereka. Pentingnya data yang sah dapat digunakan sebagai umpan balik para guru untuk menguji perilaku nyata mereka dengan tujuan yang diharapkan. Jika data tersebut, tidak jelas, tidak konsern terhadap guru maka proses supervisi tidak berguna bagi guru. 3) Perilaku sudah pengamatan (postobservasi). Perilaku postobservasi meliputi analisa data yang dikumpulkan selama pengamatan atas instruksional, evaluasi tentang perilaku belajar-mengajar, proses umpan balik untuk para guru, dan langkah-langkah akhir proses evaluasi supervisi klinis.
Dengan demikian tampak bahwa proses pelaksanaan supervisi klinis dalam bentuk siklus dimulai dengan kegiatan praobservasi atau pertemuan awal prasiklus dan dilanjutkan pada siklus 1, mengamati Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
40
(observasi) guru atau siklus 2, dan sesudah pengamatan post obsevasi berusaha melakukan umpan balik siklus 3, pada semua ini tahapan ini supervisor dan guru berusaha memahami dan mengerti mengenai pengamatan dan perekaman data adalah untuk perbaikan pengajaran yang dilakukan oleh guru.
8. Tahapan Supervisi Klinis Pada dasarnya para ahli memiliki pemahaman yang sama bahwa supervisi klinis berlangsung dalam suatu proses yang berbentuk siklus dengan tiga tahap yaitu (Jamal Ma’mur Asmani, 2012: 112-114): a. Tahap Pertemuan Awal Pada pertemuan awal merupakan pembuatan kerangka kerja, karena itu perlu diciptakan suasana akrab dan terbuka antara supervisor dengan guru sehingga guru merasa percaya diri dan memahami tujuan diadakan pendekatan klinis. Aktivitas–aktivitas yang dilakukan pada tahap ini antara lain: 1) Menciptakan suasana akrab dan keterbukaan antara guru dan supervisor; 2) Menciptakan hubungan demokratis yaitu sasaran supervisi klinis terpusat pada kebutuhan guru dan aspirasi guru; 3) Membicarakan keterampilan mengajar guru dan mengidentifikasi rancangan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru yang meliputi kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, metode pembelajaran, media/alat yang akan dicapai oleh guru dalam kegiatan pembelajaran; 4) Guru selalu siap dengan jawabannya tentang pertanyaan apa saja yang ditanyakan oleh supervisor; 5) Mengembangkan instrumen dan menyepakati instrumenobservasi yang akan digunakan untuk merekam data kinerja guru yang akan menjadi catatan penting pada tahaptahap selanjutnya. b. Tahap Obervasi kelas Pada tahap ini, guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai pedoman dan prosedur yang telah disepakati pada saat pertemuan Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
41
awal. Sedangkan supervisor mengamati dan mencatat atau merekam secara objektif, lengkap dan apa adanya dari tingkah laku guru mengajar. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Guru memulai dengan menciptakan rasa nyaman dan melaksanakan kegiatan mengacu pada pedoman dan prosedur yang telah disepakati pada saat pertemuan awal dengan supervisor; 2) Supervisor mengobervasi penampilan guru berdasarkan fokus pengamatan sesuai format observasi yang telah disepakati; 3) Supervisor mencatat hasil observasi sesuai instrumen yang telah disepakati kemuadian dibuat catatan (fieldnotes). Supervisor perlu juga mencatat komentar-komentarnya selain mencatat tentang pengajaran. 4) Membuat catatan observasi meliputi pola perilaku mengajar dari guru dan siswa yang akan digunakan dalam pertemuan akhir. Setelah guru selesai melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran, bersama-sama dengan supervisor meninggalkan ruang kelas dan pindah ke ruangan guru atau ruang pembinaan. c. Tahap pertemuan akhir/balikan Tahap akhir dari siklus supervisi klinis adalah analisis pasca pertemuan. Supervisor mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi selama observasi dan seluruh siklus proses supervisi dengan tujuan untuk meningkatkan performansi guru. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada pertemuan akhir antara lain: 1) Supervisor menanyakan perasaan guru selama proses observasi berlangsung untuk menciptakan suasana santai agar guru tidak merasa diadili; 2) Supervisor bersama-sama guru membicarakan/meriviu kembali kontrak yang pernah dilakukan mulai dari tujuan pembelajaran sampai evaluasi pembelajaran; 3) Supervisormenunjukan data hasil observasi dan mendiskusikan secara bersama hasil kegiatan observasi. Menunjukan data yang telah dianalisis dan telah diinterprestasikan, dikaji untuk pedoman pembinaan dan peningkatan guru, kemudian memberi waktu pada guru untuk mencermati data selanjutnya didiskusikan bersama, 4) Supervisor memberikan penguatan kepada guru dan solusi terhadap penampilan guru agar mampu memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran. 5) Bersama-sama guru dan supervisor membuat kesimpulan tentang hasil pencapaian pembelajaran yang telah dilakukan dan kemudian menentukan dan membahas bersama rencana pembelajaran untuk kegiatan supervisi selanjutnya. Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
42
9. Kepala Sekolah sebagai Supervisor Konsep kepala sekolah sebagai supervisor menunjukan adanya perbaikan pengajaran pada sekolah yang dipimpinnya, perbaikan ini tampak setelah dilakukan sentuhan supervisor berupa bantuan mengatasi kesulitan guru dalam mengajar. Menurut Faturrahman dan Suryana (2011:30) menyatakan,
bahwa: “Kepala sekolah perlu memahami
program dan strategi pengajaran, sehingga mampu memberi bantuan kepada guru yang mengalami kesulitanmenyusun program dan strategi pengajarannya”. Bantuan yang diberikan kepala sekolah kepada guru dapat berupa bantuan dukungan fasilitas, bahan-bahan ajar yang diperlukan, penguatan terhadap penguasaan materi dan strategi pengajaran, pelatihan dan bantuan lainnya yang akan meningkatkan efektifitas program pengajaran dan implementasi program dalam aktivitas belajar di kelas. Hasil-hasil penelitian Lipham (1985:129) berkaitan dengan kinerja kepala sekolah menyatakan, bahwa: Kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang mempunyai komitmen yang kuat terhadap peningkatan kualitas pengajaran, komitmen yang kuat menunjukan adanya kemauan dan kemampuan melakukan monitoring pada semua aktivitas personel sekolah. Misalnya dalam pengajaran dilakukan dengan cara memonitor waktu proses pengajaran di kelas, sehingga menjamin efektifitas pelaksanaan pengajaran dan layanan belajar yang berkualitas di kelas. Kepala sekolah yang memiliki kemampuan yang cukup akan dapat Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
43
mengatasi problem pengembangan kurikulum yang merespon perubahanperubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan itu harus direspon dalam tujuan pembelajaran dan tujuan sekolah, isi materi pembelajaran, metode dan pendekatan dalam pengajaran, evaluasi program pengajaran dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan layanan belajar. Untuk mengatasi semua permasalahan pendidikan di sekolah, maka para guru memerlukan bantuan dan bimbingan dari kepala sekolah antara lain dalam bentuk kegiatan supervisi. Perbaikan yang dilakukan secara terus-menerus, sehingga kualitas pengajaran senantiasa semakin membaik. Untuk mengatasi berbagai kesulitan guru dalam melaksanakan program pengajaran sebagai upaya melakukan perbaikan terus-menerus, maka kepala sekolah sebagai supervisor memberi bimbingan baik dalam bentuk bimbingan langsung. Bimbingan profesional yang dilakukan kepala sekolah sebagai supervisor terhadap guru adalah sebagai usaha yang memberikan kesempatan bagi para guru untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya.Para guru tersebut menjadi mampu dan mau memperbaiki dan meningkatkan kemampuan mengingat
belajar
murid-muridnya.
pentingnya
bimbingan
Menurut profesional
Muslim ini
(2009:57)
bagi
guru,
mengemukakan bahwa: Kepala sekolah harus senantiasa meningkatkan dan menyegarkan pengetahuannya beberapa tingkat lebih baik dibanding guru, karena jika kemampuan kepala sekolah itu sama Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
44
atau bahkan dibawah guru kualitasnya, maka tugas bimbingan dan pemberian bantuan bagi guru tidak begitu berarti. Kepala sekolah sebagai supervisor dalam melakukan supervisi harus mengetahui secara jelas apa saja yang harus di supervisi dan bagaimana tekniknya. Menurut Asmani (2012:44) dalam melakukan kegiatan supervisi bahwa “...kepala sekolah dapat memulainya dengan menanyakan dalam hal apa saja guru perlu mendapat bantuan dari kepala sekolah karena pertanyaan ini penting untuk memfokuskan bantuan yang akan diberikan”. Karena inti kegiatan sekolah adalah pembelajaran, maka aspek yang paling penting untuk disupervisi dan menilai kegiatan pendidikan adalah yang berkaitan dengan pembelajaran. Hal ini membuktikan bahwa kualitas pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh diri guru sendiri, akan tetapi harus diupayakan bersama antara guru dan kepala sekolah sebagai supervisor. Jadi acuan teknis ini meliputi teori, teknik dan prosedur penilaian untuk menjamin objektivitas. Menurut Syaiful Sagala (2010:196) fungsi utama supervisor dalam praktek supervisi klinis adalah mengajarkan berbagai keterampilan kepada guru antara lain: a. Mengamati dan memahami (mempersepsi) proses pengajaran analisis. b. Menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti–bukti pengamatan dalam bentuk data data dan informasi yang jelas dan tepat. c. Dalam pengembangan dan percobaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum dan evaluasi kurikulum. Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
45
d. Mengajar menggunakan model dan stategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan materi pelajaran. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa peran dan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor adalah mengatasi kelemhan-kelemahan guru mengajar dan membantu memfasilatasi guru dalam proses belajar mengajar dengan melakukan penilaian menggunakan teknik-teknik supervisi sesuai kebutuhan. Penilaian yang dilakukan dalam ruang lingkup yang benar, mengukur yang diperlukan dan menjunjung tinggi objektivitas dalam melakukan penilaian. Sehingga penilaian yang dilakukan menjamin kualitas hasil belajar peserta didik di sekolah yang dipimpinnya benarbenar terukur. Jadi, kepala sekolah dapat berperan sebagai supervisor sesuai situasi dan kondisi tuntutan tanggungjawab secara dinamis dalam menggerakan seluruh potensi sekolah ke arah pencapaian visi, misi tujuan dan target sekolah.
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
46
C. Kinerja Mengajar Guru 1. Konsep Kinerja Kinerja merupakan terjemahan dari kata “performance”(job performance). Secara etimologis performance berasal dari kata “to perform” yang berarti menampilkan atau melaksanakan, sedang kata “performance” berarti the act of performing; executiondalam Webstr’s New World Dictionary dikutip Suharsaputra (2010: 62). Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa kinerja atau performance berarti tindakan menampilkan atau melaksanakan suatu kegiatan. Oleh karena itu, performance sering juga diartikan penampilan kerja atau perilaku kerja. Untuk lebih memberikan pemahaman akan maknanya definisi kinerja menurut Fattah(Anwar Mangkunegara, 2001: 64) mengemukakan bahwa “prestasi kerja atau penampilan kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu”. Pada dasarnya kinerja sama dengan unjuk kerja yang mengarah kepada proses dan hasil kerja. Kamars dalam buku
Popi Sopiatin
(2010:62) menyatakan bahwa: “Kemauan dan kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan”. Definisi tersebut, menyimpulkan bahwa kinerja
merupakan
unjuk
kerja
seseorang
yang
didasari
oleh
pengalaman,pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
47
Dari beberapa pengertian tentang kinerja di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan suatu kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan untuk memperoleh hasil kerja yang optimal. Dengan demikian istilah kinerja mempunyai pengertian akan adanya suatu tindakan atau kegiatan berupa pelaksanaan yang ditampilkan oleh
seseorang
dalam
melaksanakan
aktivitas
tertentu
disertai
keterampilan dasar yang dibawa ke tempat pekerjaan dapat berupa kualitas hasil kerja, ketepatan waktu, inisiatif, kemauan, kemampuan, komunikasi yang
baik,
pengetahuan,
kecakapan
teknisdan
kesungguhanyang
diperlihatkan oleh seseorang dalam memperoleh hasil kerja yang optimal.
2. Konsep Mengajar Definisi klasik menyatakan bahwa mengajar diartikan sebagai penyampaian sejumlah pengetahuan karena pandangan yang seperti ini, maka guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa dianggap tidak mengerti apa-apa. Pengertian ini sejalan dengan pandangan Jerome S. Brunner dalam Lipham (1985: 36) yang berpendapat bahwa : “Mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh siswa”. Definisi modern menolak pandangan klasik seperti diatas, oleh sebab itu pandangan tersebut kini mulai ditinggalkan.Orang mulai beralih ke pandangan bahwa mengajar tidaklah sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan berusaha membuat suatu situasi lingkungan yang Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
48
memungkinkan siswa untuk belajar. Para ahli pendidikan yang sejalan dengan pendapat tesebut antara lain: Nasution dalam Hamid Darmadi (2009: 71) yang merumuskan bahwa: “Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadilah proses belajar mengajar”. Menurut Tyson dan Caroll dalam Sagala (2010: 35) menyatakan bahwa: “Mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbak balik antara guru dan siswa yang sama-sama aktif melakukan kegiatan”. Sedangkan, Tordif dalam Sagala (2010: 35) berpendapat bahwa: “Mengajar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seorang guru dengan tujuan membantu dan memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar”. Selanjutnya definisi mengajar menurut Zainal Aqib (2002:78), bahwa: Mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar. Aktivitas kompleks yang dimaksud antara lain adalah a. mengatur kegiatan belajar siswa, b. memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada di luar kelas dan c. memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa.
3. Kinerja Mengajar Guru
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
49
Pemahaman tentang kinerja tenaga pendidikan menurut, Gaffar (1987:159) dalam Musfah (2011: 44) mengemukakan bahwa performance based teacher, yaitu: Memerlukan penguasaan content knowledge, behavior skills and human relation skills. Content knowledge merupakan penguasaan materi pengetahuan yang akan diajarkan pada peserta didik. Behaviour skills merupakan keterampilan perilaku yang berkaitan dengan penguasaan metodologis yang bersifat padagogis maupun andragogis. Human relation skills merupakan keterampilan untuk melakukan hubungan baik dengan unsur manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Casteter dalam Davis, E. (2005:224) mengemukakan, bahwa kinerja guru dapat disimpulkan “Mengarah pada tiga fokus: a) kualitas personal guru, b) unjuk kerja yang menjadi tanggung jawab guru, c) pemaknaan hasil kerja atau prestasi kerja” Berkaitan dengan kinerja guru, selanjutnya Johnson (Zainal Aqib, 2002: 80) memaparkan tiga aspek kinerja, yaitu : 1) Kemampuan profesional mencakup penguasaan pelajaran yang terdiri atas penguasaan materi yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari materi yang diajarkan tersebut. 2) Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntunan kerja lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. 3) Kemampuan personal guru, mencakup kemampuan: a) Penampilan sikap positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidik beserta unsur-unsurnya, b) Kepribadian, nilai, sikap hidup, penampilan dan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswa.
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
50
Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajarmengajar di kelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun persiapan mengajar.Guru merupakan pengembang kurikulum bagi kelasnya, yang akan menterjemahkan, menjabarkan dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat dalan kurikulum kepada peserta didik. Tugas guru tidak hanya mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge) akan tetapi lebih dari itu, yaitu membelajarkan anak supaya dapat berpikir kreatif dan komprehensif, untuk membentuk kompetensi dan pencapaian makna yang tertinggi. Kegiatan tersebut bukan hanya berwujud pembelajaran di kelas tetapi dapat berwujud kegiatan lain, seperti bimbingan belajar kepada peserta didik. Menurut Dasman Darmawan (2006:45) mengemukakan bahwa: Kinerja mengajar guru ditampilkan oleh beberapa indikator, yaitu: penguasaan terhadap kurikulum dan perangkat pengajarannnya, penguasaan materi pelajaran, penguasaan metode dan teknik penilaian, komitmen atau kecintaan guru terhadap tugasnya dan disiplin. Secara umum menurut Syaiful Sagala (2010: 226), ada tiga pokok dalam strategi mengajar, yakni: “tahapperencanaan pembelajaran, tahap kegiatan pembelajaran, dan tahap penilaian hasil pembelajaran”. Gambar 2.1 Tahapan Mengajar 1
2
Tahap
Tahap
Perencanaan Pembelajaran
Pembelajaran
3 Tahap Penilaian
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
51
Ketiga tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pengajaran. Jika, satu tahapan tersebut ditinggalkan, maka sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi proses pengajaran. Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kinerja mengajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah unjuk kerja guru dalam melaksanakan tugas mengajar mulai dari perencanaan untuk persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajarandan penilaian hasil pembelajaran. a. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan
merupakan
suatu
bentuk
dari
pengambilan
keputusan (decision making). Sehubungan dengan itu persiapan mengajar yang dikembangkan oleh guru menurut Ornstein (Darmadi, 2009:126), keputusannya akan dipengaruhi oleh 2 (dua) area, yaitu : 1) Pengetahuan guru terhadap bidang studi (subject matter knowledge), yang ditekankan pada organisasi dan penyajian materi, pengetahuan akan pemahaman peserta didik terhadap materi dan pengetahuan tentang bagaimana mengajarkan materi tersebut; 2) Pengetahuan guru terhadap system tindakan (action system knowledge), yang ditekankan pada kativitas guru seperti: mendiagnosis, mengelompokkan, mengatur dan mengevaluasi peserta didik serta mengimplementasikan aktivitas pembelajaran dan pengalaman belajar. Kedua pengetahuan tersebut diperlakukan guru dalam mengembangkan persiapan mengajar yang efektif. Perencanaan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan dengan tujuan agar Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
52
kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat dicapai. Syaiful Sagala (2010:107) mengemukakan bahwa : Secara administratif rencana pembelajaran tertuang dalam silabus sebagai acuan pengembangan RPP sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya kemudian RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan merupakan skenario pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru dalam interval waktu yang ditentukan.
RPP(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ini akan dijadikan pegangan
bagi
guru
dalam
menyiapkan,
melaksanakan
dan
mengevaluasi kegiatan belajar mengajar. Implementasi kemampuan guru dalam merencanakan proses belajar mengajar meliputi: menyusun administrasi mengajar, merencanakan materi pelajaran, merencanakan strategi kegiatan belajar mengajar, merencanakan media pembelajaran serta merencanakan evaluasi pembelajaran. Dengan demikian pengembangan persiapan belajar berkaitan erat dengan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan bimbingan, karena isi kurikulum bukan hanya yang ada dalam mata pelajarannya saja, tetapi mencakup hal lain di luar mata pelajaran sejauh masih menjadi tanggung jawab sekolah untuk memberikan kepada peserta didik, seperti kerja keras, disiplin, kebiasaan belajar yang baik, dan jujur dalam belajar. b. Pelaksanaan Pembelajaran
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
53
Salah satu komponen yang menjadi sasaran peningkatan kualitas pendidikan adalah sistem pembelajaran dikelas. Proses pembelajaran ini merupakan tanggung jawab guru dalam mengembangkan segala potensi yang ada pada siswa. Tujuan pokok proses pembelajaran adalah untuk mengubah tingkah laku siswa berdasarkan tujuan yang telah direncanakan dan disusun oleh guru sebelum proses kegiatan pembelajaran berlangusng. “Perubahan tingkah laku itu mencakup aspek intelektual, emosional, dan fisik” (Glickman, 2002:8). Ketika proses pembelajaran dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran penilaian dalam proses pembelajaran menjadi sangat penting. Gronlund dan Linn (Glickman, 2002: 10) “Penilaian dalam proses pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengumpulkan, menganalisa dan menginterprestasi informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran”. Marsh (Glickman, 2002:10) mengemukakan “Kemampuan profesional merupakan kemampuan yang relevan dengan jabatan
profesional
yaitu
memiliki
pengetahuan,
kesanggupan,
kemampuan, keterampilan dan sikap. Implementasi kemampuan profesional guru dalam pembelajaran menurut Glickman (2002:11), mengemukakan bahwa: Mencakup kemampuan dalam melaksanakan program pembelajaran, melaksanakan metode pembelajaran sesuai, dengan yang telah direncanakan, mampu mengelola kelas, mampu menggunakan media, mampu menyajikan materi dan berkomunikasi dengan siswa, mampu menggunakan sumber belajar yang ada, mampu memanfaatkan waktu dengan baik, Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
54
mampu melaksanakan strategi dan teknik pembelajaran dengan tepat, serta mampu melaksanakan evaluasi pembelajaran. Syaiful Sagala (2010: 144)
mengemukakan bahwa: “...tahap
kedua adalah tahap pengajaran atau tahap inti yang didalamnya termasuk kegiatan membuka pembelajaran, kegiatan pelaksanaan pembelajaran dan kegiatan akhir proses pembelajaran”. Yakni tahapan kedua atau tahap inti dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas yang telah disusun guru sebelumnya dalam RPP. Secara umum menurut Syaiful Sagala (2010:145) dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut: 1) Kegiatan Membuka Pembelajaran Memberikan apersepsi seperti mengajukan pertanyaan kepada siswa dikelas tentang bahan pelajaran yang akan diberikan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana pemahaman materi yang akan diberikan. 2) Kegiatan Melaksanakan Pembelajaran a) Guru dapat mengelola kelas dengan mengkondisikan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga siswa siap untuk belajar. b) Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus di capai siswa. Informasi tujuan penting diberikan kepada siswa, sebab tujuan tersebut untuk siswa dan harus dicapai setelah pengajaran selesai agar dapat dipahami oleh semua siswa. Berdasarkan pengamatan, masih banyak guru yang tidak melaksanakan ini. c) Materi yang akan dibahas hari itu diambil dari buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya sesuai silabus dan tujuan pengajaran, sebab materi bersumber dari tujuan. d) Pertama pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran cara ini akan lebih efektif sebab siswa diberikan gambaran keseluruhan materi, sehingga siswa tahu arah bahan pengajaran yang akan dibahas selanjutnya. Pembahasan tidak harus oleh guru tapi lebih baik lagi dibahas oleh siswa. e) Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh soal yang mudah terlebih dahulu. Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
55
Pada saat pengajaran berlangsung, harus diperhatikan bahwa siswa harus banyak terlibat dalam memahas pokok materi. f) Penggunaan pendekatan dan metode belajar siswa yang sesuai dengan langkah-langkah proses belajar siswa dan dapat diterima oleh siswa sesuai kemampuan dan potensi siswa. Harus diperhatikan bahwa kegiatan yang ditempuh dalam instruksional, sebaiknya dititikberatkan pada siswa yang harus lebih efektif melakukan kegiatan belajar. Untuk itu maka haruslah dipilih pendekatan mengajar yang berorientasi kepada cara belajar siswa aktif. g) Menggunakan media pembelajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan. Media pembelajaran seperti alat peraga grafis, model atau alat peraga yang diproyeksikan harus sudah disiapkan sebelumnya. 3) Kegiatan Akhir Pembelajaran a) Pada kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk berkonsultasi berkaitan dengan apa yang telah disampaikan. b) Refleksi/evaluasi belajar guru mendorong siswa untuk memberikan kesimpulan terhadap materi yang telah disampaikan, contohnya dengan cara mendiskusikan dalam kelompok. c) Guru menutup kegiatan akhir pelajaran dengan memberikan kesimpulan materi yang diajarkan. Selanjutnya tahapan yang ketiga atau yang terakhir, adalah tahap evaluasi atau penilaian kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan ini, ialah untuk
mengetahui
tingkat
keberhasilan
daritahapan
kedua
(instruksional). c. Evaluasi/ Penilaian Pembelajaran Menurut Mangkunegara (2001: 54) “Penilaian adalah proses sistematis yang meliputi pengumpulan informasi (angka atau deskripsi verbal), analisis dan interpertasi untuk mengambil keputusan”.
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
56
Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2010:99) penilaian pendidikan adalah : Proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik, untuk itu diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan, dalam hal ini keputusan berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi. Selanjutnya menurut Wijaya (2002: 110) mengemukakan penilaian, bahwa: Proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Syaiful Sagala (2009:228) mengemukakan kegiatan penilaian pembelajaran dilakukan setelah tahap kegiatan inti, yaitu: ...setelah mengakhiri pelajaran guru melakukan penilaian kemudian mengadministrasikan dan memanfaatkan hasil evaluasi belajar siswa untuk memperbaikan proses belajar mengajar selanjutnya. Penilaian hasil belajar baik formal ataupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dam mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik yang lainnya, tetapi dibandingkan dengan hasil yang dimiliki peserta didik sebelumnya, dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan. Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
57
Ketiga tahap yang telah dibahas, merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Selanjutnya sesuai dengan pendapat Danim (2004:67) mengemukakan bahwa:“Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh”. Guru yang memiliki kinerja tinggi akan bernafsu dan berusaha meningkatkan
kompetensinya,
baik
dalam
kaitannya
dalam
perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran, sehingga diperoleh hasil kerja yang optimal. Letak keterampilan profesional dari seorang guru dalam melaksanakan strategi mengajar yaitu kemampuan mengajar seperti di lukiskan secara teoritasmudah dikuasai, namun dalam prakteknya tidak semudah seperti digambarkan. Hanya dengan latihan dan kebiasaan yang terencana, kemampuan itu dapat diperoleh.
4. Penilaian Kinerja Guru Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi. Kriteria-kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja guru ditentukan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Zainal Aqib, 2008:43) sebagai berikut :
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
58
a. Pengembangan pribadi; indikator yang digunakan adalah aplikasi pengajaran, kegiatan ekstrakurikuler dan kualitas pribadi guru; b. Pembelajaran; indikator yang digunakan adalah perencanaaan, pelaksanaaan dan evaluasi; c. Sumber belajar; indikator yang digunakan adalah ketersediaan bahan ajar dan pemanfaatan sumber belajar; d. Evaluasi belajar; indikator yang digunakan adalah penyiapan soal tes, hasil tes dan program tindak lanjut. Menilai kinerja guru merupakan suatu hal yang penting untuk meningkatankualitas pendidikan di sekolah. Tujuan dari penilaian adalah meningkatkan manajemen kinerja individu dan meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam layanan belajar. Menurut Popi Sopianti (2010: 53) artinya, secara umum penilaian kinerja guru, yaitu: a. Berhubungan dengan tanggungjawab mengajar guru secara individu terhadap perencanaan dan tujuan sekolah; b. Membuat target dan dampak sebagai dasar dari evaluasi kinerja guru dan juga membantu sekolah untuk mencapai target yang telah ditetapkannya; c. Memberikan umpan balik untuk meningkatkan kinerja guru dengan mengimplementasikan program pengembangan staf; d. Mengidentifikasi kebutuhan guru untuk pengembangan keprofesionalannya, perencanaan pengembangan karier dan menyediakan kesempatan untuk mengembangkan staf secara total; e. Memberikan dasar untuk melakukan evaluasi diri sekolah yang ditimbulkan sebagai dampak alami; serta f. Mengembangkan rasa percaya diri masyarakat terhadap sistem pendidikan sekolah publik melalui pengembangan kompetensi pada tingkat tinggi, efisiensi dan kinerja guru dalam memberikan layanan pada kegiatan pengajaran. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru dapat mempengaruhi perilakunya dalam melakukan tugasnya. Guru yang kompeten akan mempunyai tingkat Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
59
kinerja yang tinggi dan dapat meningkatkan lebih baik dan dapat meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan.
5. Ukuran Kinerja Guru Stoner (Suharsaputra, 2010: 147) berpendapat bahwa kinerja guru adalah “Prestasi yang ditunjukan oleh guru, merupakan hasil yang dapat dicapai
dalam
melaksanakan
tanggungjawabnya
sebagai
pendidik
berdasarkan kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu yang tersedia”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa kinerja merupakan prestasi atau pencapaian hasil kerja yang dicapai guru berdasarkan standar dan ukuran penilaian yang telah ditetapkan. Standar dan alat ukur tersebut merupakan indikator untuk menentukan apakah seseorang memiliki kinerja tinggi atau rendah. Berdasarkan sifat dan jenis pekerjaannya, standar tersebut berfungsi pula sebagai alat ukur dalam memberikan pertanggung jawaban. Kinerja pada lembaga pendidikan, diukur atas dasar kemampuan guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini, ukuran kinerja mengajar guru difokuskan pada kemampuan guru untuk memberikan kontribusi positif dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, sehingga bisa menampilkan sebagai individu produktif dalam Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
60
melaksanakan tanggungjawabnya yaitu mengajar untuk turut mewujudkan tujuan secara efektif dan efisien.
Johnson dan Shearon (1971) dalam Wijaya (2002:4) menjelaskan kompetensi atau kemampuan guru yang sebaiknya digunakan, sebagai berikut : a. Kemampuan merencanakan pengajaran dan bagan pelajaran yang meliputi : 1) Merencanakan pengajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, 2) Mengorganisasikan pengajaran dengan memperhatikan perbedaan individual, 3) Memperoleh dan menggunakan informasi tentang efektivitas pengajaran untuk bahan revisi apabila diperlukan. b. Kemampuan yang berkenaan dengan prosedur mengajar : 1) Menggunakan metode, teknik dan media instruksional untuk mencapai tujuan, 2) Komunikasi dengan siswa, 3) Menetapkan metode mengajar dengan tepat, 4) Membimbing dan mendorong keterlibatan siswa dengan tepat, 5) Menguasai bahan pelajaran, 6) Mengatur waktu, ruang, bahan dan perlengkapan. c. Keterampilan antar pribadi : 1) Memperhatikan kegairahan dalam kegiatan pembelajaran siswa, 2) Membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif, 3) Mengelola interaksi kelas. d. Standar profesional : 1) Menerima tanggungjawab profesional 2) Mengembangkan diri secara professional Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 39 dan 40 menjelaskan bahwa : Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
61
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama pendidik pada perguruan tinggi (pasal 39 ayat 2). Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: a). Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis, b). Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, c). Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya (pasal 40 ayat 2). Berdasarkan indikator-indikator atau tugas guru, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran kinerja guru dapat dilihat dari penampilan dan prestasi kerja yang ditunjukan, atau hasil yang dicapai oleh seorang guru selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas pembelajaran berdasarkan ketentuan dan persyaratan pekerjaan sebagai guru sehingga bermanfaat bagi dirinya sekaligus lembaganya.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kinerja merupakan gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.Oleh karena itu bila ingin tercapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya,
maka
perlu
diperlihatkan
faktor–faktor
yang
dapat
mempengaruhi kinerja tersebut.Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability)
dan faktor motivasi
(motivation).Menurut Sutermeister (1976) dalam Mangkunegara (2001:71) bahwa: “…kinerja pegawai itu sendiri tergantung pada dua hal yaitu kemampuan dan motivasi”.
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
62
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari individu/ tenaga pendidik yaitu kemampuan, motivasi yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan hubungan mereka dan organisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis (1994:484) yang dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2001: 67) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mepengaruhi kinerja adalah : a. Faktor Motivasi Motivasi terbentuk dari sikap seseorang pegawai dalam menghadapi situs kerja.Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi.Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk bertusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Pegawai akan mampu mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motivasi tinggi. b. Faktor Kemampuan Secara Psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan Skill) artinya pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan seharihari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Sementara itu Gibson et al (1995: 56), memberikan gambaran lebih rinci dan komprehensif tentang faktor–faktor yang berpengaruh terhadap kinerja yaitu : a. Variabel Individu, meliputi kemampuan, keterampilan, mental fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, demografi (umur, asal – usul, jenis kelamin) b. Variabel Organisasi, meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan. c. Variabel Psikologis, meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
63
Pendapat tersebut menggambarkan tentang hal–hal yang dapat membentuk atau mempengaruhi kinerja guru, faktor individu dengan karakteristik psikologisnya yang khas , kemampuan dan motivasi, serta faktor organisasi berinteraksi dalam suatu proses yang dapat mewujudkan suatu kualitas kinerja yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan peran dan tugasnya. Berdasarkan pendapat ahli di atas, jelaslah bahwa faktor kemampuan dapat memengaruhi kinerja karena dengan kemampuan yang tinggi maka kinerja guru pun akan tercapai. Sebaliknya, bila kemampuan guru rendah atau tidak sesuai dengan keahliannya maka kinerja pun tidak akan tercapai. Begitu juga dengan faktor motivasi yang merupakan kondisi yang menggerakkan diri seseorang untuk berusaha mencapai prestasi secara maksimal.
D. Pengaruh Supervisi Klinis Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru Kepala sekolah tidak hanya sekedar posisi jabatan tetapi karir profesi (Glickman, 2000).Karir profesi yang dimaksud adalah suatu posisi jabatan yang menuntut keahlian untuk melaksanakan kewajiban dan tugas-tugasnya secara efektif.Dalam menunaikan tugasnya kepala sekolah berperan sebagai administrator dan sebagai supervisor. Sebagai supervisor, kepala sekolah bertanggung
jawab
dalam
melakukan
upaya
perbaikan
pengajaran
disekolahnya (Goodwin, 2005). Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
64
Sehubungan dengan hal itu, kunjungan kelas dan pembicaraan individual merupakan teknik supervisi yang paling tepat dipergunakan melalui pendekatan supervisi klinis. Menurut Glickman (2002: 38) yang dimaksud dengan supervisi klinis kunjungan adalah “Kunjungan supervisor ke kelas pada saat guru sedang mengajar untuk dapat mengetahui aktifitas guru dan siswa dan permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan pembelajaran”. Untuk itu informasi tersebut sangat penting artinya bagi supervisor dalam upaya membantu guru meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui pendekatan klinis dan kegiatan yang sistematik. Supervisor dapat melakukan supervisi/pembinaan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang di hadapi guru-guru di lapangan. Oleh karena itu para pakar sepervisi memandang supervisi klinis sebagai salah satu kegiatan yang sangat penting,bahkan sangat sentral (Olivia et al. 1984, 266) terutama dalam kaitanya dengan perbaikan pengajaran.Di sisi lain,perbaikan pengajaran bisa di lakukan melalui peningkatan kemampuan profesional guru. Menurut Sri Banun Muslim (2009: 176) mengemukakan supervisi yang bersifat teknis klinis dan akademik profesional itu bagian dari supervisi pengajaran,yang lebih diarahkan pada: a. Kemampuan menjabarkan kurikulum kedalam program semester atau tahunan. b. Kemampuan menyusun persiapan mengajar. c. Kemampuan melaksanakan KBM dengan baik. d. Kemampuan menilai perkembangan anak. e. Kemampuan memberikan umpan balik secara teraturdan terus menerus. Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
65
f. Kemampuan membuat dan menggunakan alat bantu mengajar sederhana. g. Kemampuan menggunakan dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan media pengajaran. h. Kemampuan membimbing dan melayani murid yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran. i. Kemampuan mengatur waktu dan menggunakanya secara efisien. j. Kemampuan menyajikan materi pelajaran dengan mempertimbangkan perbedaan individu siswa. k. Kemampuan mengelola kegiatan ekstrakurikuler. Kemampuan-kemampuan itulah yang disebut kemampuan profesional guru.Kemampuan atau kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi guru dan kemampuan seorang guru merupakan kinerja guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggungjawab dan layak. Penelitian yang mengkaji hubungan supervisi klinis kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru belum banyak ditemukan, namun ada beberapa penelitian yang relevan untuk diungkapkan. Rugun Pasaribu dalam Asmani (2012:65) melaporkan, “Terdapat hubungan yang signifikan (r=0,69 pada taraf signifikasi 99%) antara pelaksanaan supervisi klinis kepala sekolah dengan penampilan mengajar guru dikelas”. Sementara itu Fuad Hasan (Asmani, 2012:66) melaporkan, “Kinerja mengajar guru (performance) banyak dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru yang bersangkutan”. Senada dengan hal diatas, Hawes (1979) dalam Muslim (2009:143) berpendapat bahwa “Pelayanan profesional dari kepala sekolah terhadap guru-guru sangat esensial bagi peningkatan kualitas proses belajar mengajar di kelas”. Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
66
Hasil penelitian lainnya yaitu Menita Wisdana (2007) dengan penelitian yang berjudul “Kontribusi Supervisi Pengajaran oleh Kepala Sekolah Terhadap Kemampuan Profesional Guru pada SDN di Kecamatan Sukajadi Kota Bandung”. Antara lain menyimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah berkontribusi terhadap kemampuan profesional guru sebesar 35%, sedangkan sisanya sebesar 65% dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa supervisi klinis kepala sekolah mempengaruhi kinerja mengajar guru serta mempengaruhi kualitas PBM untuk perbaikan pengajaran. Beeby (1979) dalam (Ajayi, 2006:18) studi asesmen yang ia lakukan, melaporakan bahwa “Supervisi kepala sekolah di Indonesia lebih banyak hal-hal yang bersifat administratif”. Senada dengan hal itu, Howell (1981)dalam (Ajayi, 2006:18) melaporkan bahwa: “Waktu kepala sekolah dilakukan untuk pekerjaan-pekerjaan kantor 86% dan hanya 14% yang dipakai untuk memperhatikan masalah pengajaran”. Temuan peneliti tersebut menunjukan bahwa supervisi kepala sekolahbelum menyentuh sasaran yang sesungguhnya yakni supervisi klinis.Dengan demikian peningkatan kinerja mengajar guru sulit diharapkan dari supervisi kepala sekolah, jika dalam prakteknya masih seperti yang dilaporkan diatas. Seharusnya
untuk
mencapai
keberhasilan
pengajaran
dan
pembelajaran dalam mewujudkan para peserta didik yang unggul guru harus memiliki dan menguasai kompetensi. Di dalam permasalahan inilah Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
67
kemampuan kepala sekolah sebagai supervisor dituntut untuk dapat memperbaiki atau memecahkannya. Proses pengendalian dan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk membantu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para guru disebut dengan supervisi klinis. Di dalam melaksanakan supervisi klinis, kepala sekolah harus mengikuti prosedur yang berlaku, sistematis dan terencana kepada guru-guru sebagai dorongan untuk merubah kinerja mengajar guru menjadi lebih baik dan tercapainya tujuan pendidikan. Diharapkan dengan melakukan supervisi klinis, kepala sekolah dapat memperbaiki dan mengembangkan kinerja mengajar para guru.
E. Kerangka Pemikiran Untuk memudahkan penulis dalam menyusun penelitian ini, maka disusun suatu kerangka pemikiran yang dijadikan tuntunan oleh penulis dalam melaksanakan proses penelitiannya. Kerangka pemikiran merupakan alur berfikir yang dijadikan pola atau landasan berfikir peneliti dalam mengadakan penelitian terhadap objek yang dituju. Menurut Haryoko (Sugiyono, 2006:66) mengemukakan bahwa: Kerangka pemikiran merupakan alur berfikir atau alur penelitian yang dijadikan pola atau landasan berfikir peneliti dalam mengadakan penelitian terhadap objek yang dituju. Paradigma penelitian ini penting sekali untuk mengarahkan konsep berfikir penelitian sehingga arah penelitian sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
68
Dengan adanya kerangka pikir penelitian ini akan lebih terarah mengenai apa saja yang akan diteliti oleh peneliti. Berikut ini merupakan uraian mengenai kerangka berfikir dari penelitian ini.
Pendidikan dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar. Pada dasarnya pendidikan adalah usaha sadar manusia (pendidik) untuk dengan penuh tanggungjawab membimbing anak-anak didik menjadi kedewasaan. Guru dan Kepala Sekolah adalah komponen-komponen yang terlibat langsung dalam memberikan layanan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. Kepala sekolah harus memiliki kompetensisebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 yakni “...kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolahadalah kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial”. Dengankompetensi ini wawasan kepala sekolah benarbenar dapat dipertanggungjawabkankepada guru dalam proses belajar mengajar. Supervisi dengan pendekatan klinis merupakanmetode yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah sebagai alat kontrol dan untuk memperbaiki kinerja mengajar guru. Untuk mengukur pengaruh supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru, kepala sekolah mengacu pada prosedur pelaksanaan supervisi klinis. Sedangkan yang menjadikan acuan Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
69
untuk
mengukur
kinerja
mengajar
guru,
yaitu:
tahap
menyusun
persiapan/perencanaan pembelajaran, tahap melaksanakan proses belajar mengajar dan tahap dalam penilaian hasil pembelajaran. Penelitian ini didukung dengan kajian teoritik yang terdiri dari konsep dasar supervisi klinis dan konsep dasar kinerja mengajar guru, serta kajian empirik yang merupakan hasil dari pengamatan secara langsung di tempat penelitian dan penelitian terdahulu. Hasil akhir dari penelitian ini adalah untuk mencari jawaban seberapa besarpengaruh supervisi klinis oleh kepala sekolah terhadap kinerja mengajar gurudi SMA Al-Ma’soem Jatinangor Kabupaten Sumedang.Untuk dapat melihat lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar kerangka pemikiran yang digambarkan di bawah ini: UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
UUSPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 39 ayat (2), yakni Pendidik Profesional bertugas merencanakan dan melaksanakan pembelajaran serta menilai hasil pembelajaran
Permen No.13 Tahun 2007 yakni salah satu kompetesi yang harus dimiliki kepala sekolah adalah Supervisi
Supervisi
Penerapan
Klinis Oleh
Prosedur
Kepala
Supervisi
Sekolah
Kinis
Pengaruh
Kinerja Mengajar
Meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran.
Guru
Peningkatan Mutu Pembelajaran
Kualitas pembelajaran menjadi lebih baik sehingga diharapkan akan berpengaruh pada kualitas hasil belajar yang dicapai siswa.
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
70
Keterangan: = Fokus penelitian Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
F. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang perlu diuji kebenarannya. Hipotesis ini dijabarkan dan tidak perlu selalu merupakan jawaban yang dianggap mutlak benar atau harus dibenarkan oleh peneliti walaupun diharapkan demikian. Sugiyono
(2007:70)
mengatakan
bahwa:“Hipotesis
merupakan
jawaban sementara atau jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian yang dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan”. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum pada fakta-fakta yang empirik.Karena hipotesis merupakan jawaban sementara
atau
jawaban
teoritis,
maka
hipotesis
harus
dibuktikan
kebenarannya melalui fakta-fakta di lapangan yang berupa data hasil penelitian.Penelitian yang dilakukan penulis memerlukan hipotesis karena menggunakan pendekatan kuantitatif. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari supervisi klinis oleh kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru di SMA Al-Ma’soem Jatinangor Kabupaten Sumedang”.
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
71
Ho : “Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari supervisi klinis oleh kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru di SMA AlMa’soem Jatinangor Kabupaten Sumedang”. Ha :“Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari supervisi klinis oleh kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru di SMA Al-Ma’soem Jatinangor Kabupaten Sumedang” Adapun skema hubungan variabel tersebut secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut: Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y Supervisi Klinis oleh Kepala Sekolah (Variabel X)
Kinerja Mengajar Guru (Variabel Y)
Gambar 2.3 Skema Hipotesis Penelitian Variabel X
= Variabel independen (bebas), yaitu Supervisi Klinis oleh
Kepala Sekolah Variabel Y = Variabel dependen (terikat), yaitu kinerja mengajar guru pegawai = (garis penghubung) pengaruh supervisi klinis oleh kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru.
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
72
Yangesti Insani Kusumah, 2012 Pengaruh Supervisi Klinis Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sma AlMa’soem Jatinangor Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu